cover
Contact Name
Adek Cerah Kurnia Azis
Contact Email
adek_peros@yahoo.com
Phone
+6285278021981
Journal Mail Official
gorgajurnalsenirupa@unimed.ac.id
Editorial Address
Jl. Willem Iskandar / Pasar V, Medan, Sumatera Utara – Indonesia Kotak Pos 1589, Kode Pos 20221
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Gorga : Jurnal Seni Rupa
ISSN : 23015942     EISSN : 25802380     DOI : https://doi.org/10.24114/gr.v9i1
Core Subject : Education, Art,
Gorga : Jurnal Seni Rupa terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Juni dan Desember, berisi tulisan/artikel hasil pemikiran, hasil penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang ditulis oleh para pakar, ilmuwan, praktisi (seniman), dan pengkaji dalam disiplin ilmu kependidikan, kajian seni, desain, dan pembelajaran seni dan budaya.
Articles 806 Documents
KRITIK SEJARAH BATIK SIDOARJO Asy Syams Elya Ahmad
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 1 (2021): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v10i1.24626

Abstract

The popular historical narrative of the batik Sidoarjo needs to be reexamined based on historical methodology so that there is no historical bias based only on oral stories of the general public. Many studies are trapped in an inaccurate understanding of local historicity. As a result, these various studies have failed to fit batik Sidoarjo into its full context, instead it has become a kind of narrative standardization on its characteristics and history. This study aims to criticize the historical construction that has been popular in relation to the basic understanding of batik Sidoarjo and to explain the position of batik Sidoarjo in the cultural framework of its people. This article is the author's attempt to provide an analysis or explanation that is different from the historical narrative of batik Sidoarjo which is commonly used in various discussions. This research is classified as a qualitative research, using the historical method which consists of four stages, namely heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. This research uses historical and sociological approaches to collect, select, and critically examine historical sources of Sidoarjo batik, resulting in historical facts. The results showed that the historicity of batik Sidoarjo refers to the batik activities in the areas of Kedungcangkring, Jetis, Sekardangan, Gajah Mada St. (Peranakans), and Tulangan, all of which have a direct relationship with both Peranakans nor indigenous. Batik Sidoarjo is not framed by traditional rituals, nor is it under the control and domination of the royal aristocracy. Its growth is based on the factor of the economic needs of the supporting community, which tends to be a trading commodity. The presence of other groups of people or nations such as Peranakan Chinese, Indo-European, Dutch, Arabic contributed to the birth of Sidoarjo batik. Keywords: batik, Sidoarjo, historical criticism.AbstrakNarasi sejarah batik Sidoarjo yang populer perlu dikaji ulang dengan didasari metodologi sejarah sehingga tidak terjadi bias sejarah yang hanya berdasar pada cerita lisan masyarakat umum. Banyak penelitian yang terjebak dalam pemahaman historisitas setempat yang kurang tepat. Akibatnya, berbagai kajian tersebut tidak berhasil mendudukkan batik Sidoarjo sesuai dengan konteksnya secara utuh, malah menjadi semacam standardisasi narasi pada karakteristik maupun sejarahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkritisi konstruksi sejarah yang telah populer terkait pemahaman dasar tentang batik Sidoarjo serta menjelaskan kedudukan batik Sidoarjo dalam kerangka budaya masyarakatnya. Artikel ini merupakan upaya penulis untuk memberikan analisis atau paparan yang berbeda dari narasi sejarah batik Sidoarjo yang umum dilakukan pada berbagai pembahasan. Penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri atas empat tahap, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini menggunakan pendekatan historis dan sosiologis untuk mengumpulkan, menyeleksi, dan menguji secara kritis sumber-sumber sejarah batik Sidoarjo, sehingga menghasilkan fakta sejarah. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa historisitas batik Sidoarjo merujuk pada aktivitas pembatikan yang ada di wilayah Kedungcangkring, Jetis, Sekardangan, Jl. Gajah Mada (China Peranakan), dan Tulangan yang kesemuanya saling terkait memiliki hubungan langsung baik itu pembatikan China peranakan maupun pribumi. Batik Sidoarjo tidak dikerangkai oleh ritual adat, juga tidak di bawah kendali dan dominasi aristokrasi kraton. Pertumbuhannya didasari faktor kebutuhan ekonomi masyarakat pendukungnya, sifatnya cenderung merupakan komoditas dagang. Hadirnya golongan masyarakat atau bangsa lain seperti China Peranakan, Indo-Eropa, Belanda, Arab turut berpengaruh melahirkan batik Sidoarjo.Kata Kunci: batik, Sidoarjo, kritik sejarah. Author:Asy Syams Elya Ahmad : Universitas Negeri Surabaya References:Abbas, Irwan. (2014). Memahami Metodologi Sejarah antara Teori dan Praktek. ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejerahan, 1(1), 33–41.Abdurrahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Logos.Ahmad, Asy Syams Elya. (2013). Kajian Estetik Batik Sidoarjo. Tesis. Tidak Diterbitkan. Bandung:  Program Studi Magister Desain, Institut Teknologi Bandung.Anas, Biranul, Hasanuddin, Ratna Panggabean, Yanyan Sunarya. (1997). Indonesia Indah-Buku ke 8; “Batik”. Jakarta: Yayasan Harapan Kita/BP 3 TMII.Anshori, Yusak & Kusrianto, Adi. (2011). Keeksotisan Batik Jawa Timur. Jakarta: Elex Media Komputindo.Anwarid. (2012). Geliat Batik Tulis Sidoarjo. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Surabaya: Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel.Arfianti, D. Y., Afandi, A. F., permatasari, i., Agustin, F. R., & Nikmah, K. (2018). Batik Jetis Sidoarjo. https://doi.org/ 10.31227/osf.io/xq3r2 (diakses tanggal 17 April 2021).Benard, Russell H. (1994). Research Methods in Anthropology. London: Sage Publications.Carey, Peter. (1996). “The World of the Pasisir”, dalam Fabric of Enchantment; Batik from the North Coast of Java. County Museum of Art.Daliman. (2012). Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak.Djoemena, Nian S. (1990a). Batik dan Mitra. Jakarta: Djambatan.