cover
Contact Name
Hariyanto
Contact Email
hariyantogracia@gmail.com
Phone
+628121024884
Journal Mail Official
davarjurnalteologi@gmail.com
Editorial Address
Jl. Prof. Dr. Ratu Menten, Komplek Grogol Permai Blok C 41, Jakarta Barat, DKI Jakarta
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Davar: Jurnal Teologi
ISSN : 27229041     EISSN : 2722905X     DOI : https://doi.org/10.55807/davar
Davar: Jurnal Teologi adalah jurnal ilmiah dalam bidang teologi yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta. Jurnal ini terbit dua kali dalam satu tahun. Menerima naskah dari Dosen, Peneliti, Mahasiswa, dan Praktisi yang sesuai dengan lingkup jurnal ini. Focus dan Scope Davar: Jurnal Teologi adalah Teologi Biblikal Teologi Sistematika Studi Pastoral dan Konseling Kristen Filsafat Kristen Apologetika Pendidikan Kristen (Gereja, Keluarga, dan Sekolah) Manajemen Gereja Kepemimpinan Kristen Sosiologi Agama Misiologi dan Penginjilan
Articles 57 Documents
Ilham Allah dalam inneransi Alkitab Suparyadi, Zakharia; Eppang, Paulus; Zebua, Yaterorogo; Saputro, Mihardo
Davar : Jurnal Teologi Vol 5, No 1 (2024): Juni
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v5i1.154

Abstract

ABSTRACTThe Bible is a book of instructions and a guide for Christians that serves to teach, reveal errors, correct behavior and educate people in the truth. The Bible consists of 39 Old Testament books and 27 New Testament books which are believed to be the Word of God. The focus of this research is the development of the results of the study of the book "Vital Issues in the Inerrancy Debate" written by Geisler and based on a question: Is there really a role of God's Inspiration in the inerrancy of the Bible? And what are the functions of God's Inspiration in the inerrancy of the Bible? The purpose of this research is to produce a new study of the role of Divine Inspiration in the inerrancy of the Bible that can provide theoretical benefits. The method used in this research is qualitative, namely by studying the entire Bible, compiling information about doctrine by correlating it and trying to understand what is written, and finally seeing the culmination of Divine revelation. The results of the study of the role of God's Inspiration in the inerrancy of the Bible are as a leader, encourage and controller of the writers of the Bible. Keywords: Inspiration of God, Inerrancy, Bible. ABSTRAKAlkitab merupakan buku petunjuk dan penuntun hidup bagi orang Kristen yang berfungsi untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran. Alkitab terdiri dari 39 Kitab Perjanjian Lama dan 27 Kitab Perjanjian Baru yang diyakini sebagai Firman Allah. Fokus penelitian ini merupakan pengembangan dari hasil kajian buku “Vital Issues in the Inerrancy Debate” yang ditulis oleh Geisler dan mendasarkannya pada sebuah pertanyaan: Benarkah ada peran Ilham Allah dalam inerrancy Alkitab? Dan berfungsi sebagai apa saja Ilham Allah dalam inerrancy Alkitab? Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah kajian baru terhadap peranan Ilham Ilahi dalam inerrancy Alkitab yang dapat memberikan manfaat teoritis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu dengan mempelajari keseluruhan Alkitab, menyusun informasi tentang doktrin dengan mengkorelasikannya serta berusaha mengerti apa yang tertulis, dan akhirnya melihat kulminasi dari wahyu Ilahi. Hasil dari penelitian peranan Ilham Allah dalam inerrancy Alkitab adalah sebagai memimpin, mendorong dan pengontrol para penulis Alkitab. Kata Kunci: Ilham Allah, Ketidakbersalahan, Alkitab.
Theologia dan pekerjaan: Bekerja dalam perspektif Alkitab dan relevansinya terhadap pelayanan Simanjuntak, Erwin Sudarmono; Paat, Vicky B.G.D; Sugianto, Paulus
Davar : Jurnal Teologi Vol 4, No 2 (2023): Desember
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v4i2.149

