cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Management of Aquatic Resources Journal (Maquares)
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 27216233     DOI : -
Core Subject : Science,
Jurnal Management of Aquatic Resources diterbitkan oleh Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Departemen Sumberdaya Akuatik, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Jurnal Management of Aquatic Resources menerima artikel-artikel mengenai bidang perikanan, manajemen sumberdaya perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 548 Documents
ANALISIS PERBANDINGAN FITOPLANKTON DOMINAN PADA PENINGKATAN SALINITAS DALAM TAHAPAN PEMBUATAN GARAM DAN KULTUR SKALA LABORATORIUM Sukmawati, Nela; Soedarsono, Prijadi; Rudiyanti, Siti
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.573 KB)

Abstract

Salinitas merupakan salah satu faktor pembatas yang mempengaruhi jenis fitoplankton. Fitoplankton yang mampu hidup di salinitas tinggi memiliki manfaat bagi kehidupan manusia. Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah mengetahui jenis fitoplankton pada berbagai salinitas dalam tahapan pembuatan garam, membuktikan bahwa kista fitoplankton dapat ditumbuhkan kembali dalam salinitas yang sesuai untuk pertumbuhannya, dan mengetahui salinitas terbaik untuk pertumbuhan kista fitoplankton dominan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode observasi lapangan untuk mendapatkan data primer dan metode eksperimental dengan menerapkan cara pengambilan sampel dan teknik kultur fitoplankton skala laboratorium. Tahapan pembuatan garam terdiri dari air yang dialirkan ke dalam tiga kolam utama yaitu kolam penampungan (40 ‰), kolam pengendapan dan evaporasi (110 ‰), serta kolam kristalisasi (hari ke-1 hingga hari ke-3 berturut-turut 150, 210, 275 (‰)). Jenis fitoplankton dalam tahapan adalah Microcystus sp., Oscillatoria sp., Anabaena sp., Lyngbya sp., Pleurosigma sp., Nitzschia sp., Naviculla sp., Rhizosolenia sp., dan Chlorella sp. Hasil kultur dari garam yaitu semua jenis fitoplankton tidak dapat tumbuh pada salinitas yang sesuai dengan tahapan pembuatan garam. Pada salinitas 25, 30, dan 35 (‰), fitoplankton dominan dalam tahapan pembuatan garam dan kultur dari garam adalah sama genusnya yaitu Microcystus sp. Hal tersebut menunjukkan bahwa kista dapat ditumbuhkan kembali dalam media yang cocok untuk pertumbuhannya. Dari analisis data didapatkan bahwa salinitas terbaik untuk menumbuhkan Microcystus sp. adalah 25 ‰.
PREFERENSI HABITAT DAN KEBIASAAN MAKAN TERIPANG (Holothuroidae) DI PERAIRAN PULAU MENJANGAN KECIL, KARIMUNJAWA, JEPARA (Preference Habitat and Food Habbit of Sea Cucumber (Holothuroidea) In Menjangan Kecil Island, Karimunjawa, Jepara) Setiawan, Bagus Putro; Suryanti, Suryanti; Sulardiono, Bambang
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 6, No 4 (2017): MAQUARES
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1006.42 KB)

