cover
Contact Name
-
Contact Email
lkp2m@uin-malang.ac.id
Phone
+6285173116244
Journal Mail Official
lkp2m@uin-malang.ac.id
Editorial Address
Gedung Jenderal Besar H.Muhammad Soeharto (Sport Center) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Jl. Gajayana No.50, Dinoyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65144
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
LoroNG
ISSN : 26848171     EISSN : 18299245     DOI : https://doi.org/10.18860/lorong.v
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya adalah jurnal ilmiah mahasiswa yang diterbitkan sebagai wadah pengkajian sosial dan budaya. Jurnal ini bertujuan menjadi tempat pengembangan kemampuan kritis dan analitis mahasiswa serta menjadi sarana untuk menggairahkan kembali tradisi menulis di kalangan akademisi. Lorong memuat tulisan ilmiah populer, gagasan orisinal yang kritis dan segar, serta ulasan buku. Jurnal ini diterbitkan secara berkala pada bulan Juni dan Desember setiap tahun oleh UKM LKP2M (Lembaga Kajian Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Articles 154 Documents
Piagam Madinah: Resolusi Konflik Perdamaian Di Indonesia Fitria Wahyuningsih
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 4 No 1 (2015)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1234/lorong.v4i1.96

Abstract

The Medina Charter is a written agreement between the Muslims and non Muslims based on the convention of the Medina. It is as the result of the Medina community that was a plural society in the part of religion, tribe, race and ideology. Therefore, the Medina Charter was applied by the Prophet Muhammad so as to unite the whole Medina community in fostering a unity, brotherhood and peace. Then, the values of the Medina Charter can be used as the considerations behind the conflict resolution that occurs in Indonesia such as the burning of mosques in Tolikara and Papua, the issues of Shiites in Sampang, the cases of the Huria Katolik Batak Protestan church in Bekasi and many others. The main reason is Indonesia can be categorized as a plural country that has similarities to the Medina. Piagam Madinah merupakan perjanjian tertulis antara kaum muslim dengan nonmuslim. Mengingat masyarakat Madinah adalah masyarakat yang plural baik secara agama, suku, rasa, dan motif. Sehingga piagam Madinah sebagai upaya Nabi Muhammad SAW untuk mengikat seluruh masyarakat Madinah dalam membina persatuan, persaudaraan dan perdamaian. Maka nilai-nilai dari piagam Madinah dapat diambil ibrahnya sebagai resolusi konflik yang terjadi di Indonesia seperti pembakaran Masjid di Tolikara, Papua, kasus Syi’ah di sampang, kasus gereja HKBP (Huria Katolik Batak Protestan) di Bekasi, dan sebagainya. Karena Indonesia juga termasuk negara yang plural yang memiliki kemiripan dengan Madinah
Pendidikan Agama yang Inklusif Sebagai Solusi Konflik Sosial-Kemasyarakatan Muhammad Noer Hassan
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 4 No 1 (2015)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1234/lorong.v4i1.97

Abstract

Religion is one of important elements, the most significant and sensitive in a pluralist society. Therefore, religion is often accused of being the cause of various social conflicts, such as the case of the riots in Indonesia. Then in an attempt to overcome this problem, the concept of plurality (pluralism) is raised or understood. Because the diverse of religion is a sociological necessity, maturity in accepting differences should be increased and the horizons of religious thought must be expanded. Besides, it seems that there is something wrong with the religious education so that the socio-community issues continue to be a ghost in this nation. Because of that, like it or not religious education must construct improvements. One of which is the need to adopt the issues of everyday religious practices in the curriculum of religious education. Moreover, in the stage of social action, students are asked to directly implement concepts, issues or problems given to them. Agama merupakan salah satu elemen yang penting dan sensitif dalam masyarakat pluralis. Oleh karenanya, agama sering dituduh sebagai penyebab terjadinya berbagai konflik sosial kemasyarakatan, seperti kasus kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di Indonesia. Maka sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan ini dimunculkan konsep atau paham kemajemukan (pluralisme). Mengingat kemajemukan agama merupakan keniscayaan sosiologis, maka perlu ditingkatkan kedewasaan dalam menerima perbedaan dan memperluas wawasan paham keagamaan. Selain itu, nampaknya ada yang salah dengan pendidikan agama sehingga masalah sosial-kemasyarakatan terus menerus menjadi hantu di bangsa ini. Oleh karena, harus dilakukan pembenahan dalam pendidikan agama. Salah satunya adalah perlu mengadopsi isu-isu praktik keagamaan sehari-hari dalam kurikulum pendidikan agama. Memberikan pengarahan kepada peserta untuk mengimplementasikan konsep, isu, atau permasalahan agama sebagai kegiatan aksi sosial.
Membangun Harmoni Beragama Melalui Paradigma Inklusif Finayatul Maula
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 4 No 1 (2015)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1234/lorong.v4i1.98

