cover
Contact Name
Unang arifin
Contact Email
bcsms@unisba.ac.id
Phone
+6282321980947
Journal Mail Official
bcsms@unisba.ac.id
Editorial Address
UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Jl. Tamansari No. 20, Bandung 40116, Indonesia, Tlp +62 22 420 3368, +62 22 426 3895 ext. 6891
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Bandung Conference Series : Medical Science
ISSN : -     EISSN : 28282205     DOI : https://doi.org/10.29313/bcsms.v2i2
Core Subject : Humanities, Health,
Bandung Conference Series: Medical Science (BCSMS) menerbitkan artikel penelitian akademik tentang kajian teoritis dan terapan serta berfokus pada Kedokteran dengan ruang lingkup Age, ASI, BPJS Kesehatan, CGT, Dokter layanan primer, Fungsi diastolic, Gender, Hepatitis A dan B, Interval Anak Balita, ISPA, JKN, Nyeri leher, Origin, Paritas, Pasien, Denyut Nadi, Imunisasi, Perawat, Phlebitis, PHBS, pneumonia Abortus Spontan, Pola Menstruasi, rumah sakit Pendidikan, Sektor Informal Pengetahuan, Shift kerja malam, sindrom koroner akut, Status Gizi Mahasiswa kedokteran, status sosio ekonomi, Tekanan Darah, Tingkat Stres, Troponin T , Type of occupation, ventrikel kiri, dan Wanita Premenopause. Prosiding ini diterbitkan oleh UPT Publikasi Ilmiah Unisba. Artikel yang dikirimkan ke prosiding ini akan diproses secara online dan menggunakan double blind review minimal oleh dua orang mitra bebestari.
Articles 494 Documents
Karakteristik Klinis pada Pasien Limfadenitis Granulomatus Non-Tuberkulosis di RS Muhammadiyah Bandung Fasyah Rizki Putri; Kharisma, Yuktiana; Rachmawati, Meike
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12531

Abstract

Abstract. Tuberculosis disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis is a global health problem with more than 10 million cases reported by the World Health Organization (WHO) throughout the world. Indonesia also has a significant prevalence rate, especially pulmonary TB, which is ranked fourth highest globally. This study aims to gain a comprehensive understanding of the clinical characteristics of non-tuberculous granulomatous lymphadenitis patients at the Muhammadiyah Hospital in Bandung. This research uses a descriptive method, with research time from January-December 2022. The sample for this research is medical record data from patients with non-tuberculous granulomatous lymphadenitis at Muhammadiyah Hospital in Bandung who meet the inclusion criteria using total sampling. The results of this research were 46 people, but only 40 people met the inclusion criteria. This study discusses the clinical characteristics of patients with non-tuberculous granulomatous lymphadenitis. From this research, it can be concluded that the clinical characteristics based on age are 22-31 years, based on gender the majority are women, the most frequent location of the KGB is the right neck and the symptoms that often appear are pain in the lump, fever and shortness of breath. Abstrak. Penyakit tuberkulosis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis merupakan masalah kesehatan global dengan lebih dari 10 juta kasus dilaporkan oleh World Health Organization (WHO) di seluruh dunia. Indonesia juga memiliki tingkat prevalensi yang signifikan, terutama TBC paru yang menduduki peringkat global tertinggi keempat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang karakteristik klinis pada pasien limfadenitis granulomatus non-tuberkulosis di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. Penelitian ini menggunakan metode descriptive, dengan waktu penelitian dari Januari-Desember 2022. Sampel penelitian ini adalah data rekam medis pasien limfadenitis granulomatous non tuberkulosis di RS Muhammadiyah Bandung yang memenuhi kriteria inklusi dengan menggunakan total sampling. Hasil penelitian ini didapatkan 46 orang, namun hanya 40 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi. Penelitian ini mendiskusikan tentang karakteristik klinis pada pasien limfadenitis granulomatus non-tuberkulosis. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa karakteristik klinis berdasarkan usia adalah 22-31 tahun, berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak yaitu perempuan, letak KGB yang paling sering adalah leher kanan dan gejala yang sering muncul yaitu nyeri pada benjolan, demam, dan sesak nafas.
Medical Emergency Response Plan: Case Study in a Mining Company Dony Septriana Rosady
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12532