Abstract

Teripang adalah salah satu anggota hewan berkulit berduri, hidup pada dasar substrat pasir, pasir berlumpur maupun dalam lingkungan terumbu, dan sering tertangkap di perairan Indonesia. Perairan Pulau Menjangan Kecil, Karimunjawa merupakan perairan yang banyak menghasilkan teripang, tetapi akhir – akhir ini menurun jumlahnya sehingga dapat terancam punah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2017 di Perairan Pulau Menjangan Kecil, Karimunjawa, Jepara. Identifikasi kebiasaan makan teripang dilakukan di Laboratorium Hidrobiologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi habitat teripang dan kebiasaan makanan teripang di Perairan Pulau Menjangan Kecil, Karimunjawa, Jepara. Teknik sampling teripang yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode random sampling. Analisis Data yang digunakan pada penelitian ini, menggunakan perhitungan Index of Preponderance. Nilai Index of Preponderance diketahui dengan cara mengamati makanan yang terdapat pada usus Teripang. Hasil penelitian didapatkan, saat sampling di lapangan diperoleh empat spesies teripang yaitu Holothuria atra, Synapta maculata, Holothuria impatiens, dan Pearsonothuria graeffei. Preferensi habitat hasil pengamatan, menunjukan bahwa teripang menyukai substrat dengan kandungan bahan organik tinggi. Makanan utama dari ke empat jenis teripang yang di temukan adalah jenis Nitzchia dengan nilai Index of Preponderance masing-masing jenis sebesar Holothuria atra 25.2%, Synapta maculata 35.6%, Holothuria impatiens 28.2% dan Pearsonothuria graeffei 31.9%. Sea cucumbers are among the members of thorny animals, living on the base of sand substrate, muddy sand or in the reef environment, and often caught in Indonesian waters. The waters of Menjangan Kecil Island, Karimunjawa are the waters that produce a lot of sea cucumbers, but recently decreased in number so it can be threatened with extinction. This research was conducted in May 2017, in Menjangan Kecil Island Waters, Karimunjawa, Jepara. Identification of feeding habits of sea cucumbers performed in the Laboratory of Hydrobiology, Faculty of Fisheries and Marine Science Diponegoro University. This study aims to determine the preference habitat of sea cucumbers and food habits of sea cucumbers in the waters of Menjangan Kecil Island, Karimunjawa, Jepara. The sampling technique of sea cucumber used in this research is random sampling method. Data analysis used in this study, using the calculation of Index of Preponderance. Index of Preponderance value is known by observing the food contained in the intestine Sea cucumber. The results obtained, when sampling in the field obtained four species of sea cucumbers are Holothuria atra, Synapta maculata, Holothuria impatiens, and Pearsonothuria graeffei. Observation habitat preference, indicating that sea cucumbers prefer substrates with high organic content. The main foods of the four types of sea cucumber found were Nitzchia species with Index of Preponderance values of each type of Holothuria at 25.2%, Synapta maculata 35.6%, Holothuria impatiens 28.2% and Pearsonothuria graeffei 31.9%.
Depurasi Bahan Organik pada Berbagai Ukuran Cangkang Kerang Anodonta woodiana di Balai Benih Ikan (BBI), Siwarak, Ungaran Purnomo, Dwi Banu; Haeruddin, -; Rudiyanti, Siti
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.041 KB)