Abstract

ABSTRACTPeople spend most of their lives at work. Whether it's working as a profession or in spiritual service. However, many people think that work as a profession is very different or has a very large gap before God from work in the ministry. There are those who interpret working as a profession as a matter outside of God and worldly in nature. There are also those who interpret work as a profession as completely worldly affairs and not God's calling. Through research into the Bible, it is hoped that the right attitude for humans to view their work will be found, so that humans can interpret their work positively and productively. The results of Bible studies show that work is an activity that is intrinsic to humans as a creation in which God, the creator is also depicted as a figure who works. The purpose of this research is to find out the relevance of work to service, so that everyone realizes the attitude of a calling to work in the midst of the world of work towards mission and service. The research method used was collecting literature to solve problems so that the results were found that working as a profession is a calling from God and has strong relevance to service. Keywords: Work, Relevance, Service           ABSTRAKKehidupan orang sebagian besar hidupnya menghabiskan waktu dalam pekerjaan. Baik itu bekerja sebagai profesi maupun dalam pelayanan kerohanian. Namun banyak orang menganggap bahwa pekerjaan sebagai profesi itu sangat berbeda jauh atau punya kesenjangan yang sangat jauh dihadapan Tuhan dengan pekerjaan dalam pelayanan. Ada yang memaknai bahwa bekerja sebagai profesi sebagai urusan diluar Tuhan dan bersifat duniawi. Ada juga yang memaknai bekerja sebagai profesi itu seutuhnya adlah urusan-urusan dunia dan bukan panggilan Tuhan. Melalui penelitian terhadap Alkitab, diharapkan ditemukan sikap yang  tepat bagi manusia untuk melihat pekerjaannya, sehingga manusia bisa  memaknai pekerjannya secara positif dan produktif. Hasil kajian Alkitab menunjukkan bahwa bekerja adalah aktivitas yang melekat kepada manusia  secara hakiki sebagai suatu ciptaan di mana Allah, sang pencipta juga digambarkan sebagai sosok yang bekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan apa relevansi pekerjaan terhadap pelayanan, sehingga setiap orang mewujudkan sikap panggilan bekerja ditengah-tengah dunia pekerjaan terhadap pelayanan misi maupun pelayanan. Metode penelitian yang dipakai dengan mengumpulkan literatur untuk memecahkan masalah sehingga menemukan hasil bahwa bekerja sebagai profesi merupakan panggilan dari Tuhan dan memiliki relevansi yang kuat terhadap pelayanan. Kata kunci: Pekerjaan, Relevansi, Pelayanan
Memahami moderasi beragama dalam teologi kontemporer berdasarkan transformasi pesan misi Paulus Borotoding, Sandi Marselino
Davar : Jurnal Teologi Vol 5, No 1 (2024): Juni
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v5i1.127

Abstract

ABSTRACTThe study of Paul's mission messages on religious moderation is crucial in navigating global challenges such as religious extremism, religious-based conflict, and restoring peace in a multicultural society. This paper analyzes how the values championed by Paul, such as tolerance, love, interfaith dialogue, and unity in Christ, can be interpreted and applied in a complex contemporary context. Paul's teachings serve as a strong moral foundation for developing an inclusive, respectful, and open approach to religious diversity. This study uses a library method, which is an activity that is closely related to data collection by analyzing data or information to obtain accurate search results. Library sources aim to collect data and information needed by the author from various sources, for example through books, journals, and other sources that are in accordance with the topic of discussion. This study explores the potential of values in reducing interfaith tensions, promoting constructive dialogue, and building a solid foundation for sustainable peace. Keywords: Paul's Mission, Religious moderation, Religious extremism, Religious-based conflict. ABSTRAKKajian terhadap pesan-pesan misi Paulus tentang moderasi beragama menjadi krusial dalam menavigasi tantangan global seperti ekstremisme agama, konflik berbasis agama, dan pemulihan perdamaian di tengah masyarakat multikultural. Tulisan ini menganalisis bagaimana nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Paulus, seperti toleransi, kasih, dialog antaragama, dan persatuan dalam Kristus, dapat diinterpretasikan dan diterapkan dalam konteks kontemporer yang kompleks. Ajaran-ajaran Paulus menjadi fondasi moral yang kuat untuk mengembangkan pendekatan yang inklusif, saling menghormati, dan terbuka terhadap keragaman agama. Penelitian ini mengunakan metode kepustakaan, yaitu suatu kegiatan yang berkaitan erat dengan pengumpulan data dengan cara menganalisis data atau informasi untuk mendapatkan hasil pencarian yang akurat. Sumber perpustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan penulis dari berbagai sumber, misalnya melalui buku, jurnal, dan sumber lain yang sesuai dengan topik pembahas. Penelitian ini mengeksplorasi potensi nilai-nilai dalam mengurangi ketegangan antaragama, mempromosikan dialog yang konstruktif, serta membangun fondasi yang kokoh untuk perdamaian yang berkelanjutan.Kata kunci: Misi Paulus, Moderasi beragama, Ekstremisme agama, Konflik berbasis agama.
Mission in the age of digitization Sidianto, Daniel; Simanjuntak, Ferry; Prihanto, Joko
Davar : Jurnal Teologi Vol 4, No 2 (2023): Desember
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v4i2.46

