cover
Contact Name
Hariyanto
Contact Email
hariyantogracia@gmail.com
Phone
+628121024884
Journal Mail Official
davarjurnalteologi@gmail.com
Editorial Address
Jl. Prof. Dr. Ratu Menten, Komplek Grogol Permai Blok C 41, Jakarta Barat, DKI Jakarta
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Davar: Jurnal Teologi
ISSN : 27229041     EISSN : 2722905X     DOI : https://doi.org/10.55807/davar
Davar: Jurnal Teologi adalah jurnal ilmiah dalam bidang teologi yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta. Jurnal ini terbit dua kali dalam satu tahun. Menerima naskah dari Dosen, Peneliti, Mahasiswa, dan Praktisi yang sesuai dengan lingkup jurnal ini. Focus dan Scope Davar: Jurnal Teologi adalah Teologi Biblikal Teologi Sistematika Studi Pastoral dan Konseling Kristen Filsafat Kristen Apologetika Pendidikan Kristen (Gereja, Keluarga, dan Sekolah) Manajemen Gereja Kepemimpinan Kristen Sosiologi Agama Misiologi dan Penginjilan
Articles 57 Documents
Refleksi Mazmur 8:4-9 terhadap fenomena bunuh diri dalam komunitas Kristen Foera era waruwu
Davar : Jurnal Teologi Vol 3, No 2 (2022): Desember
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v3i2.67

Abstract

AbstractThe book of Psalm 8:4-9 shows that humans are noble creatures from the beginning created by God, but the problem is that humans do not realize that they are noble so they easily take action to take their lives (suicide) just because of the pressures of life. The methodical approach used in this study is qualitative by analyzing various existing literature and also the grammar and context involved in the discussion. Humans must be made aware again that humans were not created just to manage the earth, but as an image of God who must be able to represent life as a noble creature within himself. Psalm 8:4-9 explains that humans are special creations before God and He cares deeply for them. Therefore, humans should not act recklessly especially suicide, why? is it because taking one's life means not regretting the glory and not appreciating the God who gave it. Keywords: Psalms, Noble, Suicide, Christian, AbstrakKitab Mazmur 8:4-9 menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang mulia sejak semula diciptakan oleh Allah, tetapi yang menjadi permasalahannya manusia tidak menyadari dirinya mulia sehingga dengan mudahnya mengambil tindakan melayangkan nyawa (bunuh diri) hanya karena tekanan hidup. Pendekatan metodik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menganalisis berbagai literatur yang ada dan juga gramatika serta konteks yang terkait dalam bahasan. Manusia harus disadarkan kembali bahwa manusia tidak diciptakan hanya sekedar mengelola bumi saja, melainkan sebagai gambar Allah yang harus bisa mempresentasikan kehidupan sebagai makhluk mulia dalam dirinya. Mazmur 8:4-9 menjelaskan bahwa manusia adalah ciptaan istimewa di hadapan Allah dan Ia sangat memperhatikannya. Oleh karena itu, manusia tidak boleh bertindak sembarangan terutama bunuh diri, kenapa? karena melayangkan nyawa berarti tidak menyayangkan kemuliaan dan tidak menghargai Allah yang memberikannya. Kata kunci: Mazmur, Mulia, Bunuh diri, Kristen
Upaya pembinaan warga gereja kelompok usia anak-anak menurut Alkitab David Eko Setiawan; Icha Debora Gulo; Gita Maisa Alvionita; Valencia Sirut Suberti
Davar : Jurnal Teologi Vol 3, No 2 (2022): Desember
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v3i2.18

