cover
Contact Name
Unang arifin
Contact Email
bcsms@unisba.ac.id
Phone
+6282321980947
Journal Mail Official
bcsms@unisba.ac.id
Editorial Address
UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Jl. Tamansari No. 20, Bandung 40116, Indonesia, Tlp +62 22 420 3368, +62 22 426 3895 ext. 6891
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Bandung Conference Series : Medical Science
ISSN : -     EISSN : 28282205     DOI : https://doi.org/10.29313/bcsms.v2i2
Core Subject : Humanities, Health,
Bandung Conference Series: Medical Science (BCSMS) menerbitkan artikel penelitian akademik tentang kajian teoritis dan terapan serta berfokus pada Kedokteran dengan ruang lingkup Age, ASI, BPJS Kesehatan, CGT, Dokter layanan primer, Fungsi diastolic, Gender, Hepatitis A dan B, Interval Anak Balita, ISPA, JKN, Nyeri leher, Origin, Paritas, Pasien, Denyut Nadi, Imunisasi, Perawat, Phlebitis, PHBS, pneumonia Abortus Spontan, Pola Menstruasi, rumah sakit Pendidikan, Sektor Informal Pengetahuan, Shift kerja malam, sindrom koroner akut, Status Gizi Mahasiswa kedokteran, status sosio ekonomi, Tekanan Darah, Tingkat Stres, Troponin T , Type of occupation, ventrikel kiri, dan Wanita Premenopause. Prosiding ini diterbitkan oleh UPT Publikasi Ilmiah Unisba. Artikel yang dikirimkan ke prosiding ini akan diproses secara online dan menggunakan double blind review minimal oleh dua orang mitra bebestari.
Articles 494 Documents
Gambaran Riwayat Bayi Berat Lahir Rendah dan Pemberian ASI Eksklusif pada Balita Stunting Usia 24-59 Bulan di Puskesmas Kecamatan Pamanukan Nabiel Makarim Shafary; Siska Nia Irasanti; Dony Septriana Rosady
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12106

Abstract

Abstract. Stunting is a linear growth disorder in children aged 0–59 months. Pamukanukan District is ranked 1st in Subang Regency which has the highest prevalence of stunting, namely 19.7%. Children aged 24–59 months are vulnerable to experiencing nutritional problems. Main determinant factors for stunting are a history of low birth weight (LBW) and a history of exclusive breastfeeding practices. This study aims to determine the description of LBW and the history of exclusive breastfeeding in stunted toddlers aged 24–59 months at the Pamukanukan District Health Center, Subang Regency. Method in this research is observational analytics with a cross-sectional approach. Subjects in this study were 100 stunted children. The independent variables in this study were history of LBW and history of exclusive breastfeeding. Dependent variable in this research is stunting classification (short and very short). To see a picture of the history of low birth weight babies and the history of exclusive breastfeeding in stunted toddlers, data analysis used descriptive frequency analysis. The results of this study were that the majority of respondents had normal birth weight (90%) and had a history of exclusive breastfeeding (90%). The majority of respondents are stunted toddlers in the stunted category (64%). Exclusive breastfeeding and a history of LBW are not the only factors that cause stunting. The determinants of stunting are multifactorial, such as the child's health history, socioeconomic status, family food security, knowledge and attitudes of caregivers, environmental sanitation, personal hygiene, and balanced nutritional intake. Abstrak. Stunting adalah gangguan pertumbunam liner pada anak usia 0–59 bulan. Kecamatan Pamanukan menempati peringkat ke-1 di Kabupaten Subang yang memiliki prevalensi stunting paling tinggi, yaitu sebanyak 19,7%. Anak usia 24–59 bulan merupakan usia yang rentan mengalami masalah gizi. Faktor determinan utama stunting, yaitu riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) dan riwayat praktik ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran BBLR dan riwayat ASI eksklusif pada balita stunting usia 24–59 bulan di Puskesmas Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang. Metode pada penelitian ini, yaitu analitik observasional dengan pendekatan potong lintang. Subjek pada penelitian ini sebanyak 100 orang anak stunting. Variabel bebas pada penelitian ini, yaitu riwayat BBLR dan riwayat ASI eksklusif. Variabel terikat pada penlitian ini, yaitu klasifikasi stunting (pendek dan sangat pendek). Untuk melihat gambaran riwayat bayi berat lahir rendah dan riwayat ASI Eklusif pada balita stunting analisis data menggunakan analisa deskriptif frekuensi. Hasil pada penelitian ini, yaitu mayoritas responden memiliki berat badan lahir kategori normal (90%) serta memiliki riwayat ASI Eksklusif (90%). Mayoritas responden merupakan balita stunting dalam kategori stunted (64%). Pemberian ASI eksklusif dan riwayat BBLR bukan faktor tunggal yang menyebabkan stunting. Faktor determinan stunting bersifat multifaktorial, seperti riwayat kesehatan anak, status sosioekonomi, ketahanan pangan keluarga, pengetahuan dan sikap pengasuh, sanitasi lingkungan, higienitas personal, dan asupan gizi yang seimbang.
Gambaran Performa Motorik Kasar pada Anak Cerebral Palsy berdasarkan Gross Motor Function Classification System di Rumah Sakit Al-Islam Tahun 2023 Dede Andika Sesaryanto; Cice Tresnasari; RB. Soeherman Herdiningrat
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12110

