Articles
68 Documents
Kontribusi Guru Pendidikan Agama Kristen Sebagai Orang Tua Kedua (Second Parents) dalam Menata Moral Peserta Didik
Ricu Sele;
Jepri Mei Anto
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54592/jct.v3i1.152
The intensity of a teacher's meeting with his students at school is very high, it causes a strong psychological bond. One of the psychological bonds that occurs is the role of teachers as parents. This study aims to illustrate how the role of a teacher as a second parent. A teacher can be present as a father or mother to his students. Research was conducted to get an idea of how the role of a teacher as a parent for his students. Research was conducted to get an idea of how the role of a teacher as a parent for his students. This research is qualitative research where researchers use literature sources related to this research including books, journals and other literature sources. The source was used to find descriptive data about a teacher's role as a second parent. It is hoped that this research will contribute to teachers being able to carry out their roles both as educators and second parents for students, so that there is effective communication established in order to achieve educational goals properly and maximally. ABSTRAKSIntensitas pertemuan Seorang guru dengan anak didiknya di sekolah sangat tinggi. Hal itu menyebabkan adanya ikatan psikologis yang kuat. Salah satu ikatan psikologis yang terjadi adalah peran guru sebagai orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana peran seorang guru sebagai orang tua kedua. Seorang guru dapat hadir sebagai ayah atau ibu bagi anak didiknya. Penelitian dilakukan untuk mendapat gambaran bagaimana peran seorang guru sebagai orang tua bagi anak didikanya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana peneliti menggunakan sumber-sumber literatur yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain buku, jurnal dan sumber literatur lainnya. Sumber tersebut digunakan untuk menemukan data deskriptif tentang peran seorang guru sebagai orang tua kedua. Kiranya penelitian ini dapat memberi manfaat bagi setiap setiap guru untuk dapat menjalankan perannya baik sebagai pendidik maupun orang tua kedua bagi para siswa-siswinya. Juga bagi peserta didik, orang tua/wali, serta setiap pelaku pendidikan, sehingga ada komunikasi efektif yang terjalin demi tercapainya tujuan pendidikan secara baik dan maksimal. Kata Kunci: Guru, orang tua, pendidikan, efektif, siswa-siswi
Gereja Mula-Mula Menyikapi Perbedaan dan Konflik Berdasarkan Kisah Para Rasul 15:1-34: Sebuah Refleksi bagi Gereja Toraja Mamasa
Yulianus Toding
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54592/jct.v3i1.141
The background of this article is the conflict and differences in the Toraja Mamasa Church after the Bikker-Geleijnse. Acts 15:1-34 tells about how the early church resolved conflicts due to differences. This similarity of experience prompted the authors to examine the text of Acts 15:1-34 as reflective material in dealing with differences in the Toraja Mamasa Church after Bikker-Geleijnse. The research method used is narrative criticism. The research question that the author poses is how did the early church respond to conflict and differences as a reflective material for the Toraja Mamasa Church? The author carries out this research by describing the traces of Bikker and Geleijnse's mission in Mamasa, the background of the conflict in the early church, interpreting the text of Acts 15:1-34, and constructing a reflection to resolve conflicts and differences in the Toraja Mamasa Church.The research method used is narrative criticism. The author finds that the early church faced conflicts and differences with a middle-ground perspective. The church gives freedom to the context of carrying out its own ethnic laws and rules while at the same time emphasizing Christian ethics as a standard of God's holiness. This action then spurred the Toraja Mamasa Church to have a contextual perspective while at the same time respecting the holiness of God. AbstrakLatar belakang artikel ini adalah konflik dan perbedaan di Gereja Toraja Mamasa pasca Bikker-Geleijnse. Kisah Para Rasul 15:1-34 menceritakan tentang bagaimana gereja mula-mula menyelesaikan konflik akibat perbedaan. Kesamaan pengalaman ini mendorong penulis untuk mengkaji teks Kisah Para Rasul 15:1-34 sebagai bahan reflektif menghadapi perbedaan di Gereja Toraja Mamasa pasca Bikker-Geleijnse. Metode