Abstract

AbstractDuring childhood, children may not be able to manage information properly. Children's desires are often instant, causing them to do things that are not right. Therefore, it is the responsibility of the Church Community Development to teach the children according to the teachings of the Bible in the church. Therefore, the church's development efforts focus on children to achieve the main goal of teaching or educating each age group of children to reach a level of growth that is in line with the fullness of Jesus according to the Bible. Therefore, the church's development efforts for children need to be carefully designed and structured according to Christian values and biblical teachings. The author uses a qualitative descriptive analysis research method based on literature, which collects data through journals and books. The purpose of this writing is to clarify the role of church community development in shaping the character of Sunday school children in accordance with the teachings of the Bible. Key words: The upbuilding of church citizens, children, and the biblical AbstrakPada masa Anak-anak belum dapat mengelola informasi dengan baik. Keinginan anak-anak adalah sesuatu yang instan sehingga hal yang tidak benar pun akan mereka lakukan. Hal ini merupakan tanggung jawab Pembinaan Warga Gereja kepada kelompok anak untuk mengajarkan sesuai dengan ajaran Alkitab didalam gereja. oleh sebab itu upaya pembinaan gereja memusatkan pembinaan kepada anak untuk mencapai tujuan utama yaitu mengajarkan atau mendidik setiap kelompok usia anak-anak mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Yesus menurut Alkitab. Oleh sebab itu, upaya pembinaan gereja kepada kelompok usia anak perlu dirancang dengan matang dan disusun sesuai nilai-nilai kekristenan dan ajaran Alkitab. Penulis menggunakan metode penelitian analisis dekriftif kualitatif yang berbasis kepustakaan yang dimana metode ini mengumpulkan data yang ada melalui jurnal dan buku. Ada pun Tujuan dari penulisan memperjelas peran pembinaan warga gereja dalam membentuk karakter anak sekolah minggu sesuai dengan ajaran Alkitab. Kata kunci: Pembinaan Warga Gereja, Anak. Alkitabiah  
Polemik Bahasa Roh sebagai tanda awal baptisan Roh Kudus Yanto Sutrisno; Gregorius Suwito; Gidion Gidion
Davar : Jurnal Teologi Vol 4, No 1 (2023): Juni
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v4i1.61

Abstract

Abstract One of the main factors in church growth is the role of the power of the Holy Spirit in enabling humanity to respond to the preaching of the Gospel. However, to this day, there are still doubts in some church circles about the continuation of the power of the Holy Spirit as happened on the day of Pentecost, especially in the polemic "speaking in tongues as an initial sign of Spirit baptism". Researchers seek to bridge differences and build a comprehensive construction of teaching tongues for all groups, and benefit optimal growth of faith and fullness of the congregation. The method in this research is analysis with a qualitative approach which focuses on the problems of this biblical study on differences in the hermeneutical basis (interpretation) of texts, phrases and verses which cause differences in the teaching of tongues. The researcher concludes that speaking in tongues is an initial sign for believers who have received the baptism of the Holy Spirit, because this is the sign worn and experienced by the New Testament people in accordance with the fulfillment of God the Father's promise. The various works of the Holy Spirit which are described differently must be understood as a manifestation of cooperation between the person of the Holy Spirit and every believer.Keywords: Baptism of the Holy Spirit; Spirit-filled; The gift of the spirit; Tongues.AbstrakSalah satu faktor utama pertumbuhan gereja adalah peran kuasa Roh Kudus yang memampukan  umat manusia meresponi pemberitaan Injil. Namun hingga hari ini, masih ada keraguan sebagian kalangan gereja terhadap keberlanjutan kuasa Roh Kudus seperti yang terjadi di hari Pentakosta, khususnya dalam polemik “berbahasa roh sebagai tanda awal baptisan Roh”. Peneliti berupaya menjembatani perbedaan dan membangun sebuah konstruksi pengajaran bahasa roh yang komprehensif bagi semua kalangan, dan memberi manfaat pertumbuhan iman dan kepenuhan yang optimal dari jemaat. Metode dalam penelitian ini adalah analisis dengan pendekatan kualitatif yang memfokuskan kepada permasalahan studi biblika ini kepada perbedaan landasan hermeneutika (penafsiran) teks, frasa dan ayat yang menyebabkan perbedaan pengajaran bahasa roh. Peneliti menyimpulkan bahwa berbahasa roh adalah tanda awal bagi orang percaya yang telah menerima baptisan Roh Kudus, karena inilah tanda yang dikenakan dan dialami umat Perjanjian Baru sesuai penggenapan janji Allah Bapa. Ragam karya Roh Kudus yang digambarkan secara berbeda harus dipahami sebagai perwujudan kerjasama antara pribadi Roh Kudus dengan setiap orang percaya.Kata kunci: Baptisan Roh Kudus; Dipenuhi Roh; Karunia roh; Bahasa roh.
Menangkal radikalisme agama berdasarkan nilai hospitalitas kristen dalam budaya raputallang di Toraja Resti Palopak
Davar : Jurnal Teologi Vol 4, No 1 (2023): Juni
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v4i1.87