Abstract

Abstract. Cerebral palsy (CP) is a heterogeneous condition with varying degrees of severity. Cerebral Palsy is also a condition where cerebral paralysis occurs due to lesions in the brain of the fetus or baby during pregnancy (prenatal), during the birth process (natal), or after the birth process (postnatal). Gross motor skills are the abilities needed to control the large muscles of the body to carry out activities, such as sitting, crawling, standing, walking, running and other activities. Impaired gross motor performance in children with CP can be caused by non-progressive brain damage. The aim of this research is to analyze the description of gross motor performance based on the Gross Motor Function Classification System in children with CP. Method. Descriptive observation method with a cross-sectional research design using purposive sampling. Data collection using the Gross Motor Function Classification system was carried out by researchers based on direct doctor diagnoses at Al-Islam Hospital for the period August–October 2023. Results. Based on age, 11 people (20%) were <1–5 years old, 26 people (48%) were 6–10 years old, and 17 people (32%) were 11–12 years old. The Gross Motor Function Classification System shows three children (6%) at level I, three children (6%) at level II, 5 children (9%) at level III, 20 children (37%) at level IV, and 23 children (42%) were at level V. Conclusion. Most cerebral palsy children are at Gross Motor Function Classification System levels IV and V. Abstrak. Cerebral palsy (CP) adalah kondisi heterogen dengan berbagai derajat keparahan. Cerebral Palsy juga merupakan keadaan terjadi kelumpuhan otak akibat lesi pada otak janin atau bayi selama dalam kandungan (prenatal), saat proses melahirkan (natal), atau setelah proses melahirkan (postnatal). Motorik kasar merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk mengontrol otot-otot besar tubuh untuk melakukan aktivitas, seperti duduk, merangkak, berdiri, berjalan, berlari, dan aktivitas lainnya. Gangguan performa motorik kasar pada anak CP dapat disebabkan oleh kerusakan otak yang tidak progresif. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis gambaran performa motorik kasar berdasarkan Gross Motor Function Classification System pada anak CP. Metode. Metode observasi deskriptif dengan desain penelitian potong lintang (cross-sectional) menggunakan pemilihan sampel purporsive sampling. Pengambilan data menggunakan Gross Motor Function Classification system dilakukan oleh peneliti berdasarkan diagnosis dokter secara langsung di Rumah Sakit Al-Islam periode Agustus–Oktober 2023. Hasil. Berdasarkan usia, sebanyak 11 orang (20%) berusia <1–5 tahun, 26 orang (48%) berusia 6–10 tahun, dan 17 orang (32%) berusia 11–12 tahun. Gross Motor Function Classification System memperlihatkan sebanyak tiga orang anak (6%) pada level I, tiga orang anak (6%) pada level II, 5 orang anak (9%) pada level III, 20 orang anak (37.%) pada level IV, dan sebanyak 23 orang anak (42%) pada level V. Simpulan. Sebagian besar anak cerebral palsy berada pada Gross Motor Function Classification System level IV dan V.
Hubungan Konsumsi Gula dengan Derajat Depresi Nadia Salsabila Nugraha; Mirasari Putri; Siti Annisa Devi Trusda
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12158

