cover
Contact Name
-
Contact Email
pbiouncen@gmail.com
Phone
+6281326158190
Journal Mail Official
pbiouncen@gmail.com
Editorial Address
Alamat: Jalan Raya Sentani Abepura, e-mail:pbiouncen@gmail.com
Location
Kota jayapura,
P a p u a
INDONESIA
Novae Giunea Jurnal Biologi
ISSN : 20861516     EISSN : -     DOI : 10.31957
Novae Guinea Jurnal Biologi sarana komunikasi ilmiah yang memuat tulisan-tulisan ilmiah, baik hasil-hasil penelitian maupun telaah pustaka dalam lingkup Biologi dan penerapannya, meliputi Biologi tumbuhan, Biologi hewan, Ekologi, Mikrobiologi dan Biologi terapan.
Articles 34 Documents
PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) BERBASIS PEMBELAJARAN MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED LEARNING TERINTEGRASI GOOGLE CLASSROOM Suriyah Satar
NOVAE GUINEA Jurnal Biologi Vol. 14 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Cenderawasih

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) yang bertujuan untuk mengembangkan RPS dengan model Flipped Learning dalam kondisi daring dan luring yang valid pada mata kuliah Evaluasi pendidikan. Model Pengembangan yang digunakan adalah Model 4D yang diadaptasi dengan mengacu pada rancangan RPS sesuai dengan model Flipped learning. Pengembangan RPS dengan model Flipped Learning  dalam kondisi daring dan luring ini yang diintegrasikan dengan Google Classroom menghasilkan Rencana Perkuliahan Semester mata kuliah  Evaluasi Pendidikan dengan model pembelajaran Flipped Learning untuk 16 kali pertemuan dengan model Flipped Learning. Setelah divalidasi diperoleh nilai validasi 3,81 dari skala 4 dan dinyatakan sangat valid dan dapat digunakan sebagai perangkat pembelajaran pada mata kuliah teknik evaluasi pendidikan.Kata Kunci : Flipped Learning, RPS, Pembelajaran daring, Google Classroom ABSTRACTThis research is a reasearch and development  (R&D) which aims to develop SLP using the Flipped Learning model in online and offline conditions that are valid in educational evaluation courses. The development model used is the 4D model which is adapted with reference to the SLP design according to the Flipped learning model. The development of SLP using the Flipped Learning model in online and offline conditions which is integrated with Google Classroom produces a Semester Lecture Plan for the Education Evaluation course using the Flipped Learning learning model for 16 meetings with the Flipped Learning model. After being validated, a validation value of 3.81 was obtained from a scale of 4 and was stated to be very valid and could be used as a learning tool in educational evaluation engineering courses.Keywords : Flipped Learning, SLP, Online Learing, Google Classroom
LEARNING CONTINUUM PADA ASPEK KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP BERDASARKAN LEVEL KESUKARAN Hanida Listiani; Nurbaya Nurbaya; Bambang Subali
NOVAE GUINEA Jurnal Biologi Vol. 14 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Cenderawasih

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menyusun sebuah kisi-kisi learning continuum terkait aspek klasifikasi makhluk hidup berdasarkan pendapat guru IPA SMP dan guru Biologi SMA yang ditinjau dari level kesukaran. Kisi-kisi learning continuum ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan kurikulum di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei yang dilaksanakan di lima kota/kabupaten yang berada di provinsi D.I. Yogyakarta, yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Bantul.  Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa kuisioner yang disebarkan secara online melalui google form. Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebanyak 111 responden dari guru IPA SMP dan guru Biologi SMA yang dipilih menggunakan teknik convenience sampling. Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa kisi-kisi learning continuum terkait aspek klasifikasi makhluk hidup yang disusun berdasarkan pendapat guru IPA SMP dan guru Biologi SMA belum menunjukan adanya tingkatan level kesukaran. Hal ini mengindikasikan bahwa guru IPA SMP maupun guru Biologi SMA masih belum mempertimbangkan kesesuaian antara level kesukaran dengan tingkat perkembangan maupun jenjang pendidikan peserta didik. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang melibatkan pendapat pakar dalam hal ini adalah dosen Pendidikan Biologi kemudian dilanjutkan dengan melakukan FGD (Focus Group Discussion) antara guru dan dosen untuk mendiskusikan dan mempertimbangkan hasil yang telah diperoleh. Kata Kunci : Learning continuum, Klasifikasi makhluk hidup, level kesukaran, Guru ABSTRACT This study aims to compile a learning continuum grid related to aspects of the classification of living things based on the opinions of junior high school science teachers and high school biology teachers in terms of difficulty level. The learning continuum grid is expected to be one of the considerations in preparing and developing curricula in Indonesia. This research is a descriptive study using a survey method that was carried out in five cities/districts in the province of D.I. Yogyakarta, namely the City of Yogyakarta, Sleman Regency, Kulonprogo Regency, Gunung Kidul Regency, and Bantul Regency. The instrument used in this study was a questionnaire that was distributed online via Google Forms. Respondents who were involved in this study were 111 respondents from junior high school science teachers and high school biology teachers who were selected using a convenience sampling technique. The data in this study were analyzed using descriptive analysis techniques. The results showed that the learning continuum grid related to aspects of the classification of living things which was compiled based on the opinions of junior high school science teachers and high school biology teachers did not show any level of difficulty. This indicates that junior high school science teachers and high school biology teachers still have not considered the compatibility between the level of difficulty and the level of development and education level of students. Therefore it is necessary to carry out further research involving expert opinion, in this case, the Biology Education lecturer then followed by conducting FGDs (Focus Group Discussions) between teachers and lecturers to discuss and consider the results that have been obtained. Keywords : Learning continuum, the classification of living things, difficulty level, teacher
PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS CENDERAWASIH TAHUN AKADEMIK 2020/2021 Alicia Tjandra; Maik N.R. Akobiarek; Ruth Megawati
NOVAE GUINEA Jurnal Biologi Vol. 14 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Cenderawasih

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKSistem pendidikan di Indonesia menuntut mahasiswa untuk memiliki kemampuan berpikir kreatif dalam menunjang kemajuan dalam proses pembelajaran, termasuk mahasiswa di lingkungan Universitas Cenderawasih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Cenderawasih. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kuantitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data survei. Penelitian  dilakukan pada semester genap bulan Januari-April tahun akademik 2020/2021, dengan populasi  berjumlah 261 mahasiswa, dengan sampel penelitian sebanyak 78 mahasiswa. Hasil penelitian diperoleh Profil Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Cenderawasih Tahun Akademik 2020/2021 rata-rata memiliki kategori baik (2,79). Setiap mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjadi kreatif dengan karakter-karakter yang dimiliki mahasiswa. Karakter tersebut dapat dilihat melalui indikator kemampuan berpikir kreatif. Rata-rata kemampuan berpikir kreatif mahasiswa diukur dari setiap indikatornya, diperoleh hasil diantaranya: kemampuan berpikir lancar termasuk dalam kategori baik, (2,89), kemampuan berpikir luwes termasuk dalam kategori baik (2,64), kemampuan berpikir orisinal termasuk dalam kategori baik (2,77), kemampuan berpikir memerinci termasuk dalam kategori baik (3,24), kemampuan berpikir menilai termasuk dalam kategori baik (2,73), kemampuan berpikir rasa ingin tahu termasuk dalam kategori kurang baik (2,29), kemampuan berpikir imajinatif termasuk dalam kategori kurang baik (2,50), kemampuan berpikir menantang termasuk dalam kategori baik (2,90), kemampuan berpikir berani termasuk dalam kategori kurang baik (2,55), kemampuan berpikir menghargai termasuk dalam kategori baik (3,18). Kata Kunci : Profil Kemampuan Berpikir, Berpikir Kreatif Mahasiswa ABSTRACTThe education system in Indonesia requires students to have the ability to think creatively in supporting progress in the learning process, including students at Cenderawasih University. The purpose of this study was to determine the Profile of Creative Thinking Ability Students of the Biology Education Study Program, Cenderawasih University. This research is a quantitative descriptive study using survey data collection methods. The study was conducted in the even semester of January-April 2020/2021 academic year, with a population of 261 students, with a research sample of 78 students. The results