cover
Contact Name
-
Contact Email
erapublikasi@gmail.com
Phone
+6287719112809
Journal Mail Official
erapublikasi@gmail.com
Editorial Address
Taman Balaraja blok G 2 no.1 RT 03 RW 08 Desa Parahu Kec. Sukamulya Kab. Tangerang - Banten 15610
Location
Kota tangerang,
Banten
INDONESIA
Journal Sovereignty Law and Diplomatic Politics
ISSN : -     EISSN : 30891604     DOI : https://doi.org/10.59066/plsdp
Core Subject : Social,
Welcome to the official website of Journal Sovereignty Law and Diplomatic Politics. With the spirit of further proliferation of knowledge on the legal system in Indonesia to the wider communities, this website provides journal articles for free download. Our academic journal is a source of reference both from law academics and legal practitioner. Journal Sovereignty Law and Diplomatic Politics. is a double-blind review academic journal for Legal Studies published by CV. Era Digital Nusantara. Journal Sovereignty Law and Diplomatic Politics contains several researches and reviews on selected disciplines within several branches of Legal Studies (Sociology of Law, History of Law, Comparative Law, etc.). In addition, Journal Evidence Of Law. also covers multiple studies on law in a broader sense. This journal is periodically published (in April, August, and December), and the approved and ready-to-publish manuscripts will also be regularly published in the website (with early view) and the hardcopy version will be circulated at the end of every period. Journal Sovereignty Law and Diplomatic Politics is affiliated with the LPPJPHKI Universitas Dehasen Bengkulu.
Arjuna Subject : Ilmu Sosial - Hukum
Articles 11 Documents
Mengurai Implementasi Hukum Internasional dalam Penanggulangan Korupsi Sistemik (Dinasti Politik dan Paradoks Korupsi) Wendra, Muhammad; Sutrisno, Andri
Journal Sovereignty Law And Diplomatic Politics Vol. 1 No. 1 (2024): Journal Sovereignty Law and Diplomatic Politics
Publisher : CV Era Digital Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59066/jlsdp.v1i1.631

Abstract

Korupsi merupakan salah satu bentuk tindak pidana yang banyak merugikan negara. Pasalnya, korupsi dapat berakibat pada ekonomi dan politik sebuah negara, bahkan ada yang menyebutkan bahwa korupsi juga melanggar Hak Asasi Manusia. Masalah korupsi ini menjadi permasalahan yang kompleks lagi apabila korupsi dilakukan secara berlembaga oleh pejabat negara, sampai pada situasi di mana pejabat negara yang seharusnya berwenang memberantas korupsi juga ikut andil di dalam tindakan korupsi. Hal demikianlah yang disebut dengan korupsi sistemik. Selain merugikan negara, korupsi sistemik juga cukup susah untuk di berantas. Politik dinasti yang membentuk kepercayaan dan kerja sama antar pejabat negara juga mempengaruhi adanya tindakan korupsi sistemik ini. Dikarenakan kekuasaan pada pemerintahan, baik eksekutif, legislatif, sampai pada yudikatif telah dikuasai atau dikendalikan oleh mereka. Apabila tidak segera diberantas maka akan terus berulang-ulang (paradoks korupsi). Instrumen internasional seperti United Nation Convention Against Corruption (UNCAC), Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Anti-Bribery Convention, serta Inter-American Convention Against Corruption (IACAC) melalui kerja sama dengan negara-negara untuk memberantas korupsi dengan memberikan peluang kepada masyarakat dan media untuk turut serta dalam menangani korupsi ini. Untuk memberantas korupsi sistemik tidak cukup dengan tindakan ‘menghukum’ sebagaimana semestinya dalam pidana internasional, namun juga perlu adanya pencegahan dari masyarakat itu sendiri dengan membentuk budaya anti-korupsi yang kuat lewat penanaman nilai-nilai moral dan etika kriminalisasi korupsi. Tulisan ini bertujuan untuk membahas bagaimana implementasi hukum internasional dalam menanggulangi korupsi sistemik yang berakibat dari politik dinasti yang akan menyebabkan paradoks korupsi dengan mengikutsertakan masyarakat dan media dalam ikut menanggulangi korupsi sistemik melalui pencegahan dengan budaya anti-korupsi dan pemantauan terhadap pejabat publik. Tulisan ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif, yakni metode penelitian yang menggunakan bahan bacaan dalam penelitiannya, seperti dokumen-dokumen hukum, literatur-literatur hukum lainnya, serta menganalisis norma-norma yang tertulis dan dapat diterapkan dimasyarakat.  
Illegal Utilization of National Identity Numbers by Political Parties during Elections Puspita, Aisyah Rahmah; Ulya, Selma Lailatul
Journal Sovereignty Law And Diplomatic Politics Vol. 1 No. 1 (2024): Journal Sovereignty Law and Diplomatic Politics
Publisher : CV Era Digital Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59066/jlsdp.v1i1.825