Abstract

Kerang Anodonta woodiana termasuk jenis kerang air tawar yang mempunyai potensi ekologi dan ekonomi yang besar. Secara ekologis kerang air tawar (Kijing) mampu menjernihkan air, mampu menyaring padatan tersuspensi dari sisa-sisa pakan ikan budidaya dan alga, serta menurunkan BOD air. Depurasi adalah suatu proses penanganan pasca panen yang bertujuan untuk membersihkan kerang-kerangan dari bahan-bahan pencemar dan beracun dalam jaringan lunak dan cangkang kerang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah proses depurasi berpengaruh terhadap kandungan bahan organik dalam jaringan lunak kerang Anodonta woodiana. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-September 2013 di Balai Benih Ikan (BBI) Siwarak, Ungaran dengan metode eksperimental laboratories. Sampel kerang Anodonta woodiana diambil dari kolam budidaya ikan nila di Balai Benih Ikan (BBI), Siwarak. Proses penelitian meliputi pengambilan sampel kerang Anodonta woodiana, aklimatisasi, tahap I (perlakuan biokonsentrasi), dan tahap II (perlakuan depurasi). Tahap I dan tahap II dilakukan masing-masing selama 96 jam untuk memperoleh nilai laju depurasi. Data dianalisis menggunakan Anova. Selanjutnya dilakukan analisis polinomial orthogonal untuk perbandingan rata-rata perlakuan pada berbagai ukuran cangkang kerang. Laju depurasi pada berbagai ukuran cangkang kerang A.woodiana berkisar antara 0,052 – 0,123 %/jam. Laju depurasi tertinggi terjadi pada kerang berukuran sedang dan yang terendah terjadi pada kerang berukuran besar. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan kemampuan kerang dalam menyerap dan mengeliminasi kandungan bahan organik. Variasi ukuran cangkang kerang besar, sedang, dan kecil memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju depurasi kerang air tawar (Anadonta woodiana). Anodonta woodiana shell is including type of freshwater mussels which great potential in ecological and economic. In Ecologically, freshwater mussels (gravestone) can be able to purify water, capable of filtering suspended solids from the remnants of feed farmed fish and algae, and also reduce of BOD water. Depurasi is a post-harvest handling process which aims to clean up shellfish from pollutants and toxic in the soft tissues and shells of shellfish. The purpose of this study was to determine the effect on the depuration process of  rate organic matter content in soft tissue Anodonta woodiana shells. This study was done in August-September 2013 in the Balai Benih Ikan (BBI) Siwarak, Ungaran with laboratories experimental methods. Anodonta woodiana shells taken from a pool of cultivation farming in Balai Benih Ikan (BBI) , Siwarak. The research process involves taking samples of Anodonta woodiana mussels, acclimatization, phase I (bioconcentration treatment), and phase II (depuration treatment). Phase I and Phase II each  performed for 96 hours to obtain the value of the rate depuration. Data were analyzed  using ANOVA. Next step is analysis of orthogonal polynomials to the average ratio in the treatment of many- sized clam shell. Rate depuration on the various sizes of Anodonta.woodiana shells ranging from 0.052 to 0.123 % / hour. The highest depuration occurs at the rate of medium-sized shells and the lowest occurred in large shells. It’s caused by differences in the ability of shellfish to absorb and eliminate organic matter content. Variations of shell size large, medium, and small significantly giving effect on the rate of freshwater mussels depuration (Anadonta woodiana).
ANALISIS SEBARAN SPASIAL KUALITAS PERAIRAN TELUK JAKARTA de Prima, Carleone; Hartoko, Agus; Muskananfola, Max Rudolf
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (982.889 KB)