________, Nian S. (1990b). Ungkapan Sehelai Batik: Its Mystery and Meaning. Cetakan II. Jakarta: Djambatan.Elliott, Inger McCabe. (2004). Batik, Fabled Cloth of Java. Singapore: Periplus.Fauzi, Ahmad. (2020, Juli 24). Daya Tarik Kampung Batik Jetis Sidoarjo. https://brisik.id/read/ 54889/daya-tarik-kampung-batik-jetis-sidoarjo (diakses tanggal 17 April 2021).Fitinline. (2013, Februari 17). Batik Sidoarjo. https://fitinline.com/article/ read/batik-sidoarjo/ (diakses tanggal 17 April 2021).Garraghan, Gilbert J. 1957. A Guide To Historical Method. New York: Fordham University Press.Gottschalk, Louis. (1975). Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: Yayasan Penerbit UI.Gray, Wood. (1964). Historian's Handbook: A Key to the Study and Writing of History. Boston: Houghton Mifflin.Gustami, SP. (2007). Butir-butir Estetika Timur; Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia. Yogyakarta: Prasista.Hani, Asfi. (2020, September 18). Sejarah Batik di Kampung Batik Jetis Sidoarjo. https://www. kompasiana.com/asfihani5098/5f642741097f3602e03e3cc3/sejarah-batik-di-kampung-batik-jetis-sidoarjo?page=all (diakses tanggal 17 April 2021).Hasanuddin. (2001). Batik Pesisiran: Melacak Etos Dagang Santri pada Ragam Hias Batik. Bandung: Kiblat.Harris, Jennifer, Ed. (1993). 5000 Years of Textiles. London: The British Museum Press.Hitchcock, Michael. (1991). Indonesian Textiles. Periplus Editions (HK) Ltd.Heringa, Rens & Veldhuisen, H.C. (1996). Fabric of Enchantment; Batik from the North Coast of Java. Los Angeles: County Museum of Art.Heringa, Rens. (2010). "Upland Tribe, Coastal Village, and Inland Court: Revised Parameters for Batik Research" dalam Five Centuries of Indonesian Textiles. Ruth Barnes & Mary Hunt Kahlenberg (Ed). Munich: Prestel.Irwanto, Dedi & Sair, Alian. (2014) Metodologi dan Historiografi Sejarah. Yogyakarta: EJA PUBLISHER.Irwantono, Yusuf & Hidayatun M.I. (2019).     Fasilitas Wisata Edukasi Batik Sidoarjo di Sidoarjo. Jurnal eDIMENSI ARSITEKTUR, 7(1), 1089–1096. Ishwara, Helen, L.R. Supriyapto Yahya, Xenia Moeis. (2011). Batik Pesisir Pusaka Indonesia; Koleksi Hartono Sumarsono. Jakarta: KPG.Kartodirdjo, Sartono (1993). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia.Khasanah, Uswatun. (2018, Juni 8). Batik Asli Sidoarjo.https://doi.org/ 10.31227/ osf.io/zdka8 (diakses tanggal 17 April 2021).Kuntowijoyo. (2013). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.Listanto, Virgiawan. (2019). “Batik Sebagai Representasi Produk Indsutri Kreatif di Sidoarjo Reinvensi Pragmatis untuk Inovasi Industri Kreatif Berbasis Budaya Visual Nusantara." Prosiding Seminar Nasional Seni dan Desain 2019, 465–469. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.Majlis, Brigitte Khan. (2000). “Javanesse Batik: An Introduction” dalam Rudolf G. Smend, Batik from The Courts of Java and Sumatra. Singapore: Periplus.Masadmin, (2016, Oktober 3). Batik Jetis Sidoarjo. Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur. https:// jawatimuran.disperpusip. jatimprov.go.id/2016/10/03/batik-jetis-sidoarjo/ (diakses tanggal 17 April 2021).Maxwell, Robyn. (2003). Textiles of Southeast Asia: tradition, trade and transformation. Hongkong: Tuttle.Pranoto, Suhartono W. (2010). Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu.Qamariah, Desti. (2012). Perkembangan Motif Batik Tulis Jetis Sidoarjo (2008-2011). Skripsi. Tidak Diterbitkan. Malang: Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.Ran. (2015, Desember 5). Sempat Tenggelam, Kini Kian Eksis: Sejarah Panjang Batik Sidoarjo. Jawa Pos. https://www.pressreader.com/indone sia/jawa-pos/20151205/282656096383339 (diakses tanggal 17 April 2021).Ramadhan, Iwet. (2013). Cerita Batik. Tangerang: Literati.Rouffaer, G.P. & Juynboll, H.H. (1914). De Batikkunst in Nederlandsch Indië en haar geschiedenis. Utrecht: Oosthoek.Rusli. (2013). “Pendokumentasian Artifak Sejarah Pembatikan di Kedungcangkring”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 2 Februari 2013. Kedungcangkring, Sidoarjo.Skocpol, Theda (ed.). (1984). Vision and Method in Historical Sociology. Cambridge: Cambridge University Press.Solikha, Rokhimatus. (2019). Sejarah Perkembangan dan Pengaruh Batik Jetis dalam Perekonomian Masyarakat Desa Jetis Sidoarjo. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Surabaya: Program Studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.Spradley, James. (1997). Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.Susanto, Sewan. (1980). Seni Kerajinan Batik Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan. Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian RI.Tjoa, Dave. (2004, Oktober 5). Batik Sidoarjo: Kampung Batik Jetis, Kampung Pengrajin Batik Tulis Sidoarjo. http://jejakbatik.blogspot. com/2014/10/batik-sidoarjo.html (diakses tang-gal 17 April 2021).Van Leur, J.C. (1955). Indonesian Trade and Society: Essay in Asean Social and Economical History. ‘s-Gravenhage: n.v. Uitgeverij W. Van Hoove.Van Roojen, Pepin. 2001. Batik Design. Amsterdam: Pepin Press.Wasino & Hartatik, Endah Sri. (2018). Metode Penelitian Sejarah: dari Riset hingga Penulisan. Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama.Wibowo, Januar, Haryanto Tanuwijaya, Achmad Yanu A.F. (2016). “Rancang Bangun Management Information System Batik Tradisional Jawa Timur sebagai Upaya Pelestarian Warisan Budaya Bangsa”. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing. Tidak Diterbitkan. Surabaya: Institut Bisnis dan Informatika, STIKOM.Wirawan, Rizky S. & Trilaksana, Agus. (2015). Sejarah Industrialisasi Batik di Kampung Batik Jetis Sidoarjo Tahun 1970-2013. AVATARA,   e-Journal Pendidikan Sejarah, 3(3), 480–486.Wulandari, Ari. (2011). Batik Nusantara; Makna Filosofis, Cara Pembuatan dan Industri Batik. Yogyakarta: Andi.Wulandari, S.E., Imam As’ary, Yudi Prasetyo. (2013). Perkembangan Motif Batik Jetis Sidoarjo dalam Tinjauan Sejarah. GENTA: Jurnal Pendidikan Sejarah, 1(1), 1–12.Yanuar. (2016, Oktober 19). Kampung Kuno Jetis Penghasil Batik Tulis Khas Sidoarjo. https://kabarinews.com/kampung-kuno-jetis-penghasil-batik-tulis-khas-sidoarjo/87296 (diakses tanggal 17 April 2021).
ILUSTRASI CERPEN RENJAYA SIAHAAN PADA KORAN ANALISA Nahanda Tinambunan; R Triyanto; Adek Cerah Kurnia Azis
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 1 (2021): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v10i1.22612

