cover
Contact Name
Ida Bagus Alit Arta Wiguna
Contact Email
gusarta@iahn-gdepudja.ac.id
Phone
+6285739444989
Journal Mail Official
gusarta@iahn-gdepudja.ac.id
Editorial Address
Jln.Pancaka No. 7B Mataram, Nusa Tenggara Barat, Indonesia Telp. (0370) 628382 Fax. (0370) 631725
Location
Kota mataram,
Nusa tenggara barat
INDONESIA
Sophia Dharma: Jurnal Filsafat Agama Hindu dan Masyarakat
ISSN : 28296958     EISSN : 23388390     DOI : https://doi.org/10.53977/sd.v5i1
Weda: Aktualisasi Weda sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat Hindu tertentu, Hindu dan kearifan lokal: hubungan Hindu dan budaya, praktik pengajaran Hindu di masyarakat Hindu, dan budaya lokal lainnya yang dipraktikkan oleh masyarakat Hindu tertentu Hindu dan Politik: Radikalisme, aktivisme / gerakan Hindu, hubungan negara dan agama, dan dinamika partai politik Hindu Dialog antar-agama: interaksi dan hubungan antara masyarakat Hindu dan non- Hindu dalam kehidupan sehari-hari, kerukunan beragama, dan kebijakan tentang hubungan agama di masyarakat atau negara tertentu Filsafat: kajian pemikiran filsuf yang mengontekstualisasikan dengan kehidupan masyarakat; dan Isu-isu lain yang secara sosial, budaya, dan politik berkorelasi dengan filsafat ataupun ajaran agama Hindu.
Articles 61 Documents
Makna Dinamika Solidaritas Sosial pada Masyarakat Hindu di Kota Mataram I Nengah Aryanatha
Sophia Dharma: Jurnal Filsafat, Agama Hindu, dan Masyarakat Vol 2 No 1 (2019): SOPHIA DHARMA
Publisher : Program Studi Filsafat Agama Hindu IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.88 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan kajian terhadap makna dinamika solidaritas sosial yang terjadi pada masyarakat Hindu di Kota Mataram. Fenomena tersebut berkaitan dengan adanya respons terhadap transformasi budaya yang terjadi dewasa ini. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dalam rangka untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang berkaitan dengan makna dinamika solidaritas sosial. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada sejumlah makna penting yang tersirat di balik terjadinya dinamika solidaritas sosial. Pertama, makna penghayatan keberagamaan secara isoteris. Hal ini diindikasikan oleh terjadinya pergeseran dalam pelaksanaan agama yang semula lebih menonjolkan aspek-aspek komunal yakni dicirikan oleh kebersamaan dan kesemarakan di kalangan penganut agama Hindu belakangan mulai dimaknai sebagai pelaksanaan agama yang berciri individualisme dalam perspektif sosial telah mengindikasikan terjadinya penurunan interaksi sosial. Pelaksanaan agama sebagai wujud praktik budaya sangat ditentukan oleh aspek sosial. pelaksanaan agama tanpa dibarengi dengan aktivitas-aktivitas sosial tidak akan banyak memberikan makna budaya. Kedua, makna peningkatan kualitas tattwa keagamaan. Fenomena ini diindikasikan oleh adanya kecenderungan pergeseran pelaksanaan agama Hindu yang semula bercirikan kebersamaan menuju pada aspek peningkatan pemahaman terhadap tattwa keagamaan. Ketiga, makna peningkatan spiritualitas. Hal ini diindikasikan oleh adanya kesadaran untuk menghayati ajaran agama yang menekankan pada aspek spiritualitasnya. Berkaitan dengan itu adanya kelompok-kelompok spiritualitas di kalangan umat Hindu yang cenderung melaksanakan agama dengan cara-cara tertentu yang tidak sama persisi dengan pelaksanaan agama yang dilaksanakan oleh para pendahulunya.
Konsep Kepribadian dalam Pemikiran Carl Gustav Jung dan Evaluasinya dengan Filsafat Organisme Whitehead John Abraham Ziswan Suryosumunar
Sophia Dharma: Jurnal Filsafat, Agama Hindu, dan Masyarakat Vol 2 No 1 (2019): SOPHIA DHARMA
Publisher : Program Studi Filsafat Agama Hindu IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.646 KB)