Abstract

Abstract. The relationship between sugar consumption and the degree of depression. The method utilized was a literature review, involving the collection, reading, analysis, and conclusion of previous research data to establish the connection between sugar consumption and the degree of depression. The findings of the study suggested the involvement of inflammatory processes in mediating the relationship between sugar consumption and depression, leading to hyperactivity of the HPA axis and a reduction in neurogenesis in the hippocampus. Consequently, alterations in plasticity occurred in the hippocampus, amygdala, and frontal cortex, resulting in diminished production of serotonin and norepinephrine, contributing to the onset of depression. Abstrak. Studi literatur ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang memadai mengenai hubungan konsumsi gula dengan derajat depresi. Metode yang digunakan adalah dengan studi literatur berupa dikumpulkan, dibaca, dianalisis, dan disimpulkan dari data penelitian terdahulu untuk mengetahui hubungan konsumsi gula terhadap derajat depresi. Hasil dari studi ini menunjukkan adanya keterlibatan proses inflamasi dalam menjembatani hubungan antara konsumsi gula dengan terjadinya depresi, yang menyebabkan hiperaktivitas dari HPA aksis dan menimbulkan penurunan neurogenesis di hipokampus. Akibatnya, terjadi perubahan plastisitas di hipokampus, amigdala, dan korteks frontal yang menurunkan produksi serotonin dan norepinefrin sehingga menimbulkan depresi.
Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetikum di Rumah Sakit Al-Ihsan Tahun 2022 Zuliana Marwati Octaviani; R. Anita Indriyanti; Meta Maulida Damayanti
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12161

Abstract

Abstract. Diabetes mellitus (DM) has a high prevalence, both globally, nationally and in West Java Province. Until 2019, diabetes was the direct cause of 1.5 million deaths worldwide. The high number of DM patients increases the risk of DM complications, namely diabetic ulcers, which are chronic complications of diabetes mellitus. These diabetic ulcers are the main cause of limb amputation in diabetic patients. The purpose of this study was to determine the characteristics of type 2 DM patients with diabetic ulcer complications at Al-Ihsan Hospital in the period of 2022. This study used an observational descriptive method with a cross sectional research design of 98 patients with diabetes mellitus at Al-Ihsan Hospital in 2022. Data were taken from complete and legible medical records. After observation, the results showed that the characteristics of type 2 diabetes mellitus patients with diabetic foot ulcers at Al-Ihsan Hospital in 2022 were mostly female (66.3%), mostly aged 51-60 years (42.9%), and almost no one underwent amputation (93.75%). The most common complications experienced by patients were electrolyte imbalance (21.21%) and acute kidney injury (18.2%). The conclusion of this study is that the incidence of type 2 DM with diabetic ulcer complications is more common in women and attacks the 51-60 year old age group and there are not many patients who undergo amputation. Other complications that are most common in patients with type 2 DM with diabetic ulcers are electrolyte imbalance and acute kidney injury. Abstrak. Penyakit diabetes mellitus (DM) memiliki prevalensi yang cukup tinggi, baik secara global, nasional maupun di Provinsi Jawa Barat. Hingga tahun 2019, diabetes menjadi penyebab langsung dari 1,5 juta kematian di seluruh dunia. Tingginya jumlah penderita DM meningkatkan risiko kejadian komplikasi DM yaitu ulkus diabetikum yang merupakan komplikasi kronis dari diabetes melitus. Ulkus diabetikum ini adalah penyebab utama amputasi ekstremitas pada pasien diabetes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita DM tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetikum di RSUD Al-Ihsan periode tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode observasional descriptive dengan desain penelitian cross sectional terhadap 98 orang pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Al Ihsan Tahun 2022. Data diambil dari rekam medis yang lengkap dan terbaca. Setelah dilakukan observasi, didapatkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa karakteristik penderita diabetes tipe 2 penderita ulkus kaki diabetik di RS Al-Ihsan tahun 2022 sebagian besar berjenis kelamin perempuan (66,3%), sebagian besar berusia 51-60 tahun (42,9%), dan hampir tidak ada yang menjalani amputasi (93,75%). Komplikasi yang paling banyak dialami pasien adalah ketidakseimbangan elektrolit (21,21%) dan Cedera Ginjal Akut (18,2%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah kejadian DM tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetikum lebih banyak terjadi pada perempuan dan menyerang kalangan usia 51-60 tahun serta yang menjalani tindak amputasi tidak banyak dilakukan. Komplikasi lainnya yang terbanyak pada penderita DM tipe 2 dengan ulkus diabetikum yaitu ketidakseimbangan elektrolit dan cedera ginjal akut.
Karakteristik Beban Kerja pada Pegawai Tatalaksana di Universitas Islam Bandung Tahun 2023 Azzadina Putri Maurasita; Ike Rahmawaty Alie; Eka Hendryanny
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12169