Abstract

Watercolor is a medium that is very difficult to use compared to other paint media. Coloring that is done by overlaying the colors with other colors tends to make the paper easily damaged and sometimes doesn't match the expected color. Mistakes also often occur when mixing water with watercolors. Sometimes the consistency is still too thick and sometimes too runny so that the application must be full of consideration and caution. This study aims to determine the difference between the illustration drawing technique applied by Renjaya Siahaan and the aquarel technique in using watercolor media. The method used in this research is descriptive qualitative. Sampling in this study used a purposive sampling technique, namely 10 short story illustrations in Analisa Newspaper Daily in the year of 2018-2019. Data were collected by conducting literature studies, interviews and observations. The results of the study concluded that the technique applied by Renjaya Siahaan in applying paint to the surface of the paper tended to be opaque. The process of making a Renjaya Siahaan illustration image begins with reading a short story that will be illustrated, contemplating and observing what objects will be depicted. Furthermore, after the idea is obtained, it is continued with making a sketch, giving basic colors, adding a dark and light impression and the finishing stage. The technique applied by Renjaya Siahaan is more wasteful of paint and requires more time in the processing process compared to the use of watercolor with aquarel technique which is more effective and efficient in minimizing processing time and material usage.Keywords: cerpen illustration, renjaya siahaan, analisa.AbstrakCat air merupakan media yang sangat sulit untuk digunakan dibandingkan media cat lainnya. Pewarnaan yang dilakukan dengan melapisi warna dengan warna lainnya cenderung membuat kertas mudah rusak dan terkadang tidak sesuai dengan warna yang diharapkan. Kesalahan juga kerap terjadi saat mencampur air dengan cat air. Kadang konsistensinya masih terlalu pekat dan bahkan kadang terlalu encer sehingga dalam pengaplikasiannya harus penuh pertimbangan dan kehati-hatian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tentang teknik menggambar ilustrasi yang diterapkan Renjaya Siahaan dengan teknik aquarel dalam menggunakan media cat air. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu 10 karya ilustrasi cerpen di Koran Analisa tahun 2018-2019. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan studi pustaka, wawancara dan observasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa teknik yang diterapkan Renjaya Siahaan dalam mengaplikasikan cat pada permukaan kertas cenderung bersifat plakat. Proses pembuatan gambar ilustrasi Renjaya Siahaan dimulai dengan membaca cerpen yang akan di ilustrasikan, perenungan dan observasi terkait objek apa saja yang akan digambarkan. Selanjutnya setelah ide diperoleh dilanjutkan dengan pembuatan sketsa, pemberian warna dasar, menambah kesan gelap terang dan tahap finishing. Teknik yang diterapkan Renjaya Siahaan lebih boros cat dan memerlukan lebih banyak waktu dalam proses pengerjaannya dibandingkan dengan penggunaan cat air dengan teknik aquarel dimana lebih efektif dan efisien dalam hal meminimalisir waktu pengerjaan dan penggunaan material.Kata Kunci: ilustrasi cerpen, renjaya siahaan, analisa. Authors:Nahanda Tinambunan : Universitas Negeri MedanR. Triyanto : Universitas Negeri MedanAdek Cerah Kurnia Azis : Universitas Negeri Medan References:­Halawa, W. E., Triyanto, R., Budiwiwaramulja, D., & Azis, A. C. K. (2020). Analisis Gambar Ilustrasi Hombo Batu Nias Gunungsitoli. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 193-203. https://doi.org/10.24114/gr.v9i1.18793.Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.Maharsi, Indiria. (2016). Ilustrasi. Yogyakarta: ISI Yogyakarta.Priyatni, Endah Tri. (2010). Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: Bumi Aksara.Said, Abdul Aziz dan Arifin, Irfan. (2016). Dasar-Dasar Melukis Cat Air. Jurnal DKV Fakultas Seni dan Desain UNM, 3(2), 9-18. http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/11281.Salam, Sofyan. (2017). Seni Ilustrasi. Makassar: Badan Penerbit UNM.Sembiring, Dermawan. (2014). Wawasan Seni. Medan: Unimed Press.Siahaan, R. (2019). “Hasil Karya Ilustrasi”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 18 November 2019, Mieko Art School.
PEMBUATAN KERAJINAN BERBAHAN PASIR DI SANGGAR DEDI HARIANTO Tutur Achmad Syidik; Mesra Mesra
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 9, No 2 (2020): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v9i2.22129

