cover
Contact Name
Rasyadan Taufiq Probojati
Contact Email
rasyadantaufiq@unik-kediri.ac.id
Phone
+6285736952128
Journal Mail Official
jintan@unik-kediri.ac.id
Editorial Address
Universitas Kadiri, Fakultas Pertanian, Gedung G103 Jl. Selomangleng No. 1, Pojok, Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur 64115
Location
Kota kediri,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional
Published by Universitas Kadiri
ISSN : 27765431     EISSN : 27765423     DOI : https://doi.org/10.30737/jintan
Core Subject : Agriculture,
The scope of JINTAN includes, but is not limited to, the following areas: Agronomy and Crop Science, Plant Breeding and Genetics, Soil Science and Plant Nutrition, Plant Protection, Agricultural Economics and Rural Development, Agricultural Engineering and Technology, Food Technology, Plantation, Fishery, Forestry, and Marine Biology.
Articles 99 Documents
Pemetaan Sebaran dan Populasi Beberapa Ternak Unggas di Kabupaten Sidoarjo Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) Wildanu Ubaidillah; Ahmad Haris Hasanuddin Slamet; Nopi Ariyola; Rafly Rizqullah; Nur Anisa
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 3 No. 2 (2023): JULY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v3i2.4787

Abstract

This research aims to apply a Geographic Information System (GIS) in mapping the distribution of poultry populations in the Sidoarjo Regency. The main benefit of this research is accelerating the management of livestock distribution information in the area based on the mapping results. This information can be used as a reference in developing chicken farming businesses in the Sidoarjo Regency. This research used spatial data in administrative maps of Sidoarjo Regency in 2020, Indonesian Earth Maps sourced from National Geographic and poultry distribution data from Sidoarjo in 2021 and 2023 figures. Poultry population data fluctuates every year cause of several factors, including population factors, land availability factors, and demand and supply factors in the market. The districts with the highest distribution of poultry were Balongbendo Tulangan, Krian, Candi and Jabon. Districts with medium poultry distribution were Prambon, Tanggulangin, Porong, Sidoarjo, Buduran and Waru. The districts with the lowest distribution of poultry were Taman, Gedangan and Sedati. However, several sub-districts have experienced a significant decline. Tujuan penelitian ini adalah menerapkan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam pemetaan sebaran populasi ternak unggas di Kabupaten Sidoarjo. Manfaat utama dari penelitian ini adalah mempercepat pengelolaan informasi sebaran ternak di wilayah Sidoarjo dengan menggunakan hasil pemetaan, informasi ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan usaha ternak unggas di wilayah Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan data spasial berupa peta administrasi Kabupaten Sidoarjo tahun 2020, Peta Rupa Bumi Indonesia bersumber National Geographic dan data sebaran ternak unggas yang bersumber dari Sidoarjo dalam angka tahun 2021 dan 2023. Setiap tahunnya, data populasi ternak unggas di Sidoarjo mengalami fluktuatif dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor populasi jumlah penduduk, faktor ketersediaan lahan dan faktor permintaan dan penawaran harga unggas di pasaran. Kecamatan dengan sebaran ternak unggas tertinggi yaitu Balongbendo Tulangan, Krian, Candi dan Jabon. Kecamatan dengan sebaran ternak unggas sedang yaitu Prambon, Tanggulangin, Porong, Sidoarjo, Buduran dan Waru. Kecamatan dengan sebaran ternak unggas terendah yaitu Taman, Gedangan dan Sedati. Namun juga terdapat beberapa kecamatan yang mengalami penurunan cukup signifikan.
Pengaruh Jenis Warna Light Emitting Diode (LED) dan Konsentrasi Larutan Poc Daun Kelor Terhadap Pertumbuhan Serta Hasil Microgreen Pakcoy (Brassica chinensis L.) Adam Mahardhika; Edy Kustiani; Nugraheni Hadiyanti; Tjatur Prijo Rahardjo
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 4 No. 1 (2024): JANUARY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v4i1.4315