Abstract

Perdebatan tentang pemaknaan terhadap manusia sangatlah beragam dan seakan tidak pernah mengalami kemandekan sejalan dengan perkembangan peradaban umat manusia yang terus mengalami perubahan. Penulis berupaya berpijak pada pemikiran dua tokoh yang berusaha menjelaskan aspek-aspek terdalam dari diri manusia. Pertama, Carl Gustav Jung yang merupakan tokoh psikoanalisis, terkait pemikirannya tentang collective unconsciousness dan kemudian filsafat organisme Alfred North Whitehead yang berusaha menyingkap karakter-karakter alamiah dari diri manusia. Penulisan ini berusaha mengkomparasikan pemikiran kedua tokoh tersebut untuk mencapai suatu pemahaman yang mendalam tentang konsep mendasar dari diri manusia.
Eksistensi Pelaksanaan Maprani Dalam Masyarakat Hindu Di Dusun Tanah Embet Barat Desa Batulayar Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat Ni Ketut Windhi Maretha
Sophia Dharma: Jurnal Filsafat, Agama Hindu, dan Masyarakat Vol 2 No 1 (2019): SOPHIA DHARMA
Publisher : Program Studi Filsafat Agama Hindu IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.069 KB)

Abstract

Warga Dusun Tanah Embet memiliki seni, budaya dan tradisi sendiri tersendiri yang dilaksanakan secara turun temurun. Sehingga prilaku masyarakat Dusun Tanah Embet tidak terlepas dari norma-norma sosial maupun norma agama yang telah diwariskan oleh generasi pendahulunya. Kegiatan keagamaan lainnya yang dilaksakan oleh masyarakat dusun Tanah Embet adalah Maprani yang dilaksanakan sehari setelah perayaan Hari Raya Nyepi, tepatnya pada saat ngembak gni. Pelaksanaan maprani tersebut dilaksanakan diperempatan desa (perepatan agung), yang disaksikan oleh warga dusun Tanah Embet Barat.Terkait dengan hal tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :1) Bagaimana sejarah pelaksanaan maprani dalam masyarakat Hindu di Dusun Tanah Embet Barat Desa Batulayar Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombokm Barat?, 2) Bagaimana keberadaan pelaksanaan maprani dalam masyarakat Hindu di Dusun Tanah Embet Barat Desa Batulayar Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombokm Barat ?, 3) Bagaimana proses pelaksanaan maprani dalam masyarakat Hindu di Dusun Tanah Embet Barat Desa Batulayar Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombokm Barat ?. Dalam rangka membedah masalah-masalah yang dirumuskan, maka perlu pemilihan teori yang tepat yaitu 1)Teori Sejarah, 2) Teori Eksistensi, 3)Teori Interaksionalisme Simbolik. Dalam penelitian ini, metode yang dipergunakan untuk pengumpulan data adalah :1)Metode Observasi, 2) Metode Wawancara, 3) Metode Dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan 1) Sejarah pelaksanaan maprani dalam masyarakat Hindu di Dusun Tanah Embet Barat Desa Batulayar Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat sudah ada sejak kedatangan penglingsir/tetua warga Dusun Tanah Embet Barat menempati wilayah tersebut dan tetap dilaksanakan hingga saat ini, 2) Keberadaan pelaksanaan maprani dalam masyarakat Hindu di Dusun Tanah Embet Barat Desa Batulayar Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat tetap dipertahankan dan diharapkan terus dilaksanakan oleh generasi berikutnya, agar tetap terjalin tali persaudaraan dan simakrama antar warga Dusun Tanah Embet Barat, 3) Proses pelaksanaan maprani dalam masyarakat Hindu di Dusun Tanah Embet Barat Desa Batulayar Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat, dilaksanakan mulai pagi sehari setelah melaksanakan catur brata panyepian tepatnya pada saat ngembak geni pagi harinya melakukan persiapan pembuatan sarana upacara maupun sarana maprani berupa darang/lauk, puncak acara pada sore hari di perepatan agung Dusun Tanah Embet dengan rangkaian acara sambutan ketua krama banjar, dharma wacana, persembahyangan bersama, dan pelaksanaan maprani dimulai yang dituntun oleh ketua krama banjar.
Pemikiran Sir Sayyid Ahmad Khan “Pembaharuan di India” Relevansinya dengan Ideologi Islam Puritan, Moderat dan Sinkretisme dalam Masyarakat Fuad Noorzeha
Sophia Dharma: Jurnal Filsafat, Agama Hindu, dan Masyarakat Vol 2 No 1 (2019): SOPHIA DHARMA
Publisher : Program Studi Filsafat Agama Hindu IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.63 KB)