Abstract

Abstract. Any work done by a worker has the potential to become a burden, both physically and mentally. Varying worker competencies can affect the capacity to handle the workload. If a person works beyond his load, it will accelerate the condition of fatigue and can even cause health problems. The purpose of this study is to determine the workload characteristics of management employees at Bandung Islamic University in 2023. This research sample selection technique uses simple random sampling, with a total of 80 research subjects who have met the inclusion and exclusion criteria. This study used analytical observational methods with a cross-sectionalresearch design. The physical workload category was measured using the cardiovascularload method, the mental load category was measured using the NASA-TLX questionnaire. The results of management employees at Bandung Islamic University in 2023 experienced a light category physical workload of 93% and a moderate category mental workload of 88. This result can occur because the workload will be influenced by various factors such as external factors namely tasks, organization, and work environment as well as internal factors consisting of gender, age, body size, health conditions, nutritional status, and fitness level. Abstrak.Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pekerja berpotensi untuk menjadi beban, baik secara fisik maupun mental. Kompetensi pekerja yang bervariasi dapat memengaruhi kapasitas untuk menangani beban pekerjaan. Bila seorang bekerja melebihi bebannya maka akan mempercepat kondisi kelelahan bahkan bisa mengakibatkan gangguan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik beban kerja pada pegawai tatalaksana di Universitas Islam Bandung tahun 2023. Teknik pemilihan sampel penelitian ini menggunakan simple random sampling, dengan jumlah 80 orang subjek penelitian yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Kategori beban kerja fisik diukur dengan metode cardiovascular load, kategori beban mental diukur menggunakan kuesioner NASA-TLX. Hasil pada pegawai tatalaksana di Universitas Islam Bandung tahun 2023 mengalami beban kerja fisik kategori ringan sebanyak 93% dan beban kerja mental kategori sedang sebanyak 88. Hasil ini bisa terjadi karena beban kerja akan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor eksternal yakni tugas, organisasi, dan lingkungan kerja serta faktor internal yang terdiri dari jenis kelamin, usia, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi, dan tingkat kebugaran.
Scoping Review: Pengaruh Farmakodinamik Gas Air Mata terhadap Pernapasan Manusia Ismu Huzen; R. Anita Indriyanti; Noormartany
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12243