Abstract

Air begitu umum sehingga diabaikan sedangkan betapa pentingnya air itu untuk mahluk hidup. Kualitas Air adalah suatu indikasi apakah perairan tersebut baik atau tidak. Teluk adalah tempat yang luas, banyak sekali sisa sisa aktivitas mahluk hidup yang dijadikan sebagai tempat pembuangan. Teluk Jakarta merupakan kawasan strategis nasional banyak aktivitas industri. Rumah tangga dan lain-lain yang berpotensi melakukan pencemaran sehingga kondisi perairan tercemar dan kotor. Analisis spasial merupakan analisis yang menampilkan gambar kondisi suatu tempat dalam suatu layer. Tujuan dari penelitian ini adalah, mengetahui distribusi spasial kualitas perairan di Teluk Jakarta. Mengetahui distribusi spasial Logam berat (Pb) di Perairan Teluk Jakarta.  Analisis  data  yang digunakan menggunakan analisa deskriptif serta Geostatistik menggunakan Sistem Informasi Geografis dengan metode Kriging. Dengan kata lain, metode ini untuk mengestimasi besarnya nilai karakteristik Z pada titik tidak tersampel berdasarkan karakteristik titik titik sampel z yang berada disekitarnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa Nilai distribusi spasial parameter fisika, kimia, dan biologi perairan antara lain, suhu berada pada kisaran 29.08oC - 31.53oC, kecepatan arus berada pada 0.11m/s - 0.26 m/s, DO berada pada kisaran 4.41 - 5.78 mg/l, Salinitas berada pada kisaran 30.001 ppt – 34.99 ppt, COD berada pada kisaran 181 mg/l - 257 mg/l, BOD berada pada kisaran 11 mg/l - 23 mg/l dan Fitoplankton berkisar pada kelimpahan 10 ind/l – 451 ind/l. Nilai distribusi spasial logam berat Pb berkisar pada 0.00013 ppm – 0.009 ppm. The water is so common that it is ignored while the importance of water for living creatures. Air quality is a good indication of whether or not those waters. Gulf is a big place, a lot of the rest of the rest of the activity of living organisms that serve as a dumping ground. Jakarta Bay is an area of many national strategic industry activities. Household and other potentially polluting so polluted and dirty water conditions. Spatial analysis is an analysis showing the picture condition somewhere in a layer. The purpose of this study is, to know the spatial distribution of water quality in the Bay of Jakarta. Knowing the spatial distribution of heavy metals (Pb) in the waters of Jakarta Bay. Data analysis used descriptive analysis and Geostatistical using Geographical Information Systems with Kriging method. In other words, the method for estimating the characteristic value Z at the point tersampel not based on the characteristics of the points z samples that are nearby. The results showed that the spatial distribution of the value parameter of physics, chemistry, and biology among other waters, the temperature is in the range 29.08oC - 31.53oC, current speed is at 0.11m / s - 0:26 m / s, DO in the range of 4:41 - 5.78 mg / l, salinity in the range of 30,001 ppt - 34.99 ppt, COD in the range of 181 mg / l - 257 mg / l, BOD in the range of 11 mg / l - 23 mg / l and Phytoplankton revolves around the abundance of 10 ind / l - 451 ind / l. The value of the spatial distribution of heavy metals Pb 0.00013 ppm range in - 0.009 ppm.
HUBUNGAN NISBAH C/N DENGAN JUMLAH TOTAL BAKTERI PADA SEDIMEN TAMBAK DI AREAL BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR PAYAU, JEPARA Vrananta, Surya Dwi; Afiati, Norma; Soedarsono, Prijadi
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.743 KB)

Abstract

Aktivitas pertambakan mengalami penurunan kualitas air tambak akibat dari masukan bahan organik terutama sisa pakan yang tidak dimakan oleh organisme kultivan, serta kotoran yang dikeluarkan oleh kultivan budidaya, sehingga dapat mempengaruhi produktifitas tambak yaitu proses dekomposisi. Keberlangsungan proses dekomposisi ditandai dengan nisbah C/N, dimana nisbah C/N yang tinggi menunjukkan kecilnya kandungan N (N-Organik dan N-Amoniak) dan sebaliknya nisbah C/N yang rendah menunjukkan proses dekomposisi bakteri berjalan cepat menghasilkan N besar. Pada sedimen tambak terjadi banyak proses, salah satunya adalah bakteri sedimen yang mempunyai kemampuan mengikat nitrogen dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat. Bakteri sedimen mempunyai fungsi untuk mengfiksasi nitrogen dalam keadaan anaerob dan mengikat nitrogen dalam keadaan aerob. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara nisbah C/N dengan jumlah bakteri sedimen. Adapun manfaat yang diperoleh memberikan gambaran tentang tingkat dekomposisi berdasarkan nisbah C/N dengan jumlah bakteri sedimen, sehingga dapat diketahui cara budidaya perairan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Penelitian ini dilaksakan pada bulan Agustus-Oktober 2010 di BBPBAP Jepara. Penelitian ini menggunakan metode Purposive Random Sampling. Pengambilan sampel dan pengukuran parameter kualitas tanah dan air dilakukan di tiga stasiun yaitu stasiun F1, stasiun F2, stasiun F3, yang masing stasiun terdiri satu titik sampling di plataran dekat pintu outlet. Sampling dilakukan empat kali ulangan. Pengujian nisbah C/N dan penghitungan jumlah bakteri sedimen dilakukan di Laboratorium BBPBAP Jepara. Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa nisbah C/N pada stasiun F1 18,87 - 38,93%, stasiun F2 22,25 – 41,59 %, stasiun F3 24,31 – 61,90 %. Sedangkan jumlah bakteri sedimen pada stasiun F1 10x105 – 42x105 cfu, stasiun F2 4x105 – 34x105 cfu, dan stasiun F3 8,1x105 – 29x105 cfu. Uji korelasi antara nisbah C/N dengan jumlah bakteri sedimen menunjukkan hubungan yang cukup erat, dimana 32,6% bakteri mempengaruhi nisbah C/N sedangkan sisanya 67,4% dipengaruhi oleh faktor lain.
KELIMPAHAN ECHINODERMATA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA Oktavianti, Reny; Suryanti, -; Purwanti, Frida
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (645.665 KB)