Abstract

In this increasingly era importance technology information and data security , collection , processing and protection of personal data has become issue central in context democracy . For follow election , party political must through the registration and verification process carried out by the KPU via System Information Party Politics (Civil). Verification process This covers research and verification to required documents​ For become election participants . However Lots membership obtained​ For objective commercial with use Number Parent National Population (NIK), so give rise to problem . Policy privacy public in register and identify party political as participant election must ensure balance between need information party politics and protection privacy public . Rephrase Policy privacy national For registration and verification party political must capable create a fair , transparent and safe environment for all parties. Study This made For review study law about protection law in personal data security individuals whose personal data registered by political parties . Research methods used​ is normative and legal , use secondary and based data sources primary law . Findings study This show that Personal data protection is very important from corner look interest public and that enforcement Constitution personal data protection need consistent enforcement .​ Therefore​ that is , the law that regulates personal data protection in a way general Possible can help effort protection your law is in case This .
Nepotisme Politik Kekuasaan dan Upaya Pemecahannya Saebani, Beni Ahmad; Mubarok, Adrian Farhan
Journal Sovereignty Law And Diplomatic Politics Vol. 1 No. 1 (2024): Journal Sovereignty Law and Diplomatic Politics
Publisher : CV Era Digital Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59066/jlsdp.v1i1.851

Abstract

Nepotism in Indonesia is a complex phenomenon and rooted in the culture of kinship and the patronage system. One of the most common patterns of nepotism in Indonesia is the appointment of officials and staff based on family or relative relationships, not on the basis of qualifications or competencies. Various strategic positions in the government are filled by family members or close relatives of political officials. Effective and strong law enforcement can dispel the practice of nepotism. Strengthening the capacity of law enforcement agencies and internal oversight mechanisms in each institution will ensure that every case of nepotism is handled seriously and transparently. Cultural change and institutional governance are important aspects in efforts to overcome nepotism. It is also important to conduct ethics education and training for all employees and public officials that includes an understanding of the negative impact of nepotism and the importance of integrity in decision-making. It is also necessary that continuous ethics training can build awareness and commitment to fair practices. Through ethics education, organizations can build a culture of integrity that rejects all forms of nepotism.Increasing transparency in the decision-making process is an important step to reduce nepotism by providing open access to information about the recruitment, promotion, and procurement process. Transparency in the administrative process can reduce the likelihood of nepotism and increase public trust.Organizations must adopt policies that encourage information disclosure and ensure that every decision taken can be held accountable. An effective complaint channel can improve the detection and handling of nepotism cases. Effective monitoring and evaluation mechanisms are needed to overcome nepotism. The use of technology will increase scrutiny of nepotism practices, as technology can increase efficiency and transparency in human resource management, reduce subjective intervention in decision-making processes and ensure that every decision is based on objective data so that at a consistent and sustainable level of implementation it will help build a fairer system and increase public trust in institutions.
Pemenuhan Hak Politik Bagi Penyandang Disabilitas Fitriatul Izzah, Nandini
Journal Sovereignty Law And Diplomatic Politics Vol. 1 No. 1 (2024): Journal Sovereignty Law and Diplomatic Politics
Publisher : CV Era Digital Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59066/jlsdp.v1i1.860