Abstract

As a cultural movement, globalization has presented the differences that tear down the totality and unity of value and belief. Global culture is characterized by the integration of local culture into the global order. Accordingly, various foreign cultural value become the bases of formation of sub culture that stands alone with the freedom of expression. As a cultural movement, it brings the different that undermine the totality and the unity of value and religion belief. This climate conducive to these different ways of life and then spawns a widespread individualization process, which turns man away from the general context. This massive shift can be seen in the so called “privatization of religion”, the process of individualization in the appreciation and religious practices. Revitalization of religion is needed to restore the basic values of religion that have been secularized. Religion must come back as a legitimate sovereign social values and piety. This sovereignty of religion should be structured as a strategy for revitalizing religion in the lives of individual piety personally and socially. However, the sovereignty of religion should give a wide freedom for individuals to perform the fuction of religion in accordance with the present context.
CARU MAÑCA MEBAYANG-BAYANG GODEL BANG DI PURA DALEM KUNCI LINGKUNGAN BATUDAWA KELURAHAN TANJUNG KARANG KECAMATAN SEKARBELA KOTA MATARAM I Made Kastawa
Sophia Dharma: Jurnal Filsafat, Agama Hindu, dan Masyarakat Vol 2 No 2 (2019): SOPHIA DHARMA
Publisher : Program Studi Filsafat Agama Hindu IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (859.769 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap Upakara Caru Manca Mebayang-bayang Godel Bang di Pura Dalem kunci Batudawa, Kelurahan Tanjung Karang Kecamatan Sekar Bela, Kota Mataram. Penelitian ini dirancang dalam penelitian deskriptif kualitatif. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah : (1) Bagaimana bentuk Caru Manca Mebayang-Bayang Godel Bang di Jaba Pura Dalem Kunci; (2) Apa fungsi Caru Manca Mebayang-Bayang Godel Bang di Jaba Pura Dalem Kunci; dan (3) Apa makna Caru Manca Mebayang-Bayang Godel Bang di Jaba Pura Dalem Kunci, lingkungan Batudawa, Kelurahan Tanjung Karang, Kecamatan Sekar Bela, Kota Mataram. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa bentuk caru manca mebayang-bayang godel bang di Jaba Pura Dalem Kunci, (a) bentuk upakaranya sama dengan upakara caru manca sata, dan dilengkapi dengan belulang serta kepala godel bang, (b) prosesinya yang diawali dengan penancapan sanggar surya sebagai pesaksi, mapepada, dan pemujaan caru yang diakhiri dengan nglebar. Fungsi upakara caru manca mebayang-bayang godel bang di Jaba Pura Dalem Kunci adalah (a) fungsi religiusnya sebagai media untuk menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Durga Mahesasura Mardini; (b) Fungsi sosial : sebagai media interaksi dan komunikasi sosial baik secara individu maupun kelompok intern Umat Hindu di Lombok. 3) Makna caru manca mebayang-bayang godel bang di Jaba Pura Dalem Kunci adalah : (a) bermakna sebagai peningkatan religiusitas (sradha dan bhakti) umat Hindu, dan (b) Peningkatan solidaritas sosial intern umat Hindu Kota Mataram.
DINAMIKA PELAKSANAAN UPACARA PITRA YADNYA DI TENGAH PERUBAHAN SOSIAL PADA UMAT HINDU DI DESA BABAKAN KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT I Ketut Sumada
Sophia Dharma: Jurnal Filsafat, Agama Hindu, dan Masyarakat Vol 2 No 2 (2019): SOPHIA DHARMA