Abstract

Abstract. Medical emergency condition can occur unexpected and caused by human factors or unsafe actions. Mining companies need to have a system for handling medical emergencies that can be caused by physical, chemical, biological or other forms of danger. Lack of medical emergency response plan led to delay in evacuation and risking more lives to the hazards and harmed.The research uses a qualitative research design with a case study approach. The research was conducted at PRN Mining Company. Data collection was carried out using observation techniques, interviews and documentation studies of company regulations. Data collection and analysis was carried out using a focus group discussion method involving 9 people with proportional representation from HSE management elements, company doctors and practitioners in the field of occupational medicine. The research was conducted in the period January – April 2023. A medical emergency response plan is a set of written procedures that guide emergency actions, facilitate recovery efforts, and reduce the impact of emergency events. In mass medical emergencies, triage is an effort to sort and determine priorities for medical emergency response actions based on treatment needs and availability of resources. This mining company use the Simple Triage And Rapid Treatment (START) method for triage system. The work environment must be maintained in a safe condition for workers by implementing hierarchical control. The company needs to prepare policies and standard operational procedures for handling medical emergencies and prevent worsening of medical emergencies. The medical emergency response plan requires regular monitoring and evaluation to make adjustments based on company needs and scientific developments. Abstrak. Kondisi darurat medis dapat terjadi secara tidak terduga dan disebabkan oleh faktor manusia atau tindakan yang tidak aman. Perusahaan pertambangan perlu memiliki sistem penanganan darurat medis yang dapat disebabkan oleh bahaya fisik, kimia, biologi atau bentuk bahaya lainnya. Kurangnya rencana tanggap darurat medis menyebabkan tertundanya evakuasi dan mempertaruhkan lebih banyak nyawa dalam bahaya dan korban jiwa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Pertambangan PRN. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi terhadap peraturan perusahaan. Pengumpulan dan analisis data dilakukan dengan metode diskusi kelompok terfokus yang melibatkan 9 orang dengan keterwakilan proporsional dari unsur manajemen HSE, dokter perusahaan dan praktisi di bidang kedokteran kerja. Penelitian dilakukan pada periode Januari – April 2023. Rencana tanggap darurat medis adalah serangkaian prosedur tertulis yang memandu tindakan darurat, memfasilitasi upaya pemulihan, dan mengurangi dampak kejadian darurat. Dalam kedaruratan medis massal, triage merupakan upaya memilah dan menentukan prioritas tindakan tanggap darurat medis berdasarkan kebutuhan pengobatan dan ketersediaan sumber daya. Perusahaan pertambangan ini menggunakan metode Simple Triage And Rapid Treatment (START) untuk sistem triage. Lingkungan kerja harus dijaga dalam kondisi aman bagi pekerja dengan menerapkan pengendalian hierarki. Perusahaan perlu menyiapkan kebijakan dan standar prosedur operasional untuk penanganan kedaruratan medis dan mencegah memburuknya kedaruratan medis. Rencana tanggap darurat medis memerlukan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk melakukan penyesuaian berdasarkan kebutuhan perusahaan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Ibu dan Keterlambatan Bicara pada Anak Cice Tresnasari; Sigit Gunarto; Lia Marlia Kurniawati; Budiman
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12533