showed that the Profile of Creative Thinking Ability Students of the Cenderawasih University Biology Study Program for the Academic Year 2020/2021 had an average good category (2.79). Every student has the ability to be creative with the students' characters. These characters can be seen through indicators of creative thinking skills. The average creative thinking ability of students is measured from each indicator, the results obtained include: the ability to think fluently is included in the good category, (2.89), the ability to think flexible is included in the good category (2.64), the ability to think original is included in the good category (2.77), the ability to think in detail is included in the good category (3.24), the ability to think judge is included in the good category (2.73), the ability to think curiosity is included in the poor category (2.29), the ability to think imaginative thinking is included in the poor category (2.50), the ability to think challenging is included in the good category (2.90), the ability to think boldly is included in the poor category (2.55), the ability to appreciate thinking is included in the good category (3.18 ).Keywords : Thinking Ability Profile, Student Creative Thinking
PEMANFAATAN TUMBUHAN UNTUK PAKAIAN TRADISIONAL SUKU MEE DI KAMPUNG WIYOGEI DISTRIK KAMUU UTARA KABUPATEN DOGIYAI PAPUA Benyamin Degei; Konstantina M.B. Kameubun; Alfred A. Antoh
NOVAE GUINEA Jurnal Biologi Vol. 14 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Cenderawasih

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK        Kampung wiyogei adalah kampung yang terletak di Distrik Kamuu Utara, kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua. Pakaian tradisional untuk laki-laki dan perempuan Suku Mee di Kampung Wiyogei menggunakan Tumbuh-tumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan, pemanfaatannya dan upaya pelestarian tumbuhan untuk pakaian tradisional suku Mee di kampung Wiyogei, Distrik Kamuu Utara, Kabupaten Dogiyai, Papua. Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Masyarakat di kampung Wiyogei memanfaatkan 13 jenis dari 4 famili tumbuhan untuk pakaian tradisional suku Mee, 12 jenis tumbuhan terdapat di hutan dan 1 jenis tumbuhan yang sudah membudidayakan yaitu buah labu (siceraria lagenaria) untuk pembuatan koteka dan nama ilmiah diperoleh dari hasil identifikasi sampel yang dibuat herbarium di Manokwari. Pelestarian budaya upacara adat yang menggunakan pakaian tradisional masih terus dilakukan bahkan dalam keseharian hidup masyarakat suku Mee di kampung Wiyogei beberapa orang masih menggunakan pakaian tradisional.Kata Kunci : Pemanfaatan, Tumbuhan, Pakaian Tradisional, suku Mee, Wiyogei, Dogiyyai, PapuaABSTRACTWiyogei village is a village located in North Kamuu District, Dogiyai district, Papua Province. Traditional clothing for men and women of the Mee tribe in Wiyogei Village uses plants. This study aims to determine the types of plants, their uses and efforts to preserve plants for traditional clothing of the Mee tribe in Wiyogei village, North Kamuu District, Dogiyai Regency, Papua. The method used for this research is a qualitative descriptive method, through an emic approach and an ethnic approach. This research was conducted in Wiyogei village, North Kamuu District, Dogiyai Regency, Papua. The population in this study is the Wiyogei village community in the North Kamuu district and the plants found in the Wiyogei village. The main sample is the community that is used as knowledge material in the utilization of plant species for traditional clothing of the Mee tribe. Data collection techniques used in this study were observation, interviews, documentation and literature study. The data obtained in this study were analyzed descriptively qualitatively. This study resulted in the following findings: the people in the Wiyogei village used 13 species from 4 plant families for traditional clothing for the Mee tribe, 12 species of plants were found in the forest used for making moge and noken, and 1 plant species that had been cultivated, namely pumpkin (siceraria lagenaria). ) for the manufacture of koteka and the scientific name was obtained from the identification of samples made by the herbarium in Manokwari. Preservation of traditional ceremonial culture using traditional clothing is still being carried out, even in the daily life of the Mee people in Wiyogei village, some people still use traditional clothes.Keywords : Utilization, Plants, Traditional Clothing, Mee tribe, Wiyogei, Dogiyyai, Papua