Abstract

The rapid increase in population results in a transformation of agricultural land into residential areas. Household yards emerge as an option to sustain food security. Microgreens, vegetables harvested within the age range of 7-14 days after seeding, are the focal point of this study. The research aims to assess the impact of LED light colours and the concentration of liquid organic fertilizer (LOF) from moringa leaves on the growth and yield of pakchoi microgreens. The study is conducted at Jalan Sam Ratulangi No.39, Kota Kediri, East Java, from May 2022 to June 2022. A Randomized Complete Block Design (RCBD) Split Plot method is employed with two treatment factors replicated three times. The main treatment factor involves four LED light colours, and the research findings indicate a significant interaction between LED colours and the concentration of moringa leaf LOF concerning leaf quantity at 14 HST and leaf area. The best combinations were treatments L1S3 (blue light irradiation and 45 ml/litre concentration of moringa leaf LOF), L4S1 (yellow light irradiation and 15 ml/litre concentration of moringa leaf LOF), and L2S1 (red light irradiation and 15 ml/litre concentration of moringa leaf LOF). The application of moringa leaf LOF at 15 ml/litre separately also significantly affected the seed germination capability of pakchoi at 14 DAP. Additionally, LED irradiation showed significant differences in leaf quantity at 7 DAP and plant height at 7 HST.   Dampak dari pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan perubahan fungsi lahan pertanian di area pemukiman. Sebagai upaya untuk memastikan ketahanan pangan, halaman rumah menjadi opsi yang dipilih. Penelitian ini berfokus pada microgreens, yaitu tanaman sayuran yang dipanen dalam rentang usia 7 hingga 14 hari setelah penanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh warna lampu LED dan konsentrasi larutan POC daun kelor terhadap pertumbuhan dan hasil microgreens pakcoy. Lokasi penelitian berada di Jalan Sam Ratulangi No. 39, Kota Kediri, Provinsi Jawa Timur, pada bulan Mei hingga Juni 2022. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) split-plot dengan dua faktor perlakuan dan tiga ulangan. Faktor utama melibatkan empat warna LED, dan terdapat interaksi signifikan antara warna LED dan konsentrasi POC larutan daun kelor terhadap jumlah dan luas daun pada 14 HST. Kombinasi optimal melibatkan lampu biru dengan konsentrasi POC daun kelor sebesar 45ml/liter, lampu kuning dengan konsentrasi 15ml/liter, dan lampu merah dengan konsentrasi 15ml/liter. Perlakuan individu POC daun kelor sebanyak 15 ml/liter juga berpengaruh pada perkecambahan biji bok choy pada 14 HST. Di samping itu, pencahayaan LED menunjukkan perbedaan yang signifikan pada jumlah daun pada usia 7 HST dan tinggi tanaman pada usia 7 HST secara independen.  
Analisis Komparatif Pendapatan Usahatani Tebu (Saccharum Officinarum L) Sistem Ratoon Cane (RC) Dan Sistem Plant Cane (PC) di Desa Gondang Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri Neti Yuliandari; Widi Artini; Eko Yuliarsha Sidhi
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 4 No. 1 (2024): JANUARY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v4i1.5059