Publisher : Program Studi Filsafat Agama Hindu IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.89 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap dinamika dalam pelaksanaan upacara pitra yadnya pada masyarakat Hindu di Desa Babakan, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Rumusan masalah yang penelitian ini adalah berkaitan degan bentuk, proses, dan makna dinamika dalam dinamika pelaksanaan upacara pitra yadnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk dinamika dalam pelaksanaan upacara pitra yadnya pada masyarakat Hindu di Desa Babakan diindikasikan oleh adanya perubahan dalam pelaksanaan upacara ngaben yang dahulu lebih menonjolkan aspek keluarga menjadi ngaben massal. Pelaksanaan ngaben yang dilakukan dalam keluarga hanya dibantu oleh orang-orang tertentu yang berkaitan dengan keluarganya atau berkaitan dengan sidhikara-nya. Setelah diadakan upacara ngaben massal masyarakat warga banjar membantu kegiatan upacara dan beberapa sawa (jenasah) dapat dilakukan upacara ngaben secara bersamaan. Proses dinamika dalam pelaksanaan upacara ngaben secara garis besarnya melalui tiga tahapan. Pertama, adanya gagasan dari tokoh umat Hindu untuk melaksanakan upacara ngaben secara massal. Kedua, implementasi gagasan tersebut ke dalam tindakan nyata sehingga berwujud kegiatan ngaben massal. Ketiga, keberlanjutan pelaksanaan upacara ngaben massal karena memiliki manfaat bagi masyarakat Hindu di Desa Babakan. Makna dinamika dalam pelaksanaan upacara pitra yadnya di Desa Babakan secara umum ada empat. Pertama, makna ekonomi yaitu berkaitan dengan pengurangan biaya. Kedua, makna sosial berkaitan dengan menguatkan hubungan-hubungan sosial antarwarga. Ketiga, makna religius berkaitan dengan melaksanakan kewajiban sesuai dengan ajaran agama. Keempat, makna pendidikan meningkatkan pengetahuan dalam membuat sarana-sarana upacara ngaben.
EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KECAMATAN NARMADA KABUPATEN LOMBOK BARAT I Made Kukuh Redana
Sophia Dharma: Jurnal Filsafat, Agama Hindu, dan Masyarakat Vol 2 No 2 (2019): SOPHIA DHARMA
Publisher : Program Studi Filsafat Agama Hindu IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1194.746 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap eksistensi tirtha penembak dalam pelaksanaan upacara ngaben pada masyarakat Hindu di Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Penelitian ini dirancang dalam penelitian deskriptif kualitatif untuk menjawab rumusan masalah, yaitu bagaimana eksistensi, apa fungsi tirtha penembak, dan apa makna tirtha penembak dalam upacara ngaben. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh eksistensi tirtha penembak dalam pelaksanaan upacara ngaben sampai saat ini selalu digunakan dalam setiap upacara ngaben oleh umat Hindu Kecamatan Narmada khususnya dan umat Hindu di Lombok pada umumnya. bahwa Sumber rujukan penggunaan tirtha penembak adalah kitab Itihasa, yaitu dalam kitab Mahabaratha. Fungsi Tirtha Penembak dalam upacara ngaben adalah sebagai sarana penyucian Atmanatau roh, bahwa unsur-unsur Panca Maha Bhuta yang membentuk Bhuwana Alitdikembalikan ke asalnya. (Panca Maha Bhuta). Penyucian atman harus dilakukan secara terus menerus oleh keturunan yang meninggal dengan cara selalu berbuat kebajikan yang akan dapat menumbuhkan kesejukan dalam kehidupan sehari-hari serta kedamaian dan ketentraman yang akan berdampak kepada kedamaian roh dialam Nirwana. Makna Tirtha Penembak dalam Upacara Ngaben. Setiap kegiatan ritual dengan nama yang berbeda sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu, karena itu Tirtha Penembak untuk membuka jalan roh dan hanyadigunakan pada saat upacara Pitra Yadnya serta meninggalkan unsur Panca Maha Bhuta dengan pemberian Tirtha Penembak. Sehingga tujuan dari kita hidup bisa tercapai yaitu moksa
PENGUATAN HUBUNGAN SOSIAL DI KALANGAN WARGA PANDE DI KOTA MATARAM I Gusti Komang Kembarawan
Sophia Dharma: Jurnal Filsafat, Agama Hindu, dan Masyarakat Vol 2 No 2 (2019): SOPHIA DHARMA
Publisher : Program Studi Filsafat Agama Hindu IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (722.812 KB)

