cover
Contact Name
Yasir Sidiq
Contact Email
lppi@ums.ac.id
Phone
+6282134901660
Journal Mail Official
lppi@ums.ac.id
Editorial Address
Jl. Ahmad Yani, Pabelan, Kartasura, Surakarta 57162, Jawa Tengah, Indonesia
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Academic Physiotherapy Conference Proceeding
ISSN : -     EISSN : 28097475     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Academic Physiotherapy Conferences are a series of activities that include international seminars and call papers. This activity aims to improve literacy and scientific publications of physiotherapy which specifically discuss cases related to problems of function and movement of the human body
Articles 67 Documents
Search results for , issue "2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding" : 67 Documents clear
Manajemen Disfungsi Otot Dasar Panggul pasca Persalinan Normal dengan Intervensi DNS: Case Study Almadani, Zahra; Herawati, Isnaini; Setiawan, Galih Adhi Isak
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Persalinan normal meningkatkan risiko disfungsi dasar panggul pada wanita. Lebih dari 46% wanita yang memiliki keluhan disfungsi dasar panggul memiliki riwayat persalinan normal. Wanita dengen riwayat persalinan normal memiliki angka kejadian 58% dibandingkan mereka yang melakukan persalinan dengan caesar (43%). Dalam upaya mengurangi keluhan terkait disfungsi dasar panggul pasca persalinan normal, DNS (Dynamic Neuromuscular Stabilization) menjadi salah satu metode fisioterapi yang baru-baru ini berkembang. Case Presentation: Subjek penelitian berusia 30 tahun dengan G3P2A0 yang melakukan persalinan secara normal (post-partum spontan) dengan usia kehamilan 39 lebih 4 minggu. Anak dilahirkan secara manual aid dengan kondisi presentasi bokong (presbo). Pasien memiliki riwayat persalinan caesar 4 tahun yang lalu. Saat ini pasien mengeluhkan ketidaktuntasan dalam buang air kecil dan frekuensi buang air kecil yang cukup sering. Management and Outcome: Subjek diberikan latihan DNS selama 2 hari. Hasilnya, latihan ini mampu memberikan peningkatan dalam mengurangi ketidaktuntasan dan frekuensi buang air kecil pada ibu pasca persalinan normal. Discussion: Hasil study ini menunjukan efektifitas dari latihan dengan pendekatan DNS dalam penurunan masalah disfungsi dasar panggul. Pada total skor PDFI-20 terdapat penurunan dari 168 menjadi 150, terutama pada aspek saluran kemih yang turun menjadi 75 dari 93. Meskipun tidak terdapatnya peningkatan kontraksi otot dasar panggul yang diukur menggunakan MOS Conclusion: Manajement fisioterapi pada kasus disfungsi dasar panggul dengan metode DNS mampu memberikan mengurangi ketidaktuntasan dan frekuensi buang air kecil pada ibu pasca persalinan normal.
Penatalaksanaan Fisioterapi pada Post Atrial Septal Defect Closure: Studi Kasus Amirotuzakiyah, Maryam; Perdana, Suryo Saputra; Setiawan, Purnomo Gani; Sari, Diani Qomaradewi Indah
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction Atrial Septal Defect (ASD) adalah kondisi kelainan jantung bawaan yaitu kecacatan septum atrium yang umum terjadi pada kasus kelainan jantung bawaan. Ciri unik ASD adalah perkembangan klinisnya yang lambat dengan sebagian besar saat usia anak dan remaja bebas gejala, sehingga menyebabkan keterlambatan diagnosis. Prosedur bedah jantung menyebabkan adanya nyeri pada bekas incisi, adanya komplikasi paru dan imobilisasi pada pasien dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kondisi komplikasi lainnya seperti penurunan aktivitas fungsional, penurunan kekuatan otot, penurunan sangkar thoraks, dan peningkatan sputum. Latihan mobilisasi bertahap dan active exercise diperlukan untuk mencegah munculnya komplikasi tersebut. Case Presentation: Pasien berusia 31 tahun dengan diagnosis medis post Atrial Septal Defect Closure (ATV Repair a.i A ASD II 4 cm, High flow Low resistance, L to R shunt, TR severe) dengan keluhan adanya nyeri bekas incisi dan imobilisasi. Pasien post operasi hari pertama dengan kondisi supine lying dengan alat dan selang terpasang ditubuhnya. Terdapat nyeri tekan, gerak dan diam, adanya penurunan sangkar thoraks, dan penurunan aktivitas fungsional. Management and Outcome: Studi kasus yang dilakukan selama 3 hari adalah breathing exercise, active exercise, dan mobilisasi bertahap serta dilakukan evaluasi setiap akhir pertemuan. Discussion: Intervensi fisioterapi yang diberikan pada kasus post ASD Closure adalah breathing exercise, active exercise, latihan batuk efektif, dan mobilisasi bertahap yang bertujuan untuk mengurangi nyeri bekas incisi, mengeluarkan sputum, peningkatan sangkar thoraks, memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot serta peningkatan kemampuan fungsional.
Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Post ORIF Fraktur Ankle dan Split Thickness Skin Graft (STSG) Alfarisyi, Dimas Arif; Perdana, Suryo Saputra; Paramita, Made Pradnya
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Skin graft merupakan tindakan yang sering dilakukan pada kasus dermatology seperti menutup luka lebar yang sulit untuk sembuh, munculnya kondisi tersebut biasanya diikuti jugan dengan cedera lainya seperti fraktur, dalam kasus ini fraktur yang terjadi adalah fraktur ankle. Fraktur ankle menjadi salah satu kasus fraktur terbanyak pertahunya dan dapat menimbulkan penurunan kemampuan fungsional bagi penderitanya. Kedua kasus tersebut dapat menimbulkan kontraktur, nyeri, dan penurunan kemampuan fungsional, maka peran fisioterapi sangat dibutuh kan dalam fase rehabilitasi. Presentasi kasus : pasien dengan usia 44 tahun mengalami kecelakaan dan mengalami fraktur pada metatarsal 5 dan calcaneus dextra serta Degloving injury yang kemamudian dilakukan penanganan berupa ORIF dan STSG. Pasien mengeluhkan masih adanya nyeri, kekakuan dan bengkak pada area ankle dextra. Hasil dan pembahasan: Dari hasil evaluasi nyeri dengan Numeric Rating Scale (NRS), evaluasi kekuatan otot dengan Manual Muscle Test (MMT), evaluasi LGS dengan Goniometer, evaluasi oedema dengan midline, dan evaluasi aktifitas fungsional dengan Foot and Akle Disability Index (FADI) didapatkan penurunan nyeri tekan dan oedema, peningkatan LGS, dan kemampuan fungsional Kesimpulan : Program fisioterapi dengan TENS, ankle Pumping, dan PNF dapat mengurangi nyeri, oedema dan peningkatkan LGS dan kemampuan fungsional.
Physiotherapy Management in Cases of Stiffness Elbow Joint Sinistra ec Posterior Dislocation of Elbow Joint Sinistra at RSUD Salatiga Izzuddin, Amar Maulana; Komalasari, Dwi Rosella; Yanuar, Reza Arshad
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Elbow dislocation is the second most frequently dislocated joint in adults after the shoulder. The incidence of elbow dislocations in the United States is. 7,000 per year. Elbow dislocation can cause stiffness in the elbow. This impacts pain, muscle spasms, limited range of motion and functional activities. Hence, therapy for elbow dislocation can be in the form of deep friction massage, muscle energy technique and exercise therapy. Case Presentation: This study reported a women patient, aged 21 years old with posterior elbow dislocation in sinistra side because fallen on July 2023. After a month, the patient was done for surgery at Orthopaedic Hospital of Surakarta and then referred to RSUD Salatiga to do intensive physiotherapy treatment. Management and Outcome: There were pain arround elbow by NRS, limited range of motion by goniometer, reduce muscle strength by MMT and reduced functional activities by DASH scale. Patient got deep friction massage, MET and exercise therapy 5 times Discussion: There were significant improvement form pain where tenderness (3 to 2) and movement pain (4 to 3), increasing extension range of motion from 350 to 250 especially for sagital plane, increasing muscle strength m. biceps brachii (4 to 5), as well improving score of DASH of functional activities from 5 to 25. Conclusion: Comprehensive treatment of Physiotherapy techniques gives positive effects to patient with the condition of elbow dislocation. This study might can be a reference to guide other physiotherapist doing rehabilitation to the patient with elbow dislocation.