Abstract

This research analyses differences in production cost levels between Ratoon Cane sugarcane farming and the Plant Cane system. The research was conducted in Gondang Village,Plosoklaten District, Kediri  Regency. The research was carried out from March to May 2023. Respondents were determined using a saturated sampling method. The number of respondents in this study were 10 who were Ratoon Cane (RC) system sugar cane farmers and 10 who were Plant Cane (PC) system sugar cane farmers. Thus, the total number of respondents was 20 farmers. The data analysis method was carried out using qualitative and quantitative analysis. From the results of research and data analysis, it can be obtained that the production costs used for Plant Cane sugar cane farming are higher than for Ratoon Cane sugar cane farming, namely an average per hectare of IDR57,623,212. Meanwhile, the average Ratoon Cane sugar cane farmer per hectare is only IDR46,240,466. There is a difference in production between Ratoon Cane and Plant Cane sugar cane farming in Gondang Village, Plosoklaten District, Kediri Regency, in 2021-2022. The average production per ha of Ratoon Cane farming is 828 quintals, and Plant Cane sugar cane farming is 908 quintals. Thus, it will affect revenue, namely IDR72,233,663 Ratoon Cane sugar cane and Rp78,314,663 Plant Cane sugar cane. There is a difference in revenue of IDR6,081,000 per hectare. Ratoon Cane's sugar cane farming income is IDR25,993,196, higher than Plant Cane's IDR20,691,450.   Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan tingkat biaya produksi antara usahatani tebu Ratoon Cane dengan sistem Plant Cane. Penelitian dilakukan di Desa Gondang Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri. Penelitian dilaksanakan mulai Bulan Maret sampai dengan bulan Mei tahun 2023. Penentuan responden menggunakan metode sampling jenuh, jumlah responden pada penelitian ini 10 orang responden petani tebu sistem Ratoon Cane (RC) dan 10 orang responden petani tebu sistem Plant Cane (PC). Dengan demikian jumlah responden keseluruhan sebanyak 20 orang petani. Metode analisis data yang dilakukan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Dari hasil penelitian dan analisa data, dapat diperoleh hasil bahwa penggunaan biayao produksi usahatani tebu Plant Cane lebih tinggi dibanding dengan usahatani tebu Ratoon Cane yaitu rata-rata per hektar sebesar Rp57.623.212,-.Sedangkan petani tebu Ratoon Cane rata-rata per hektar hanya sebesar Rp46.240.466.. Terdapat perbedaan produksi antara usahatani tebu Ratoon Cane dan Plant Cane di Desa Gondang Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri pada tahun 2021-2022. Rata-rata produksi per ha usahatani Ratoon Cane sebesar 828 kuintal dan usahatani tebu Plant Cane sebesar 908 kuintal. Dengan demikian akan berpengaruh terhadap penerimaan yaitu sebesar Rp72.233.663 tebu Ratoon Cane dan sebesar Rp78.314.663 tebu Plant Cane. Terdapat selisih penerimaan sebesar Rp6.081.000,- per hektar. Pendapatan usahatani tebu Ratoon Cane sebesar Rp25.993.196,- lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani tebu Plant Cane sebesar Rp20.691.450.
Hubungan Unsur Iklim terhadap Produksi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Kabupaten Nganjuk Agung Wilis Nurcahyo; Junaidi; Nugraheni Hadiyanti; Aptika Hana Prastiwi Nareswari
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 4 No. 1 (2024): JANUARY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v4i1.5267

Abstract

Patianrowo District, Nganjuk Regency, located at an altitude of 45 m above sea level, is an essential area for producing cayenne pepper plants. Rainfall is considered to be crucial in the growth of cayenne pepper plants in Patianrowo. This association may be due to sufficient rainfall, providing necessary soil moisture and supporting photosynthesis processes. Meanwhile, air temperature and humidity also affect cayenne pepper production. These plants develop optimally at certain temperatures and humidity; extreme changes can inhibit plant growth and yield. This research aims to analyze the relationship between climate elements on the production of cayenne pepper plants. The research was carried out by applying descriptive-analytical research methods. Secondary data collected includes cayenne pepper production data for 2012-2021 and climate element data (temperature, solar radiation, air humidity and rainfall) in 2012-2021. The data obtained was analyzed using correlation and regression tests. Data from the analysis showed a relationship between climate elements and cayenne pepper production in Patianrowo District, Nganjuk Regency. Solar radiation has a significant effect on cayenne pepper production by 55.84%, temperature has an effect of 48.83%, and air humidity has an effect of 46.36%. The production estimation model for cayenne pepper based on solar radiation is Y= 26,461X –181,459, the production estimation model based on temperature is Y = 94,250X – 2,234,167, and the estimation model based on humidity is Y = 407,659 – 4,643X.   Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk terletak pada ketinggian 45 m dpl merupakan wilayah penting dalam produksi tanaman cabai rawit. Curah hujan diduga memainkan peran krusial dalam pertumbuhan tanaman cabai rawit di Patianrowo. Keterkaitan ini mungkin disebabkan oleh curah hujan yang mencukupi, memberikan kelembaban tanah yang diperlukan dan mendukung proses fotosintesis. Sementara itu, suhu udara dan kelembaban udara juga mempengaruhi produksi cabai rawit. Tanaman ini cenderung berkembang optimal pada suhu dan kelembaban tertentu, dan perubahan ekstrim dalam kondisi ini dapat menghambat pertumbuhandan hasil tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara unsurunsur iklim terhadap produksi tanaman cabai rawit. Penelitian dilaksanakan dengan menerapkan metode penelitian deskriptif analitik. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data produksi cabai rawit periode 2012-2021 dan data unsur iklim (suhu, radiasi matahari, kelembaban udara dan curah hujan) pada tahun 2012-2021. Data yang diperoleh dianalisis mengguunakan uji korelasi dan regresi. Data hasil analisis menunjukkan adanya hubungan antara unsur iklim terhadap produksi cabai rawit di Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk. Radiasi matahari berpengaruh nyata terhadap produksi cabai rawit sebesar 55,84%, suhu berpengaruh sebesar 48,83% dan kelembaban udara berpengaruh sebesar 46,36%. Model pendugaan produksi cabai rawit berdasarkan radiasi maatahari adalah Y= 26.461X – 181.459, model pendugaan produksi berdasarkan suhu adalah Y = 94.250X – 2.234.167 dan model pendugaan berdasarkan kelembaban adalah Y = 407.659 – 4.643X.  
Tingkat Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk Cair dari Limbah Dapur dan Variasi Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Awal Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Dektiyansyah Nusantara Sukoco; Junaidi; Supandji
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 4 No. 1 (2024): JANUARY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v4i1.5268