Abstract

Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk melakukan analisis terhadap penguatan ikatan sosial pada klan Pande terkait kehidupan beragama Hindu di Kota Mataram. Penelitian ini difokuskan pada gerakan sosial keagamaan yang dilakukan oleh klan Pande sebagai bagian dari upaya untuk membangun kesatuan di kalangan internal klan Pande. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menjawab ketiga rumusan masalah, yaitu latar belakang, dampak, dan makna penguatan hubungan sosial di kalangan warga Pande pada masyarakat Hindu di Kota Mataram.Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa latar belakang terwujudnya hubungan sosial di kalangan warga Pande berkaitan adanya kesadaran untuk mengingat kawitan sesuai dengan yang diamanatkan dalam bhisama agar mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, yakni mempererat tali persaudaraan di antara mereka yang berada dalam satu garis keturunan warga Pande. Dampak positif dari adanya penguatan ikatan-ikatan sosial tersebutcenderung untuk saling mengingat persaudaraan yang pada akhirnya dapat mewujudkan kehidupan yang harmonis di kalangan sesama warga Pande. Dampak negatif yang ditimbulkan sampai saat ini adanya pengutuban dengan warga lain. Makna penguatan hubungan sosial di kalangan warga Pande, seperti makna solidaritas, makna religius, makna budaya, dan makna pendidikan. Makna solidaritas berkaitan dengan penguatan ikatan kekerabatan, khususnya di kalangan warga Pande. Makna religius berkaitan dengan adanya kesadaran untuk mengingat leluhur dan bhatara-bhatari melalui kegiatan-kegiatan upacara keagamaan. Makna budaya berkaitan dengan pelestarian budaya dalam wujud pelaksanaan ritual, seperti yang dilakukan para pendahulunya. Makna pendidikan berkaitan dengan peningkatkan pemahaman terhadap kegiatan-kegiatan sosial keagamaan sesuai yang diamanatkan dalam bhisama.
COVID-19: KEBIJAKAN STRATEGIS DALAM MENANGANI DAMPAK SOSIAL EKONOMI DARI SISI BIAYA TIDAK LANGSUNG DI INDONESIA Ni Putu Ari Aryawati; Indah Suprabawati Kusuma Negara
Sophia Dharma: Jurnal Filsafat, Agama Hindu, dan Masyarakat Vol 3 No 1 (2020): SOPHIA DHARMA
Publisher : Program Studi Filsafat Agama Hindu IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.514 KB)

Abstract

Biaya tidak langsung yang ditimbulkan dari Covid-19 sangat berdampak pada masalah sosial ekonomi di Indonesia. Sehingga, pemerintah harus menentukan kebijakan strategis dalam menangani masalah ini. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan dan mengetahui konsep kebijakan strategis dalam menangani dampak biaya tidak langsung yang timbul dari pandemi Covid 19 di Indonesia dari sisi sosial ekonomi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang bersifat deskriptif, dengan fokus kajian pada biaya tidak langsung yang timbul akibat dampak sosial ekonomi dari Covid-19 dan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pemetaan terhadap isu, kebijakan dan strategi. Hasil penelitian ditemukan bahwa untuk menangani dampak biaya tidak langsung yang timbul akibat Covid-19 maka pemerintah harus melaksanakan tiga kebijakan strategis yaitu kebijakan alokasi, kebijakan distribusi, dan kebijakan stabilisasi sebagai kebijakan sistematis dalam menangani dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia.
IMPLIKASI PANDEMI COVID-19 TERHADAP FLEKSIBILITAS PEMAHAMAN DAN PELAKSANAAN AJARAN HINDU Putu Sabda Jayendra
Sophia Dharma: Jurnal Filsafat, Agama Hindu, dan Masyarakat Vol 3 No 1 (2020): SOPHIA DHARMA
Publisher : Program Studi Filsafat Agama Hindu IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (785.9 KB)

Abstract

Pemahaman tentang hakikat Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta ritual upacara (yadnya) yang dilakukan umat Hindu memiliki dinamika yang berbeda antara sebelum pandemi Covid-19 dengan saat pandemi. Sebelum pandemi, pemahaman umat Hindu mayoritas terpaku pada aspek Personal God (Saguna Brahman), serta dalam praktik pemujaannya sangat tergantung pada nyasa rupa. Sebaliknya pemahaman Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam tataran Impersonal God sangat jarang dipahami dan dipelajari. Begitu pula dalam pelaksanaan yadnya, tidak jarang tingkatan uttama selalu menjadi pilihan, meskipun taraf ekonomi kurang mendukung karena orientasinya justru adalah hasrat sosial. Hal inilah yang menyebabkan ajaran Hindu terkesan kaku bagi sebagian kalangan. Selain itu komodifikasi dan profanisasi juga kerap mengiringi perjalanan kehidupan religi dan sosio-kultural umat Hindu, terutama di daerah pariwisata. Adanya pandemi Covid-19 dapat dimaknai secara positif untuk merefleksi kembali sekaligus introspeksi diri terhadap pergeseran dan distorsi pemaknaan yang telah terjadi. Pndemi Covid-19 juga dapat menjadi momentum untuk meninjau kembali fleksibilitas pemahaman akan Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta pelaksanaan yadnya agar selaras dengan standar protokol pencegahan Covid-19. Untuk jangka panjang, hal ini penting dalam mewujudkan tatanan baru yang mencerminkan wajah Hindu yang fleksibel, baik dalam pemahaman maupun pelaksanaannya secara berkesinambungan pasca pandemi.