Articles
154 Documents
Konsep Kebijakan Fiskal Islami Sebagai Strategi Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
Kurnia, Riana Afliha Eka;
Herianingrum, Sri;
Sawarjuwono, Tjiptohadi
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 5 No 1 (2016)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.1234/lorong.v5i1.84
FiscalpolicyisanimportantinstrumentinIndonesianeconomy.Thecertainfiscalpolicyprogramcouldbeaninstrumenttorealizethegoalofsustainabledevelopment,forthewelfareofIndonesianpeople.ThepurposeofUnitedNations(UN)resolutionaboutsustainabledevelopmentactuallyisnottoodifferentfromtheconceptoffiscalpolicyinIslam.IslamicfiscalpolicycouldbebetterandmorecomprehensivethantheUN’ssustainabledevelopmentconcept.Furthermore,tisisimportanttodiscussanddesignanIslamicfiscalpolicyconcepttobeapplied,andbecomeaninstrumenttoimplementtheconceptofsustainabledevelopmentinIndonesia. Kebijakan fiskal merupakan salah satu instrumen penting dalam perekonomian Indonesia. Rancangan kebijakan fiskal yang tepat bisa menjadi salah satu alat untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Tujuan dari resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang pembangunan berkelanjutan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan konsep kebijakan fiskal dalam Islam, kebijakan fiskal Islam bisa jadi lebih baik dan lebih luas manfaatnya dibandingkan dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan oleh PBB. Oleh karena itu, penting untuk mendiskusikan dan merancang konsep kebijakan fiskal Islam yang sesuai untuk diterapkan, dan mampu menjadi alat untuk melaksanakan tujuan dari konsep pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia.
Pedagogi Feminis : Transformasi Pendidikan dalam Mencapai Kesetaraan Gender
Hanan, Hanan
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 5 No 1 (2016)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.1234/lorong.v5i1.85
Education is a human right and as essential tool in achieving gender equality and justice. However, gender equality problems is still exist in the learning process. Gender bias will impact the development of the attitudes and knowledge of the learners. So, necessary on transformation capable of removing gender stereotypes in education became important. Feminist pedagogy as a philosophical foundation and paradigm in learning process is the right instruments in the hang on the values of Justice and gender equality on the learners that gender differences do not become a barrier to be unite and cooperate. Pendidikan merupakan hak asasi manusia dan alat penting dalam mencapai kesetaraan dan keadilan gender. namun, permasalahan terhadap kesetaraan gender hari ini masih di temukan dalam proses pembelajaran. Bias gender apabila dibiarkan begitu saja akan berdampak kepada perkembangan sikap dan pengetahuan peserta didik. Untuk itu, di perlukan transformasi yang mampu menghapus stereotip gender dalam pendidikan. Pedagogi feminis sebagai paradigma dan landasan filosofis dalam pembelajaran adalah instrumen yang tepat dalam memahamkan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan gender pada peserta didik bahwa perbedaan gender tidak menjadi penghalang untuk bersatu dan bekerjasama.
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Melalui Budaya Literasi
Hasanah, Lina
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 5 No 1 (2016)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.1234/lorong.v5i1.86
The developed countries that have a good quality of education. Quality education should be supported with human resources (HR) are reliable. According to a variety of survey data reported from various sources stating that Indonesia still belongs to the quality of education is low. Cultural literacy is one of the alternatives in improving the quality of education in Indonesia. In a simple literacy is the ability to read and write. The higher the literacy level of a person then the higher absorption of a person in getting knowledge. Because the culture of literacy is key in gaining knowledge. Conditioning the literacy continuously will enhance intellectual ability and can shape the character. So it will be easy to adjust to society and the environment. So, through the literacy culture then it can improve the quality of education and created a prosperous society and the environment are capable of competitivenes. Negara yang maju memiliki kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan yang berkualitas harus didukung dengan sumber daya manusia(SDM) yang andal. Menurut berbagai data survei yang dilaporkan dari berbagai sumber menyatakan bahwa kualitas pendidikan Indonesia masih tergolong rendah. Budaya literasi merupakan salah satu alternatif dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Secara sederhana literasi adalah kemampuan dalam membaca dan menulis. Semakin tinggi tingkat literasi seseorang maka semakin tinggi pula daya serap seseorang dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Karena budaya literasi merupakan kunci dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Pembiasaan berliterasi secara terus menerus akan meningkatkan kemampuan intelektual dan dapat membentuk karakter. Sehingga akan mudah dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Jadi, melalui budaya literasi maka dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan tercipta lingkungan masyarakat yang sejahtera serta mampu berdaya saing.