Abstract

Excessive use of inorganic fertilizers is the main factor hampering the increase in sugarcane production in Indonesia. As an alternative solution, compost from municipal waste is used as organic fertilizer to stimulate the growth of sugar cane plants. This research aims to evaluate the relationship between variations in planting distance and dosage of processed kitchen waste compost products on the development of sugar cane seedlings. The research results showed that planting at a distance of 33 x 33 cm (J1) produces more optimal plant growth, including plant height, number of leaves, stem diameter, and number of tillers, compared to planting at other distances. On the other hand, administering a liquid organic fertilizer dose of 15 ml/plant (D2)gave t he best results for growth in plant height, number of leaves, stem diameter, and number of tillers. Observations on leaf area also showed that at 9 weeks after planting, planting at a distance of 33 x 33 cm (J1) had a more optimal leaf area. Giving a dose of liquid organic fertilizer of 15 ml/plant (D2) also produced optimal leaf area at that age. Root development is also influenced by variations in planting distance and the amount of liquid organic fertilizer applied. Planting at a distance of 33 x 33 cm (J1) and without applying liquid organic fertilizer (D0) resulted in better root length and number at 9 weeks after planting. The optimal combination to increase the growth of sugarcane seedlings is planting at a distance of 33 x 33 cm (J1) and applying liquid organic fertilizer of 15 ml/plant (D2). The use of organic fertilizer, such as municipal waste compost, can be a solution to reduce dependence on inorganic fertilizer and sustainably increase sugarcane production.    Pemanfaatan pupuk anorganik yang terlalu banyak merupakan faktor utama yang menghambat peningkatan produksi tebu di Indonesia. Sebagai solusi alternatif, kompos dari sampah kota digunakan sebagai pupuk organik untuk merangsang pertumbuhan tanaman tebu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keterkaitan antara variasi jarak tanam dan dosis produk olahan kompos limbah dapur terhadap perkembangan bibit tebu. Hasil riset menunjukkan bahwa penanaman dengan jarak 33 x 33 cm (J1) menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih optimal, termasuk tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan jumlah anakan dibandingkan dengan penanaman dengan jarak lainnya. Sebaliknya, pemberian dosis pupukorganik cair sebanyak 15 ml/tanaman (D2)  memberikan hasil terbaik untuk pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan jumlah anakan. Observasi terhadap luas daun juga menunjukkan bahwa pada usia 9 minggu setelah penanaman, penanaman dengan jarak 33 x 33 cm (J1) memiliki luas daun yang lebih optimal.Pemberian dosis pupuk organik cair 15 ml/tanaman (D2) juga menghasilkan luas daun yang optimal pada usia tersebut. Pengembangan akar juga dipengaruhi oleh variasi jarak tanam dan jumlah pupuk organik cair yang diberikan. Penanaman dengan jarak 33 x 33 cm (J1) dan tanpa pemberian pupuk organik cair (D0) menghasilkan panjang dan jumlah akar yang lebih baik pada usia 9 minggu setelah tanam. Kombinasi optimal untuk meningkatkan pertumbuhan bibit tebu terlihat pada penanaman dengan jarak 33 x 33 cm (J1) dan pemberian pupuk organik cair sebanyak 15 ml/tanaman (D2). Penggunaan pupuk organik seperti kompos sampah kota dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik dan meningkatkan produksi tebu secara berkelanjutan. 
Pertumbuhan dan Produksi Mentimun (Cucumis sativus L.) akibat Perlakuan Dosis dan Waktu Aplikasi Pupuk Organik Cair Air Limbah Ikan Lele Nanda Widyawati Ayuningtyas; Supandji; Saptorini; Nugraheni Hadiyanti; Wahyu Widiyono
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 4 No. 1 (2024): JANUARY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v4i1.5277