Abstract

Abstract Radicalism can be considered an ideology that can trigger conflict in society and can result in violence and even bloodshed. Rigidity in adhering to an ideology can be the main trigger for the creation of conflict and violence. This research uses a qualitative approach which can help in collecting information and also requires order and context in the problem to be revealed. This research aims to increase understanding and awareness of how to prevent religious radicalism that occurs through the value of Christian hospitality in Raputallang Culture in Toraja and also look for symbols in Raputallang culture that can be used to ward off religious radicalism. The presence of Raputallang is very important for Torajan people because it has an important role in Torajan society in terms of living their lives personally or among other people. Raputallang can be a tool that can control each person before speaking or acting so that they can control an action that is not good for the family. even to other people. Meanwhile, hospitality is based on a form of love towards all people. Christian hospitality must be carried out continuously because every human being needs other human beings.Keywords: Toraja, Culture, Radicalism, Hospital, Raputallang.AbstrakRadikalisme dapat dianggap sebagai paham yang dapat memicu terjadinya sebuah konflik dalam masyarakat dan dapat mengakibatkan kekerasan bahkan pertumpahan darah. Kekakuan dalam menganut ideologi dapat menjadi pemicu utama terciptanya sebuah konflik dan kekerasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dapat membantu dalam mengumpulkan informasi dan juga menuntut keteraturan, serta konteksnya dalam masalah yang akan diungkapkan. Penelitian ini bermaksud untuk meningkatkan sebuah pemahaman dan kesadaran terhadap bagaimana mencegah radikalisme agama yang terjadi melalui nilai hospitalitas Kristen dalam Budaya Raputallang di Toraja juga mencari simbol-simbol dalam budaya Raputallang yang bisa di gunakan dalam hal menangkal radikalisme agama. Kehadiran Raputallang sangat penting bagi orang Toraja karena memiliki peran penting dalam masyarakat Toraja dalam hal menjalani kehidupannya secara pribadi atau sesama manusia, Raputallang ini dapat menjadi sebuah alat yang dapat mengontrol diri setiap orang sebelum berbicara maupun bertindak sehingga dapat mengendalikan sebuah tindakan yang tidak baik kepada keluarga bahkan kepada orang lain. Sedangkan hospitalitas didasari dari sebuah bentuk cinta kasih terhadap semua orang. Hospitalitas Kristen harus terus menerus dilakukan karena setiap manusia membutuhkan manusia yang lainnya.Kata kunci: Toraja, Budaya, Radikalisme, Hospital, Raputallang.
Avodah: Perspektif Alkitab tentang pekerjaan dan pelayanan Dylfard Edward Pandey
Davar : Jurnal Teologi Vol 4, No 1 (2023): Juni
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v4i1.100