PENGARUH PENAMBAHAN AMPAS SAGU DAN AMPAS TEBU TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus Jacq ex Fr) Matilda Y. Wambrauw; Supeni Sufaati; Edoward K. Raunsay
NOVAE GUINEA Jurnal Biologi Vol. 14 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Cenderawasih

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKUmumnya media tanam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara pada pertumbuhan Jamur Tiram adalah serbuk gergaji. Ketersediaan hasil limbah ampas sagu dan ampas tebu masih melimpah karena kurang pemanfaatannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh campuran serbuk gergaji, ampas sagu dan ampas tebu terhadap pertumbuhan Jamur Tiram putih, sebagai media tanam. Penelitian dilaksanakan di Green House Biologi Uncen menggunakan RAL (4 perlakuan dan 3 ulangan) P0. 5 kg serbuk gergaji + 0 kg ampas sagu + 0 kg ampas tebu, P1. 2,5 kg serbuk gergaji + 2 kg ampas sagu + 0,5 kg ampas tebu, P2. 2,5 kg serbuk gergaji + 1,75 kg ampas sagu + 0,75 kg ampas tebu, P3 2,5 kg serbuk gergaji 1,5 kg ampas sagu + 1 kg ampas tebu. Data tersebut dianalisis menggunakan uji ANOVA dan ketika ada pengaruh dilakukan uji BNJ dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan ampas sagu dan ampas tebu hanya berpengaruh pada parameter waktu panen, sedangkan parameter pertumbuhan miselium, munculnya primordia, berat basah, panjang batang, berat kering, dan jumlah tubuh buah tidak berpengaruh. Berdasarkan rata-rata untuk parameter waktu panen nilai tertinggi adalah P2 sedangkan paling rendah adalah perlakuan P1. Tetapi untuk parameter berat basah perlakuan P1 memberikan hasil rata-rata tertinggi.Kata Kunci : Ampas Sagu, Ampas Tebu, Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus Jacq ex Fr). ABSTRACTGenerally, the growing media used to meet the nutrient requirements for the growth of Oyster Mushrooms is sawdust. The availability of sago bagasse and bagasse waste products is still abundant due to underutilization. This study aims to see the effect of a mixture of sawdust, sago pulp and bagasse on the growth of white oyster mushroom, as a growing medium. The study was conducted at the Green House Biology Uncen using RAL (4 treatments and 3 replications) P0. 5 kg sawdust + 0 kg sago pulp + 0 kg bagasse, P1. 2.5 kg sawdust + 2 kg sago pulp + 0.5 kg bagasse, P2. 2.5 kg of sawdust + 1.75 kg of sago dregs + 0.75 kg of bagasse, P3 2.5 kg of sawdust 1.5 kg of sago dregs + 1 kg of bagasse. The data were analyzed using the ANOVA test and when there was an effect, the BNJ test was carried out with a 95% confidence level. The results of this study showed that the addition of sago pulp and bagasse only affected the parameters of harvest time, while the parameters of mycelium growth, emergence of primordia, wet weight, stem length, dry weight, and number of fruit bodies had no effect. Based on the average for the harvest time parameter, the highest value is P2 while the lowest is P1 treatment. But for the wet weight parameter, P1 treatment gave the highest average result.Keywords : Sago pulp, bagasse, white oyster mushroom (Pleurotus ostreatus Jacq ex Fr).
PENGARUH PENGGUNAAN AMPAS SAGU DAN JERAMI SEBAGAI MEDIA TERHADAP PRODUKSI JAMUR MERANG (Volvariela volvacea) Norman Pambudi; Edoward K. Raunsay; Leonardo E. Aisoi
NOVAE GUINEA Jurnal Biologi Vol. 14 No. 2 (2023): Novaeguinea Jurnal Biologi
Publisher : Universitas Cenderawasih

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan pengolahan sagu mengalami pertumbuhan yang sangat pesat sehingga menimbulkan dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat. Dampak positif yaitu meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat, sedangkan dampak negatif yaitu menimbulkan limbah. Sama hal nya dengan ampas sagu, limbah pertanian lain seperti jerami yang ada di wilayah Papua juga hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. di daerah Jawa dan sekitarnya, mereka memanfaatkan limbah jerami untuk dijadikan sebagai media jamur merang. Penelitian ini bertujuan untuk 1). mengetahui pengaruh penggunaan ampas sagu dan jerami sebagai media terhadap produksi jamur merang 2). mengetahui media apa yang terbaik untuk pertumbuhan dan produksi jamur merang. Rancangan penelitian mengguanakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Hasil perlakuan untuk munculnya primordia terlama adalah perlakuan S3J1 dengan rata-rata yaitu 36 hari setelah inokulasi, sedangkan untuk masa tumbuh tercepat adalah perlakuan S1J3 dengan rata-rata yaitu 17 hari setelah inokulasi. Hasil perlakuan untuk masa panen tercepat adalah perlakuan