penelitian yang digunakan adalah kritik naratif. Pertanyaan penelitian yang penulis ajukan adalah bagaimana gereja mula-mula menyikapi konflik dan perbedaan, sebagai bahan reflektif bagi Gereja Toraja Mamasa? Penulis melaksanakan penelitian ini dengan mendeskripsikan jejak misi Bikker dan Geleijnse di Mamasa, latar belakang konflik dalam gereja mula-mula, menginterpretasi teks Kisah Para Rasul 15:1-34, dan mengonstruksikan sebuah refleksi untuk menyelesaikan konflik dan perbedaan di Gereja Toraja Mamasa. Penulis menemukan bahwa gereja mula-mula menghadapi konflik dan perbedaan dengan perspektif jalan tengah. Gereja memberi kebebasan kepada konteks menyelenggarakan hukum dan aturan etnisnya masing-masing, sekaligus menekankan etika Kristen sebagai standar kekudusan Allah. Tindakan ini kemudian memacu Gereja Toraja Mamasa untuk berwawasan kontekstual, sekaligus menghormati kekudusan Allah. Kata Kunci: konflik gereja, gereja mula-mula, Gereja Toraja Mamasa, sidang di Yerusalem
Penerapan Teori Condito Sine Qua Non dalam Prinsip Apologetika Kristen
John Abraham Christiaan;
Didit Yuliantono Adi;
Tri Hananto;
Stefanus Dully;
Jerimias Manuhutu
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54592/jct.v3i1.164
The idea of writing about this topic originated from observations on social media that several Christian apologists were entangled in the law due to alleged blasphemy cases and the spread of false information when defending the Christian faith. This study aims to find the rule of law's cause and effect in blasphemy, provide insight into the purpose of apologetics, and explain how apologetics does not violate legal or religious norms. The method used in thisresearch is a qualitative method that prioritizes literature studies, collects data through scientific journals, and shares news on social media. The findings suggest that apologetics is a way of defending the faith when it is attacked by others, and it is an obligation for Christians. Apologetics is gentle, non-arrogant, and biblical. The maximum criminal penalty for blasphemy cases is ten years, and there is no equal legal protection between religious minorities and majorities in the application of the "Conditio Sine Qua Non Principle", so to defend it is enough to reveal the truth of God's Word without attacking other people's religions. ABSTRAKIde penulisan topik ini berawal dari pengamatan dimedia sosial ada beberapa apologet Kristen terjerat hukum akibat dugaan kasus penodaan agama dan penyebaran informasi bohong saat melakukan pembelaan terhadap iman Kristiani. Penelitian ini bertujuan menemukan aturan hukum sebab akibat dalam penodaan agama, memberikan wawasan dan tujuan apologetika, bagaimana apologetika yang tidak melanggar norma hukum dan norma agama. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan mengutamakan studi kepustakaan, melakukan pengumpulan data melalui jurnal ilmiah, berita di media sosial. Hasil temuan mengemukakan; apologetika adalah suatu cara pembelaan iman yang dilakukan ketika iman Kristen diserang oleh Pihak lain, dan ini merupakan kewajiban bagi orang Kristen. Apologetika dilakukan dengan lemah lembut, tidak sombong dan Alkitabiah. Sanksi pidana maksimal dari kasus penodaan agama adalah sepuluh tahun, dan belum adanya perlindungan hukum yang sama antara minoritas dan mayoritas beragama dalam penerapan “Asas Conditio Sine Qua Non”, sehingga untuk melakukan pembelaan cukup mengungkap kebenaran Firman Tuhan tanpa menyerang agama orang lain. Kata Kunci : Apologetika, Iman dan Rasa Adil
Rambu Solo dan Ekologi: Manfaat Studi Biblika Kontekstual dalam Membangun Spiritualitas Ekoteologi di Toraja
Yakobus Komura
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 3 No. 2 (2024): Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54592/jct.v3i2.154