Abstract

Abstract. Tear gas is also called Riot control agent (RCA) is a non-lethal chemical warfare agent (CWA) that can quickly cause sensory irritation or physicalparalysis in humans. Pharmacodynamics in respiration occurs due to foreign objects (tear gas) entering the respiratory tract resulting in interactions between namino acids, ligands and receptors in the respiratory tract, thus creating biological events. The aim of this research is to determine the pharmacodynamic impact of tear gas on human breathing. The research method used is prism diagram. The samples used were tiga original research articles from international journals relating to the pharmacodynamic influence of tear gas on human breathing. Inclusion criteria include research articles that have been published in international journals and accessed from the Pubmed, ScienceDirect, Springerlink, Proquest, and Taylor and Francis databases. Keywords and queries. Exclusion criteria include discrepancies between the title, abstract, and conformity with Population, Intervention, Comparison, Outcome, Study (PICOS) criteria, articles that are duplicates with other databases, and articles that are paid for. Pharmacodynamics of tear gas affects human breathing and can cause several diseases such as lung, skin and eye injuries. The dangers of tear gas if it enters the respiratory tract include a stinging or burning sensation in the nose, tight chest, sore throat, coughing, dyspnea, bronchoconstriction accompanied by wheezing, difficulty breathing with acute and chronic pain, and can cause lung injury. Abstrak. Gas air mata yang juga disebut Riot control agent (RCA) merupakan salah satu non-letal chemical warfare agent (CWA) yang secara cepat dapat menyebabkan iritasi sensorik maupun melumpuhkan fisik pada manusia. Farmakodinamik pada pernapasan terjadi karena benda asing (gas air mata) yang masuk ke saluran pernapasan sehingga terjadi interaksi antara asam amino, ligan, dan reseptor yang berada di saluran pernapasan sehingga membuat kejadian biologi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dampak farmakodinamik gas air mata terhadap pernapasan manusia. Metode penelitian yang digunakan adalah diagram PRISMA. Sampel yang digunakan adalah tiga artikel original research dari jurnal internasional yang berkaitan dengan pengaruh farmakodinamik gas air mata terhadap pernapasan manusia. Kriteria inklusi meliputi artikel penelitian yang telah terbit pada jurnal internasional dan diakses dari database Pubmed, ScienceDirect, Springerlink, Proquest, dan Taylor and Francis. Keywords dan query. Kriteria eksklusi meliputi ketidaksesuaian antara judul, abstrak, dan kesesuaian dengan kriteria Population, Intervention, Comparation, Outcome, Study (PICOS), artikel yang duplikasi dengan database lainnya, dan artikel yang berbayar. Farmakodinamik gas air mata berpengaruh terhadap pernapasan manusia dan dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti cedera paru, kulit, dan mata. Bahaya gas air mata jika masuk ke dalam saluran pernapasan berupa sensasi menyengat atau terbakar di hidung, dada kencang, sakit tenggorokan, batuk, dispnea, bronkokonstriksi disertai mengi, kesulitan bernapas dengan nyeri akut dan kronis, serta dapat menyebabkan cedera paru.
Gambaran Karakteristik dan Faktor Risiko Terjadinya Speech Delay pada Anak di Klinik Tanaya pada Tahun 2023 Zahra Noerjanah Usmany; Herri S. Sastramihardja; Miranti Kania Dewi
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12262

Abstract

Abstract. Symptoms of speech delay are a common developmental disorder that occurs in around 5% - 8% of the child population. The prevalence of speech delays in children aged 2-7 years in the United States ranged from 2.3-19% in 2018. The aim of this study was to determine the characteristics and risk factors for speech delays in children at the Tanaya Clinic in 2023. Research methods This is a descriptive quantitative observational design using a cross sectional study to obtain an overview of characteristics and risk factors. Sampling was taken using a non-probability sampling technique with a convenience sampling method. The research results that met the inclusion criteria were 13 people. The results of research on the description of the characteristics of children with speech delay, there is a tendency for speech delay in children aged 3-6 years, the dominant gender is 10 boys. There are internal risk factors such as a history of term birth. A total of 9 children were born not premature (> 37 weeks). External Risk Factors in Children with Speech Delay at the Tanaya Clinic with the duration of exposure to gadgets for 9 children more than two hours. Family-based risk factors, dominantly experiencing father absence, were 6 people. In conclusion, description of the characteristics and risk factors that will most often occur during 2023 in children with speech delay, most often are children aged 3-6 years, male, exposure to gadgets for more than two hour. Based on the research results, it is hoped that it can become a reference for other research to deepen the description of characteristics and other risk factors using a larger number of respondents and using other methods. Abstrak. Gejala keterlambatan bicara (speech delay) merupakan gangguan perkembangan yang umum terjadi pada sekitar 5% - 8% populasi anak. Prevalensi keterlambatan bicara pada anak usia 2-7 tahun di Amerika Serikat berkisar antara 2,3-19% pada tahun 2018. Tujuan pada penelitian ini adalah mengetahui gambaran karakteristik dan faktor resiko terjadinya speech delay pada anak di Klinik Tanaya pada tahun 2023. Metode penelitian ini adalah dengan desain observasional kuantitatif deskriptif menggunakan studi cross sectional untuk mendapatkan gambaran karakteristik dan faktor resiko. Pengambilan sampel diambil melalui Teknik non-probability sampling dengan metode convenience sampling. Hasil penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 13 orang. Hasil penelitian pada gambaran karakteristik pada anak dengan speech delay, Ada kecenderungan speech delay pada anak-anak usia 3-6 tahun, dominan berjenis kelamin laki-laki 10 orang. Terdapat faktor risiko internal seperti riwayat kelahiran cukup bulan, Sebanyak 9 anak lahir tidak prematur (> 37 minggu). Faktor Risiko Eksternal pada Anak dengan Speech Delay di Klinik Tanaya dengan durasi paparan gadget sebanyak 9 anak lebih dari dua jam. Faktor risiko berbasis keluarga, dominan mengalami ketidakhadiran ayah sebanyak 6 orang. Simpulan, gambaran karakteristik dan faktor resioko yang paling banyak terjadi selama tahun 2023 pada anak dengan speech delay, paling banyak adalah anak-anak usia 3-6 tahun, berjenis kelamin laki-laki, paparan gadget lebih dari dua jam. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian lain memperdalam gambaran karakteristik dan faktor resiko lainnya menggunakan responden yang lebih besar dan menggunakan metode lain.
Karakteristik Demografi dan Klinis Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) Anak di RSUD Al-Ihsan Tahun 2022 Diyana; Wida Purbaningsih; Miranti Kania Dewi
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12324