S1J3 dengan rata-rata yaitu 22 hari setelah inokulasi, sedangkan untuk masa panen terlama adalah S3J1 dengan rata-rata yaitu 39 hari setelah inokulasi. hasil perlakuan terbaik berat tubuh buah jamur merang adalah perlakuan S1J3 yaitu 178.67 gram, sedangkan berat tubuh buah jamur merang paling rendah adalah perlakuan S4J0 yaitu 16.00 gram. hasil perlakuan terbaik Jumlah tubuh buah jamur merang adalah perlakuan S1J3 yaitu 22 buah, sedangkan jumlah tubuh buah jamur merang paling rendah adalah perlakuan S4J0 yaitu 2 buah. Hasil terlama lama masa panen adalah perlakuan S3J1 yaitu 46 hari, sedangkan lama masa panen paling tercepat adalah perlakuan S4J0 yaitu 24 hari. hasil perlakuan terbaik frekuensi jamur merang adalah perlakuan S1J3 yaitu 7x, sedangkan frekuensi jamur merang paling rendah adalah perlakuan S4J0 yaitu 1x. Penambahan ampas sagu pada jamur merang berpengaruh terhadap produktifitas jamur merang dan Media yang terbaik untuk produktifitas jamur merang adalah media S1J3, dengan perbandingan sagu : jerami 1 : 3 Kata Kunci: Ampas sagu., Jerami, Jamur Merang
IDENTIFIKASI CACING PARASIT PADA FESES SAPI BALI DI KAMPUNG ARSOPURA, DISTRIK SKANTO, KABUPATEN KEEROM, PROVINSI PAPUA Siti Rukaya; Agustinus Renyoet; Zainal Arifin Wasaraka
NOVAE GUINEA Jurnal Biologi Vol. 14 No. 2 (2023): Novaeguinea Jurnal Biologi
Publisher : Universitas Cenderawasih

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kerugian akibat infeksi parasit khususnya cacing pada ternak di Indonesia sangat besar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis cacing parasit dan tingkat prevalensi pada Sapi Bali di Kampung Arsopura, Distrik Skanto, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua, sehingga dapat mengantisipasi kerugian yang dapat ditimbulkan. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, yaitu dari bulan Januari – Mei 2020. Untuk mengetahui jenis cacing, maka dilakukan pemeriksaan sampel sebanyak 47 sampel feses sapi dengan menggunakan metode pengendapan (sedimentasi) sederhana. Selanjutnya dilakukan Identifikasi telur cacing parasit serta menghitung tingkat prevalensi setiap jenis cacing parasit Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis secara deskriptif. Dari hasil pemeriksaa, 44 sampel terinfeksi cacing parasit dan ditemukan 6 jenis cacing parasit yaitu Paramphistomum cervi, Fasciola sp., Moniezia sp., Taenia saginata, Ascaris vitulorum, dan Haemonchus contortus. Prevalensi spesies cacing parasit yang menginfeksi sapi adalah Paramphistomum cervi dengan jumlah sampel yang terinfeksi sebanyak 26 sampel (55,31%), Ascaris vitulorum menginfeksi 19 sampel (40,42%), Fasciola sp. dan Taenia saginata menginfeksi 18 sampel (38,02%), dan Haemonchus contortus dan Moniezia sp. menginfeksi 11 sampel (23,4%). Kata Kunci : Cacing Parasit, Prevalensi, Sapi Bali Losses due to parasitic infections, especially worms, in livestock in Indonesia are very large. This research aimed to determine the types of parasitic worms and their prevalence levels in Bali cattle in Arsopura Village, Skanto District, Keerom Regency, Papua Province so that can anticipate losses that may arise. This research was carried out for 5 months, namely from January – May 2020. To find out the type of worm, 47 cow feces samples were examined using a simple sedimentation method. Next, identification of parasitic worm eggs was carried out and the prevalence rate of each type of parasitic worm was calculated. The data analysis used in this research was descriptive. From the results of the examination, 44 samples were infected with parasitic worms and 6 types of parasitic worms were found, namely Paramphistomum cervi, Fasciola sp., Moniezia sp., Taenia saginata, Ascaris vitulorum, and Haemonchus contortus. The prevalence of parasitic worm species that infect cattle is Paramphistomum cervi with the number of infected samples being 26 samples (55.31%), Ascaris vitulorum infecting 19 samples (40.42%), Fasciola sp. and Taenia saginata infected 18 samples (38.02%), and Haemonchus contortus and Moniezia sp. infected 11 samples (23.4%). Keywords : Parasitic Worms, Prevalence, Bali cattle
PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS CENDERAWASIH TENTANG MEDIA INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR Sisca Ferdinandus; Maik Akobiarek
NOVAE GUINEA Jurnal Biologi Vol. 14 No. 2 (2023): Novaeguinea Jurnal Biologi
Publisher : Universitas Cenderawasih