Abstract

ABSTRACT            At this time humans are entering a new phase, where the digital world, namely virtual technology can connect humans without being hindered by location, conditions and time. There is an essential difference between the Church's three tasks running analogously compared to the digital version of worship. The digital world is not the real world, but evangelism must still be carried out according to the Great Commission of Jesus (Matthew 28:19-20). The methodology begins with the elaboration of the meaning of the three tasks of the Church, namely: koinonia, diakonia and marturia. Then make a comparison between the three tasks of the Church and the mission that occurs in the digital world and the metaverse. the conclusion is: the target of evangelism is discipleship and all services in the digital world must end by bringing it into the real world so that the essence of the Church's task, namely koinonia, diakonia and marturia, is in accordance with the biblical concept. This research is different from previous studies. The emphasis is on the spread of evangelistic missions in the digital world seen and reviewed and a comparison of the three tasks of the Church of koinonia, diakonia and marturia is a new research. Keywords: Digital world, Metaverse, Evangelism, Mission. ABSTRAK           Pada masa sekarang ini manusia memasuki babak baru, dimana dunia digital, yaitu teknologi virtual dapat menghubungkan manusia tanpa terhalang dengan lokasi, kondisi dan waktu. Ada perbedaan esensial antara tiga tugas Gereja yang berjalan secara analog dibanding dengan ibadah versi digital. Dunia digital memang bukanlah dunia sesungguhnya, namun penginjilan tetap harus dilakukan sesuai Amanat Agung Yesus (Matius 28:19-20). Metodologi dimulai dengan penjabaran makna tiga tugas Gereja yaitu: koinonia, diakonia dan marturia. Kemudian membuat komparasi antara tiga tugas Gereja dengan misi yang terjadi di dunia digital dan metaverse. Kesimpulan yang dihasilkan adalah: target penginjilan adalah pemuridan dan semua pelayanan di dunia digital harus berujung dengan membawanya ke dunia nyata sehingga esensi tugas Gereja yaitu koinonia, diakonia dan marturia sesuai dengan konsep Alkitabiah. Penelitian ini berbeda dibanding dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penekanannya adalah penyebaran misi penginjilan di dunia digital dipandang dan ditinjau serta dikomparasi dari tiga tugas Gereja koinonia, diakonia dan marturia merupakan penelitian baru. Kata kunci: Dunia digital, Metaverse, Penginjilan, Misi.
Pendidikan Agama Kristen terhadap konsep diri anak usia 8-12 tahun Yutersi, Noni; Mbo'oh, Ruth; Wagiyo, Wagiyo
Davar : Jurnal Teologi Vol 4, No 2 (2023): Desember
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v4i2.148