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk: “ Mengetahui proses pembuatan kerajinan berbahan pasir di Sanggar Dedi Harianto Desa Widodaren Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal”. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data menggunakan metode deskriptif kualitatif. Melakukan penelitian langsung kelokasi Sanggar dengan jadwal penelitian yang ada. Penelitian yang dilaksanakan adalah proses pembuatan kerajinan berbahan pasir. Dari hasil penelitian dapat diketahui proses pembuatan kerajinan berbahan pasir yang ada di Sanggar Dedi Harianto. Teknik pembuatan kerajinan pasir menggunakan alas triplek sebagai media bentuk sebuah karya yang dilapisi pasir luarnya membuat karya kuat. Dimana prosenya ialah persiapan bahan dan alat, pengolahan bahan dan media, proses pembuatan, dan (finishing) dan karya berbahan pasir telah selesai.Kata Kunci: proses pembuatan, kerajinan berbahan pasir.AbstractThis study aims to: "Knowing the process of making crafts made from sand in Sanggar Dedi Harianto, Widodaren Village, Sinunukan District, Mandailing Natal Regency". The research method used by researchers in data collection using descriptive qualitative methods. Conduct direct research to the location of the studio with the existing research schedule. The research carried out was the process of making handicrafts made from sand. From the research results, it can be seen that the process of making crafts made from sand in the Dedi Harianto Studio. The technique of making sand crafts using a plywood base as a medium for the shape of a work coated with outer sand makes a strong work. Where the process is the preparation of materials and tools, processing of materials and media, the manufacturing process, and (finishing) and the work made from sand has been completed.Keywords: making process, craft of sand.
KERAJINAN PERAK TINJAUAN PADA PROSES DAN MAKNA SIMBOLIS ORNAMEN DI HOME INDUSTRY DI KOTO GADANG M Nasrul Kamal
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 9, No 2 (2020): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v9i2.21229

Abstract

AbstrakTulisan ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam dan mendeskripsikan tentang kerajinan perak pada home Industry di Koto Gadang ditinjau dari proses dan makna simbolis ornamen dengan metode diskriptif kualitatif. Tulisan ini dengan obyeknya difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan proses dan makna simbolis ornamen. Data yang diperoleh menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dari beberapa sumber informan yang kompeten sesuai bidangnya. Keabsahan data diperoleh melalui ketekunan pengamatan, triangulasi metode dan sumber.  Hasil tulisan ini adalah: (1) Proses pekerjaan (meliputi; persiapan alat dan bahan), proses dasar, (meliput; memadukan perak), pembuatan ornamen (meliputi; sket, desain, pembuatan mal, dan penaikan perak), teknik (meliputi; patri, tempa dan jalin.). (2) Makna simbolis ornamen terdapat 3 bentuk yaitu ornamen utama, pelengkap dan isian. Ornamen utama yaitu ornamen bunga mawar (melambangkan cinta kasih), ornamen pelengkap meliputi; ornamen bunga melati (melambangkan kesucian hati), ornamen bunga matahari (melambangkan kehidupan), ornamen daun asam (melambangkan kelengkapan kesempurnaan), ornamen rago/bola juga (melambangkan adanya penyatuan jalan dan roda kehidupan yang bergerak dinamis), ornamen bunga cengkeh (melambangkan kekuatan, keberkahan, kemakmuran, dan keagungan), ornamen burung (melambangkan kegagahan dan kelembutan), ornamen daun nangka (melambangkan kemegahan), dan relung (melambangkan kesetiaan).Kata Kunci: makna, proses, simbolis ornamen, perak.AbstractThis paper aims to find out in depth and describe about silver handicrafts in the home industry in Koto Gadang in terms process and symbolic meaning of ornament. This research is a qualitative descriptive research with the object of research on silver crafts. The research is focused on problems related to the process and symbolic meaning of ornament. The data obtained uses the method of observation, interviews, and documentation from several competent informant sources according to their fields. The validity of the data was obtained through persistence of observations, triangulation of methods and sources. The results of this study are: (1) the work process, includes: work process (including: preparation of tools and materials), basic process (includes: blending silver), ornament making (including: sketch, design, mall making, and silver raising), technique (including: solder, forge, and braid). (2) There are 3 forms of symbolic meaning, namely main ornament, complementary, and stuffing. The main ornament is a rose ornament (symbolizing love), complementary ornaments (include: jasmine flower ornaments (symbolizing purity of heart), ornament sunflower (symbolizes life), Asam leaf ornament (symbolizes completeness of  perfection), the rago/ball ornament also (symbolizes the unification of the road and the moving wheel of life), clove flower ornamental (symbolizes strength, blessings, prosperity and greatness) Bird ornament (symbolizes grace and tenderness), jackfruit leaf ornament (symbolizes splendor), niche (symbolizes loyalty). .Keywords: meaning, process, symbolic's ornament, silversmith.. 
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KULINER TRADISIONAL PADA BAKPIA DAN WINGKO BABAT XYZ Maria Maria
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 1 (2021): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v10i1.25018