Abstract

Abstract. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) has remained a significant problem in Indonesia in the last few decades. Data related to the characteristics of children's dengue fever is essential for collecting demographic data and primary material to become a reference for further research. This study aims to determine pediatric dengue fever patients' demographic and clinical characteristics at Al-Ihsan Hospital in 2022. This research is a retrospective descriptive study at Al-Ihsan Hospital on 392 patients. The research subjects were dengue fever sufferers diagnosed and treated from January 2022 to December 2022. Data was obtained from secondary data from medical records in the form of characteristics of age, gender, clinical manifestations, and degree of severity. Data analysis was carried out using descriptive analysis methods. The research results show that most pediatric dengue fever patients at Al-Ihsan Hospital in 2022 are female (50.51%) and aged 5-9 years (40.31%). Based on the characteristics of clinical symptoms, 392 patients (100%) had fever, 91 patients (23.21%) had bleeding manifestations, and 51 patients (13.01%) had signs of shock. Most patients had severe dengue fever with danger signs, totaling 258 patient (65.82%). These results show that school-aged children are a group vulnerable to dengue infection because it spreads easily in school areas where students gather. The high number of patients who come with danger signs shows that many parents already understand the importance of treating dengue fever according to the clinical phase. Abstrak. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah utama di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Data terkait karakteristik DBD anak merupakan dasar penting untuk pendataan demografi dan bahan dasar untuk menjadi acuan penelitian selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografi dan klinis pasien DBD anak di RSUD Al-Ihsan tahun 2022. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif di RSUD Al-Ihsan pada 392 pasien. Subjek penelitian merupakan penderita DBD yang didiagnosis dan dirawat selama bulan Januari–Desember 2022. Data diperoleh dari data sekunder rekam medis berupa karakteristik usia, jenis kelamin, manifestasi klinis dan derajat keparahan. Analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan mayoritas pasien DBD anak di RSUD Al-Ihsan tahun 2022 berjenis kelamin perempuan sebanyak 198 pasien (50,51%) dan berusia 5-9 tahun sebanyak 158 pasien (40,31 %). Berdasarkan karakteristik gejala klinisnya, sebanyak 392 pasien (100%) mengalami demam, 91 pasien (23.21%) mengalami manifestasi pendarahan dan 51 pasien (13.01%) mengalami tanda-tanda syok. Mayoritas pasien berada dalam derajat keparahan dengue fever dengan tanda bahaya yaitu berjumlah 258 pasien (65.82%). Hasil ini menunjukan anak usia sekolah merupakan kelompok rawan terkena infeksi dengue karena mudahnya penyebaran di daerah sekolah yang menjadi tempat murid berkumpul. Tingginya angka pasien yang datang dengan tanda bahaya menunjukan banyaknya orang tua yang sudah paham akan pentingnya penanganan DBD sesuai fase klinis. Kata Kunci: Demam Berdarah, Anak, Demografi, Gejala, Rumah Sakit.
Prevalensi dan Faktor Risiko Stunting pada Anak Usia Bawah Lima Tahun Raihan Zakki; Wida Purbaningsih; Yani Dewi Suryani
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12328