Abstract

AbstractFrom a church perspective, work and ministry are often considered two different and contradictory things that cannot be combined. The difference in seeing work and ministry as secular and sacred gives rise to many crises, debates and controversies in church life. Therefore, to address this, research efforts were made on these two things in the context of the term avodah as seen from a Biblical perspective and as the focus of research. In carrying out this research, qualitative methods were used with a literature study approach and inductive analysis to collect, analyze and validate data. Hebrew Terminology avodah is a comprehensive perspective with a unified, compound meaning, namely work, service and worship; and at the same time multi-application where these three meanings are applied. Avodah is a perspective where service and work are worship and a form of worship that is continuously carried out in the lives of believers. Avodah with the meaning of work, service and worship was deliberately designed by God to cover aspects of the spirit, soul and body in human life. The idea of Avodah also shows that service and work as a form of worship and worship are tools that can transform the lives of believers to become like and in the image of God.Key words: Avodah, Work, Worship, Ministry, Be-VocationalAbstrakDalam perspektif gereja pekerjaan dan pelayanan seringkali dianggap dua hal yang berbeda dan bertolak belakang sehingga tidak dapat disatukan. Perbedaan dalam melihat pekerjaan dan pelayanan sebagai yang sekuler dan yang sakral menimbulkan banyak krisis, perdebatan dan kontroversi dalam kehidupan bergereja. Karena itu, untuk menyikapi hal ini dilakukan upaya penelitian tentang kedua hal ini dalam konteks terminolgi avodah sebagaiman dilihat dalam perspektif Alkitab dan sebagai fokus penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka dan analisis induktif guna mengumpulkan, menganalisa dan mengabsahkan data. Terminology Ibrani avodah merupakan sebuah perspektif yang komprehensif dengan memiliki satu kesatuan arti yang majemuk yaitu pekerjaan, pelayanan dan penyembahan; dan sekaligus multi aplikasi dimana ketiga makna tersebut diterapkan. Avodah merupakan perspektif dimana pelayanan dan pekerjaan merupakan sebuah penyembahan dan bentuk ibadah yang terus menerus dilaksanakan dalam kehiduapn orang percaya. Avodah dengan pengertian pekerjaan, pelayanan dan penyembahan sengaja dirancang Allah untuk melingkupi aspek roh, jiwa dan tubuh dalam kehidupan manusia. Gagasan Avodah juga menunjukkan bahwa pelayanan dan pekerjaan sebagai bentuk penyembahan dan ibadah merupakan alat yang sedemikian rupa dapat mentransformasi kehidupan orang percaya untuk menjadi serupa dan segambar dengan Allah.Kata kunci: Avodah, Kerja, Ibadah, Pelayanan, Bivokasi
Eksistensi bahasa lidah dalam perspektif Pentakosta pada gereja masa kini Suparyadi, Zakharia; Pakpahan, Gernaida; Tumbelaka-Wieland, Josephine Mariana
Davar : Jurnal Teologi Vol 4, No 2 (2023): Desember
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v4i2.109

Abstract

ABSTRACTTongue language (glossolalia) is a spiritual gift that has become a phenomenon in Christian spiritual life. This phenomenon has been associated with almost all revival movements within the Christian church, including the charismatic renewal movement. The use of tongues in worship, not a few frictions lead to divisions; some see it as a sign, while others see it as a mere gift. The focus and objective of this article is to explore the implementation of glossolalia in the contemporary church from the perspective of Pentecostal philosophy. The method used in this study is an analysis of the history of tongues in the early Church era with a qualitative approach. An approach method in philosophy that focuses on proof (verification) where in order for a statement to have meaning it must really be defined (analytical) or provable (synthetic). Pentecost was the beginning of God pouring out the Holy Spirit on the church and 120 of them started speaking in other languages/tongues and continued in the early church in the Acts of the Apostles (ontology). Tongues is a gift of the Holy Spirit which is given according to His will to believers to carry out their functions in the body of Christ according to His call. When someone speaks in tongues, he is not actually speaking himself, but it is the Spirit within him who is speaking (epistemology). The benefits of speaking in tongues are as follows: the language of prayer, as a means of self-development, and building emotional intelligence and to communicate with God (axiology).Keywords: existence, tongues, pentecost, church.ABSTRAKBahasa lidah (glossolalia) merupakan salah satu karunia rohani yang telah menjadi fenomena di dalam kehidupan spiritual kristen. Fenomena ini telah dihubungkan dengan hampir semua gerakan kebangkitan dalam gereja Kristen, termasuk di dalamnya gerakan pembaharuan kharismatik. Penggunaan bahasa lidah dalam ibadah, tidak sedikit friksi berujung pada perpecahan; ada yang menganggapnya sebagi tanda, dan sebaliknya melihatnya sekadar karunia semata. Fokus dan Tujuan artikel ini adalah mengeksplorasi implementasi glosolalia pada gereja masa kini dari sudut pandang Filsafat Pentakosta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis terhadap sejarah bahasa lidah era Gereja mula mula dengan pendekatan metode Kualitatif. Suatu metode pendekatan dalam filsafat yang memusatkan perhatian pada pembuktian (verifikasi) dimana supaya pernyataan mempunyai arti ia harus benar-benar dapat didefinisikan (analitis) atau dapat dibuktikan (sintetis). Pentakosta merupakan awal Tuhan mencurahkan Roh Kudus ke atas gereja dan 120 dari mereka mulai berbicara dalam bahasa lain /lidah dan terus berlanjut pada gereja mula-mula di Kisah Para Rasul (ontologi). Bahasa lidah merupakan karunia Roh Kudus yang diberikan seturut kehendak-Nya kepada orang percaya untuk menjalankan fungsinya di dalam tubuh Kristus sesuai dengan panggilan-Nya. Seseorang ketika mengucapkan bahasa lidah, sebenarnya ia tidak sedang berbicara sendiri, melainkan Roh yang ada di dalam dirinya itulah yang berbicara (epistemologi). Manfaat bahasa lidah sebagai berikut: sebagai bahasa doa, sebagai sarana membangun diri sendiri, dan membangun kecerdasan emosional dan untuk berkomunikasi dengan Allah (aksiologi).Kata kunci: eksistensi, bahasa lidah, pentakosta, gereja.
Sejarah dan perjalanan sila pertama pancasila dari era orde lama sampai era reformasi (SBY) Arthur Aritonang
Davar : Jurnal Teologi Vol 4, No 1 (2023): Juni
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v4i1.7