Abstract

Penelitian ini memiliki tujuan guna memahami bagaimana perlindungan maupun pemenuhan hak politik bagi penyandang disabilitas dan bagaimana pelaksanaan hak-hak penyandang disabilitas. Indonesia merupakan wilayah yang mendukung penuh kesamarataan masyarakat, demokrasi juga dipahami sebagai sebuah bentuk pemerintahan yang meletakkan masyarakat sebagai pemangku suara tunggal melalui proses pemilu. Tujuan demokrasi di Indonesia seperti yg telah kita ketahui adalah kesejahteraan dan ketentraman rakyat Indonesia juga kesetaraan rakyat di mata hukum yang termaktub dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan semua masyarakat sama kedudukannya di dalam hukum. Proses pemilu di Indonesia tidak lepas dari keterlibatan penyandang disabilitas dalam politik. Setiap orang, terhitung penyandang disabilitas, mempunyai kewenangan dan kesempatan yang sama guna ikut serta dalam proses pemilihan yang bermaksud untuk menunjuk wakil-wakil yang akan bertanggung jawab atas pemerintahan, entah itu tingkat pusat maupun daerah, melalui Pemilukada. Namun, seperti yang kita ketahui, penyandang disabilitas masih menghadapi tantangan dan kendala dalam memanfaatkan hak politik mereka. Ini diakibatkan oleh fakta bahwa sarana dan prasarana yang mendukung partisipasi penuh penyandang disabilitas dalam proses politik tidak tersedia. Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa pemerintah dan KPU selaku eksekutor pemilihan umum wajib memberikan perhatian makin khusus kepada masalah ini agar mereka dapat menjadi lebih responsif dalam hal penghormatan, penjagaan, dan pemenuhan hak politik bagi penyandang disabilitas di masa mendatang. Peraturan perundang-undangan (statue approach) dan pendekatan konsep adalah dua pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini.
Konflik Kepentingan dalam Seleksi Hakim Konstitusi oleh Tiga Lembaga Negara: Refleksi atas Putusan MK No. 53/PUU-XIV/2016 Zainuddin, Hasmiyati
Journal Sovereignty Law And Diplomatic Politics Vol. 1 No. 1 (2024): Journal Sovereignty Law and Diplomatic Politics
Publisher : CV Era Digital Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59066/jlsdp.v1i1.893

Abstract

Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga negara yang memiliki peran dalam menjaga dan menegakkan konstitusi serta bertanggung jawab dalam memastikan bahwa semua produk hukum dan kebijakan pemerintah tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena posisi strategis ini, maka hakim Mahkamah Konstitusi harus memiliki integritas yang serta harus diseleksi dengan hati-hati sesuai dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Meski terdapat aturan normatif yang mengatur mekanisme seleksi hakim sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang pada pokoknya menyatakan bahwa pemilihan hakim dilakukan oleh tiga lembaga negara yakni Presiden, DPR, dan MA. Namun, tidak adanya aturan normatif yang padu dari ketiga lembaga tersebut. Ketidakharmonisan ini berpotensi menimbulkan ketidakpastian hukum dalam proses seleksi hakim. Bahkan ketiga lembaga negara ini memiliki mekanisme dan kriteria seleksi yang berbeda-beda dan seringkali tidak disinkroniasi dengan jelas. Salah satunya dapat dilihat dari permohonan yang terdapat dalam putusan MK No. 53/PUU-XIV/2016, amar putusan hakim menolak permohonan pemohon yang meminta adanya penegasan norma untuk mengatur pengangkatan hakim konstitusi dari jalur non-karir. Putusan ini berpotensi mempengaruhi bagaimana calon hakim konstitusi dipilih, terutama dalam hal penekanan terhadap syarat dan kriteria yang harus dipenuhi oleh calon. Temuan menunjukkan bahwa perbedaan mekanisme seleksi di antara tiga lembaga tersebut menyebabkan inkonsistensi dalam pemilihan hakim, membuka ruang bagi kepentingan politik, dan mengancam independensi serta kepercayaan publik terhadap Mahkamah Konstitusi. Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum normatif dengan metode kualitatif deskriptif untuk menganalisis trifurkasi seleksi hakim konstitusi oleh tiga lembaga negara serta dampaknya terhadap integritas Mahkamah Konstitusi.
Pertanggungjawaban Pidana Penipuan yang Dilakukan Oleh Militer (Analisis Putusan Hakim Pengadilan Militer 1-02 Medan No.11-K/PM-I-021/AD/2/2023 Nurhidayani, Heksa; Sujono, Sujono
Journal Sovereignty Law And Diplomatic Politics Vol. 1 No. 1 (2024): Journal Sovereignty Law and Diplomatic Politics
Publisher : CV Era Digital Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59066/jlsdp.v1i1.1015