Abstract

ABSTRACTPositive self-concept has an important role in the formation of quality individuals, because self-concept plays a role in determining a person's behavior, according to the way he views himself. If he views himself as someone who does not have enough ability to carry out a task, then all his behavior will show his inability. Implementing Christian Religious Education for children who have a negative self-concept is not enough to provide learning materials for the Word to children. The material of God's word is of course very important, because the Bible characters that are given are usually figures who have a high positive self-concept. But the teacher factor is a very determining factor in instilling a positive self-attitude in children. Studying with friends who already have a positive self-concept is certainly very helpful in forming a child's self-concept. This research uses a quantitative approach with correlational methods. The population in this study were Sunday School children aged 8-12 years at Bethel Indonesia Church Karang Anyat, Central Jakarta. From the results of this research it can be concluded that there is a positive and significant influence between the large role of Christian religious education. And the influence is 71.3%. So the role of Christian religious education must be maintained so that children's positive self-concept becomes even better at Bethel Indonesia Karang Anyar Church, Sawah Besar, Central Jakarta. Keywords: Christian religious education, self-concept, children. ABSTRAKKonsep diri positif mempunyai peranan penting dalam pembentukan individu yang berkualitas, sebab konsep diri berperan dalam menentukan perilaku seseorang, sesuai dengan caranya memandang dirinya sendiri. Bila ia memandang dirinya sebagai orang yang tidak memiliki cukup kemampuan untuk melakukan suatu tugas, maka seluruh perilakunya akan menunjukkan ketidakmampuannya tersebut. Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen kepada anak yang memiliki konsep diri negatif tidak cukup memberikan materi pembelajaran firman kepada anak-anak. Materi firman Tuhan tentu saja sangat penting, karena tokoh-tokoh Alkitab sebagai yang diberikan biasanya adalah tokoh-tokoh yang memiliki konsep diri positif yang tinggi. Tetapi faktor guru adalah faktor yang sangat menentukan dalam menanamkan sikap diri positif kepada anak. Belajar bersama teman-temannya yang sudah memiliki konsep diri positif tentu sangat membantu pembentukan konsep diri anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak Sekolah Minggu usia 8-12 tahun di Gereja Bethel Indonesia Karang Anyat, Jakarta Pusat. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Peranan Pendidikan Agama Kristen yang bersifat besar. Dan pengaruhnya sebesar 71,3%. Jadi Peranan Pendidikan Agama Kristen harus dipertahankan agar Konsep Diri Positif anak semakin baik lagi di Gereja Bethel Indonesia Karang Anyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat.Kata kunci: Pendidikan Agama Kristen, Konsep Diri, Anak.
Pelayanan pastoral lintas budaya bagi suku Baduy dalam menghadapi modernisasi Titaley, Bertha Magdalena; Adam, Alexius; Wahyuni, Sri; Simaungkalit, Penni Ani
Davar : Jurnal Teologi Vol 5, No 1 (2024): Juni
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v5i1.156

Abstract

ABSTRACTModernization is an inevitable part of the progress that every country, city, and even ethnic group, including the Baduy tribe, must face. The influence of modernization often creates dilemmas due to traditional laws that govern all aspects of life in Baduy, rejecting changes and preserving customs. This study aims to explore the role of cross-cultural pastoral care in assisting the Baduy community in dealing with the impacts of modernization. The method used is a descriptive qualitative field study conducted over five months, employing data collection techniques such as interviews, observations, and documentation. The findings indicate that modernization brings both positive and negative influences, causing dilemmas and conflicts within the Baduy community. The fear of change and efforts to preserve customs are maintained by the tribal leaders through sanctions. Cross-cultural pastoral care plays a role in harmonizing the benefits of modernization with the preservation of traditions, through guidance, support, healing, and nurturing functions.. Key words: Pastoral Counseling, Cross-cultural Pastoral, Baduy Tribe, Modernization. ABSTRAKModernisasi merupakan bagian dari perkembangan zaman yang tidak bisa dihindari oleh semua negara, kota, bahkan suku bangsa, termasuk suku Baduy. Pengaruh modernisasi sering menyebabkan dilema dengan adanya aturan adat yang mengikat seluruh aspek kehidupan di Baduy, yang menolak perubahan dan melestarikan tradisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran pendampingan pastoral lintas budaya dalam membantu masyarakat Baduy menghadapi dampak modernisasi. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif lapangan selama lima bulan, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modernisasi membawa pengaruh baik dan buruk, menyebabkan dilema dan konflik dalam masyarakat Baduy. Ketakutan akan perubahan dan upaya menjaga adat dilakukan oleh pemimpin adat melalui sanksi. Pendampingan pastoral lintas budaya berperan dalam menyelaraskan manfaat modernisasi dengan pelestarian adat dan tradisi, melalui bimbingan, penopangan, penyembuhan, dan pengasuhan.. Kata kunci: Pastoral Konseling, Pastoral Lintas Budaya, Suku Baduy, Modernisasi
Remaja di era modern: perspektif dan strategi pastoral Sugianto, Paulus; David, Bryan; Susana, Mulyani; Stepanus, Stepanus
Davar : Jurnal Teologi Vol 5, No 1 (2024): Juni
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v5i1.155