Abstract

Abstract. Speaking is one aspect of children development. By speaking, children communicate verbally. A child who has delayed speech delay is at risk of experiencing social, emotional, behavioral and cognitive problems. Immediate treatment is needed for child who is suspected of having symptoms of delayed speech so that they develop optimally. Early detection of symptoms of delayed speech is the first step for a child to receive treatment. It is hoped that a mother's good knowledge of speech development can detect symptoms of a child's speech delay. This study aims to determine the relationship between the mother's level of education and age with the mother's level of knowledge about speech development. A total of 32 mothers who had children aged... years as subjects received training on children's speech development as an intervention. To determine changes in knowledge levels before and after training, the Wilcoxon test was used and to analyze the correlation between education level and age with changes in knowledge levels, the Fischer Exact Test was used. The results showed that there was an increase in knowledge before and after the intervention, there was a relationship between education level and knowledge level, but there was no relationship between age and knowledge level. Abstrak. Bicara merupakan salah satu aspek perkembangan anak. Dengan bicara anak berkomunikasi secara lisan. Seorang anak yang terlambat bicara berisiko mengalami masalah sosial, emosi, tingkah laku dan kognitif. Penanganan segera diperlukan anak yang dicurigai memiliki gejala terlambat bicara agar berkembang optimal. Deteksi dini gejala terlambat bicara merupakan langkah awal seorang anak mendapat penanganan. Pengetahuan yang baik dari seorang ibu tentang perkembangan bicara diharapkan dapat mendeteksi gejala terlambat bicara anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan usia ibu dengan tingkat pengetahuan ibu tentang perkembangan bicara. Sebanyak 32 orang ibu yang memiliki anak dengan rentang usia… tahun sebagai responden menerima pelatihan tentang perkembangan bicara anak sebagai intervensi. Untuk mengetahui perubahan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan digunakan uji Wilcoxon dan untuk menganalisis korelasi tingkat pendidikan dan usia dengan perubahan tingkat pengetahuan digunakan uji Fischer Exact Test. Diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah intervensi, terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan, namun tidak terdapat hubungan antara usia dan tingkat pengetahuan.
Manfaat Bedside Teaching bagi Pendidikan Klinis Dokter Muda di Laboratorium Klinik Ilmu Kesehatan Anak RS Pendidikan FK Unisba Wiwiek Setiowulan; Lisa Adhia Garina; Diana Rahmi; Mia Kusmiati
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12534

Abstract

Abstract. Bedside teaching (BST) is an essential method in clinical learning for medical students which enables them to practice clinical skills and professional behavior through direct interaction with patients. However, a process that supposed to be patient examination by the student, observed and given feedback by the preceptor, now has been transformed into case presentation and discussion of the examination result being performed without preceptor’s observation. This results in the lack of feedback that is needed as correction and learning modality. The aim of this study is to obtain evaluation from medical students regarding efficacy and benefit of BST where the patient examination is observed and given feedback by preceptor. This study uses a descriptive observational method with medical students assigned to Pediatric Department FK Unisba RS Muhammadiyah Bandung during July – October 2023 recruited as the subjects. Using a total sampling method, we obtained 36 medical students. Study results: BST with patient examination being observed and given feedback by preceptor is effective and highly beneficial according to the students. This method is still preferred under time constraint of the preceptor, compared to case presentation and discussion of patient examination result. If the preceptor is unable to observe patient examination completely, half of the subjects suggest ward round as BST method, while the rest prefer case presentation and discussion. Conclusion: BST with patient examination being observed and given feedback by preceptor is considered very important by the medical students. Abstrak. Bedside teaching (BST) adalah metode pembelajaran yang esensial pada pendidikan tahap profesi kedokteran sebagai sarana melatih keterampilan klinis dan perilaku profesional melalui interaksi langsung dengan pasien. Namun demikian, BST yang seharusnya berupa pemeriksaan pasien oleh dokter muda yang didampingi oleh preseptor kini banyak beralih menjadi presentasi dan diskusi dari hasil pemeriksaan yang dilakukan secara mandiri. Akibatnya, dokter muda tidak memperoleh umpan balik saat memeriksa pasien, yang dibutuhkan sebagai bentuk koreksi dan sarana pembelajaran. Penelitian ini bertujuan memperoleh evaluasi dokter muda mengenai efektivitas dan manfaat BST dengan didampingi dan diberi umpan balik oleh preseptor saat pemeriksaan pasien serta preferensi metode BST dalam kondisi terbatas. Penelitian menggunakan metode observasional deskriptif dengan subjek penelitian dokter muda yang menjalani rotasi di Lab Klinik Ilmu Kesehatan Anak FK Unisba RS Muhammadiyah Bandung periode Juli – Oktober 2023 yang diambil dengan tehnik total sampling. Didapatkan subjek dokter muda 36 orang. Hasil penelitian: BST berupa pemeriksaan pasien yang didampingi dan diberi umpan balik oleh preseptor memiliki efektivitas dan manfaat yang tinggi menurut dokter muda. Metode ini lebih dipilih dalam kondisi keterbatasan waktu preseptor, dibandingkan presentasi dan diskusi hasil pemeriksaan pasien. Bila preseptor berhalangan mendampingi pemeriksaan pasien secara lengkap, sebagian dokter muda memilih ronde besar sebagai metode BST, sedangkan sebagiannya lagi memilih metode presentasi kasus. Simpulan: BST berupa pemeriksaan pasien dengan didampingi dan diberi umpan balik oleh preseptor memiliki manfaat penting bagi dokter muda.
Derajat Nyeri Pasien Post-Pericutaneous Coronary Intervention di Unit Cathlab RSAU dr. M. Salamun Bandung Yuliana Ratna Wati; Putri Ratna Palupi Puspitasari; Annisa Berlia Maharani; Aida Fitriyane
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12535