Abstract

Using liquid organic fertilizer from catfish wastewater is an attractive alternative to increase crop yields. This research is intended to investigate the growth and production of cucumbers, which are influenced by the combination of dose and time of application of liquid organic fertilizer (POC) from catfis wastewater. The experiment was realized from May to July 2022 in Ngantru Village, Trenggalek Regency. The research design was a factorial, Completely Randomized Design (CRD) and 3 repetitions. The treatment tested was the POC dose of catfish waste (D), with 3 levels: 300 ml/polybag/application, 400 ml/polybag/application, and 500 ml/polybag/application. Another treatment was the POC (A) application time, with 3 levels: 3, 5, and once every 7 days. Observation variables were weight and number of fruits per plant, length, and diameter of fruit, number of leaves, and plant length. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA), and results that showed significant differences were tested further with the Least Significant Difference(LSD ) at a significance level of 5%. The interaction between dose and time of application of liquid organic fertilizer (POC) from catfish wastewater showed a significant difference in plant length at 14 and 21 days after planting (DAT). The use of POC doses from catfish wastewater specifically significantly affected the number of leaves at 21 DAT and the length of cucumber fruit. However, separately, the treatment dose and time of administration of POC from catfish wastewater did not significantly affect the number, diameter, and weight of cucumber fruit.   Dalam upaya meningkatkan hasil tanaman, penggunaan pupuk organik cair dari limbah air ikan lele menjadi alternatif yang menarik. Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki pertumbuhan dan produksi mentimun yang dipengaruhi oleh kombinasi dosis dan waktu pemberian pupuk organik cair (POC) dari air limbah ikan lele. Percobaan terealisasi pada bulan Mei sampai Juli 2022 di Kelurahan Ngantru, Kabupaten Trenggalek. Rancangan penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dan 3 kali pengulangan. Perlakuan yang diujikan adalah dosis POC limbah ikan lele (D), dengan 3 level, yaitu: 300 ml/polybag/aplikasi, 400 ml/polybag/aplikasi, dan 500 ml/polybag/aplikasi. Perlakuan lainnya adalah waktu aplikasi POC (A), dengan 3 level, yaitu: 3; 5; dan 7 hari sekali. Variabel pengamatan yaitu berat, dan jumlah buah per tanaman, panjang, dan diameter buah, jumlah daun, serta panjang tanaman. Data dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA), dan hasil yang menunjukkan perbedaan signifikan diuji lebih lanjut dengan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada tingkat signifikansi 5%. Interaksi antara dosis dan waktu pemberian pupuk organik cair (POC) dari air limbah ikan lele menunjukkan perbedaan signifikan terhadap panjang tanaman pada umur 14 dan 21 hari setelah tanam (HST). Penggunaan dosis POC dari air limbah ikan lele secara khusus berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 21 HST dan panjang buah mentimun. Namun, secara terpisah, perlakuan dosis dan waktu pemberian POC dari air limbah ikan lele tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah, diameter, dan berat buah mentimun
Evaluasi Pendapatan dan Strategi Pemasaran dalam Usaha Pertanian Cabai Merah (Capsicum annum L.) Desa Puncu Kabupaten Kediri Wahyu Rianto Putro; Eko Yuliarsha Sidhi; Tutut Dwi Sutiknjo; Agustia Dwi Pamujiati; Djoko Rahardjo
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 4 No. 1 (2024): JANUARY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v4i1.5288