Pengembangan Materi Pendidikan Seks Siswa Sekolah Dasar Melalui Lima Belas Menit Quality Time
Fauziah, Laili;
Chasanah, Itsna Mayfatul;
Sabila, Hanif
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 5 No 1 (2016)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.1234/lorong.v5i1.87
The number of outstanding cases of sexual violence against children makes parents worry about the psychological development of children and their personal security. One of them led to the murder of a rape case that took place in September this year. Therefore, sexual education should be deliver clearly and correctly from an early age. It becomes urgency that must be done by all parties. In a formal environment, sexual education has been given in 2013 curriculum to the discussion of the theme “Myself”. Sexual education to children is not enough just to convey information about the organs of the body, so it takes the effort of education and communication between children and parents openly. In an effort to develop a material that has been given at a formal level, the authors present an idea Fifteen Minutes of Quality Time Parents and Children. Beredar mengenai kekerasan seksual terhadap anak membuat orang tua mengkhawatirkan perkembangan psikologis dan keamanan pribadi siswa tingkat sekolah dasar. Salah satunya kasus pemerkosaan berujung pada pembunuhan yang terjadi pada bulan September tahun ini. Oleh karena itu, penyampaian pendidikan seksual secara jelas dan benar sejak dini menjadi urgensi yang harus dilakukan semua pihak. Di lingkungan formal, pendidikan seksual telah diberikan dalam kurikulum 2013 pada pembahasan bertemakan “Diriku”. Pendidikan seksual kepada anak tidak cukup hanya dengan menyampaikan informasi mengenai organ-organ tubuh, sehingga dibutuhkan upaya edukasi dan komunikasi antar anak dan orangtua secara terbuka. Dalam upaya mengembangkan materi yang telah diberikan di jenjang formal, penulis menyajikan sebuah gagasan Lima Belas Menit Quality Time orang tua dan Anak. Penekanan metode edukasi ini pada memberikan waktu yang cukup bagi anak untuk memahami pendidikan seks secara santai.
Patronasi Ustaz dan Ustazah dalam Pendidikan: Studi Kasus Ketimpangan Peran Kalangan Pengajar Lembaga Pendidikan Al-Quran Wardatul Ishlah
Habibie, Mukhammad Rudi
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 5 No 1 (2016)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.1234/lorong.v5i1.88
Patronage from ustaz and ustazah in al-Quran Educational Institutions of Wardatul Ishlah investigated to digging the meaning of gender phenomenon in public spaces. The reason of ustaz domination assessed more than ustazah explored thoroughly. Case study on role imbalance of teacher do with a qualitative approach. Interviews were conducted in this study to understand the views and perceptions of the teachers about ustaz and ustazah role imbalance. Observations on life in the institute also conducted to understand empirical data of sustainable education. Thus, documentation is researcher supporting data to understand the reality of ustaz and ustazah patronage. The results of this study explained the role imbalance legitimized by religious histority. That’s positioning the man as the front man. So, ustazah be the subordinate. Social legitimacy arose because society views taboo if women appeared and dominated in Wardatul Ishlah public space. Thus, psychological legitimacy clarified that ustazah often indecisive, especially to decide a case. Patronasi ustaz dan ustazah di Lembaga Pendidikan al-Quran Wardatul Ishlah diselidiki dengan tujuan menggali makna fenomena gender di ruang publik. Alasan dominasi ustaz yang dinilai lebih banyak dari pada perempuan dieksplorasi dengan teliti. Studi kasus terhadap ketimpangan peran pada kalangan pengajar dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Wawancara dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui pandangan dan persepsi para pengajar mengenai timpangnya peran ustaz dan ustazah. Observasi terhadap kehidupan di lembaga juga dilaksanakan untuk mengetahui data empiris keberlangsungan pendidikan. Kemudian dokumentasi menjadi data pendukung peneliti untuk memahami realitas patronasi ustaz dan ustazah. Hasil penelitian menjelaskan bahwa timpangnya peran kalangan pengajar dilegitimasi oleh historisitas agama. Yaitu memosisikan laki-laki sebagai orang terdepan. Sehingga ustazah menjadi kaum yang tersubordinasi. Legitimasi sosial muncul karena masyarakat memandang tabu perempuan yang muncul dan mendominasi di ruang publik Wardatul Ishlah. Lalu legitimasi psikologis menegaskan bahwa ustazah sering bimbang, terutama untuk memutuskan sebuah perkara.