Humans and nature are an inseparable unity, as determined by God to establish harmony. Ecological relations that should be reciprocal are not visible, due to human behavior which tends to be anthropocentric towards nature. The rise of the ecological crisis forces Christianity to continue to rethink its role in promoting ecological conversion, especially in Toraja, which is predominantly Christian, which is also rich in customs and culture. The wealth that has made it increasingly known throughout the earth has now forgotten the awareness of the balance of its ecosystem. In particular, the Rambu Solo' culture is a funeral (death) rite or ceremony among the Toraja people who have certain levels based on their social strata, which then consumes a lot of natural attributes including animal sacrifices. Based on this concern, the role of contextual biblical studies is considered important in building awareness of ecological spirituality to become a bridge in maintaining ecosystem balance. Awareness to see others as creations that give each other life. The method in this paper attempts to use a synthetic or dialogical model. The synthetic model is a model that appears serious in involving other contexts.ABSTRAKManusia dan alam adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan, sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah untuk menjalin keharmonisan. Relasi ekologi yang semestinya bersifat timbal balik tidak nampak, akibat perilaku manusia yang cenderung antroposentris terhadap alam. Maraknya krisis ekologis memaksa kekristenan untuk terus memikirkan kembali peranannya dalam menggemakan pertobatan ekologis, khususnya di Toraja yang mayoritas agama Kristen, yang juga kaya akan adat dan budayanya. Kekayaan yang membuatnya makin dikenal hingga penjuru bumi, kini lupa akan kesadaran keseimbangan ekosistemnya. Khususnya budaya Rambu Solo’ yang merupakan ritus atau upacara pemakaman (kematian) dikalangan masyarakat Toraja yang memiliki tingkatan-tingakatan tertentu berdasarkan strata sosialnya, yang kemudian banyak menghabiskan atribut alam termasuk kurban hewan. Atas dasar keprihatinan ini maka dipandang penting peranan studi biblika kontekstual untuk membangun kesadaran spiritualitas ekologi menjadi jembatan dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Kesadaran untuk melihat yang lain sebagai ciptaan yang saling memberi kehidupan. Metode dalam tulisan ini mengupayakan dengan menggunakan model sintesis atau dialogis. Model sintesis ialah model yang nampak serius dalam melibatkan konteks-konteks yang lain. Kata-kata kunci: Biblika, Ekoteologi, Rambu Solo’, Spiritualitas, Toraja
Urgensi Pembelajaran Etika Kristen Terhadap Pembentukan Karakter Mahasiswa
Mira Listari;
Eddy Simanjuntak
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 3 No. 2 (2024): Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54592/jct.v3i2.166
This research explores the urgency of learning Christian ethics for students in higher education. The social phenomena of bullying and free sex are social problems that show that there is a moral and ethical crisis among students. Therefore, the aim of this research is to understand how learning Christian ethics shapes students' character in facing moral dilemmas and increases integrity and empathy. The method used in this research is a qualitative method by conducting a literature study. The research results show that learning Christian ethics provides a strong moral foundation for students to respect the lives of fellow human beings and avoid immoral acts such as bullying and free sex and other immoral acts. Therefore, learning Christian ethics is very relevant in shaping the character of Christian students, preparing them as human beings with integrity and empathy in the future. The conclusion is that universities need to expand and strengthen the learning of Christian ethics in the education system to support the development of strong character for Christian students.ABSTRAKPenelitian ini mengeksplorasi urgensi pembelajaran etika Kristen bagi mahasiswa di perguruan tinggi. Fenomena sosial kasus bullying dan seks bebas adalah masalah sosial yang menunjukan bahwa terjadi krisis moral dan etika di kalangan mahasiswa. Oleh karenanya, tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana pembelajaran etika Kristen membentuk karakter mahasiswa dalam menghadapi dilema moral dan meningkatkan integritas serta empati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran etika Kristen memberikan landasan moral yang kuat bagi mahasiswa untuk menghargai hidup sesama manusia dan menjauhkan dari perbuatan tidak bermoral seperti perundungan dan seks bebas dan perbuatan tidak bermoral lainnya. Oleh karenanya pembelajaran etika Kristen sangat relevan dalam membentuk karakter mahasiswa Kristen, mempersiapkan mereka sebagai manusia berintegritas dan berempati di masa depan. Kesimpulannya adalah perguruan tinggi perlu memperluas dan memperkuat pembelajaran etika Kristen dalam sistem pendidikan untuk mendukung perkembangan karakter yang kuat bagi mahasiswa Kristen.Kata-kata kunci: Etika Kristen; Karakter; Mahasiswa Kristen.