Abstract

AbstractThis article intends to trace the history of the sharp debate over the sound of the first Pancasila precepts among nationalists and political Islam. It is clear that this problem has not yet been resolved to be resolved, some Indonesians seem unable to come to terms with the sound of the first precepts. These efforts are still being fought for, either through political channels or through the birth of religious-based community organizations / mass organizations. In general, this effort is about to present the face of superiority in religion in Indonesia which in turn changes the way of being Indonesian religion from being intolerant of diversity. This indicates that Indonesian society seems to have started to ignore the meaning of the first Pancasila precepts. The purpose of this article is to trace the history of the first Pancasila precepts from the Old Order to the Reformation (SBY). Whether the way of religion in Indonesia shows the soul of the first Pancasila precepts or is it the other way around? The approach used in this article is a qualitative method that focuses on the literature on the first Pancasila precepts. The conclusion of this article is that the first Pancasila precepts experienced degradation until the end of the SBY administration. To overcome the problem of religious dissonance in Indonesia, Indonesian people need to live up to the values of the first Pancasila precepts. Key words: Pancasila First Principle, Islam, Politics, Religious Harmony. AbstrakArtikel ini hendak menelusuri sejarah perdebatan yang cukup tajam atas bunyi dari sila pertama pancasila di antara kalangan nasionalis dan islam politik. Persoalan ini nyata belum juga tuntas untuk diselesaikan sebagian masyarkat indonesia tampaknya belum dapat berdamai dengan bunyi dari sila pertama tersebut. Upaya tersebut masih terus diperjuangkan baik melalui jalur politik ataupun melalui lahirnya organisasi masyarakat/ormas yang berbasis agama. Usaha tersebut sebenarnya secara garis besar hendak menampilkan wajah superioritas dalam beragama di indonesia yang pada akhirnya mengubah cara beragama indonesia dari yang menjadi intoleran terhadap keberagaman. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat indonesia seperti sudah mulai mengabaikan makna dari pancasila sila pertama. Tujuan dari artikel ini ialah menelusuri sejarah perjalanan pancasila sila pertama dari orde lama sampai reformasi (SBY). Apakah cara beragama di Indonesia memperlihatkan jiwa dari sila pertama pancasila ataukah malah sebaliknya?. Pendekatan yang digunakan dalam artikel ini ialah metode kualitatif yang menitikberatkan pada liteatur mengenai pancasila sila pertama. Kesimpulan dari artikel ini ialah pancasila sila pertama mengalami degradasi sampai masa berakhirnya pemerintahan SBY. Untuk mengatasi masalah ketidakrukunan umat beragama di Indonesia, masyarakat Indonesia perlu menghidupi nilai dari Pancasila sila pertama.Kata kunci: Pancasila Sila Pertama, Islam, Politik, Kerukunan Umat Beragama.
Peranan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa Ibrahim, Ibrahim; Randabunga, Berta; Gultom, Rismawaty
Davar : Jurnal Teologi Vol 4, No 2 (2023): Desember
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v4i2.115