Abstract

Militer atau Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam menjaga keamanan negara dan kepercayaan publik. Namun, ketika ada anggota TNI terlibat dalam kasus tindak pidana misalnya penipuan, hal itu dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap institusi militer. Penelitian ini adalah Pertanggungjawaban Pidana Penipuan Yang Dilakukan Oleh Anggota Militer (Analisis Putusan Hakim Pengadilan Militer I-02 Medan Nomor. 11-K/PM-I-02I/AD/2/2023) Rumusan Masalah Bagaimana Pertanggungjawaban Hukum Tindak Pidana Penipuan Yang Dilakukan Oleh Militer dalam hukum Pidana Indonesia? Metode Penelitian Apakah putusan hakim Putusan Hakim Pengadilan Militer I-02 Medan No. 11-K/PM-I-02I/AD/2/2023 telah sesuai atau bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku? Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Yuridis-Normatif dengan melakukan pendekatan peraturan perundang- undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conseptual approach). Pengumpulan data dari bahan sekunder dilakukan dengan metode kepustakaan dan dianalisa menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini adalah 1. Pertanggungjawaban Hukum Tindak Pidana Penipuan Yang Dilakukan Oleh Anggota Militer dalam hukum Pidana Indonesia Pertanggungjawaban tidakberbeda dengan masyarakat sipil, hanya bedanya adalah oknum anggota tentara Militer terhadap tindak pidana penipuan tetap dikenakan sanksi pidana sesuai dengan Pasal 378 KUHP. Tindak pidana yang terjadi dalam kalangan militer sama dengan tindak pidana pada umumnya yang membedakan hanya subjeknya dimana subjeknya dalam penelitian ini yaitu militer. 2. Putusan hakim Putusan Hakim Pengadilan Militer I-02 Medan No. 11-K/PM-I-02I/AD/2/2023 telah sesuai atau bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku. Dalam penelitian ini Penerapan hukum terhadap tindak pidana penipuan yang diIakukan oIeh oknum Militer, sudah tepat, dengan menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersaIah yang sebagaimana daIam dakwaan tunggal yakni PasaI 378 KUHPidana
Pertanggungjawaban Tindak Pidana Permufakatan Jahat dalam Menerima dan atau Menyerahkan Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Kalianda Nomor 226/Pid.Sus/2019/PN.Kla) Rinawati, Dwi; Asri, Ardison
Journal Sovereignty Law And Diplomatic Politics Vol. 1 No. 2 (2025): Journal Sovereignty Law and Diplomatic Politics
Publisher : CV Era Digital Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59066/jlsdp.v1i2.1038