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dampak dari globalisasi yang mengakibatkan perubahan besar bagi kehidupan manusia terutama di masa pandemi Covid-19 saat ini. Sehingga sumber belajar mahasiswa bertambah, salah satunya media internet sebagai sumber belajar.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Cenderawasih tentang media internet sebagai sumber belajar. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2020 tahun akademik 2019/2020 pada Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Cenderawasih dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan mengunakan teknik purposive sampling, dengan memilih sampel dalam penelitian yaitu 15% dari setiap angkatan. Total sampel dalam penelitian adalah 38 mahasiswa Pendidikan Biologi. Teknik pengumpulan data untuk data primer, menggunakan angket yang didistribusikan melalui aplikasi whatsapp sedangkan data sekunder melalui wawancara online, dan kajian-kajian literatur. Data dianalisis menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 25 kemudian dihitung manual menggunakan skala likert. Hasil analisis data 16 pernyataan 1 pernyataan diperoleh hasil sangat setuju (6,25%), 12 pernyataan diperoleh hasil setuju (75%), 3 pernyataan diperoleh hasil kurang setuju (18,75%). Berdasarkan analisis per indikator pada indikator pertama diperoleh hasil setuju dengan rata-rata (3,03), indikator kedua diperoleh hasil setuju dengan rata-rata (3,26), indikator ketiga diperoleh hasil setuju dengan rata-rata (2,74) indikator keempat diperoleh hasil setuju dengan rata-rata (3,07). Sedangkan analisis keseluruhan pernyataan diperoleh hasil persepsi mahasiswa pada kategori setuju dengan rata-rata (2.92), sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi mahasiswa setuju dengan media internet sebagai sumber belajar. Kata Kunci : Persepsi Mahasiswa, Media Internet, Sumber Belajar This research is motivated by the impact of globalization which has resulted in major changes to human life, especially during the current Covid-19 pandemic. So that students' learning resources increase, one of which is internet media as a learning resource. The aim of this research is to find out how Cenderawasih University Biology Education students perceive internet media as a learning resource. The research was carried out in June-July 2020 of the 2019/2020 academic year at the Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Cenderawasih University with a quantitative descriptive type of research. Sampling in this research used a purposive sampling technique, by selecting the sample in the research, namely 15% from each generation. The total sample in the research was 38 Biology Education students. Data collection techniques for primary data use questionnaires distributed via the WhatsApp application, while secondary data uses online interviews and literature studies. The data was analyzed using the SPSS version 25 application and then calculated manually using a Likert scale. Results of data analysis of 16 statements: 1 statement obtained a strongly agree result (6.25%), 12 statements obtained an agree result (75%), 3 statements obtained a disagree result (18.75%). Based on the analysis per indicator on the first indicator, the results obtained agree with the average (3.03), the second indicator obtained the results agreeing with the average (3.26), the third indicator obtained the results agreeing with the average (2.74). The fourth result obtained agreed with the average (3.07). Meanwhile, the overall analysis of the statements showed that students' perceptions were in the agree category with an average of (2.92), so it can be concluded that students' perceptions agree with internet media as a learning resource. Keywords : Student Perceptions, Internet Media, Learning Resources
PENGAPLIKASIAN EKSTRAK BEBERAPA BIOSTIMULAN PADA PERTUMBUHAN STEK MATOA (Pometia pinnata L.) Leonardo E. Aisoi; Semuel Jeujanan
NOVAE GUINEA Jurnal Biologi Vol. 14 No. 2 (2023): Novaeguinea Jurnal Biologi
Publisher : Universitas Cenderawasih