Abstract

ABSTRACTThis research was conducted with the aim of analyzing and testing how much influence students' emotional intelligence has on the learning achievement of students in grades 5 and 6. This research uses quantitative methods. Quantitative research methods are methods for testing certain theories by testing validity, reliability and simple regression. This research was carried out at YHS Makassar Christian Elementary School. All 54 students in grades 5 and 6 in the 2021/2022 academic year were included as the sample. Based on the results of the data management carried out, it was found that there was an influence of students' emotional intelligence on student learning achievement at YHS Makassar Christian Elementary School which was supported by the table above regarding variable relationships, which was included in the sufficient category with a value of 0.469. There is an influence of students' Emotional Intelligence on student learning achievement at YHS Makassar Christian Elementary School. In accordance with research results which show that students' emotional intelligence on student learning achievement has an influence of 22%, the remaining 78% is influenced by other factors or variables. Keywords: Emotional Intelligence, Learning achievement, Student ABSTRAKPenelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisa dan menguji berapa besar pengaruh kecerdasan emosional siswa, terhadap prestasi belajar siswa kelas 5 dan 6. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode penelitian kuantitiaf merupakan metode-metode untuk menguji teori tertentu dengan cara uji validitas, reliabilitas dan regresi sederhana. Penelitian ini dilaksanakan di SD Kristen YHS Makassar. Seluruh siswa kelas 5 dan 6  di Tahun pelajaran 2021/2022 sejumlah 54 siswa dimasukkan sebagai sampel. berdasarkan hasil pengelolaan data yang dilakukan, didapat bahwa adanya pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap prestasi belajar siswa di SD Kristen YHS Makassar yang didukung oleh tabel di atas tentang hubungan variabel termasuk dalam kategori cukup dengan nilai 0,469. Terdapat pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap prestasi belajar siswa di SD Kristen YHS Makassar. Sesuai dengan hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa kecerdasan emosional siswa terhadap prestasi belajar siswa memiliki pengaruh sebesar 22%, sisanya sebesar 78% dipengaruhi oleh faktor atau variable lainnya.Kata Kunci: Kecerdasan Emosional, Prestasi Belajar, Siswa.
Pemanfaatan smartphone dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Sri Wahyuni; Dea Vivianti; Penni Ani Simanungkalit
Davar : Jurnal Teologi Vol 4, No 1 (2023): Juni
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v4i1.108