Penatalaksanaan Fisioterapi pada Post Sectio Caesarea e.c. Impending Eklampsia: Studi Kasus Auliya, Fitrotul; Dewangga, Mahendra Wahyu; Setiawan, Galih Adhi Isak
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: pre eklampsia merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi selama kehamilan atau setelah melahirkan dimana terdapat tekanan darah tinggi dan tanda-tanda gangguan organ lain. Tekanan darah tinggi saat hamil dapat meningkatkan risiko terjadinya pre eklampsia, kelahiran prematur, solusio plasenta, dan kelahiran sesar. Sectio caesarea adalah sebuah teknik operasi untuk melahirkan janin dan hasil kehamilan melalui sayatan pada abdomen. Permasalahan yang terjadi pada kasus post sectio caesarea e.c. impending eklampsia adalah hipertensi, nyeri pada bekas luka operasi sectio caesarea di perut bawah, penurunan kekuatan otot abdominal dan pelvic floor, penurunan kemampuan fungsional, dan oedema pada ankle kanan dan kiri. Adapun intervensi fisioterapi yang dapat diberikan yaitu diaphragmatic breathing exercise, active movement exercise, knee rolling, abdominal exercise, pelvic tilting, pelvic floor exercise, dan latihan mobilisasi bertahap. Presentasi Kasus: pasien Ny. AK usia 37 tahun dengan diagnosa medis post sectio caesarea e.c. impending eklampsia mengalami permasalahan berupa hipertensi, nyeri pada bekas luka operasi sectio caesarea di perut bawah, penurunan kekuatan otot abdominal dan pelvic floor, penurunan kemampuan fungsional, dan oedema pada ankle kanan dan kiri. Intervensi dan Hasil: pasien diberikan intervensi fisioterapi berupa diaphragmatic breathing exercise, active movement exercise, knee rolling, abdominal exercise, pelvic tilting, pelvic floor exercise, dan latihan mobilisasi bertahap sebanyak 3 kali dan didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan tekanan darah, penurunan nyeri (diam, tekan, gerak), peningkatan kekuatan otot (abdominal dan pelvic floor), peningkatan kemampuan fungsional, dan penurunan oedema pada ankle kanan dan kiri. Diskusi: penurunan tekanan darah dan nyeri terjadi setelah diberikan intervensi fisioterapi berupa diaphragmatic breathing exercise. Selain itu, terjadi juga peningkatan kekuatan otot abdominal dan pelvic floor setelah diberikan intervensi fisioterapi berupa knee rolling, abdominal exercise, pelvic tilting, dan pelvic floor exercise. Peningkatan kekuatan otot juga dapat dipengaruhi oleh nyeri yang mulai berkurang sehingga pasien tidak takut untuk bergerak atau melakukan latihan. Kemampuan fungsional pasien juga mengalami peningkatan setelah diberikan intervensi fisioterapi berupa active movement exercise dan latihan mobilisasi bertahap. Peningkatan ini juga dipengaruhi oleh kondisi umum pasien yang semakin hari semakin membaik, tekanan darah yang mulai terkontrol, dan penurunan nyeri. Oedema pada ankle kanan dan kiri juga mengalami penurunan setelah diberikan intervensi fisioterapi berupa active movement exercise anggota gerak bawah (AGB) berupa ankle pumping dan dipengaruhi oleh pemberian obat furosemide. Kesimpulan: pemberian intervensi fisioterapi berupa diaphragmatic breathing exercise, active movement exercise, knee rolling, abdominal exercise, pelvic tilting, pelvic floor exercise, dan latihan mobilisasi bertahap sebanyak 3 kali dapat untuk menurunkan tekanan darah, mengurangi nyeri (diam, tekan, gerak), meningkatkan kekuatan otot (abdominal dan pelvic floor), meningkatkan kemampuan fungsional, dan mengurangi oedema pada ankle kanan dan kiri pada kasus post sectio caesarea e.c. impending eklampsia.