Abstract

This research examines the development of traditional culinary culture,  Bakpia and Wingko Babat XYZ with the aim of preserving the local culinary heritage located in Bantul. Bakpia and Wingko Babat XYZ  is a special traditional business place that sells traditional Yogyakarta food in the Bantul area which still uses traditional methods. This business has been around for a long time since 1997. Lack of the right strategy is the cause when local and foreign visitors do not know much information about the culinary business of Bakpia and Wingko Babat XYZ. Based on this, this study aims to identify and analyze the marketing process carried out by Bakpia and Wingko Babat XYZ, to determine the potential of traditional culinary culture and to explore strategy formulations in Bakpia and Wingko Babat XYZ. The research method in this study is a qualitative research method, by conducting direct and in-depth interviews with key persons, observation, and literature study. The qualitative method used is descriptive qualitative which will describe how the right strategy is based on the results of the analysis. The interview data were analyzed by several stages, namely the SWOT stage in the internal and external environment, the weight and ranking calculation stage, the IFE-EFE and IE matrix analysis stage, and the conclusion stage. In the research analysis, the IFE and EFE matrix values were obtained, where the IFE value was 2.774 and the EFE value was 2.842. This condition shows that Bakpia and Wingko Babat XYZ  is in the V quadrant position, which means Hold and Maintain, in this position the right strategy is market penetration and product development, and in the SWOT quadrant in quadrant II Cobination supports the Diversification strategy, this is requires making alternative strategies that can be used to increase existing strengths so that they can overcome threats.Keywords: culinary culture, SWOT, IE.AbstrakPenelitian ini meneliti tentang  budaya kuliner tradisional yaitu Bakpia dan Wingko Babat XYZ dengan tujuan untuk menjaga warisan budaya kuliner lokal yang terletak di Bantul. Bakpia dan Wingko Babat XYZ merupakan tempat usaha tradisional khusus yang menjualkan makanan tradisional khas Yogyakarta di daerah bantul yang masih menggunakan cara-cara tradisional. Usaha ini sudah lama berdiri sejak 1997. Kurangnya strategi yang tepat menjadi penyebab ketika pengunjung lokal maupun mancanegara tidak mengetahui banyak informasi mengenai usaha kuliner Bakpia dan Wingko Babat XYZ. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa proses pemasaran yang dilakukan Bakpia dan Wingko Babat XYZ, untuk mengetahui potensi budaya kuliner tradisional dan mengeksplorasi formulasi strategi di Bakpia dan Wingko Babat XYZ. Metode  penelitian pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dimana dengan melakukan wawancara kepada key person secara langsung dan mendalam, observasi, dan  studi pustaka. Metode kualitatif  yang  digunakan yaitu kualitatif deskriptif yang akan mendeskripsikan bagaimana strategi yang tepat berdasarkan hasil analisis. Data  wawancara dianalisis dengan beberapa tahap-tahapan yaitu tahap SWOT pada lingkungan internal dan eksternal, tahap perhitungan bobot dan peringkat, dan tahap analisis matriks IFE-EFE dan IE, serta tahap kesimpulan. Pada analisis penelitian diperoleh nilai matriks IFE dan EFE, dimana nilai IFE sebesar 2,774 dan nilai EFE sebesar 2,842. Kondisi ini menunjukkan bahwa Bakpia dan Wingko Babat XYZ  berada pada posisi kuadran V yaitu berarti Hold and Maintain, pada posisi ini  strategi yang  tepat adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk, serta pada kuadran SWOT  pada kuadran II Cobination mendukung stategi Diversifikasi, hal ini mengharuskan membuat alternative strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan Kekuatan yang ada sehingga dapat mengatasi ancaman.Kata Kunci: budaya kuliner, SWOT, IE. Author:Maria : Institut Seni Indonesia Yogyakarta References: Agustim, W., & Nurhidayat, M. (2020). Analisis Matrik IE pada UMKM Berbasis Produk Pertanian Kelompok Wanita Pelaku Usaha Tanaman Hias di Desa Sidomulyo Kota Batu. Referensi: Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi, 8(1), 73-78. https://doi.org/10.33366/ref.v8i1.1760.David, Fred R. 2016, Manajemen Strategis, Edisi 15. Jakarta: Salemba Empat.Evelyn, E. (2018). Analisis Manajemen Strategi Bersaing Dengan Matriks Ie, Matriks Swot Dan Matriks Qspm Pada Pt. Xyz. Jurnal Manajemen Bisnis dan Kewirausahaan, 2(4), 99-105. http://dx.doi.org/10.24912/jmbk.v2i4.4869.Rangkuti, Freddy. (2015). Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis (Cara Perhitungan Bobot, Rating dan OCAI). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Retnawati, L. (2018). Perencanaan Strategis Si/Ti dengan Metode Analisa Swot dan BSC untuk Meningkatkan Daya Saing di Universitas XYZ. JISKA (Jurnal Informatika Sunan Kalijaga), 2(3), 135-142. https://doi.org/10.14421/jiska.2018.23-02.Sugiyono. (2016). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.Tyas, S. K., & Chriswahyudi, C. (2017). Perencanaan Strategi Pemasaran dengan Pendekatan Matrik IE, SWOT dan AHP untuk Mendapatkan Alternatif Strategi Prioritas. Prosiding Semnastek. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek/article/view/1989/1632.
MAKNA DAN FUNGSI KAIN ULOS PADA PUSAT LATIHAN OPERA BATAK PEMATANG SIANTAR (PLOt) DI PEMATANG SIANTAR PROVINSI SUMATERA UTARA Enrico Alamo; Meria Eliza; Giat Syailillah
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 1 (2021): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v10i1.24824