Abstract

Abstract. Percutaneous coronary intervention (PCI) is one of the most common treatments for heart disease. The problem often faced after PCI is Post-Procedure Chest Pain (PPCP), which is various degrees of typical and atypical chest pain that begins to appear after the procedure. This study aims to determine the degree of pain in patients undergoing PCI procedures. This research method is an observational analytic with a cross-sectional design. The subjects in this study were patients who underwent PCI procedures in the Cath lab unit of RSAU Dr. M. Salamun from July 1, 2023, to July 31, 2023. Data were collected by Numeric Rating Scale For the measurement of the degree of pain, it was found that 26 (37.7%) subjects experienced mild pain, 41 (59.4%) moderate pain, and 2 (2.9%) experienced severe pain. The final ρ-sig value was 0.390, which was greater than the α value of 0.05%, meaning that no variables influenced pain in the current study. This study concludes that there is no variable caused the degree of pain in post-PCI patients. Abstrak. Salah satu metode terapi pada penyakit jantung yang banyak dilakukan adalah Percutaneous coronary intervention (PCI). Masalah yang sering dihadapi pasca tindakan PCI adalah Post-Procedure Chest Pain (PPCP), yaitu berbagai derajat nyeri dada yang tipikal maupun atipikal yang mulai muncul pasca tindakan tersebut.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat nyeri pada pasien yang menjalani prosedur PCI. Metode penelitian ini berupa analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Subjek pada penelitian ini adalah pasien yang menjalani prosedur PCI di unit cathlab RSAU dr. M. Salamun pada 1 Juli 2023 sampai dengan 31 Juli 2023. Data dikumpulkan dengan Numeric Rating Scale. Untuk pengukuran derajat nyeri didapatkan hasil 26 (37,7%) subjek mengalami derajat nyeri ringan, 41 (59,4%) nyeri sedang dan 2 (2,9%) mengalami nyeri dengan derajat berat. Pada penelitian ini juga dilakukan analisis regresi logistic multinomial dengan tingkat signifikansi 5% didapatkan nilai ρ-sig final adalah sebesar 0,390 lebih besar dari nilai α 0,05%, yang bermakna tidak ada variabel yang mempengaruhi nyeri pada penelitian saat ini. Simpulan penelitian ini adalah tidak ada variable yang mempengaruhi nyeri pada pasien post-PCI.
Tingkat Spiritualitas dan Karakteristik Lanjut Usia di RS Gemah Nuripah; Ayu Prasetia
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12536

Abstract

Abstract. Spiritual is a belief in one's relationship with the God. The elderly is the final phase of human life. The developmental tasks of the elderly include feeling satisfied with their life and having high spiritual values. This research examined the characteristics and level of spirituality of the elderly at the Geriatric Polytechnic of Muhammadiyah Hospital Bandung. The research was conducted at the Geriatric Polytechnic of Muhammadiyah Hospital Bandung and was completed by filling in the Daily Spiritual Experience Scale (DSES) questionnaire. This research concludes that most elderly people are over 65 years old, women, married, and have a high level of spirituality. Abstrak. Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Pencipta. Lansia merupakan fase akhir kehidupan manusia. Tugas perkembangan lansia antara lain merasa puas dengan kehidupan yang telah dijalani dan mempunyai nilai spiritualitas yang tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat karakteristik dan tingkat spiritualitas lansia di Poli Geriatri RS Muhammadiyah Bandung. Penelitian dilakukan di Poli Geriatri RS Muhammadiyah Bandung dan dilakukan dengan pengisian kuesioner Daily Spiritual Experience Scale (DSES). Simpulan penelitian ini adalah kebanyakan lansia berusia lebih dari 65 tahun, wanita, menikah dan mempunyai tingkat spiritualitas yang tinggi.
Karakteristik Pasien Otitis Media Akut Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Riwayat Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) di RS Al-Islam Bandung Tahun 2020-2022 Faqiekha Jauziyah Al-Faghiyah; Mia Kusmiati; Meike Rachmawati
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12555