Abstract

Abstract This research aims to determine the impact of smartphone use and student learning motivation in achieving learning achievement at STT Sangkakala Jakarta. The hypothesis put forward is: "if students use smartphones well and have the right motivation to learn, it will affect the learning achievement of STT Sangkakala Jakarta students". The population of this study was STT Sangkakala Jakarta students from the 2017-2021 class, totaling 54 people. Sampling used a random sampling technique, namely random sampling using the Slovin formula, then 43 samples were found. The instrument used to collect research data used a Likert scale questionnaire. Subjects were asked to respond in four categories, namely: Strongly Agree (SS), Agree (S), Disagree (TS), Strongly Disagree (STS). The data processing used is a program module with percentages. The results of data analysis state that the categories, variable categories and aspects as a whole are good. The results of the hypothesis test are significant and have a positive effect, which influences H1 and H2 to be accepted. Based on the research paradigm, it is explained that the use of smartphones has a 45.2% effect on student learning achievement. Meanwhile, learning motivation has an influence of 66.4% on learning achievement. Gender, age, length of boarding also influence student learning achievement.Keywords: Smartphone, Learning Motivation, Learning Achievement.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pemanfaatan smartphone serta motivasi belajar mahasiswa dalam mencapai prestasi belajar di STT Sangkakala Jakarta. Hipotesis yang diajukan adalah: “jika mahasiswa memanfaatkan smartphone dengan baik dan memiliki motivasi belajar yang benar, maka akan mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa STT Sangkakala Jakarta”. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa STT Sangkakala Jakarta dari angkatan 2017-2021 yang berjumlah 54 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak dengan rumus Slovin, kemudian ditemukan sampel sebanyak 43 sampel. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner skala Likert. Subjek diminta untuk memberi respon dengan empat kategori yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pengolahan data yang digunakan adalah modul program dengan persentasi. Hasil analisis data menyatakan bahwa kategori, kategori variabel dan aspek secara keseluruhan baik. Hasil uji hipotesis terdapat signifikan dan berpengaruh positif, yang mempengaruhi H1 dan H2 diterima. Berdasarkan paradigma hasil penelitian dijelaskan bahwa pemanfaatan smartphone berpengaruh sebesar 45,2% terhadap prestasi belajar mahasiswa. Sedangankan motivasi belajar memberikan pengaruh sebesar 66,4% terhadap prestasi belajar. Jenis kelamin, usia, lama berasrama juga mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa.Kata kunci: Smartphone, Motivasi Belajar, Prestasi Belajar.
Konsep diri remaja Kristen dalam menghadapi identitiy crisis sosial media Abraham, Victor; Paulus, Yanto
Davar : Jurnal Teologi Vol 4, No 2 (2023): Desember
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v4i2.85

Abstract

ABSTRACTAs children of God, youth are endowed with the seeds of Christ's character within. Therefore, in order to grow and maintain the character of Christ in him, he must understand his identity as a follower of Christ. Therefore, Christian youth must provide a real foundation where they will not be influenced by the surrounding influences, especially the influence that is on social media. So that when they enter a period of identity crisis, Christian youth are ready to take their journey to find their identity. The existence of this journal aims to reduce Christian teenagers who experience "identity crisis" due to their environment, especially in social media. Also so that people who want to help their friends or teenagers to be able to go through the ups and downs of youth with a self-concept and self-identity in accordance with the Christian Faith. The benefits obtained from the journal are a guidebook that can help them through their teenage years so that Christian Teens or children who are heading to Teenagers and parents who have Teenagers for them can understand and anticipate things that will happen to them and build certainly a strong foundation of the Christian Faith in order to be able to go through that period without experiencing an "identity crisis". Key words: Identity, Social media, Identity crisis, Christian youth, Self concept. ABSTRAKSebagai anak Tuhan, pemuda diberkahi dengan benih karakter Kristus dalam diri. Oleh karena itu, untuk mendapatkan tumbuh dan pertahankan karakter Kristus di dalam dirinya, maka dia harus memahami identitasnya sebagai pengikut Kristus. Maka dari itu para remaja Kristen harus dibekali betul-betul fondasi dimana mereka tidak akan terkecohkan oleh pengaruh sekitar terutama pengaruh yang ada pada sosial media. Sehingga pada saat mereka memasuki periode krisis identitas, para remaja Kristen sudah siap untuk menempuh perjalanan mereka untuk mencari identitas sejati dirinya. Adanya jurnal ini bertujuan agar mengurangi Remaja Kristen yang mengalami identity crisis” akibat lingkungan mereka terutama dalam sosial media. Juga agar para orang yang ingin membantu teman atau anak remaja mereka untuk dapat melewati masa-masa naik turunnya keremajaan dengan konsep diri dan identitas diri yang sesuai dengan Iman Kristen. Manfaat yang didapat dari jurnal yaitu sebuah buku panduan yang dapat membantu mereka melalui masa remaja mereke agar para Remaja Kristen atau anak yang sedang menuju ke Remaja serta orang tua yang memiliki anak Remaja untuk mereka dapat memahami dan mengantisipasi terhadap hal-hal yang akan menimpa mereka dan tentunya membangun sebuah fondasi Iman Kristen yang kuat agar bisa melalui masa itu tanpa mengalami “identity crisis”. Kata kunci: Identitas, Sosial media, Krisis identitas, Remaja Kristen, Konsep diri.