Abstract

Ulos is a traditional Batak clothing that we can find in traditional events; birth, marriage, death and other Batak traditional ceremonies such as: Mandailing, Pakpak, Dairi, Sipirok-Angkola and Karo. Apart from being a typical cloth in the Batak community, Ulos is believed to be able to create a feeling of warmth and raise tondi (raga) because of the 'sacred' element inherent in Ulos. In the past, Ulos cloth was woven by 'spiritual' weavers using natural dyes. Ulos cloth is also a regional marker cloth; social level, and clan (surname). So not just any Ulos cloth can be given to someone or the community. Batak Opera Training Center (PLOt) Pematang Siantar. North Sumatra is one of the Ulos cloth user communities in every activity. The Batak Opera Group has undoubtedly existed until now. His performances reached many countries. The plays that are played also tell about the life of the Batak people and the epics of Batak heroism. The group's mission is to protect cultural heritage and develop traditional arts. For this reason, every stage of the PLOt is faithful in using hand-woven Ulos cloth. Judging from the patterns, colors and motifs of the Ulos fabrics used by PLOt, they seem "luxurious" because of their artistic value. This, of course, is not just any modification made by PLOt because the function and meaning of Ulos cloth is culturally meaningful with customary provisions. In this regard, we tried to examine the function and meaning of the Ulos cloth in the Batak Opera Training Center group which is domiciled in Pematang Siantar. North Sumatra. This research is also part of the task of the Center for Traditional Clothing Studies, which is not only examining patterns and motifs but furthermore the use of Ulos cloth outside of traditional events and traditional ceremonies.Keywords: ulos, custom, meaning, function, PLOt. AbstrakUlos merupakan pakaian tradisi yang dapat kita lihat dalam berbagai acara adat Batak seperti; lahiran, pernikahan, kematian dan upacara-upacara adat Batak lainnya di sub Batak; Mandailing, Pakpak, Dairi, Sipirok-Angkola dan Karo. Selain sebagai kain khas di masyarakat Batak, Ulos diyakini dapat menimbulkan rasa hangat dan menaikkan tondi (raga) karena unsur ‘sakral’ yang melekat didalam Ulos. Pada masa lalu kain Ulos ditenun oleh penenun ‘spritual’ dengan menggunakan pewarna alami. Kain Ulos juga merupakan kain penanda daerah; tingkatan sosial dan marga (nama keluarga). Maka tidak sembarang kain Ulos dapat diberikan kepada seseorang ataupun komunitas. Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) Pematang Siantar. Sumatera Utara salah satu komunitas pengguna kain Ulos dalam setiap kegiatannya. Group Opera Batak ini sampai sekarang masih bertahan dan eksis dalam berbagai pertunjukan. Pentas-pentasnya merambah banyak negara. Lakon-lakon yang dimainkan berkisah tentang kehidupan masyarakat Batak dan epos kepahlawanan Batak. Misi group ini menjaga warisan budaya dan mengembangkan seni tradisi. Untuk itu, setiap pemanggungannya PLOt setia dalam menggunakan kain Ulos hasil tenunan tangan. Dilihat dari corak, warna dan motif kain-kain Ulos yang digunakan PLOt terkesan ‘mewah’ karena nilai artistik didalamnya. Hal ini, tentunya tidak sembarang modifikasi yang dilakukan oleh PLOt karena fungsi dan makna kain Ulos secara budaya memiliki arti yang sarat dengan ketentuan adat. Dalam hal tersebut, kami mencoba meneliti fungsi dan makna kain Ulos pada group Pusat Latihan Opera Batak yang berdomisili di Pematang Siantar. Sumatera Utara. Penelitian ini juga sebagai bagian dari tugas Pusat Kajian Pakaian Tradisi yang tidak saja meneliti corak dan motif tapi lebih jauh penggunaan kain Ulos diluar acara adat dan upacara-upacara adat.Kata Kunci: ulos, adat, makna, fungsi, PLOt.Authors: Enrico Alamo : Institut Seni Indonesia PadangpanjangMeria Eliza : Institut Seni Indonesia PadangpanjangGiat Syailillah : Institut Seni Indonesia PadangpanjangReferences:Alamo, E., Minawati, R., Sulaiman, S., & Novalinda, S. (2020). Opera Batak Sisingamangaraja XII Episode Ugamo Malim Horja Bolon Na Parpudi: Usungan Tradisi dan Kontemporer. Dance and Theatre Review: Jurnal Tari, Teater, dan Wayang, 3(2), 59. https://doi.org/10.24821/dtr.v3i2.4418.Emir. Threes dan Wattimena. Samuel. (2017). Pesona Kain Indonesa, Kain Ulos Danau Toba. Jakarta: Kompas Gramedia.Hariwijaya, M. (2007). Metodologi dan Tehnik Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. _______: Elmatera Publishing.Harahap, B.H. dan H.M. Siahaan. (1987). Orientasi Nilai-Nilai Budaya Batak. Jakarta: Sanggar Willem Iskandar.Hasibuan, Jamaludin. (1985). Art Et Culture: Seni Budaya Batak. Jakarta: PT Jayakarta Agung Offset.Moleong, Lexy J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.Niessen, SA. (1985). Motifs of Life in Toba Batak Texts and Textiles. Belanda: Foris Publications.Oktavianus, Matondang. (2020). “Opera Batak Pematang Siantar (Plot)”. Hasil Wawancara Pribadi: 15 Agustus 2020, Pematang Siantar. Situmorang, Sitor. (2004). Toba Na Sae. Jakarta: Komunitas Bambu.Soedarsono, R.M. (2001). Metodologi Seni Pertunjukan Dan Seni Rupa, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press.Soemardjo, Jakob dan  Saini. (1997). Apresiasi Kesusasteraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Tompson Parningotan Hutasoit. (2020). “Opera Batak Pematang Siantar (Plot)”. Hasil Wawancara Pribadi: 21 Agustus 2020, Pematang Siantar.Vergouwen, J.C. (1986). Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba (terjemahan).Jakarta: Pustaka Azet.Zainal, N. H. (2008). Analisis Kesesuaian Tigas Pokok dan Fungsi dengan Kompetensi Pegawai pada Sekretariat Pemerintah Kota Makasar. Makassar: Fisipol. 
DRAMATURGI KESENIAN TRADISIONAL DALUPA PRODUKSI SANGGAR SENI DATOK RIMBA DI WOYLA ACEH BARAT Susandro Susandro; Rika Wirandi; Hatmi Negria Taruan
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 1 (2021): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v10i1.22730