Abstract

Issue of violence and conflict in religion recently is close from the complex triggers as well as the impact of globalization, misinterpretation of Illahi verses, depletion of religious tolerance, fanaticism class, political factor and other interests. As an effort of the resolution to this religion conflict, it is required concrete solutions that could thrive to an inclusive paradigm for religious life which is fraught of harmony and peace. Inclusive understanding is a point of view that does not claim the own religion to be the righteous one, but also deems others true. Being inclusive can be defined as believing that a truth is not a monopoly of a particular religion, but the truth can be found in other religions. Isu kekerasan dan konflik dalam beragama akhir-akhir ini tentu tak jauh dari faktor pemicu yang kompleks, seperti halnya dampak dari globalisasi, salah menginterpretasi ayat Illahi, menipisnya toleransi antar agama, fanatisme golongan, maupun faktor kepentingan politik dan yang lainnya. Sebagai upaya untuk meresolusi konflik keagaman ini dibutuhkan solusi nyata berupa paradigma inklusif yang bisa mengantarkan kepada kehidupan beragama yang harmoni dan penuh dengan perdamaian. Pemahaman yang inklusif yakni pemahaman yang tidak mengklaim diri sebagai satu-satunya yang benar, tapi juga memungkinkan orang lain juga benar. Menjadi inklusif berarti percaya bahwa kebenaran tidak menjadi monopoli agama tertentu, tetapi juga bisa ditemukan dalam agama-agama lain.
Panglima Laot (Adat Pribumisasi Islam sebagai Upaya Resolusi Konflik Kelautan di Kuala Langsa Aceh) Yogi Febriandi
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 4 No 1 (2015)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1234/lorong.v4i1.99

Abstract

This article discusses the negotiation between Islam and Indigenous rite among the fishermen community in Kuala Langsa, Aceh, in managing marine resources and the social life of fishermen. Employing the theory of Dahrendorf, the author analyzed the conflict in fishermen community from the perspective of social class analysis. The data were collected through in-depth interview and observation of daily behavior of fishermen communities from March to May 2015. The author showed that the conflict in fishermen community of Kuala Langsa were mostly caused due to the limitation of struggle for the area and means of production. For example, the conflict between those fishermen who use Pukat Langgar (traditional fishing tecnic) and those who employ Pukat Harimau (trawl) and also the resistance over indigenous regulations. Nevertheless, by using religion as a means that is associated with local custom and tradition, this paper found that Islamized indigenous tradition of Panglima Laot has become the strategic social element that is able to construe the seeds of conflict and opaque among the fishermen community of Kuala Langsa. Tulisan ini membahas negosiasi antara Islam dan Adat pada masyarakat Nelayan di Kuala Langsa, Aceh, dalam mengelola sumber daya kelautan dan kehidupan sosial nelayan.Menggunakan teori Dahrendorf, penulis menganalisis konflik pada masyarakat nelayan dari perspektif analisis kelas sosial.Sumber data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi perilaku keseharian masyarakat nelayan selama bulan Maret hingga Mei 2015.Penulis memperlihatkan bahwa konflik yang terjadi pada masyarakat Nelayan Kuala Langsa lebih dikarenakan adanya pembatasan ataupun perebutan arena dan alat produksi nelayan.Sebagai contoh konflik antara nelayan pukat langgar dan pukat harimau dan juga perlawanan terhadap beberapa peraturan adat yang dijalankan.Namun, dengan menggunakan agama sebagai alat yang disatukan dengan kehidupan tradisi dan kebiasaan setempat, tulisan ini memperlihatkan bahwa AdatPanglima Laotmenjadi elemen sosial yang sangat setrategis dalam mengurai benih-benih maupun konflik yang terjadi pada masyarakat nelayan Kuala Langsa.
Baduy Muslim sebagai Agen Perubahan Sosial pada Masyarakat Baduy (Studi Fenomenologi di Kampung Baduy Pemukiman Kabupaten Lebak, Banten) Ahmad Mukrim
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 4 No 1 (2015)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1234/lorong.v4i1.100