Abstract

The development of the agricultural sector has the main objective of increasing food production and nutrition and improving the standard of living and welfare of the community. One of the potential contributors to the income of the farmers studied is the red chili plant. This research was conducted in Puncu Village, Kediri Regency, as a red chili production center. The research used a census method with 15 red chili farmer respondents. Data collection was carried out through interviews and questionnaires with farmers and traders. Data analysis was carried out qualitatively and quantitatively. The research results show that red chili farming in Puncu Village, Kediri, produces an average of 8,823 kg/ha with a total production cost of IDR34,594,639 per hectare. Farmers' income reaches IDR218,218,667, so the profit per hectare reaches IDR183,624,028 with an R/C ratio of 6.43, indicating significant profits. Red chili marketing was carried out through two channels where the first channel (farmers to retailers to consumers) was classified as efficient, with an efficiency level of 1.07%. Meanwhile, the second channel (farmer to collector to retailer to consumer) could be more efficient, with an efficiency level of 3.13%. Analysis of costs, profits, and marketing efficiency provides a deeper understanding of the economic dynamics in the red chili sector in Puncu Village, Kediri.   Pembangunan sektor pertanian memiliki tujuan utama untuk meningkatkan produksi pangan dan gizi, serta meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu potensi penyumbang pendapatan petani yang diteliti adalah tanaman cabai merah. Penelitian ini dilakukan di Desa Puncu, Kabupaten Kediri, sebagai sentra produksi cabai merah. Penelitian menggunakan metode sensus dengan 15 responden petani cabai merah. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan kuesioner kepada petani dan pedagang. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani cabai merah di Desa Puncu, Kediri, rata-rata menghasilkan 8.823 kg/ha dengan total biaya produksi Rp34.594.639 per hektar. Penerimaan petani mencapai Rp218.218.667, sehingga keuntungan per hektar mencapai Rp183.624.028 dengan R/C ratio 6,43, menandakan keuntungan yang signifikan. Pemasaran cabai merah dilakukan melalui dua saluran, dimana saluran pertama (petani ke pedagang pengecer ke konsumen) tergolong efisien dengan tingkat efisiensi 1,07%. Sementara itu, saluran kedua (petani ke pedagang pengumpul ke pedagang pengecer ke konsumen) tidak efisien dengan tingkat efisiensi 3,13%. Analisis biaya, keuntungan, dan efisiensi pemasaran memberikan pemahaman lebih mendalam tentang dinamika ekonomi di sektor cabai merah di Desa Puncu, Kediri.
Kelayakan Usaha Ternak Burung Puyuh di Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk Akhris Asanit Ta’wim; Widi Artini; Wiwiek Andajani; Nina Lisanty
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 4 No. 1 (2024): JANUARY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v4i1.5290