Abstract

Lamun (Seagrass) merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang hidup dan tumbuh di laut dangkal. Kelompok echinodermata dapat hidup menempati berbagai macam habitat seperti zona rataan terumbu, daerah pertumbuhan algae, padang lamun, koloni karang hidup dan karang mati dan beting karang (rubbles dan boulders). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerapatan lamun, kelimpahan Echinodermata, dan hubungan antara kerapatan lamun dengan kelimpahan Echinodermata di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta. Metode pemetaan lamun untuk menentukan kerapatan lamun yang padat, sedang dan jarang dengan menarik line sepanjang 200 meter sejajar garis pantai dan 100 meter tegak lurus pantai dengan menggunakan kuadran transek berukuran 5 m × 5 m sedangkan kelimpahan Echinodermata dilakukan dengan metode kuadran transek berukuran 1 m × 1 m. Hasil penelitian menunjukkan kerapatan lamun di stasiun A 359 tegakan/m2, stasiun B 179 tegakan/m2, dan stasiun C 83 tegakan/m2. Kelimpahan Echinodermata pada stasiun A 10 ind/75m2, stasiun B 9 ind/75m2 dan stasiun C 21 ind/m2. Terdapatnya hubungan erat antara kerapatan lamun dengan kelimpahan Echinodermata di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta.  Seagrass is a flowering plant (Angiospermae) that live and grow in a shallow sea. The groups of echinoderms can live to occupy various habitats such as reef zone, algae growth area, seagrass beds, live dead coral colony, coral rubbles and boulders. The purpose of this study were to determine the density of seagrass, abudance of Echinoderms in the Panggang island, Kepulauan Seribu, Jakarta. Seagrass mapping method used to determine the density of seagrass (dense, average and sparse) by appealing a line along 200 meters parallel to the shoreline and 100 meters perpendicular to the coast using 5 m x 5 m transect quadrant, whereas echinoderms abundance counted using 1 m x 1 m transect quadrant. The results showed that density of seagrass at A station is 359 stands/m2, B station is 179 stands/m2, and C station is 83 stands/m2. Abundance of echinoderms at A station is 10 ind/75m2, B station is 9 ind/75m2  and C station is 21 ind/75m2. There is a close correlation between seagrass density with echinoderms abundance in the Panggang island, Seribu islands, Jakarta.
KOMPOSISI JENIS HIU DAN DISTRIBUSI TITIK PENANGKAPANNYA DI PERAIRAN PESISIR CILACAP, JAWA TENGAH Arrum, Sheila Puspa; Ghofar, Abdul; Redjeki, Sri
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 4, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.036 KB)