Abstract

This research is aimed at describing phenomenon of Moslem Baduy as social agent on the Baduy. This research employs qualitative approach by using phenomenology method. The result of the research concludes that affecting factors of Moslem Baduy phenomenon are caused by internal and external factors. The changing of their identity to be Moslem Baduy has caused a social impact. Research findings exemplify that there are internal and external factors that have influenced the phenomena of Baduy Moslem. The changing of their identity to be Moslem Baduy has brought a social change in the part of occupation that has changed from farming to other various occupations from dryland farming become wet rice field farming and specialization of work more diverse, its social structure apart from customary bond Baduy community and emerging conflicts caused by differences in beliefs and religious sentiment. Thus, the emergence of the phenomenon of Muslim Baduy can be agents of social change in the Baduy community in Kampung Baduy Pemukiman, Lebak Regency, Banten Province. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena Baduy Muslim sebagai agen perubahan sosial pada masyarakat Baduy. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode fenomenologi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan munculnya fenomena Baduy Muslim karena adanya faktor internal dan eksternal. Berubahnya identitas mereka menjadi Baduy Muslim telah membawa perubahan sosial dalam bidang mata pencaharian yang semula berladang menjadi bertani sawah dan spesialisasi pekerjaan lebih beragam, struktur sosialnya tidak terikat lagi dengan struktur adat Baduy di Desa Kanekes dan pasca munculnya Baduy Muslim, konflik yang disebabkan oleh perbedaan keyakinan dan sentimen keagamaan. Dengan demikian Baduy Muslim dapat menjadi agen perubahan sosial pada masyarakat Baduy di Kampung Baduy Pemukiman Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
Implikasi Pendidikan Multikultural pada Paham Pluralis di Kalangan Pelajar (Studi Sekolah Elite Islam Kota Malang) Ichmi Yani Arinda Rohmah
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 4 No 1 (2015)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1234/lorong.v4i1.101

Abstract

Multikultural education has a purpose to provide an understanding to students about the sosial and cultural diversity as well as create renewal within the learners so as to achieve a level playing field for all students. SMA Islam Malang one of the schools that develop multikultural education with learners who have a background of economic level, understanding of the religion, ethnicity, tribe and culture. Implementation and development of multikultural education learners understand pluralism and applies in life. In addition, SMA Islam Malang has never been recorded as a school with a high level of juvenile delinquency. Pendidikan multikultural memiliki tujuan memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang keberagaman sosial dan budaya serta menciptakan pembaharuan dalam lingkungan peserta didik sehingga tercapainya sebuah kesetaraan untuk seluruh peserta didik. SMA Islam Malang salah satu sekolah yang mengembangkan pendidikan multikultural dengan latar peserta didik yang memiliki tingkat ekonomi, paham agama, etnik, suku dan budaya yang berbeda. Adanya implementasi dan pengembangan pendidikan multikultural peserta didik memahami pluralisme dan mengaplikasikan dalam kehidupan. Selain itu, SMA Islam Malang belum pernah tercatat sebagai sekolah dengan tingkat kenakalan remaja yang tinggi.
TIONGHOA JAWA: Studi Kasus Persaudaraan Tionghoa dengan Pribumi Lailatul Sya’diyah
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 4 No 1 (2015)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1234/lorong.v4i1.102

Abstract

This study discusses the acculturation of Tionghoa culture that spread to Java in the Dutch colonial rule at the time was recognized and preserved by the local indigenous society up-to-day. The existence of the acculturation of Tionghoa and Javanese has immersed and presumed that the Tionghoa as brothers in NKRI boundary. The result of the presence of perceived acculturation is the embodiment of nationalism in the soul of Tionghoa ethnic in Java. Research methods and analysis were qualitative with case study collective approach. The purpose of this study is to explore Tionghoa culture acculturation in Java in the manifestation of brotherhood in Java and nationalism on Indonesia. Penelitian ini membahas akulturasi budaya Tionghoa yang masuk ke Jawa pada masa penjajahan VOC yang diakui pada saat itu dan dilestarikan oleh masyarakat pribumi setempat hingga saat ini. Dengan adanya akulturasi tersebut orang Jawa dan Tionghoa membaur menjadi satu dan mengganggap orang Tionghoa seperti saudara dalam bingkai NKRI. Hasil dari akulturasi tersebut dirasakan adanya perwujudan nasionalisme dalam jiwa etnis Tionghoa di Jawa. Metode penelitian dan analisa yang digunakan secara kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus kolektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan akulturasi budaya Tionghoa di Jawa mewujudkan rasa persaudaraan di Jawa dan rasa nasionalisme terhadap Indonesia.
Impresi Harmonisme Islam: Studi Eksploratif Tradisi Masyarakat Muslim Delik dalam Menjaga Bina-Damai Mukhammad Rudi Habibie
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 4 No 1 (2015)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1234/lorong.v4i1.103