Abstract

ABSTRACTAdolescence is a turbulent transition period, where individuals experience significant changes in mental, emotional, social, and physical aspects. During this period, adolescents often face various problems, both caused by their own actions and by external conditions such as parental divorce. In Indonesia, common moral crises include honesty, responsibility, and discipline. Education from parents, schools, and churches plays a crucial role in accompanying adolescents. This study uses a descriptive qualitative approach with data collection through interviews with adolescent mentors and literature reviews. This method aims to provide an in-depth and holistic picture of the phenomenon being studied, with researchers as the main instrument in obtaining the necessary data. The church has a responsibility to disciple each of its members, including the younger generation and adolescents. The church must be more proactive in implementing a discipleship-based curriculum and understanding the developmental needs of adolescents. Keywords: Adolescents, Modern era, Perspective, Strategy, Pastoral. ABSTRAKMasa remaja merupakan periode transisi yang penuh gejolak, di mana individu mengalami perubahan signifikan dalam aspek mental, emosional, sosial, dan fisik. Selama masa ini, remaja sering menghadapi berbagai permasalahan, baik yang disebabkan oleh tindakan mereka sendiri maupun oleh kondisi eksternal seperti perceraian orang tua. Di Indonesia, krisis moral yang umum meliputi kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin. Pendidikan dari orang tua, sekolah, dan gereja memainkan peran krusial dalam mendampingi remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara dengan pembina remaja dan kajian literatur. Metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran mendalam dan holistik tentang fenomena yang diteliti, dengan peneliti sebagai instrumen utama dalam memperoleh data yang diperlukan. Gereja memiliki tanggung jawab untuk memuridkan setiap anggotanya, termasuk generasi muda dan remaja. Gereja harus lebih proaktif dalam menerapkan kurikulum berbasis pemuridan dan memahami kebutuhan perkembangan remaja. Kata Kunci: Remaja, Era modern, Perspektif, Strategi, Pastoral.
Peran kepemimpinan Kristen yang transformatif terhadap tanggung jawab gereja dalam masyarakat Kanikir, Yulisar Wilson; Sirait, Hikman; Rahayu, Esti
Davar : Jurnal Teologi Vol 5, No 1 (2024): Juni
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v5i1.157

Abstract

ABSTRACTTransformative Christian leadership is the leadership of a leader who is able to influence changes first to the people being led and second to the organization being led. The purpose of this study is to see the role of transformative Christian leadership in its responsibility to society. This qualitative research method (library research) using Miles and Huberman data analysis consisting of four stages (data collection, data display, data selection or data selection (condensation data) and conclusion). The results of this study indicate that the role of transformative Christian leadership is to bring change to society through the people being led and the organization being led. Transformative Christian leadership both in the church and other Christian organizations has a responsibility to bring better change to the wider community.Keywords: Christian Transformative Leaders, responsibility, Church, Society. ABSTRAKKepemimpinan Kristen transformatif adalah kepemimpinan seorang pemimpin yang mampu memberikan pengaruh yang membawa perubahan pertama-tama terhadap orang yang dipimpin dan kedua organisasi yang dipimpin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peran kepemimpinan Kristen transformatif dalam tanggung jawabnya terhadap masyarakat. Metode penelitian kualitatif ini adalah studi pustaka (library research) dengan menggunakan analisis data Miles dan Huberman yang terdiri dari empat tahap: pengumpulan data (data collection), penyajian data (data display), pemilihan data atau seleksi data (data condesation) dan kesimpulan (conclusion). Hasil dari penelitian in menunjukkan bahwa peran kepemimpinan Kristen transformatif adalah membawa perubahan bagi masyarakat melalui orang-orang yang dipimpin maupun organisasi yang dipimpin. Kepemimpinan Kristen transformatif baik di gereja maupun organisasi Kristen lainnya memiliki tanggung jawab untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi masyarakat luas.  Kata kunci: Kepemimpinan Kristen Transformatif, Tanggung Jawab, Gereja, Masyarakat.
Pendidikan karakter Kristen di sekolah dalam membangun etika kebebasan berpendapat generasi Z bermedia sosial Kristanto, Samuel Hans; Selviawati, Selviawati; Lie Lie, Tju
Davar : Jurnal Teologi Vol 5, No 2 (2024): Desember
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v5i2.184