Case Report : Metode Schroth dalam Peningkatan Kapasitas Vital Paru pada Pasien Skoliosis di RS Orthopedi Prof. dr. R Soeharso Surakarta Rizy, Muhammad Hasbi Alfa; Rahayu, Umi Budi; Mustiko, Prihantoro Larasati
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Skoliosis merupakan suatu kelainan bentuk tulang belakang tiga dimensi yang abnormal. Skoliosis didiagnosis dengan mengukur besarnya deviasi tulang belakang pada radiografi di bidang koronal. Penegakan diagnosis secara klinis apabila telah menyentuh ambang batas sudut Cobb ≥ 10°. Skoliosis memiliki kumpulan permasalahan kompleks yang biasanya disertai dengan pola kelainan pernapasan yang terbatas pada hampir dua pertiga penderita dengan kurva skoliosis yang cukup besar. Metode Penelitian: Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu case report dengan single subject research yang dimana penelitian ini melibatkan seorang perempuan usia 32 tahun yang bekerja sebagai bidan di salah satu rumah sakit di daerah Boyolali, Jawa Tengah. Diagnosis medis untuk pasien Nn. M yaitu Skoliosis Idiopatik. Intervensi kepada pasien diberikan menggunakan beberapa modalitas yaitu Microwave Diathermy dan metode Schroth yang diberikan dalam 4 sesi selama 4 minggu (1 kali per minggu) dengan dilakukan pemantauan pada tiap 1 minggu sekali oleh fisioterapis bersangkutan. Hasil Penelitian: Hasil pada penelitian ini diukur setiap sesi pemberian intervensi selesai. Berdasarkan gambar 1 dan gambar 2, didapatkan bahwa terdapat perubahan pada kapasitas inspirasi paru pada pasien yang semula pada angka 1500/2600 menjadi 2200/2600 dan perubahan angle of trunk rotation (ATR) walau tidak signifikan pengukuran menggunakan scoliometri menunjukkan nilai yang semula 5° pada apex thoracal menjadi 4° dan pada apex lumbal yang semula 4° menjadi 3°. Kesimpulan: Kesimpulan pada penelitian ini adalah bahwa penggunaan metode schroth dinilai memberikan efek yang positif dalam peningkatan kapasitas vital paru. Efek yang diberikan terapi latihan menggunakan metode Schroth juga memberikan efek lainnya berupa penurunan ATR pada pasien sehingga menurunkan tingkat risiko deformitas dari skoliosis.
Rehabilitasi Jantung Fase 2 Pasien dengan Triple Valve Replacement di RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah Bali: Studi Kasus Damayanti, Karina; Sudaryanto, Wahyu Tri; Pratama, I Putu Aditya
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Gagal jantung atau Heart Failure (HF) adalah sindrom klinis yang ditandai dengan kumpulan gejala yang sering disebabkan oleh kelainan struktural dan/atau fungsional jantung yang mengakibatkan berkurangnya fungsi jantung. Komplikasi pasca operasi perawatan katup jantung meningkatkan sedasi dan bedrest, menyebabkan ketidakaktifan fisik dan kelemahan otot dalam jangka waktu yang lama. sehingga menghalangi pasien untuk kembali ke kemampuan fungsional normal. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada Rehabilitasi Jantung fase 2 pada pasien yang menjalani Triple Valve Replacement (TVR), dari pemeriksaan awal fisioterapi, intervensi, dan evaluasi hasil yang didapatkan. Presentasi Kasus: Pasien usia 40 tahun dengan diagnosa post TVR e.c. ADHF Profil B e.c. definite IE dengan keluhan penuruan kemampuan fungsional jantung dan paru dengan disertai komorbid Hipertensi, DM dan aritmia. EF BP 58,5%. Hasil VO2Max di dapatkan 3,4 METs. Management dan Outcome: Latihan aerobik berupa pemanasan, jalan, dan sepeda statis digunakan untuk Rehabilitasi Jantung fase 2. Setelah 12 kali terapi didapatkan hasil terjadi peningkatan dari jarak tempuh dan penurunan derajat sesak nafas serta hasil TTV (TD, nadi & SpO2) terpantau stabil pada pre dan post. Namun pada hasil VO2Max tidak di dapatkan hasil yang signifikan. Diskusi: Latihan aerobik dapat meningkatkan kemampuan kapasitas aerobik terutama pada jarak yang mampu di tempuh dan derajat sesak nafasnya. Namun peningkatan VO2Max akan terlihat signifikan setelah 6 bulan – 1 tahun. Komorbid yang dimiliki pasien akan menjadi penghambat untuk percepatan pemulihan kapasitas Aerobik. Kesimpulan: Rehabilitasi Jantung pada pasien TVR dapat meningkatkan kapasitas aerobik jika dulakukan rutin dan dengan dosis yang tepat namun tidak akan terjadi peningkatan jika rehabilitasi tidak dilakukan dengan baik sesuai dengan intervensi yang direncanakan.