Abstract

ABSTRAK Ikan hiu merupakan predator tertinggi serta merupakan penjaga dan pembersih pada rantai makanan.Indonesia merupakan salah satu negara yang melakukan penangkapan hiu terbesar di dunia.Penangkapan hiu di Indonesia selama kurun waktu tahun 2000-2010 rata-rata sebesar 106.288 ton/tahun. Sebagai tindak lanjut dan menjaga keseimbangan ekosistem, maka diperlukan monitoring. Penelitian bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis, produksi hasil tangkapan ikan hiu, serta titik koordinat penangkapan.Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016 di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap, Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Dari hasil penelitian terdapat 9 jenis ikan hiu yang didaratkan yaitu Tikusan (Alopias pelagicus), Paitan (Alopias superciliosus), Lanjaman (Carcharinus falciformis), Selendang (Prionace glauca), Cakilan Air (Isurus paucus), Cakilan (Isurus oxyrinchus), Buas (Galeocerdo cuvier), Pasiran (Carcharhius plumbeus), dan Caping (Sphyrna lewini). Produksi terbanyak didominasi oleh jenis Paitan dengan jumlah produksi sebesar 11.257 kg. Selendang dan Tikusan total berat mencapai 6.625 kg dan 7.055 kg sedangkan Caping memiliki total berat 392 kg. Tren produksi tangkap temporal cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2012-2015. Sebaran titik koordinat penangkapan berada pada kisaran lintang 7048’58,0” sampai 8005’42,9” dan bujur 109005’07,1” sampai 109045’03,5” untuk alat tangkap longline. Untuk alat tangkap gillnet berada pada kisaran koordinat lintang 7044’51,8” sampai 7049’09,0” dan bujur 109005’12,1” sampai 109011’20,4”. Daerah sebaran keseluruhan dari kedua jenis alat tangkap berada antara lintang 7049’27,0” sampai 8002’43,1” dan bujur 109007’06,4” sampai 109045’03,5” yang merupakan bagian dari perairan di bagian selatan Cilacap. Kata kunci: jenis hiu; distribusi titik penangkapan; perairan Cilacap. ABSTRACT Shark is the top predator that is guards and cleaners in the food chain. Indonesia is one of country that does highest shark fishing in the world. Shark fishing in Indonesia for the period 2000-2010 produced an average of 106.288 tonnes / year. As a follow up of this and maintain the balance of the ecosystem, it is necessary monitoring. The study was aimed to determine the species composition, production of shark catches, and the coordinates of the fish catching. The study was conducted in April-May 2016 at the Cilacap Oceans Fishing Port, Central Java. This research used descriptive method and sampling was done by a purposive sampling. There were 9 species of shark were landed, there are pelagic thresher (Alopias pelagicus), big-eyed thresher (Alopias superciliosus), silky shark (Carcharinus falciformis), blue shark (Prionace glauca), longfin mako (Isurus paucus), shortfin mako (Isurus oxyrinchus), tiger shark (Galeocerdo cuvier), sandbar shark (Carcharhius plumbeus), and scalloped hammerhead shark (Sphyrna lewini). The highest production was big-eyed thresher with total production of 11.257 kg. Blue shark and pelagic thresher total weight reached 6.625 kg and 7.055 kg, while the scalloped hammerhead shark has a total weight of 392 kg. Temporally capture production trends tended to increase from year 2012 to 2015. Distribution of fishing coordinate point was in the range of latitude 7048'58,0"until 8005'42,9" and the longitude 109005'07,1"until 109045'03,5" for longline fishing gear. For gillnet fishing gear was in the range of latitude 7044'51,8"until 7049'09,0" and longitude 109005'12,1"until 109011'20,4". Overall distribution of both types of fishing gear were between latitude 7049'27,0"until 8002'43,1" and longitude 109007'06,4"until 109045'03,5" which is part of the southern part of Cilacap  waters.  Keywords :Shark species; catch distribution; Cilacap waters. 
KELIMPAHAN BULU BABI (SEA URCHIN) PADA KARANG MASSIVE DAN BRANCHING DI DAERAH RATAAN DAN TUBIR DI LEGON BOYO, PULAU KARIMUNJAWA, TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA Purwandatama, Rizqi Waladi; Suryanti, -; Ain, Churun
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.909 KB)