Abstract

ABSTRACT Freedom of speech, which is a human right, is misinterpreted by Gen Z as unlimited and uncontrolled freedom so that the statements or comments made on social media no longer pay attention to the norms that apply in society, especially the ethics taught by the Lord Jesus Christ and the Apostles. Therefore, the purpose of writing this article is to offer Christian character education as a solution in building Gen Z's ethics in social media, so that Gen Z can be salt and light for the wider community. This research is qualitative in nature with the method used is library research. The results show that character education correlates with building social media ethics. Teachers in Christian character education play a big role in building Gen Z's social media ethics. That is why honest and integrity teachers must exist in the family, church and Christian education institutions. Teachers become role models for Gen Z in social media. Key words: Christian Character Education, Gen Z, Social Media, Ethics, Freedom of Speech. ABSTRAKKebebasan berpendapat yang merupakan Hak Asasi Manusia disalahartikan oleh Gen Z sebagai kebebasan yang tanpa batas dan tanpa kontrol sehingga pernyataan atau komentar yang dituangkan di media sosial tidak lagi memperhatikan norma-norma yang berlaku di masyarakat secara khusus etika yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus dan para Rasul. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan artikel ini adalah menawarkan pendidikan karakter Kristen sebagai solusi dalam membangun etika Gen Z bermedia sosial, sehingga Gen Z dapat menjadi garam dan terang bagi masyarakat luas. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode yang digunakan adalah library research. Hasilnya menunjukkan bahwa pendidikan karakter berkorelasi dengan membangun etika bermedia sosial. Guru dalam pendidikan karakter Kristen memainkan peran yang besar dalam membangun etika Gen Z bermedia sosial. Itu sebabnya guru-guru yang jujur dan berintegritas harus ada di dalam lingkungan keluarga, gereja dan institusi pendidikan Kristen. Guru menjadi teladan bagi Gen Z dalam bermedia sosial. Kata kunci: Pendidikan Karakter Kristen, Gen Z, Media Sosial, Etika, Kebebasan Berpendapat.
Makna salib Kristus dalam kekristenan menurut Hilarion Alfeyev dalam tradisi Gereja Orthodox gulo, Mainyer
Davar : Jurnal Teologi Vol 5, No 2 (2024): Desember
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v5i2.114

Abstract

ABSTRACT            This research is a concept of understanding the cross of Christ according to the teachings of Hilarion Alfeyev in the tradition of the Orthodox Church. This research uses a qualitative method, in which the author collects data and information from various sources, for example: through books, journals, and other sources that are relevant to the topic according to the concept of Hilarion Alfeyev's teachings in the Orthodox Church tradition. The cross is generally known as a place of torture, where people who commit crimes (hanged on the cross). Jesus Christ who did not evil, was sentenced to the cross for the sins of mankind. Christ had to be willing to suffer and accept all humiliations for the sake of human salvation. Christ took all the punishments so that mankind would not perish. After this event, Christians no longer considered the cross as a place of punishment or torture, but as a place where humans get salvation. Thus, over time, Christians have made the cross a rite in a worship or as a sacred object in remembrance Christ's sacrifice for mankind. Keywords: Cross, Hilarion Alfeyev, Death of Christ, Salvation, Eschatology. ABSTRAKPenelitian ini merupakan konsep tentang pemahaman salib Kristus menurut ajaran Hilarion Alfeyev dalam tradisi Gereja Ortodox. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu penulis mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber, misalnya: melalui buku, jurnal, dan sumber lain yang sesuai dengan topik sesuai konsep ajaran Hilarion Alfeyev dalam tradisi Gereja Ortodox. Salib secara umum dikenal sebagai tempat penyiksaan, tempat orang yang berbuat kejahatan (di gantung diatas kayu salib). Yesus Kristus yang tidak berbuat jahat, namun dijatuhkan hukuman salib karena dosa-dosa manusia. Kristus harus rela menderita dan menerima segala hinaan demi keselamatan manusia. Kristus mengambil segala hukuman supaya manusia tidak binasa. Setelah peristiwa tersebut orang-orang Kristen tidak menganggap lagi salib sebagai tempat penghukuman ataupun penyiksaan, melainkan sebagai tempat dimana manusia mendapatkan keselamatan. Dengan demikian seiring berjalannya waktu, orang-orang Kristen menjadikan salib sebagai ritus dalam sebuah ibadah ataupun sebagai benda suci dalam mengingat akan pengorbanan Kristus bagi umat manusia. Kata kunci: Salib, Hilarion Alfeyev, Kematian Kristus, Keselamatan, Eskatologis.