Abstract

Dalupa art emerged from the creative process of the people of West Aceh which can be stretched into three stages. First, Dalupa was originally a folk tale or folklore that was narrated from generation to generation. Second, the Dalupa then manifests (a person wearing the costume of a Dalupa character) so that it can be witnessed in person. At this stage, the Dalupa character does not manifest itself in the form of theater or dance. Its presence is only intended to entertain or enliven an event, such as weddings, processions, campaigns and so on. Third, the Dalupa character is presented by considering the dramatic element; arrangement of a series of events that tell the beginning of the appearance to the end of the Dalupa story. This study aims to record and describe how the process of creating the Dalupa art, as mentioned in the third stage. The method used is qualitative with the dramaturgy approach. This study shows the results that the art of Dalupa presents a story about the origin of the appearance of Dalupa with the manifestation of organized events. On this basis, it can be concluded that Dalupa art can be categorized as dramatic or theater art.Keywords: dalupa, creation process, dramatic, dramaturgy.AbstrakKesenian Dalupa muncul dari proses kreatif masyarakat Aceh Barat yang dapat direntangkan menjadi tiga tahap. Pertama, Dalupa mulanya merupakan cerita rakyat atau folklor yang dinarasikan secara turun-temurun. Kedua, Dalupa kemudian mewujud (seseorang yang mengenakan kostum tokoh Dalupa) sehingga dapat disaksikan secara langsung. Pada tahap ini, tokoh Dalupa mewujud tidaklah dalam bentuk kesenian teater atau tari. Kehadirannya hanya bertujuan untuk menghibur atau meramaikan suatu acara, seperti pernikahan, arak-arakan, kampanye dan sebagainya. Ketiga, tokoh Dalupa dihadirkan dengan mempertimbangkan unsur dramatika; penataan rangkaian peristiwa yang menceritakan awal kemunculan hingga akhir kisah Dalupa. Penelitian ini bertujuan mencatat serta memaparkan bagaimana proses penciptaan kesenian Dalupa, sebagaimana disebut pada tahap ketiga. Metode yang dilaksanakan yaitu kualitatif dengan pendekatan dramaturgi. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa kesenian Dalupa menyajikan cerita tentang asal mula kemunculan Dalupa dengan perwujudan peristiwa-peristiwa yang tertata. Atas dasar tersebut, dapat dismpulkan bahwa kesenian Dalupa dapat dikategorikan sebagai seni dramatik atau teater.  Kata Kunci: dalupa, proses penciptaan, dramatika, dramaturgi. Authors: Susandro : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh Rika Wirandi : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh Hatmi Negria Taruan : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Barba, Eugenio. (2010). On Directing and Dramaturgy: Burning the House. New York: Routledge.Harymawan. (1993). Dramaturgi. Bandung: Rosdakarya.Herman, RN. (2016). Dalupa: Teater Tradisional Pantai Barat. Buletin Tuhoe edisi XVII. Banda Aceh: JKMA Aceh.Koster, G.L. (1998). Kacamata Hitam Pak Mahmud Wahid Atau Bagaimanakah Meneliti Puitika Sebuah Sastra Lisan?, dalam Pudentia MPSS (Ed.), Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan.Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif, Ed. Revisi cetakan keduapuluhsatu. Bandung: Rosdakarya.Pramayoza, Dede. (2013). Dramaturgi Sandiwara: Potret Teater Populer Dalam Masyarakat Poskolonial. Yogyakarta: Penerbit Ombak.Soedarsono, R.M. (2001). Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Bandung: MSPI (Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia).SSDR. (2019). “Dramaturgi Kesenian Tradisional Dalupa”. Hasil Dokumentasi Pribadi: _________  2020, Aceh Barat.Stokes, Jane. (2007). How to do Media and Kultural Studies: Panduan Untuk Melaksanakan Penelitian dalam Kajian Media dan Budaya. Terj. Santi Indra Astuti. Yogyakarta: Bentang.Taruan, H.N. (2020). “Dramaturgi Kesenian Tradisional Dalupa”. Hasil Dokumentasi Pribadi: _________  2020, Aceh Barat.  Wirandi, R. (2020). “Dramaturgi Kesenian Tradisional Dalupa”. Hasil Dokumentasi Pribadi: _________  2020, Aceh Barat.
PRINSIP SENI RUPA DALAM MENGGAMBAR ORNAMEN MELAYU Uswatun Hasanah; Fuad Erdansyah
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 9, No 2 (2020): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v9i2.21899

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerapkan prinsip-prinsip seni rupa, yang meliputi prinsip kesatuan, keseimbangan, irama, proporsi, dan kontras, dalam menggambar ornamen Melayu dengan teknik patron atau mal oleh Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Talawi. Hasil penelitian ini menunjukan penerapan prinsip-prinsip seni rupa masih kurang benar dalam pembuatan ornamen melayu, keseimbangan yang terdapat dalam pembuatan ornamen belum menunjukan hasil yang maksimal, juga dalam prinsip proporsi belum menunjukan struktur bagian yang akurat antara bagian- bagian ornamen dan hasil teknik patron dalam pembuatan ornamen Melayu dengan menggunakan prinsip-prinsip seni rupa cenderung masih kurang rapi dan masih terlihat kasar dalam pewarnaan dan kerapian pada ornamen Melayu terlihat dari sisi garis tepi ornamen masih berantakan. Objek dari penelitian ini adalah hasil ornamen Melayu dengan menggunakan prinsip-prinsip seni rupa yang dihasilkan oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Talawi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa ornamen Melayu dengan teknik patron, yaitu dengan metode menggunakan cetakan, dengan memakai prinsip-prinsip seni rupa, dengan hasil tidak begitu baik.  Kata Kunci: prinsip, seni rupa, menggambar, ornamen.AbstractThis research aims to know the ability of students to apply the principles of fine arts, which include the principles of unity, balance, rhythm, proportion, and contrast, in drawing Malay ornaments with patron or mall techniques by Grade XI Students of Sma Negeri 1 Talawi. The results of this study show the application of the principles of fine art is still not correct in the manufacture of Malay ornaments, the balance contained in the making of ornaments has not shown maximum results, also in the principle of proportion has not shown the accurate structure of the parts between the ornaments and the results of patron techniques in the making of Malay ornaments using the principles of fine art tend to still be less neat and still look rough in coloring and neatness on malay ornaments seen from the side of the outline ornaments are still messy. The object of this research is the result of Malay ornaments using the principles of fine art produced by grade XI students of Sma Negeri 1 Talawi. The results explained that Malay ornaments with patron techniques, namely by using molds, using the principles of fine art, with not so good results.Keywords: principles, fine art, drawing ornaments.
PENINGKATAN SDM DALAM PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI KETERAMPILAN BATIK DI NAGARI KOTO SANI KEC. X KOTO SINGKARAK KAB. SOLOK Eliya Pebriyeni; San Ahdi; Erwin Erwin; Ernis Ernis
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 9, No 2 (2020): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v9i2.21046