Abstract

Bulu babi (sea urchin) merupakan spesies kunci bagi ekosistem terumbu karang. Menurunnya populasi bulu babi diduga akan menyebabkan matinya terumbu karang karena populasi mikroalga akan meningkat dengan drastis sehingga mikroalga akan mendominasi menutupi karang. Oleh sebab itu, dengan mengamati kelimpahan bulu babi, persentase penutupan karang, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan bulu babi dapat diketahui apakah perairan tersebut masih stabil atau telah rusak sehingga keseimbangan ekosistem di wilayah perairan tersebut dapat terjaga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan bulu babi (sea urchin) pada karang massive dan branching di daerah rataan terumbu karang dan tubir di Legon Boyo, Pulau Karimunjawa, Balai Taman Nasional Karimunjawa. Metode sampling yang digunakan dalam pengambilan data penutupan karang adalah line transek. Adapun pengambilan data kelimpahan bulu babi menggunakan kuadran transek yang berukuran 1 x 1 m. Penelitian ini dilakukan pada dua lokasi yaitu stasiun A (rataan terumbu) dan stasiun B (tubir). Panjang line transek adalah 50 meter yang di letakkan sejajar garis pantai, transek yang digunakan di daerah rataan terumbu sebanyak 3 line dan daerah tubir sebanyak 3 line. Jarak antara line di masing-masing lokasi sampling 5 m. Nilai persentase penutupan karang hidup di daerah rataan terumbu sebesar 66,36 %. Sedangkan nilai persentase penutupan karang hidup di tubir sebesar 73,00 %. Nilai tersebut termasuk dalam kategori baik. Pada rataan terumbu didapatkan kelimpahan individu bulu babi sebanyak 426 ind/150 m2, Sedangkan untuk kelimpahan individu bulu babi pada tubir yaitu sebanyak 193 ind/150 m2. Nilai signifikasi uji Independent T Test yang didapat adalah 0,008 sehingga 0,008 ≤ 0,05. Ini berarti H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan pada jumlah bulu babi pada karang massive dan karang branching.
PENGARUH EKOENZIM TERHADAP KUALITAS AIR DALAM PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias gariepinus) Kusumawati, Arnita Ayu; Suprapto, Djoko; Haeruddin, Haeruddin
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 4 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (881.696 KB) | DOI: 10.14710/marj.v7i4.22564

Abstract

Kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya, walaupun ikan lele mampu bertahan hidup dalam kondisi kualitas air yang buruk namun keadaan itu akan berpengaruh pada pertumbuhannya. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekoenzim terhadap kualitas air pada pembesaran ikan lele. Penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2018 di Laboratorium Pengelolaan Sumberdaya Ikan dan Lingkungan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro,Semarang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen di laboratorium dengan menggunakan desain penelitian yaitu rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 4 perlakuan yaitu kontrol, 0,1 ml/L, 0,5 ml/L, dan 1 ml/L dengan 3 pengulangan. Pada penelitian ini menggunakan analisis data one way Anova dengan menggunakan data konsentrasi amoniak dan nitrit sedangkan konsentrasi DO, pH, temperature , dan Pertubuhan menggunakan analisis deskriptif. Hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata hasil konsentrasi amoniak dan nitrit dengan konsentrasi ekoenzim yang berbeda. Jadi pemberian ekoenzim di media pemeliharaan ikan lele menunjukan hasil yang baik untuk proses budidaya namun masih kurang baik untuk pertumbuhan ikan lele tersebut, karena didapatkan hasil pertumbuhan ikan lele cenderung lambat. Water quality is an important factor in cultivation, although catfish are able to survive under poor water quality conditions but the situation will affect its growth. In this study aims to determine the effect of eczymes on water quality in the enlargement of catfish. The study was conducted in April - May 2018 at the Fish and Environmental Resource Management Laboratory, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Diponegoro University, Semarang. The method used in this study is an experimental method in the laboratory using a research design that is a completely randomized design (CRD). This research was conducted by using 4 treatments, namely control, 0.1 ml / L, 0.5 ml / L, and 1 ml / L with 3 repetitions. In this study used one way Anova data analysis using ammonia concentration data and nitrite concentration while DO, pH, temperature, and Growth using descriptive analysis. The results of the data analysis that has been carried out show that there is no difference in the average yield of the concentration of ammonia and nitrite with different eczene concentrations. So ekoenzim peberian in catfish breeding media showed good results for the cultivation process but still not good for the growth of catfish, because the results obtained growth of catfish tend not slow.
KESUBURAN PERAIRAN BERDASARKAN NITRAT, FOSFAT, DAN KLOROFIL-a DI PERAIRAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG PULAU KARIMUNJAWA Isnaeni, Nurannisa; Suryanti, -; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.041 KB)