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perbanyakan Matoa (Pometia pinnata L.) secara generatif memang baik, namun memerlukan waktu yang cukup lama untuk suatu tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Perkembangan secara vegetatif merupakan salah satu alternatif yang perlu dilakukan, salah satunya dengan cara stek. Perkembangan dengan cara stek diharapkan dapat menjamin sifat-sifat yang sama dengan induknya. Penggunaan beberapa biostimulan alami dapat merangsang perakaran stek karena menghasilkan IAA (auksin). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan mempelajari teknik pembiakan vegetatif Matoa (Pometia pinnata L.) dan mengetahui pengaruh biostimulan yang cocok terhadap pembiakan vegetatif melalui stek pucuk dan stek batang Matoa (Pometia pinnata L.). Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu cara pemberian biostimulan (kontrol, perendaman dan pasta) dan jenis stek (batang dan pucuk), digunakan tiga kali ulangan dengan 3 batang stek setiap satuan perlakuan sehingga didapatkan 54 satuan percobaan dengan dua kali pengamatan. Perubahan-perubahan yang diamati adalah persentase stek hidup, persentase stek berkalus, jumlah kalus, persentase stek bertunas, jumlah tunas, panjang tunas, persentase stek berakar, jumlah akar, panjang akar, berat basah akar dan berat kering akar. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang teknik pembiakan yang cocok serta biostimulan yang cocok untuk pengembangan stek Matoa (Pometia pinnata L.). Hasil penelitian menunjukan bahwa, tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari beberapa biostimulan terhadap pertumbuhan stek Matoa (Pometia pinnata L.). Kata Kunci : Biostimulan, Matoa, Vegetatif Generative propagation of Matoa (Pometia pinnata L.) is good, but it takes quite a long time for a plant to grow and develop into an adult. Vegetative development is an alternative that needs to be done, one of which is by cutting. Development by cuttings is expected to guarantee the same characteristics as the parent. The use of several natural biostimulants can stimulate the rooting of cuttings because they produce IAA (auxin). This research is an experimental study which aims to study the vegetative propagation techniques of Matoa (Pometia pinnata L.) and determine the effect of suitable biostimulants on vegetative propagation through shoot cuttings and stem cuttings of Matoa (Pometia pinnata L.). The research was carried out using a Completely Randomized Design (CRD) with two factors, namely the method of administering the biostimulant (control, soaking and paste) and the type of cuttings (stems and shoots), three replications were used with 3 cuttings per treatment unit so that 54 experimental units were obtained with two observation times. The changes observed were the percentage of live cuttings, the percentage of cuttings with callus, the number of callus, the percentage of sprouted cuttings, the number of shoots, the length of shoots, the percentage of rooted cuttings, the number of roots, the length of roots, the wet weight of roots and the dry weight of roots. It is hoped that the results of this research can provide information about suitable breeding techniques and suitable biostimulants for developing Matoa (Pometia pinnata L.) cuttings. The research results showed that there was no significant effect of several biostimulants on the growth of Matoa (Pometia pinnata L.) cuttings. Keywords : Biostimulant, Matoa, Vegetative.
IDENTIFIKASI ENDOPARASIT FESES Gallus domesticus DAN POTENSINYA SEBAGAI MEDIA BELAJAR Anthon Yunias Aninam; Apriani Herni Rophi; Agustinus Renyoet
NOVAE GUINEA Jurnal Biologi Vol. 15 No. 1 (2024): Novaeguinea Jurnal Biologi
Publisher : Universitas Cenderawasih

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Free-range chickens (Galus domesticus) are a type of pet. The obstacle faced in raising free-range chickens is the problem of endoparasites, which infect free-range chickens, causing health problems such as lethargy, paleness, and even resulting in death. Endoparasites that attack free-range chickens are studied in Platyhelminthes material in class This research aims to determine the types of endoparasites that attack free-range chickens, their prevalence, and the potential for using dry preserved preparations as a learning medium. This research is a qualitative descriptive research using random sampling. The population in this study were all free-range chickens on Mr. Agustinus Sirang's farm in Traymelyan Village, Keerom Regency, while in this study there were 10 free-range chickens on Mr. Agustinus Sirang's farm in Traymelyan Village, Keerom Regency. data was analyzed descriptively. The results of this research found 1 type of endoparasite that infects free-range chickens (Gallus domesticus), namely Ascaridia galli. The prevalence of Ascaridia galli which infects free-range chickens (Gallus domesticus) is 50% in the very frequent category. The dry preserved preparations that are made can be tested for validation to see their suitability as a learning medium., method main finding, and final conclusion. Keywords : Ascaridia galli, Endoparasites, Gallus domesticus, Potential Learning Media

Page 3 of 4 | Total Record : 34