Abstract

Abstract. Acute otitis media (OMA) is an acute inflammation of the middle ear that lasts < 3 weeks. Acute otitis media can be caused by viruses or bacteria. In previous research, the most common clinical symptom in children suffering from AOM was fluid discharge from the ears. It has also been found that 29-50% of all ARI develop into OMA. The aim of this study was to determine the characteristics of acute otitis media sufferers based on gender, age, duration of complaints, symptoms and history of ARI (Upper Respiratory Tract Infection). The research method used in this study was descriptive using a cross sectional design. Research subjects were patients diagnosed with OMA at the ENT clinic at Al-Islam Hospital Bandung in 2020-2022. Most of the OMA patients were female as many as 93 people (64.6%), dominated by patients aged 18-40 years as many as 52 people (36.1%), and the majority had no history of ARI, 141 people (97.9%). The conclusion of this research is that OMA cases in the ENT clinic at Al-Islam Hospital Bandung are dominated by women in the age range, most in the adult age range 18-40 years, and have a complaint duration of < 1 week with the most common symptoms being fever and discharge, and the majority have no history of ARI. OMA cases are more common in the adult age range, this is related to increased exposure to cigarettes in adulthood as well as environmental factors. Abstrak. Otitis media akut (OMA) merupakan inflamasi akut pada telinga bagian tengah yang berlangsung < 3 minggu. Otitis media akut dapat disebabkan oleh virus atau bakteri. Penelitian sebelumnya gejala klinis terbanyak pada anakpenderita OMA adalah keluarnya cairan daritelinga. Telah ditemukan juga bahwa 29-50% dari keseluruhan ISPA berkembang menjadi OMA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik penderita otitis media akut berdasarkan jenis kelamin, umur, lama keluhan, gejala, dan riwayat ISPA (Infeksi SaluranPernapasan Atas) Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Subjek penelitian adalah pasien yang terdiagnosis OMA di klinik THT RS Al-Islam Bandung pada tahun 2020-2022. Sebagian besar pasien OMA berjenis kelamin perempuan sebanyak 93 orang (64,6%), didominasi pasien berusia 18-40 tahun sebanyak 52 orang (36.1%), serta sebagian besar tidak memiliki riwayat ISPA sebanyak 141 orang (97.9%). Simpulan penelitian ini kasus OMA di klinik THT RS Al-Islam Bandung didominasi oleh jenis kelamin perempuan pada rentang umur, terbanyak pada rentang usia dewasa 18-40 tahun, dan memiliki lama keluhan < 1 minggu dangan gejala tersering demam dan keluar cairan, serta sebagian besar tidak memiliki riwayat ISPA. Kasus OMA lebih banyak ditemukan pada rentang usia dewasa, hal ini berkaitan dengan paparan rokok yang meningkat pada usia dewasa serta faktor lingkungan.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Prediabetes dengan Obesitas Alfiyya Nur Mahdiyyah; Noormartany; Triyani, Yani
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12565