Abstract

Prambon District in Nganjuk Regency, East Java, has shown its community's adaptation to the COVID-19 pandemic by switching to livestock businesses, significantly raising quail. With mostof the population initially working as farmers, the Work From Home (WFH) policy and Large-Scale Social Restrictions (PSBB) encouraged the Prambon community to choose livestock as an additional source of income. Research in Mojoagung Village involving 23 breeders showed that raising quail in Prambon has promising economic potential. Even though production costs reach IDR33,704,380 for 1000 quails, the net income from selling quail eggs reaches IDR77,220,620 during the production period. Additional income from selling quail meat and quail dung (fertilizer) reached IDR2,250,000 and IDR1,575,000 respectively. This livestock business is profitable and very worthy of development. Policy implications involve government support in the form of training, technical assistance, and market development to support local economic growth and diversification of livelihoods, making quail farming a sustainable option to improve the welfare of the Prambon community.   Kecamatan Prambon di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, menunjukkan adaptasi masyarakatnya terhadap pandemi COVID-19 dengan beralih ke usaha peternakan, terutama beternak burung puyuh. Dengan mayoritas penduduk yang awalnya berprofesi sebagai petani, kebijakan Work From Home (WFH) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mendorong masyarakat Prambon untuk memilih usaha peternakan sebagai sumber pendapatan tambahan. Penelitian di Desa Mojoagung melibatkan 23 peternak menunjukkan bahwa beternak burung puyuh di Prambon memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan. Meskipun biaya produksi mencapai Rp33.704.380 untuk 1000 ekor burung puyuh, pendapatan bersih dari penjualan telur puyuh mencapai Rp77.220.620 selama masa produksi. Pendapatan tambahan dari penjualan daging puyuh dan kotoran puyuh (pupuk) masing-masing mencapai Rp2.250.000 dan Rp1.575.000. Usaha ternak ini menguntungkan dan sangat layak untuk dikembangkan. Implikasi kebijakan melibatkan dukungan pemerintah dalam bentuk pelatihan, bantuan teknis, serta pengembangan pasar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan diversifikasi mata pencaharian, menjadikan beternak burung puyuh sebagai opsi yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Prambon.
Dampak Maraknya Impor Beras di Indonesia dalam 5 Tahun Terakhir terhadap Kesejahteraan Petani Padi Azza Indah Kusumastuti; Septi Amanda Indriani; Tyiara Febriyyani
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 4 No. 1 (2024): JANUARY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v4i1.5312

Abstract

Even though Indonesia is one of the countries that produce the most rice in the world, it is still a rice importing country. This is because farmers in Indonesia still use poor agricultural techniques and inadequate technology. Combined with a large population and high per capita consumption, Indonesia consumes rice in large quantities. There is a need for rice as a staple food for communities with high populations. However, in reality, most people who depend on agriculture remain poor. If it continues, it is felt that rice import activities will impact the economy and welfare  of Indonesian rice farmers because imported rice comes in at a lower selling price, making it difficult for local farmers to compete and sell their crops. People generally prefer imported rice at a cheaper price to meet their daily food needs. Indonesia still relies on imports from other countries because domestic rice needs must be fully met. This journal was created by studying literature on related issues to determine the negative impact of rice import activities on local rice farmers, such as price and quality differences. Imported rice is cheaper than local rice based on quality and price. The difference in price between imported rice and local rice in 2022 will widen; imported rice has succeeded in occupying a lower price at the producer level when compared to the price of local rice. Efforts are needed to improve the quality and productivity of local rice. They start with adequate technology and the process of selecting seeds for harvesting because several things, including agricultural area, water content, and technological support, influence rice quality.   Indonesia adalah salah satu negara yang paling banyak memproduksi beras di dunia, namun masih menjadi negara importir beras. Hal ini dikarenakan para petani di Indonesia masih menggunakan teknik pertanian yang buruk dan teknokogi yang kurang memadai. Bila dikombinasikan dengan populasi yang besar dan konsumsi perkapita yang tinggi, membuatIndonesia mengonsumsi beras dalam jumlah yang sangat besar. Kebutuhan akan beras sebagai makanan pokok masyarakat dengan jumlah populasi tinggi. Namun pada kenyataannya, sebagian besar orang yang bergantung pada pertanian tetap miskin. Jika diteruskan, kegiatan impor beras dirasa akan berdampak pada perekonomian dan kesejahteraan petani padi Indonesia karena beras impor masuk dengan harga jual yang lebih rendah akan menyulitkan petani lokal untuk bersaing dan menjualkan hasil panennya. Masyarakat umumnya akan lebih memilih beras impor dengan harga yang lebih murah untuk memenuhi kebutuhan pangannya sehari-hari. Indonesia masih mengandalkan impor beras dari negara lain karena pemenuhan kebutuhan beras di dalam negeri belum sepenuhnya terpenuhi. Jurnal ini dibuat dengan studi literatur dengan isu terkait untuk mengetahui dampak negatif dari kegiatan impor beras terhadap petani padi lokal, seperti faktor perbedaan harga dan kualitas, beras impor lebih murah daripada beras lokal, berdasarkan kualitas dan harga. Selisih harga beras impor dengan beras lokal di tahun 2022 semakin melebar, beras impor berhasil menduduki harga yang lebih murah di level produsen jika dibandingkan dengan harga beras lokal. Diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas beras lokal. Mulai dari penggunaan teknologi yang memadai dan proses daripemilihan bibit hingga panen. Karena faktor kualitas padi dipengaruhi oleh beberapahal, termasuk wilayah pertanian, kadar air, dan dukungan teknologi. 
Pertumbuhan dan Produksi Labu Air (Lagenaria siceraria) pada Perlakuan Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Organik Cair Nur Abdillah; Junaidi; Edy Kustiani; Chendy Tafakresnanto
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 4 No. 1 (2024): JANUARY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v4i1.5322