Analisa Kadar Tembaga (Cu) Air Mertojoyo Mengguakan AAS (Atomic Absorbtion Spectrofotometry) Berdasarkan Permenkes Tahun 2010
Atiqoh, Siti Nor
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 5 No 1 (2016)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.1234/lorong.v5i1.89
Heavy metal contamination from the processing industry and waste treatment is very detrimental to health because it is carcinogenic. One of the heavy metals which are harmful is copper (Cu). Cu content analysis aims to determine the type of water that is decent and not decent to drink based on the content of Cu according to the Regulation of Health Minister in 2010. The method was used is anexperimental sample by used the random water samples on Mertojoyo, Sigura-Gura, Malang. Cu content analysis is using AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry) with standard solution for comparison Cu. From the analysis results obtained equation y = 0,15x + 0.004 of the standard curve and absorb y = 0.0002 in order to obtain the concentration of Cu in water samples Sigura-Gura Mertojoyo area with the manual calculation of -0.024204 mg / L and by AAS 0,001 mg / L. The levels are still below the maximum level is specified by the Minister of Health ynag 492 / Minister of Health / per / IV / 2010 in 2010 with the maximum levels of Cu in water sebsar 2 mg / L. So the water on SiguraGura Mertojoyo area is stated feasible for use of the standard the existence of Cu. Cemaran logam berat hasil dari pengolahan industri dan pengolahan limbah sangat merugikan terhadap kesehatan karena bersifat karsinogenik. salah satu logam berat yang termasuk berbahaya ialah tembaga (Cu). Analisa kadar Cu bertujuan untuk menentukan jenis air yang layak dan tidak layak minum berdasarkan kandungan Cu menurut Permenkes tahun 2010. Metode yang digunakan ialah experimental sampel dengan mengambil sampel air secara acak daerah Mertojoyo Sigura-gura Malang. Analisa kadar Cu menggunakan AAS (Atomic Absorbtion Spectrofotometry) dengan larutan standar cu sebagai pembanding. Dari hasil analisa didapatkan persamaan y=0,15x+0,004 dari kurva standar dan absorbi y= 0,0002 sehingga diperoleh konsentrasi Cu dalam sampel air daerah Mertojoyo Sigura-gura dengan perhitungan manual sebesar -0,024204 mg/L dan dengan AAS sebesar 0,001 mg/L. Kadar tersebut masih dibawah kadar maksimal ynag dietapkan oleh permenkesNo.492/menkes/per/IV/2010 tahun 2010 dengan kadar maksimal Cu dalam air sebsar 2 mg/L. Sehingga air mertojoyo sigura-gura dinyatakn layak untuk digunakan dari standar keberadaan Cu.