Abstract

Abstract. Prediabetes is an important health problem today. Risk factors that can cause the progression of prediabetes to diabetes mellitus are obesity as measured by body mass index and waist circumference. The aim of this study was to assess knowledge about prediabetes with body mass index and waist circumference in first year students at the Faculty of Medicine, Bandung Islamic University for the 2022/2023 academic year. The design used was cross-sectional with 164 respondents. The research used was analytical observational. Data were collected using Google Form regarding awareness and knowledge questionnaires about prediabetes, with a total of 29 validated questions. Other important data that is measured directly is body weight, height and waist circumference. Of the 164 respondents, the majority were 18 years old, 54.9%, and 62.2% female; while height 151-160 cm is 43.3% and weight is in the obesity category 37.8%. Normal waist circumference for men is 23.8% and 39% for women. Respondents had good knowledge about prediabetes 45.1%. Based on the Pearson's chi-square test, the values obtained were p=0.883 (p>0.05) and p=0.105 (p>0.05). This means that there is no relationship between knowledge of prediabetes and obesity as measured by body mass index and waist circumference. Abstrak. Pradiabetes merupakan masalah kesehatan yang penting saat ini. Faktor risiko yang dapat menyebabkan progesivitas prediabetes menjadi diabetes melitus adalah obesitas yang diukur dengan Indeks massa tubuh dan lingkar pinggang. Tujuan penelitian ini menilai pengetahuan tentang pradiabetes dengan indeks massa tubuh dan lingkar pinggang pada mahasiswa tingkat satu Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahun Ajaran 2022/2023. Desain yang digunakan adalah cross-sectional dengan 164 responden. Penelitian yang digunakan adalah observasional analitik. Data yang dikumpulkan menggunakan Google Form mengenai kuesioner kesadaran dan pengetahuan tentang pradiabetes, dengan total 29 pertanyaan yang divalidasi. Data penting lainnya yang diukur langsung, yaitu berat badan, tinggi badan, dan lingkar pinggang. Dari 164 responden mayoritas berusia 18 tahun 54,9%, dan perempuan 62,2%; sedangkan tinggi badan 151-160 cm 43,3% dan berat badan berkategori obesitas 37,8%. Lingkar pinggang normal laki-laki 23,8% dan perempuan 39%. Responden berpengetahuan baik tentang pradiabetes 45,1%. Berdasarkan uji Pearson’s chi-square diperoleh nilai p=0,883 (p>0,05) dan p=0,105 (p>0,05). Dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara pengetahuan pradiabetes dan obesitas yang diukur indeks massa tubuh dan lingkar pinggang.
Evaluasi Kekuatan, Daya Otot, Kelenturan, Dan Ketahanan Jantung-Paru Berdasarkan Dengan Usia Haiqa Sharma Putri; M. Nurhalim Shabib; Siti Annisa Devi Trusda
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12567

Abstract

Abstract. The physical fitness situation among workers is a situation that receives little attention. In 2016, Rahmawati, Sulroto, and Wahyuni conducted research which revealed that around 43.6% of workers lacked physical fitness. Maintaining physical fitness is very important for workplace safety, as it is the foundation for employees to provide their best performance. Research reveals that a lack of physical activity can lead to a decline in physical fitness, which can lead to health problems and reduced productivity. Therefore, it is important to understand how physical activity, physical health, and age relate to the workplace, especialy for those in physicaly demanding jobs such as security guards. At Bandung Islamic University, a sample of 86 security officers was colected for this research. The research method used is a quantitative observational analytical approach with a cross-sectional research design to evaluate the relationship between age and physical fitness, by measuring muscle strength and endurance using a number of tests, including push-ups, sit-ups, squat leaps and vertical jumps. . Results showed that the majority of security guards were found to be between 18 and 25 years old, and most of them had normal or below normal muscle strength and endurance. Statistical analysis shows that there is a significant relationship between the level of strength and muscular endurance and age on certain indicators, while there is no significant relationship between the level of flexibility and cardiopulmonary endurance and age. This research provides a deeper understanding of the relationship between physical activity, physical fitness and age in security officers, which can provide a basis for improving their wel-being and productivity. Abstrak. Situasi kebugaran fisik di kalangan pekerja merupakan situasi yang kurang mendapat perhatian. Pada tahun 2016, Rahmawati, Sulroto, dan Wahyuni melakukan penelitian yang mengungkapkan bahwa sekitar 43,6% pekerja kurang dalam kebugaran jasmani. Menjaga kebugaran fisik sangat penting untuk keselamatan di tempat kerja, karena merupakan landasan bagi karyawan untuk memberikan kinerja terbaiknya. Penelitian mengungkapkan bahwa kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan penurunan kebugaran fisik, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan dan penurunan produktivitas. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana aktivitas fisik, kesehatan fisik, dan usia berhubungan dengan tempat kerja, terutama bagi mereka yang melakukan pekerjaan yang menuntut fisik seperti penjaga keamanan (Satpam). Di Universitas Islam Bandung, sampel dari 86 petugas keamanan dikumpulkan untuk penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif observasional analitik dengan desain penelitian cross-sectional untuk mengevaluasi hubungan antara usia dan kebugaran fisik, dengan mengukur kekuatan dan daya tahan otot menggunakan sejumlah tes, termasuk push-up, sit-up, squat leap, dan vertical jump. Hasil menunjukan bahwa mayoritas penjaga keamanan ditemukan berusia antara 18 dan 25 tahun, dan sebagian besar dari mereka memiliki kekuatan dan daya tahan otot yang biasa atau di bawah normal. Analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kekuatan dan daya tahan otot dengan umur pada indikator tertentu, sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat fleksibilitas dan daya tahan jantung paru dengan umur. Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai hubungan antara aktivitas fisik, kebugaran jasmani dan usia pada petugas keamanan, yang dapat memberikan dasar untuk meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas mereka.
Gambaran Karateristik Pekerja Bordir yang Berisiko Mengalami Carpal Tunnel Syndrome di Perusahaan Garmen Al – Madani Kota Tasikmalaya 10100120122, Ratu Sophia; Alya Tursina; Julia Hartati
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i2.14171