Abstract

Portrait of a harmonious life that is manifest in the culture of Delik society has a strategic formula to cultivate society’s conciliation. Through historical study, the findings revealed a harmonization process between Nahdlatul Ulama and Muhammadiyah to be implemented in getting along which all of them are Muslim. The routines of all Muslim are accentuated through tahlilan, istighosah, reading sholawat Burdah and diba’i. Functionality of tradition that have been familiarized has shaped the character of it’s society concerns, such as the intensiveness of interaction so as to be realized social integrity of Delik society. Potret kehidupan harmonis yang termanifestasi dalam kultur masyarakat Delik memiliki rumus strategi untuk membina perdamaian umatnya. Terdapat proses harmonisasi organisasi masyarakat antara Nahdlatul Ulama dengan Muhammadiyah, sehingga dapat terlaksana secara akur rutinitas warga yang kesemuanya muslim. Rutinitas semua pemeluk muslim tersebut terwujud melalui kegiatan tahlilan, istighosah, pembacaan shalawat burdah dan diba’i. Fungsionalitas tradisi yang membudaya itu telah membentuk karakter kepedulian masyarakat Delik, seperti keintensifan interaksi sosial, sehingga dapat terealisasikan integrasi sosial.
Pengaruh Permainan Tradisional “Gobag Sodor” terhadap Kecerdasan Interpersonal dengan Teman Sebaya pada Anak-Anak (Studi Eksperimental pada Santri kelas Al-Quran C TPQ Anwarul Huda ) Muhamad Nafi'udin
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 4 No 1 (2015)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1234/lorong.v4i1.104

Abstract

Childhood is an important period in the development of the individual. One of the skills that need to be developed is ability to sosialize with their surroundings. This research tries to explore the potential of local gobag sodor traditional games as media education in improving interpersonal intelligence of children. The research design that is used i.e. (one group pre and posttest). Data is conducted by observation and then the data will be analyzed using quantitative techniques with statistical parametric t test (paired samples statistics). The subjects of this research are students of TPQ Anwarul Huda al-Quran class C Malang take sample 15 children who has age between 7-10 years old. Determination of the subjects is chosen by using non-random technique (purposive sampling). The result of hypotheses test with T test sample is -1.86667 mean diverification. While Std. deviation is 0.63994 with 0.16523 Std. Error Mean. The credibility is 95% (or 5%). This result show there was different interpersonal intelegences of childern before and after give gobag sodor traditional games. Kanak-kanak merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan individu. Salah satu keterampilan yang perlu dikembangkan yaitu kemampuan dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Penelitian ini mencoba menggali potensi lokal yaitu permainan tradisional gobag sodor sebagai media edukasi dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal anak. Desain penelitian yang digunakan yaitu (one group pre and posttest design).. Hasil data akan dianalisis dengan menggunakan teknik kuantitatif yaitu statistik parametrik uji t (paired samples statistics). Subjek dari penelitian ini yaitu santri kelas al-Quran C TPQ Anwarul Huda kota Malang yang berusia antara 7-10 tahun dengan sampel sejumlah 15 anak. Penentuan subjek ini dipilih dengan menggunakan teknik non-random (purposive sampling). Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan sample T Test menghasilkan perbedaan mean sebesar -1.86667. sedangkan Std. Deviation yaitu 0.63994 dengan Std. Error Mean 0.16523. tingkat kepercayaan 95% (atau α 5%). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecerdasan interpersonal anak antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa pemberian permainan tradisional gobag sodor.
Fikih Kebinekaan, Diseminasi Fikih menuju Kedamaian dalam Pluralisme Agama Irma Damayanti
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 4 No 1 (2015)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1234/lorong.v4i1.105

Abstract

Judul : Fikih Kebinekaan Pandangan Islam Indonesia tentang Umat, Kewargaan, dan Kepemimpinan Non-Muslim Penulis : Azyumardi Azra, dkk. Editor : Wawan Gunawan Abd. Wahid, dkk. Tahun Terbit : Cetakan I, Agustus 2015 Penerbit : PT Mizan Pustaka Tebal buku :360 Halaman Peresensi : Irma Damayanti

Page 3 of 16 | Total Record : 154