Abstract

Penyalahgunaan Narkotika di kalangan masyarakat luas ini dapat mengancam masyarakat khususnya generasi muda yang diharapkan sebagai para penerus bangsa di masa yang akan datang, maka di aturlah sanksi-sanksi yang tercantum di Undang-Undang No.35 Tahun 2009 pun haruslah sesuai dengan tujuan-tujuan pemidanaan yang berlaku di Indonesia. Dalam penelitian ini akan membahas pengaturan tindak pidana Permufakatan Jahat Dalam Menerima Dan/Atau Menyerahkan narkotika dalam hukumpidana Indonesia dan pertimbangan hukum majelis hakim dalam putusanPengadilan Negeri Kalianda Nomor 226/Pid.Sus/2019/PN.Kla. Metode penelitian hukum yang dipergunakan adalah metode penelitian hukum normatif (yuridi normatif), menggunakan pendekatan undang-undang, pendekatan kasus dan pendekatan konseptual, menggunakan data sekunder yang diperoleh dari sumber bahan hukum primer, sekunder, tersier. Permufakatan jahat sebagimana diartikan adanya kesepakatan antara dua orang atau lebih, maka dalam hal ketentuan pasal ini, maka apabila dua orang yang tertangkap sebelum melakukan delik yang selesai sebagaimana dimaksud dalam pasal 132 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Narkotika. Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kalianda Nomor 226/Pid.Sus/2019/PN.Kla.yang diputus majelis hakim telah tepat dan adil dengan tujuan pemidanaan itu sendiri. Terdakwa yang mendapat hukuman mati pun, pertimbangan hakim sudah matang dan dengan argumentasi selain efek jera, tiada satupun ajaran agama yang menentang pidana mati. Disarankan untuk Hakim dalam menjatuhkan putusannya terhadap terdakwa haruslah lebih mempertimbangkan terhadap dampak yang akan terjadi akibat dari perbuatan terdakwa.
Penjatuhan Hukuman Terhadap Pelaku TIndak Pidana Mengusai, Menjual dan Membeli Narkotika Berdasarkan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Maulana, Muhammad Iqbal; Purbowati, Lindri
Journal Sovereignty Law And Diplomatic Politics Vol. 1 No. 2 (2025): Journal Sovereignty Law and Diplomatic Politics
Publisher : CV Era Digital Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59066/jlsdp.v1i2.1041

Abstract

Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika merupakan permasalahan yang masih dihadapi oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Akhir-akhir ini permasalahan tersebut semakin marak dan kompleks terbukti dengan meningkatnya jumlah pengedar yang tertangkap dan pabrik narkotika yang di bangun di Indonesia. Peredaran Narkotika di kalangan masyarakat luas ini dapat mengancam masyarakat khususnya generasi muda yang diharapkan sebagai para penerus bangsa di masa yang akan datang, maka di aturlah sanksi-sanksi yang tercantum di Undang- Undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dalam penelitian ini penulis akan membahas pengaturan Tindak Pidana Tindak Pidana Menguasai, Menjual Dan Membeli Narkotika dalam hukum pidana Indonesia? dan pertimbangan hukum majelis hakim dalam putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 616/Pid.Sus/2023/PN.Jkt.Pst). Metode penelitian hukum yang dipergunakan adalah metode penelitian hukum normatif (yuridis normatif), menggunakan pendekatan undang-undang, pendekatan kasus dan pendekatan konseptual, menggunakan data sekunder yang diperoleh dari sumber bahan hukum primer, sekunder, tersier. Tindak pidana narkotika dan jenisnya diatur dalam Bab XV dalam Pasal 111 sampai dengan Pasal 148 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, pada Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta PusatNomor616/Pid.Sus/2023/PN.Jkt.Pst). yang diputus majelis hakim telah tepat dan adil dengan tujuan pemidanaan itu sendiri dengan terdakwa mendapat hukuman Penjara 6 (enam) tahun. Disarankan untuk Hakim dalam menjatuhkan putusannya haruslah lebih mempertimbangkan terhadap dampak yang akan terjadi akibat dari perbuatan terdakwa
Tinjauan Pelaku Pidana Terorisme Berdasarkan Undang-Undang No 5 Tahun 2018 Tentang Terorisme (Analisis Putusan Nomor 97/Pid.Sus/2022/PN Jkt Tim) Wahyudiono, Andri; Asri, Ardison
Journal Sovereignty Law And Diplomatic Politics Vol. 1 No. 2 (2025): Journal Sovereignty Law and Diplomatic Politics
Publisher : CV Era Digital Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59066/jlsdp.v1i2.1046