Abstract

AbstrakPermasalahan yang dialami oleh ibu-ibu PKK Nagari Koto Sani adalah mereka belum bisa dan belum mampu untuk mengembangkan potensi diri dan mengembangkan keterampilan. Sehingga ibu-ibu PKK belum bisa meningkatkan sumber daya manusia (SDM) guna untuk menambah penghasilan baru, atau untuk meningkatkan kebutuhan hidup sehari-hari. Maka dari itu ibu-ibu PKK Nagari Koto Sani ini membutuhkan pengetahuan, tidak hanya pengetahuan dibidang keterampilan tetapi juga bagaimana hasil yang diperoleh dari keterampilan yang diberikan tersebut dipasarkan kemasyarakat luas. Masalah prioritas yang diselesaikan dilihat dari tiga aspek kegiatan pembelajaran dan keterampilan yang saling berkorelasi, yaitu masalah pada aspek: Pemahaman dan penerapan membuat pola atau mendesain, Penguasaan dan penerapan materi keterampilan membatik, Pengetahuan tentang manajemen usaha sebagai bekal mengembangkan usaha. Metode dan pendekatan yang digunakan adalah: metode ceramah dan tanya jawab, metode demontrasi untuk menjelaskan proses pembuatan batik, metode latihan dan bimbingan dan metode resitasi atau pemberian tugas. Peserta dalam mengikuti pelatihan ini memperoleh dua jenis keterampilan, yaitu  pengetahuan tentang entrepreneur/wirausaha dan mendapatkan keterampilan dalam pembuatan karya dengan menggunakan teknik batik, sekitar 80 % materi dikuasai oleh peserta. Kata Kunci: Sumber Daya Manusia, Batik, Manajemen Usaha.Kata Kunci: sumber daya manusia, batik.AbstractThe problem experienced by PKK Nagari Koto Sani mothers is that they are not yet able and unable to develop their potential and develop skills. So that PKK mothers have not been able to increase their human resources in order to add new income, or to increase their daily needs. Therefore, the women of PKK Nagari Koto Sani need knowledge, not only knowledge in the field of skills but also how the results obtained from the skills provided are marketed to the wider community. The priority problems that are resolved are seen from the three aspects of learning activities and skills that are correlated, namely problems in the following aspects: Understanding and application of making patterns or designing, Mastery and application of batik skills material, Knowledge of business management as a provision to develop a business. The methods and approaches used were: lecture and question and answer method, demonstration method to explain the batik making process, training and guidance methods and recitation or assignment methods. Participants in this training acquire two types of skills, namely knowledge of entrepreneurship / entrepreneurship and gaining skills in making works using batik techniques, about 80% of the material is controlled by participants.Keywords: human resources, batik. 
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL ROLE PLAYING PADA MATERI SENI RUPA DUA DIMENSI DI SMAN 1 LABUHAN DELI Nurambia Nurambia
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 1 (2021): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v10i1.23751

Abstract

Arts and Culture Education develops students' sense of taste, creativity, and aesthetic tastes in art, develops ethics, social awareness and cultural awareness of students in social life, and a love of Indonesian culture. One of the cultural art materials learned for the Upper Middle School level about two-dimensional art. But students in class X IIS 1 of SMA Negeri 1 Labuhan Deli increased the difficulty of learning two-dimensional art results to be low. Therefore this research was conducted which was intended to improve student learning outcomes using the Role Playing model. This research is a classroom action research (CAR) conducted in two cycles. The data collection technique used is a test of learning outcomes. Analysis of the data used is the equation of individual absorption and the percentage of classical absorption. The results of the study prove that an increase in student learning outcomes using role playing models in two-dimensional art material at SMAN 1 Labuhan Deli. This study suggests that teachers use learning models that support student learning outcomes, one of which is role playing models that has various advantages and uniqueness.Keywords: fine art, role playing.AbstrakPendidikan Seni Budaya berfungsi mengembangkan kepekaan rasa, kreativitas,dan cita rasa estetis siswa dalam berkesenian, mengembangkan etika, kesadaran sosial dan kesadaran kultural siswa dalam kehidupan bermasyarakat, serta rasa cinta terhadap kebudayaan Indonesia. Salah satu materi Seni Budaya yang dpelajari untuk tingkat Sekolah Menengah Atas adalah tentang seni rupa dua dimensi. Namun siswa di kelas X IIS 1 SMA Negeri 1 Labuhan Deli mengalami kesulitan sehingga hasil belajar seni rupa dua dimensi menjadi rendah. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model Role Playing. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes hasil belajar. Analisis data yang digunakan adalah rumus daya serap individu dan persentase daya serap klasikal. Hasil penelitian membuktikan bahwa terjadi peningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model role playing pada materi seni rupa dua dimensi di SMAN 1 Labuhan Deli. Penelitian ini menyarankan agar guru menggunakan model pembelajaran yang mendukung hasil belajar siswa, salah satunya yaitu model role playing yang mempunyai berbagai kelebihan dan keunikan.Kata Kunci: seni rupa, role playing. Author:Nurambia : Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Labuhan Deli References:A’la, M. (2011). Quantum Teaching. Yogyakarta: Diva Press.Anderson, H., & Britton, T. (2000). Stochastics Epidemic Models and their Statistical Analysis. New York: Springer-Verlag.Angkowo, R., & Kosasih, A. (2007). Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: Grasindo.Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta.Dewi, T. A. (2017). Efektivitas Model Role Playing dalam Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa Pada Mata Kuliah Manajemen Keuangan. JURNAL PROMOSI: Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, 5(1), 95–104. http://dx.doi.org/10.24127/ja.v5i1.850.Fauzi, H. D. (2015). Buku Guru Seni Budaya. Bandung: Yrama Widiya.Istarani. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.Joyce, & Weil. (1992). Models of Teaching. USA: Allyn and Bacon.Tetty Khairiyah, D. (2013). Pengaruh Model Role Playing pada Pembelajaran Seni Rupa Terhadap Hasil Belajar Menggambar Siswa Kelas IV SDN 01 Baso. Serupa The Journal of Art Education, 2(1), ___ .Komaruddin. (2000). Model Pembelajaran Aktif. Bandung: Remaja Rosdakarya.Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.Ngalimun. (2014). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.Rahmat. (2008). Model Pembelajaran Aktif. Jakarta: Balai Pustaka.Reigeluth, C. M. . (1983). Instructional Design Theories and Models: An Overview of Their Curent Status. London: Lawren Erlbaum Associates Publisher.Richey, R. C. (1986). The Theoretical and Conceptual Bases of Instructional Design. London: Kogan Page Ltd.Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.Sanjaya, W. H. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.Sapriya. (2002). Studi Sosial: Konsep dan Model Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.Sari, J., Tarigan, N., Erdansyah, F., & Sumarsono. (2020). Pengaruh Penguasaan Prinsip Dan Unsur Seni Rupa Terhadap Hasil Belajar Menggambar Flora Di Smp Swasta Al-Ulum Medan. Gorga : Jurnal Seri Rupa, 9(1), 133–137. https://doi.org/10.24114/gr.v9i1.18308.Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.Suprijono, A. (2010). Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.Uno, H. B. (2003). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.Uno, H. B. (2009). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.Wahyuni, S., Mering, A., & Isti, W. (2016). Penerapan Metode Role Playing pada Pembelajaran Seni Tari untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa di SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 5(11), ____ .Yoyok, R. M. (2008). Seni Budaya 3. Bogor: Yudhistira Ghalia Indonesia.