Abstract

Abstract. Stunting is a malnutrition problem that is currently becoming a concern as a result of chronic malnutrition. Children under five face many problems, one of which is stunting. This research aims to determine the prevalence and factors associated with stunting among toddlers in West Bandung Regency, Padalarang District, between 2022 and 2023. The research design used in this study is a cross-sectional study. The sample for this research consisted of 100 toddlers using a total sampling method. The study was conducted from April to October 2023. Data collection involved measuring height, conducting interviews using a semi-quantitative FFQ questionnaire. Data analysis was performed using Univariate analysis. The research results indicated that the proportion of respondents with severe stunting was 35%, stunting was 34%, and those with normal TB/U nutrition status were 31%. Statistical tests provided insights into factors contributing to stunting such as birth weight, parental education, gender, exclusive breastfeeding, and family economics. This study suggests that the government, especially healthcare workers, should actively address and combat stunting among toddlers. Additionally, it is recommended for the community to adopt a balanced nutritional diet and access adequate education to improve well-being. Abstrak. Stunting merupakan salah masalah malnutrisi yang saat ini menjadi perhatian sebagai akibat kekurangan gizi kronis. Anak-anak balita menghadapi banyak masalah, salah satunya stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa prevalensi dan apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak balita di Kabupaten Bandung Barat Kecamatan Padalarang tahun 2022-2023. Disain penelitian ini menggunakan studi cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 100 anak balita dengan metode total sampling. Penelitian ini dikerjakan pada bulan April hingga Oktober 2023. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui pengukuran tinggi badan, wawancara lembar kuesioner FFQ semikuantitatif. Analisis data dilakukan menggunakan analisis Univariat. Hasil penelitian ini memberikan proporsi responden yang severe stunting 35%, stunting 34% dan yang memiliki status gizi TB/U normal 31%. Analisis uji statstik memberikan gambaran faktor-faktor terjadinya stunting seperti berat lahir, Pendidikan orang tua, jenis kelamin, pemberian ASI eksklusif, dan ekonomi keluarga. Penelitian ini menyarankan kepada pemerintah khususnya petugas Kesehatan agar aktif dan menanggulangi kejadian stunting pada anak balita. Selain itu juga, diharapkan kepada masyarajat untuk menerapkan pola makan gizi seimbang dan mendapatkkan Pendidikan yang layat untuk meningakatkan kesejahteraan.
Hubungan Antara Konsumsi Protein dengan Tingkat Depresi Alvito Ananta Nugraha; Mirasari Putri; Eva Rianti Indrasari
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12374

Abstract

Abstract. This literature study gathered various previous studies to show the relationship between protein consumption and depression levels. The results of this study showed a relationship between protein consumption and depression levels. The results of this study showed a relationship between protein consumption and depression levels. Depression is a feeling or mood disorder characterized by psychological symptoms in the form of sadness, hopelessness and biological disorders in the form of sleep disorders, loss of pleasure, loss of appetite. There are several factors that can affect the level of depression. Based on previous studies, it is explained that protein is one of the precursors that play an important role in mood regulation related to depressive symptoms. Low consumption of protein can cause decreased neurotransmitter function for pain regulation, motivation, memory, and can trigger depressive events. Abstrak. Studi literatur ini mengumpulkan berbagai studi sebelumnya untuk menunjukan mengenai hubungan antara konsumsi protein dengan tingkat depresi. hasil studi ini menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi protein dengan tingkat depresi. Hasil studi ini menunjukkan terdapat hubungan antara konsumsi protein tingkat depresi. Depresi merupakan gangguan perasaan atau mood yang ditandai dengan gejala psikologis berupa kesedihan, putus asa dan gangguan biologis berupa gangguan tidur, kehilangan kesenangan, kehilangan nafsu makan. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat depresi. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa protein merupakan salah satu preskursor yang berperan penting dalam regulasi mood yang berkaitan dengan gejala-gejala depresi. Rendahnya konsumsi protein dapat menyebabkan menurunnya fungsi neurotransmitter untuk pengaturan nyeri, motivasi, memori, dan dapat memicu kejadian depresi.