Abstract

Perairan Pulau Karimunjawa banyak dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan manusia yang tentunya berpengaruh terhadap kesuburan perairan, salah satunya pada ekosistem terumbu karang yang kemudian akan berpengaruh juga pada biota karang yang ada di dalamnya. Kesuburan suatu perairan dipengaruhi oleh unsur hara (nitrat dan fosfat), klorofil-a, serta variabel fisika kimia perairan. Penelitian dilakukan pada bulan November – Desember 2014 di Pulau Karimunjawa, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kesuburan perairan berdasarkan kandungan NO3, PO4, dan klorofil-a di beberapa wilayah ekosistem terumbu karang Pulau Karimunjawa dan mengetahui keterkaitan antara klorofil-a dengan nitrat dan fosfat. Metode  yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik purposive sampling. Lokasi sampling ditentukan berdasarkan 3 stasiun dengan aktivitas pemanfaatan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesuburan perairan berdasarkan kandungan nitrat di  stasiun zona inti dan zona budidaya tergolong mesotrofik, sedangkan zona pariwisata tergolong oligotrofik. Berdasarkan kandungan fosfatnya, ketiga stasiun pengamatan tergolong dalam kategori tingkat kesuburan sangat baik sekali. Ketiga stasiun tergolong dalam kategori oligotrofik berdasarkan kandungan klorofil-a. Hubungan antara klorofil-a dengan nitrat lebih kuat daripada klorofil-a dengan fosfat yang dibuktikan pada hasil regresi linear dimana nilai (r) klorofil-a dengan nitrat sebesar 0,995 sedangkan nilai (r) klorofil-a dengan fosfat sebesar 0,143.    The marine area in Karimunjawa Island is widely-used for human activities. It influences the marine fertility as well; one of them is on the coral ecosystem which also will influence the coral biota within the area. The fertility of a marine area is also affected by the hara unsure (nitrate and phosphate), chlorophyll-a, as well as the variable of marine’s physics and chemist. This research was done on November-December 2014 in Karimunjawa Island, which was aimed to identify the level of fertility based on NO3, PO4, and Chlorophyll-a in the several zone on marine area of coral ecosystem in Karimunjawa Island, and to identify the relationship between Chlorophyll-a with NO3 and PO4. This research used the descriptive method using purposive sampling. The location of sampling was then identified based on 3 stations which have different application activities. The result of the study shows that the marine’s fertility based on the nitrate substance in the primary zone station and conservative zone were categorized as mesotropic, while in the tourism zone was categorized as oligotropic. Based on the phosphate substance, those three stations were categorized in the extremely good fertility level. In addition, the three stations were categorized as oligotropic category based on the chlorophyll-a substance. The relationship between chlorophyll-a and nitrate was stronger than the chlorophyll-a and phosphate. It can be proven by using the result of linear regression, where the score (r) of chlorophyll-a and nitrate was as much as 0,995, whereas the score (r) of chlorophyll-a and phosphate was as much as 0,143.

Page 2 of 55 | Total Record : 548