Claim Missing Document
Check
Articles

KELAYAKAN KUALITAS AIR BAGI BEBERAPA PERUNTUKAN DI KAWASAN PESISIR (STUDI KASUS: DESA PESANTREN DAN DESA MOJO, KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG) Puspita, Like Viantika Jala; Afiati, Norma; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 1 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (704.897 KB) | DOI: 10.14710/marj.v7i1.22531

Abstract

Permasalahan sediaan air di kawasan pesisir sangat kompleks sesuai dengan ragam peruntukan seperti halnya di Desa Pesantren dan Desa Mojo. Penelusuran tentang kualitas air untuk ragam peruntukan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sosial dan ekonomi masyarakat. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji kelayakan sumber daya air untuk beberapa peruntukan dan menganalisis variabel penurun kualitas air di kawasan pesisir. Penelitian didasarkan kepada metode survei dan dilaksanakan pada bulan Mei 2017 di Desa Pesantren dan Desa Mojo, Ulujami, Pemalang. Pengambilan sampel mengacu pada metode purposive sampling di 3 lokasi sungai, 2 lokasi sumur, 1 lokasi sawah, serta 2 lokasi tambak. Variabel yang diukur adalah bau, warna, rasa, suhu, TDS, kekeruhan air, debit sungai, kesadahan, pH, amonia, nitrit, nitrat, Cd, dan Pb. Mutu air dievaluasi berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) sesuai KEPMEN LH No.115 Tahun 2003 dan PP No.82 Tahun 2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tambak, sawah, dan sungai dinyatakan tidak memenuhi  kelayakan air, dengan status tambak 1 yang terletak cukup jauh dari laut telah tercemar berat (IP= 21,17), tambak 2 yang terletak dekat dengan laut memiliki status tercemar sedang (IP= 8,18), sawah yang terletak cukup jauh dari laut dinyatakan tercemar ringan (IP= 3,88), sungai 1 yang letaknya kearah kawasan hulu tergolong tercemar ringan (IP= 3,14), sungai 2  yang terletak di tengah dan dekat dengan cabang Sungai Comal telah tercemar sedang (IP= 5,12), sungai 3 yang letaknya dekat dengan laut yaitu tercemar ringan (IP= 4,99), sedangkan mutu air sumur 1 dan 2 yang terletak di kawasan pemukiman cukup jauh dari laut dinyatakan layak karena masih memenuhi baku mutu (IP= 0,91 dan 0,85). Warna, kekeruhan air, amonia, TDS, logam Pb dan Cd merupakan variabel penurun kualitas air di tambak, sawah, sungai dan sumur. Warna, kekeruhan air, amonia, dan TDS kemungkinan besar berasal dari sisa pakan ikan di tambak dan pupuk di sawah yang tidak terserap oleh padi, sedangkan logam Pb dan Cd dalam penelitian ini kemungkinan berasal dari limbah domestik di kawasan hulu yang terbawa oleh Sungai Comal. Water supply problems in the coastal areas are very complex in accordance with the variety of designation as well as in the Pesantren and Mojo Villages. The study of water quality for various purposes is very important in improving the social and economic quality of the community. The aim of this study is to assess the feasibility of water resources for several designations and to analyze the variables that cause water degradation in coastal areas. This study was based on survey method and was conducted in May 2017 at Pesantren and Mojo Villages, Ulujami, Pemalang. Sampling refers to purposive sampling method in 3 rivers location, 2 wells location, 1 rice field location, and 2 ponds location. The measured variables are odour, colour, taste, temperature, TDS, turbidity, river discharge, hardness, pH, ammonia, nitrite, nitrate, Cd, and Pb. Water quality was evaluated based on Pollution Index (PI) according to KEPMEN LH No.115 of 2003 and PP No.82 of 2001. The results showed that ponds, rice fields, and rivers were not found to meet water quality standard, with the status of pond 1 being heavily polluted (PI = 21,17), medium polluted ponds (PI = 8,18), lightly polluted rice fields (PI = 3,88), river 1 was lightly polluted (PI = 3,14), medium polluted river 2 (PI = 5.12), lightly polluted river 3 (PI = 4,99), while water quality for wells 1 and 2 was eligible because it still meets the quality standard (PI = 0,91 and 0,85). Ammonia, TDS, color, turbidity, Pb and Cd are water quality-lowering variables in ponds, fields, rivers and wells. Ammonia, TDS, color and water turbidity are most likely derived from the remain of fish feed in ponds and fertilizers in paddy fields that are not absorbed by rice; whereas Pb and Cd in this study might originate from domestic waste in the upstream areas carried by the Comal river. 
RASIO C/N TERHADAP BAHAN ORGANIK DAN TOTAL BAKTERI PADA SEDIMEN DI HABITAT RAJUNGAN (Portunus pelagicus) PANTAI BETAHWALANG, KABUPATEN DEMAK Putri, Megawati Arsita; Afiati, Norma; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.793 KB)