Abstract

Abstract. Tasikmalaya City is the location with the largest population of embroidery workers who have health problems related to work-related diseases related to the hands and wrists such as CTS. The female to male ratio for CTS is 3:1 with a peak high-risk age of 45-60 years, but there are 10% of CTS patients less than 31 years old. This research aims to describe the characteristics of embroidery workers and the position of the upper extremities. at the AL–Madani Garment Company, Tasikmalaya City. This research is descriptive observational with a cross sectional design. The total sample was 60 people. The position of the upper extremities was observed using the Rapid Upper Limb Assessment, while for CTS complaints using Boston carpal tunnel syndrome. The research results showed that the characteristics of embroidery workers were mostly 47 people (68%), the largest age group was 31-40 years old, namely 29 people (48%), 47 people (78%) had a high school/vocational high school education and 1 year as many as 30 people (50%). Characteristics of the position of the upper extremities when working using RULA: 38 subjects (63%) had complaints with mild severity, 16 people (26%) with moderate severity, and 4 other people (7%) with severe severity. Abstrak. Kota Tasikmalaya, merupakan lokasi terbanyak ditemukannya populasi pekerja bordir dengan memiliki gangguan kesehatan terkait penyakit akibat kerja pada yang berhubungan dengan tangan dan pergelangan tangan seperti CTS. Rasio wanita banding pria untuk CTS adalah 3:1 dengan usia puncak berisiko tinggi 45-60 tahun, akan tetapi terdapat 10% pasien CTS kurang dari 31 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran karaterisktik pekerja bordir dan posisi ekstremitas atas di Perusahaan Garmen AL–Madani Kota Tasikmalaya. Penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan desain cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 60 orang. Posisi ekstremitas atas di observasi menggunakan Rapid Upper Limb Assesment sedangkan untuk keluhan CTS menggunakan Boston carpal tunnel syndrome. Hasil penelitian didapatkan karakteristik pekerja bordir sebagian besar perempuan 47 orang (68%), kelompok usia terbanyak pada usia 31- 40 tahun yaitu 29 orang (48%), pendidikan terakhir SMA/SMK sebanyak 47 orang, hasil bahwa sebagian pekerja bordir berpendidikan SMA/SMK yaitu sebanyak 47 pekerja setara dengan (78%) dan lama kerja terbanyak 1 tahun sebanyak 30 orang (50%). Karakteristik posisi ektermitas atas saat bekerja menggunakan RULA sebanyak 38 subjek (63%) memiliki posisi action level 2 sedangkan karakteristik keparahan keluhan CTS yang dinilai dengan menggunakan kuesioner Boston 40 orang (67%) mengalami keluhan dengan tingkat keparahan ringan, tingkat keparahan sedang 16 orang (26%), dan 4 orang lainnya (7%) tingkat keparahan berat.