Resistensi dan Rekonstruksi: Mengkaji Sikap Oposisi dalam Narasi Rebuilding Tembok Yerusalem dalam Kitab Nehemia 4
Anon Dwi Saputro;
Yokibet Henny kawangung
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 3 No. 2 (2024): Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54592/jct.v3i2.174
This article aims to examine how oppositional attitudes towards the construction of the Jerusalem wall in the context of the narrative of rebuilding the Jerusalem wall of Nehemiah 4. The study uses the text exposition method by paying attention to the genre of Nehemiah 4 to identify narrative elements that reflect resistance to the Jerusalem wall construction project. The results of the analysis show that the narratives in Nehemiah 4 depict various forms of resistance to the Jerusalem wall building project, including physical threats, scorn, and political intrigue. Nehemiah and his community faced this opposition with various strategies, such as organizing protection, praying, and maintaining their determination to complete the project. The researcher discovered how resistance influenced the reconstruction efforts, and the spirit of reconstruction motivated them to overcome the opposition. Reconciliation to opposition led to resistance and led to reconstruction influenced by the figure of Nehemiah. ABSTRAKArtikel ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana sikap oposisi terhadap pembangunan tembok Yerusalem dalam konteks narasi rebuilding tembok Yerusalem Nehemia 4. Studi ini menggunakan metode eksposisi teks dengan memperhatikan genre dari Nehemia 4 untuk mengidentifikasi elemen-elemen naratif yang mencerminkan resistensi terhadap proyek pembangunan tembok Yerusalem. Hasil analisis menunjukkan bahwa narasi dalam Kitab Nehemia 4 menggambarkan berbagai bentuk resistensi terhadap proyek pembangunan tembok Yerusalem, termasuk ancaman fisik, pencemoohan, dan intrik politik. Nehemia dan komunitasnya menghadapi oposisi ini dengan berbagai strategi, seperti mengorganisir perlindungan, berdoa, dan mempertahankan tekad mereka untuk menyelesaikan proyek tersebut. Peneliti menemukan bagaimana resistensi memengaruhi upaya rekonstruksi, dan semangat rekonstruksi memotivasi mereka untuk mengatasi oposisi yang ada. Rekonsiliasi terhadap oposisi menimbulkan resistensi dan berujung kepada rekontruksi yang dipengaruhi oleh figur Nehemia. Kata-kata Kunci: Resistensi, Rekontruksi, Nehemia 4, OposisiÂ
Kegiatan Meningkatkan Pengalaman Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Melalui Kokurikuler dalam Pembacaan Alkitab
Endik Firmansah
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 3 No. 2 (2024): Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54592/jct.v3i2.186
This research was motivated by the researcher's efforts as a Christian teacher to fill in the co-curricular activity of reading the Bible in schools, after the regulations for implementing full day school learning were issued. In this journal, the author discusses co-curricular activities to improve the learning experience of Christian religious education through reading the Bible. The research was conducted on Christian and Catholic students at SMP Negeri 2 Sei Menggaris who had taken part in Bible reading activities as a co-curricular activity. The research results show that co-curricular activities can improve students' learning experiences in Christian religious education. This activity can also increase students' interest in learning Christian religious education through Bible reading. In this activity, students are invited to read the Bible and discuss the meaning and meaning of the Bible text they read. Apart from that, this co-curricular activity can also help students to understand the teachings of the Christian religion in more depth through understanding the Bible texts they read. Therefore, the author recommends the use of co-curricular activities in learning Christian religious education