Abstract

Fertilization is a crucial factor in meeting the nutritional needs of plants, especially involvin balanced organic and inorganic fertilizers to maintain soil fertility and agroecosystem balance for agricultural sustainability. As a significant crop in consumption and having high economic potential, water gourd is the research focus. This research explores the impact of varying doses of NPK compound fertilizer and liquid organic fertilizer on the growth and production of water gourds. The experiment was conducted in Sugihwaras Hamlet, Babadan Village, Patianrowo District, Nganjuk Regency, from May to July 2022. The experimental design was a Randomized Group (RAK) with two factors. The first factor is the dosage of NPK compound fertilizer (g/plant), which consists of 3 levels, namely 40 (P1), 50 (P2), and 60 (P3). The second factor is the dose of POC Phonska Oca (ml/plant), consisting of 3 levels, namely 5 (O1), 7.5 (O2), and 10 (O3). Observation data was analyzed using variance; if the results showed a significant effect, the Least Significant Difference (LSD) test was continued at the 5% level. From this research, the combination of treatments between doses of NPK compound fertilizer and POC Phonsa Oca had no significant effect on all variables observed. Treatment with a compound fertilizer dose of 50 gr NPK/plant (P2) gave the highest plant length (615.11 cm) and the highest number of fruit (13.67 fruit). Meanwhile, POC Phonska Oca with a dose of 10 ml/plant (O3) produced the highest plant length namely 596.93 cm, and POC Phonska Oca with a dose of 7.5 ml/plant (O2) produced the most fruit, namely 12. Treatment of NPK compound fertilizer and POC Phonska Oca with various   Pemupukan merupakan faktor krusial dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi tanaman, khususnya melibatkan pemupukan organik dan anorganik secara seimbang untuk menjaga kesuburan tanah dan keseimbangan agroekosistem demi keberlanjutan pertanian. Labu air, sebagai tanaman signifikan dalam konsumsi dan memiliki potensi ekonomi tinggi, menjadi fokus penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi dampak dari variasi dosis pupuk majemuk NPK dan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi labu air. Percobaan dilakukan di Dusun Sugihwaras, Desa Babadan, Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk, pada bulan Mei hingga Juli 2022. Rancangan percobaan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor yang kesatu adalah dosis pupuk majemuk NPK (g/tanaman), terdiri 3 level, yaitu: 40 (P1); 50 (P2); 60 (P3). Faktor kedua adalah dosis POC Phonska Oca (ml/tanaman), terdiri 3 level, yaitu: 5 (O1); 7,5 (O2); 10 (O3. Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam, seandainya hasilnya menunjukkan pengaruh yang signifikan dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5%. Dari penelitian tersebut menghasilkan kombinasi perlakuan antara dosis pupuk. majemuk NPK dan POC Phonsa Oca tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel yang diamati. Perlakuan dosis pupuk majemuk NPK 50 gr/tanaman (P2) memberikan panjang tanaman tertinggi (615,11 cm) dan jumlah buah tertinggi (13,67 buah). Sementara itu, POC Phonska dengan dosis 10 ml/tanaman (O3) menghasilkan panjang tanaman tertinggi yaitu 596,93 cm, dan POC Phonska Oca dengan dosis 7,5 ml/tanaman (O2) menghasilkan buah terbanyak yaitu 12 buah. Perlakuan pupuk majemuk NPK dan POC Phonska Oca dengan berbagai variasi dosis menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan terhadap berat, panjang, dan diameter buah labu air.

Page 7 of 10 | Total Record : 99