Pengembangan Berkelanjutan Via Perguruan Tinggi
Rosidin, Rosidin
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 5 No 1 (2016)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.1234/lorong.v5i1.90
Judul: Higher Education and Sustainable Development: Paradox and Possibility Penulis: Stephen Gough and William Scott Penerbit: New York: Routledge Tahun Terbit: 2007 Tebal Halaman: xiv + 194 Halaman Peresensi: Rosidin
Keseimbangan Lingkungan dalam Bingkai Pembangunan Berkelanjutan
Khairunnisa, Arista
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 5 No 1 (2016)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.1234/lorong.v5i1.91
Judul Buku: Keseimbangan Lingkungan dalam Bingkai Pembangunan Berkelanjutan Penulis : Aca Sugandhy dan Rustan Hakim Penerbit: PT Bumi Akasara Editor: Junwinanto Tahun terbit: Cetakan I juli 2007 ISBN: (13) 978-979-010-062-6 / (10) 979010-062-0 Tebal: 157 Halaman Peresensi: Arista Khairunnisa
Dilema Subaltern Syi’ah Sampang: Sebuah Studi Awal
Ali, Fiqh Vredian Aulia
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 4 No 1 (2015)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.1234/lorong.v4i1.94
Social religious and political context of the vulnerable sectarian in Sampang Regency make adherents of Shia Sampang hasn’t been able to return to hometown. It has been two years of age the relocation of displaced Shia Sampang, assault and intimidation experienced by their. The relocation policy on behalf of the protection of the safety of Shia followers of Sampang, often quite inconsistent with the indication security protection as their desired as a community represented. However, the idea of a reconciliation team, social scientists and activists to return the refugees Shiah Sampang revolutionary to hometown, is not congruent with not conducive atmosphere, full of intimidation and there is no guarantee of safety in the hometown. Konteks sosial keagamaan dan politik yang rentan sektarian di Kabupaten Sampang membuat para penganut Syiah Sampang belum dapat kembali ke kampung halaman hingga kini. Telah dua tahun usia relokasi pengungsi Syi’ah Sampang, pasca penyerangan dan intimidasi yang dialami mereka. Kebijakan relokasi yang mengatasnamakan perlindungan keselamatan penganut Syi’ah Sampang, seringkali justru tidak sejalan dengan pembayangan perlindungan keamanan sebagaimana diinginkan mereka sebagai komunitas yang direpresentasi. Akan tetapi, gagasan tim rekonsiliasi, aktivis dan ilmuan sosial untuk mengembalikan pengungsi Sy’iah Sampang secara revolusioner ke kampung halaman, tidak sebangun dengan suasana yang nirkondusif, penuh intimidasi dan tidak ada jaminan keselamatan di kampung halaman.
Dari Bhineka ke Formalisasi Agama: Infiltrasi Reproduksi Ideologis Negara Islam dalam Perda Syari’at
Habibi, Ahmad Rizza
LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya Vol 4 No 1 (2015)
Publisher : Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.1234/lorong.v4i1.95
Religion formalization is a dialectical strategy to legalize unwritten religious law. Islam as the major religion in Indonesia has a considerable influence in affecting all aspects of the world’s life. In a scientific discourse, it would raise some issues related to legislation efforts, between the noble orientations to keep sustainability and ease of implementation of a religion law, by the presence of political interests from the other hands that are looking for benefit in its practice. The existence of tolerance culture diversity in the flux of Indonesia pluralism is slowly interfered by the social opaque. Formaliasasi Agama merupakan sebuah upaya dialektis dalam melegalkan hukum agama yang tidak tertulis. Islam sebagai Agama mayoritas di Indoenesia, mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam mempengaruhi semua aspek kehidupan bernegara. Dalam sebuah diskursus keilmuan, akan memunculkan beberapa hal yang berkaitan dengan upaya legislasi, antara keinginan luhur menjaga keberlangsungan dan kemudahan dalam pelaksanaan sebuah syariat agama, dengan adanya kepentingan politis dilain pihak yang mencari benefit. Budaya toleransi beragama dalam kemajemukan suku bangsa Indonesia secara perlahan mulai terusik keberadaannya dengan adanya sebuah kecemburuan sosial.