as an effective and interesting method for students. ABSTRAKPenelitian ini dilatarbelakngi oleh usaha peneliti sebagai guru Agama Kristen untuk mengisi kegiatan kokurikuler membaca Alkitab di sekolah, setelah terbit peraturan untuk melaksanakan pembelajaran full day school.Dalam jurnal ini, penulis membahas tentang kegiatan kokurikuler untuk meningkatkan pengalaman pembelajaran pendidikan agama Kristen melalui pembacaan Alkitab. Penelitian dilakukan pada peserta didik beragama Kristen dan Katholik di  SMP Negeri 2 Sei Menggaris yang telah mengikuti kegiatan membaca Alkitab sebagai kegiatan kokurikuler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan kokurikuler dapat meningkatkan pengalaman pembelajaran siswa dalam pendidikan agama Kristen. Kegiatan tersebut juga dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran pendidikan agama Kristen melalui pembacaan Alkitab. Dalam kegiatan tersebut, siswa diajak untuk membaca Alkitab dan mendiskusikan arti dan makna dari teks Alkitab yang dibacanya. Selain itu, kegiatan kokurikuler ini juga dapat membantu siswa untuk memahami ajaran-ajaran agama Kristen secara lebih mendalam melalui pemahaman terhadap teks Alkitab yang dibaca. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan penggunaan kegiatan kokurikuler dalam pembelajaran pendidikan agama Kristen sebagai metode yang efektif dan menarik bagi siswa. Kata-kata kunci: Manajemen Pendidikan, Pendidikan Agama Kristen, Kelompok Kokurikuler, Membaca Alkitab
Pernyataan Iman Menurut Roma 10:9 dan Relevansinya bagi Kaum Difabel Kategori Tunawicara
Arif Wicaksono;
Laurens Ruben Sumisu
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 3 No. 2 (2024): Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54592/jct.v3i2.189
The statement of faith according to Romans 10:9 is a call to confess Jesus Christ as Lord and accept His resurrection from the dead. This verse emphasizes the importance of verbal confession of the Christian faith and belief in the heart in the truth of Christ's resurrection as the basis for salvation. For disabled people in the speech category, who may face communication challenges. In order to find the relevance of this confession of faith to the faith of the Speech Impaired, the author uses a literature study approach. Based on research conducted, confession does not always have to be verbal. Confession of faith can be done in a deep heart and awareness of the universal gift of salvation, not limited by communication limitations. The relevance of Romans 10:9 for the deaf category lies in their ability to experience, express, and celebrate the Christian faith through various forms of communication, while the Church provides support and inclusivity to ensure their safety and spiritual growth.ABSTRAKPernyataan iman menurut Roma 10:9 adalah panggilan untuk mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan mempercayai kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Ayat ini menekankan pentingnya pengakuan verbal terhadap iman Kristen dan keyakinan dalam hati akan kebenaran kebangkitan Kristus sebagai dasar keselamatan. Bagi kaum difabel kategori tunawicara, yang mungkin menghadapi tantangan komunikasi. Guna menemukan relevansi pengakuan iman ini terhadap keimanan kaum Tuna wicara penulis menggunakan pendekatan studi pustaka. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pengakuan tidak selalu harus bersifat verbal. Pengakuan iman dapat dilakukan dalam hati yang mendalam serta kesadaran akan anugerah keselamatan yang universal, tidak terbatas oleh keterbatasan komunikasi. Relevansi Roma 10:9 bagi kaum difabel kategori tunawicara terletak pada kemampuan mereka untuk mengalami, menyatakan, dan merayakan iman Kristen melalui berbagai bentuk komunikasi, sementara gereja memberikan dukungan dan inklusivitas untuk memastikan keselamatan dan pertumbuhan rohani mereka.. Kata-kata kunci: Difabel, Pernyataan Iman, Roma 10:9, Tunawicara.