Abstract

Terorisme secara juridis masuk ke dalam kejahatan luar biasa (Extraordinary crimes) karena bersifat khusus dan memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan kejahatan biasa lainnya yang dapat terlihat dari beberapa indikator berikut; membahayakan nilai nilai hak asasi manusia yang absolut, serangan terorisme yang bersifat “random, indiscriminate and non-selective” yang ditujukan pada orang orang yang tidak bersalah, selalu mengandung unsur unsur kekerasan, ancaman kekerasan, koersif dan intimidasi pada penduduk sipil dan menimbulkan rasa takut yang bersifat luas. Rumusan masalah adalah : 1.Bagaimana pertanggungjawanan pelaku tindak pidana Terorisme yang berlaku di Indonesia? 2.Apakah penerapan hukum dalam putusan Majelis Hakim Nomor 97/Pid.Sus/2022/PN Jkt.Tim) Tentang Pertanggungjawaban pidana tindak Pidana terorisme telah sesuai atau belum dengan ketentuan yang berlaku?. Penelitian dilakukan menggunakan metode yuridis normatif dengan sumber datanya bahan hukum primer dan sekunder. Hasil penelitian bahwa Pengaturan hukum pelaku tindak pidana Terorisme di Indonesia telah dibuat setelah terjadinya Bom Bali dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme (yang kemudian ditetapkan sebagai Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 kemudian kembali dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 5 tahun 2018 tentang Terorisme. Penerapan hukum dalam putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor 97/Pid.Sus/2022/PN Jkt.Tim) Tentang Pertanggungjawaban pidana tindak Pidana terorisme telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku beberapa sanksi yang dijatuhkan oleh hakim terhadap terdakwa Irma Kurniati alias Umum Hafshoh alias Umum telah terbukti memenuhi unsur-unsur pasal tersebut.
Pertanggung Jawaban Pidana Anggota TNI Pelaku Perkawinan Kedua Tanpa Izin Istri Pertama (Studi Putusan MA Nomor 157 K/MIL/2010) Yusnita, Yusnita; Harahap , M Syahnan
Journal Sovereignty Law And Diplomatic Politics Vol. 1 No. 2 (2025): Journal Sovereignty Law and Diplomatic Politics
Publisher : CV Era Digital Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59066/jlsdp.v1i2.1047

Abstract

Perkawinan merupakan ikatan lahir batin manusia dalam membentuk keluarga yang bahagia. Menurut perspektif hukum positif, perkawinan dianggap sah apabila memenuhi syarat-syarat material dan formal. Oleh karenanya sangatlah menarik dan penting untuk mengkaji lebih lanjut mengenai apakah pertimbangan hakim menjatuhkan putusan pidana anggota TNI pelaku perkawinan kedua tanpa izin istri pertama? dan bagaimana pertanggungjawaban pidana anggota TNI pelaku perkawinan kedua tanpa izin istri pertama? Untuk menjawab permasalahan tersebut, digunakan metode penelitian hukum yuridis normatif dengan metode pendekatan peraturan perundang-undangan dan konseptual. Data yang diperoleh dari sumber bahan hukum primer, sekunder, dan tertier dikumpulkan yang kemudian dianalisis dengan teknik analisis data kualitatif. Dari hasil penelitian didapat bahwa perkawinan di bawah tangan memenuhi syarat-syarat materil perkawinan, tetapi tidak memenuhi syarat formil. Hal ini berimplikasi pada tidak diakuinya perkawinan menurut hukum positif yang berlaku di Indonesia, sehingga perkawinan di bawah tangan tidak tergolong makna perkawinan menurut ketentuan Pasal 279 KUHP. Putusan MA Nomor 157 K/MIL/2010 telah benar, unsur mengadakan perkawinan padahal mengetahui bahwa perkawinan atau perkawinan-perkawinannya menjadi penghalang yang sah untuk itu terpenuhi karena perkawinan di bawah tangan yang dilakukan oleh terdakwa termasuk pengertian perkawinan yang dimaksud Pasal 279 ayat (1) ke-1 KUHP. Ankum memberikan 2 pilihan cara penyelesaian, yaitu mencabut laporan dari pihak korban dan tersangka akan dikenakan pelanggaran Disiplin Militer atau pihak korban tetap ingin melanjutkan laporan sehingga akan diproses menuju tahap selanjutnya dan akan dikenakan pelanggaran Tindak Pidana Militer.

Page 1 of 2 | Total Record : 11