Tatalaksana Fisioterapi dan Penggunaan Metode Pursed Lip Breathing pada Pasien PPOK Tipe D Nay, Agriastari Dwiputri Harun Umbu; Widodo, Agus; Sulistyowati, Fatonah
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: PPOK (penyakit paru obstruktif kronik) atau COPD (chronic obstructive pulmonary disease) adalah penyakit kronis dan progresif pada saluran napas dan paru yang ditandai dengan obstruksi bronkus yang tidak dapat di sembuhkan. Pada Kondisi PPOK dinding paru mengalami gangguan pengembangan paru ditandai dengan perubahan remodeling vaslukalar utama karena melibatkan pengingkatan penebalan pada intima arteru paru karena proliferasi sel otot polos yang berorintasi longitudinal tanpa adanya perbedaan yang signifkan dalam komponen matriks seluler dan ektaseller serta penebalan yang menyebabkan penurunan diameter lumen arteri. Salah satu intervensi pada kondisi PPOK adalah dengan menggunakan metode Pursed Lip Breathing yang dapat membantu meringkankan gelaja sesak napasCase Presentation: Pasien atas nama Tn. S usia 54 tahun mengeluhkan sesak napas berat dan dan batuk berdahak berdasarkan diagnosis medis pasien menderita PPOK type D. Pasien mengeluhkan sesak napas karena melakukan aktivitas berlebih sepert menjahit, lalu merasakan batuk berdahak yang sering muncul saat pagi hari.Management and Outcome: Diberikan nebulizer terlebih dahulu dengan bantuan bronkodilator berupa Meprovent dan Budesma 0,5 selama 15 menit dan diberikan Pursed lips breathing dan breathing control. Untuk outcome pada pasien PPOK menggunakan The modified MRC (Medical Research Council) dyspnea Scale. Alat ukur ini berupa kuisioer yang terdiri dari lima pernyataan tentang sesak napas didapati skore MRC dyspnea scale yaitu 3.Discussion: Metode Pursed lip breathing dengan prinsip membuat inspirasi lebih Panjang dari pada ekspirasi pada kondisi PPOK adalah bertujuan untuk membantu pasien mengendalikan frekuensi pernapasan yang abnormal pada pasien dengan PPOK, yaitu dari pernapasan yang dangkal dan cepat berubah menjadai pernapasan yang dalam dan lambat. Teknik pursed lips breathing merupakan salah satu teknik pernapasan yang mudah digunakan dan tidak membutuhkan alat bantu apapun dalam proses pelaksanaannya serta memiliki pengaruh besar terhadap proses bernapas dan oksigenisasi pasien PPOKConclusion: Hasil dari kasus diatas setelah diberikannya bronkodilator dan juga teknik pursed lip breathing exercise serta breathing control terjadi penurunan sesak napas.