Studi Pengembangan Konseling Kristen dalam Memengaruhi Penerimaan Diri
Victor Deak;
Loveilia Geovani
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 3 No. 2 (2024): Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54592/jct.v3i2.210
This research  focuses on the role of Christian Cognitive-Behavioral Therapy (C-CBT) in the self-acceptance process during young adulthood, by integrating aspects of Christian counseling and Christian identity formation. The study proposes that the integration of cognitive-behavioral principles with Christian values and teachings can offer a unique and effective approach to addressing self-acceptance issues. The research methodology employs a qualitative approach. Results indicate that C-CBT significantly contributes to improved self-acceptance, achieved through self-reflection driven by Christian values, understanding, and reinterpretation of beliefs about oneself in the light of Christian faith. It was also found that the process of Christian identity formation, reinforced through C-CBT, plays an important role in supporting self-acceptance. The integration of cognitive-behavioral and Christian counseling elements offers a valuable and effective approach in supporting self-acceptance during young adulthood. ABSTRAKPenelitian ini berfokus pada peranan terapi kognitif-perilaku Kristen (Christian Cognitive-Behavioral Therapy, C-CBT) dalam proses penerimaan diri pada masa dewasa muda, dengan mengintegrasikan aspek konseling Kristen dan formasi identitas Kristen. Kajian ini mengusulkan integrasi prinsip-prinsip kognitif-perilaku dengan nilai-nilai dan ajaran Kristen yang dapat menawarkan pendekatan unik dan efektif untuk mengatasi masalah penerimaan diri. Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa C-CBT secara signifikan berkontribusi terhadap peningkatan penerimaan diri, dicapai melalui refleksi diri yang didorong oleh nilai-nilai Kristen, pemahaman dan reinterpretasi keyakinan tentang diri sendiri dalam cahaya iman Kristen. Ditemukan juga bahwa proses formasi identitas Kristen, yang diperkuat melalui C-CBT, memainkan peran penting dalam mendukung penerimaan diri. Integrasi kognitif-perilaku dan elemen-elemen konseling Kristen menawarkan pendekatan yang berharga dan efektif dalam mendukung penerimaan diri pada masa dewasa muda. Kata-kata kunci: Konseling Kristen; Penerimaan Diri; Pengembangan Identitas; Krisis; Emerging Adulthood
ANALISIS TOKOH NEHEMIA SEBAGAI REFLEKSI PROFESIONALITAS PEMIMPIN GEREJAWI
Priyono, Joko
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 4 No. 1 (2024): SEPTEMBER
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54592/7aqjkw64
This research analyzes the figure of Nehemiah as a reflection of the professionalism of ecclesiastical leaders, with the aim of identifying leadership principles relevant to the contemporary church. Using the Bible Character Study method, this study conducts an in-depth analysis of Nehemiah through narrative examination, historical context, and his main characteristics. The findings indicate that Nehemiah is a model of professional leadership characterized by integrity, diplomatic skills, meticulous planning, effective crisis management, commitment to social justice, dedication to his duties, and servant leadership. Additionally, Nehemiah emphasizes the importance of spiritual and moral renewal in leadership. This study concludes that Nehemiah's leadership principles are highly relevant and applicable to modern ecclesiastical leadership. By emulating Nehemiah's characteristics and actions, church leaders can develop leadership that is effective, integrous, and positively impactful for the church community.