Manajemen Fisioterapi pada Kasus Post Posterior Cruciate Ligament Reconstruction (PCLR): Studi Kasus Kurniady, Devi Arthamevia; Dewangga, Mahendra Wahyu; Saputro, Sigit
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Posterior cruciate ligament adalah salah satu dari empat ligamen utama di sendi lutut dan bertanggung jawab untuk menstabilkan tibia di dalam tulang paha. PCL berfungsi untuk menahan gaya varus, valgus, dan rotasi eksternal. Cedera PCL disebabkan oleh gaya anterior ekstrem yang bekerja pada tibia proksimal pada lutut yang tertekuk. PCL juga bisa terluka karena terjatuh ke depan dengan lutut ditekuk. Penyebab paling umum cedera PCL adalah kecelakaan dalam berkendara dan cedera olahraga. Presentasi kasus: Pasien mengalami keterbatasan gerak dan nyeri saat fleksi lutut kanan sehingga menghambat aktivitas sehari-hari. Pasien mengalami cedera olahraga ketika bermain sepak bola yaitu karena pasien ditekel oleh lawan main dari samping kiri. Setelah kejadian pasien mencoba berjalan kecil dan merasakan belakang lutut seperti ditusuk jarum. Pasien mendatangi rumah sakit dan melakukan MRI dengan hasil ruptur PCL kanan. Pasien mengeluhkan nyeri gerak dan nyeri tekan pada area lutut kanan, kelemahan otot fleksor dan ekstensor, penurunan rentang gerak sendi. Manajemen dan Hasil: Pasien diberikan latihan fase 2 berupa quadriceps setting, gluteus setting, SLR, hold bridging, isotonic bridging, ankle therraband, calf raise, balance training (single leg), squat, steup up dan lateral step up box 20 cm, leg press, static cycle, dan plank. Evaluasi yang diukur oleh peneliti berupa evaluasi nyeri menggunakan NRS, evaluasi kekuatan otot dengan MMT, evaluasi LGS menggunakan goniometer, evaluasi atrofi otot menggunakan midline, dan evaluasi kemampuan fungsional menggunakan lysholm knee score index. Diskusi: Berdasarkan intervensi yang diberikan ditemukan hasil bahwa latihan penguatan mempunyai manfaat pada pasien pasca rekonstruksi PCL fase akut yang memiliki tujuan perlindungan maksimal pada healing graft, menjaga tonus otot paha depan, mempertahankan ekstensi lutut penuh, pengendalian nyeri dan edema, meningkatkan propioseptif, stabilisasi otot core, serta meingkatkan rentang gerak sendi fleksi lutut Kesimpulan: Kesimpulan yang didapatkan pada pasien dengan kasus PCLR fase 2 setelah diberikan intervensi fisioterapi berupa modalitas kompres es dan exercise yang dilakukan sebanyak 4x menunjukkan hasil berupa penurunan nyeri, peningkatan kekuatan otot, pengurangan atrofi otot, peningkatan lingkup gerak sendi, dan peningkatan kemampuan fungsional.
Manajemen Fisioterapi pada Kasus Post Anterior Cruciate Ligament Recontruction (ACLR): Studi Kasus Wijayandari, Nawang Galih; Perdana, Suryo Saputra; Saputro, Sigit
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Anterior Cruciate Ligament (ACL) merupakan suatu ligamen yang memiliki fungsi sebagai penstabil tibia saat berpindah ke arah anterior serta saat lutut melakukan rotasi. Robekan ACL yang melebihi 50 % atau robekan total dapat menyebabkan ketidakstabilan sendi lutut sehingga direkomendasikan untuk menjalani operasi rekontruksi ACL yang selanjutnya pasien post ACLR membutuhkan rehabilitasi. Presentasi kasus: pasien dengan diagnosa post ACLR dengan keluhan utama nyeri dan keterbatasan gerak pada lutut kiri. Manajemen dan hasil: pasien diberikan latihan fase 1 berupa heel slide, quariceps setting, hamstring setting, dan ankle theraband serta kompres es sebelum dan setelah latihan. Evaluasi yang diukur oleh peneliti berupa evaluasi nyeri menggunakan NRS, evaluasi kekuatan otot menggunakan MMT, evaluasi LGS menggunakan goniometer, evaluasi odem menggunakan meterline, dan evaluasi kemampuan fungsional menggunakan lyshom index. Diskusi: Program rehabilitasi post rekonstruksi ACL berupa serangkaian program yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi lutut dalam keadaan normal. Peregangan yang dilakukan selama latihan akan merangsang tendon sehingga menimbulkan efek relaksasi, kontraksi, dan peregangan yang akan memperbaiki gangguan fleksibilitas otot dan akan meningkat kekuatan otot. Kesimpulan: Pemberian latihan dan kompres es sebelum dan sesudah melakukan latihan yang dilakukan sebanyak 3x terhadap Tn. WP di Klinik Ibest Solo didapatkan hasil penurunan nyeri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, mengurangi odem, dan meningkatkan kemampuan fungsional.