Abstract

Salah satu indikasi konstribusi bahan organik terhadap kesuburan perairan adalah rasio C/N. Karbon dan nitrogen adalah dua komponen pokok bahan organik. Kandungan karbon organik dalam sedimen berkaitan dengan faktor karakteristik sedimen, laju degradasi mikroba, produktivitas kolom air. Pantai Betahwalang direncanakan menjadi kawasan lindungan laut daerah untuk komoditas rajungan (Portunus pelagicus). Oleh karena itu, ingin dipelajari bagaimana kondisi/status dekomposisi di lingkungan sedimen pantai Betahwalang berdasarkan kandungan bahan organik, rasio C/N, jumlah total bakteri sedimen dan korelasi antar ketiga komponen tersebut. Untuk itu digunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel bersifat purposive random. Dalam penelitian ini digunakan data primer dan sekunder. Analisis data menggunakan chi kuadrat, regresi dan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan status dekomposisi sedimen pantai Betahwalang, Kabupaten Demak berlangsung relatif sempurna ditinjau dari rasio C/N yang lebih kecil dari angka 20  yaitu berkisar antara 4,36 – 5,27 yang menunjukkan terjadinya proses mineralisasi N (nitrogen), dengan kandungan bahan organik (4 – 7%) dan total bakteri berkisar antara 7,4 x 105 – 17,25 x 105 cfu/ml. One of indication of contribution organic materials to water fertility is the C/N ratio. Carbon and nitrogen are two main component of organic material. Among others, content of organic carbon in sediment related to the sediment characteristic factors, rate of microbial degradation productivity of the water column.. Therefore, need a study to see how much the decomposition process in the Betahwalang coastal sediment based on organic materials content, C/N ratio and the total number of bacteria sediment. The purpose of this study to determine the condition of coastal sediments Betahwalang decomposition, Demak district based on organic materials, C/N ratio and total bacteria in the sediment. The method used in this study is survey which conduct towards a set of objects with the assumption that object under study has represented the area observed. Data retrieval include research data and sampling. Research data were used primary and secondary data. The method sampling used purposive random sampling. Data analysis used chi squared, regression and correlation. The results showed decomposition status sediments Betahwalang Beach, Demak is perfect decomposition views of C/N ratio content, organic matter and total bacteria. The content of organic matter is relatively low ranging between 4 – 7%. The content of the C/N ratio ranged between 4,36 – 5,27 including high level category into decomposition, because the ratio C/N is smaller than figure 20 showed occurrence process of mineralized N (nitrogen). The average concentration of bacteria ranged between 7,4 x 105 – 17,25 x 105 cfu/ml.
HUBUNGAN NISBAH C/N DENGAN JUMLAH TOTAL BAKTERI PADA SEDIMEN TAMBAK DI AREAL BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR PAYAU, JEPARA Vrananta, Surya Dwi; Afiati, Norma; Soedarsono, Prijadi
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.743 KB)

Abstract

Aktivitas pertambakan mengalami penurunan kualitas air tambak akibat dari masukan bahan organik terutama sisa pakan yang tidak dimakan oleh organisme kultivan, serta kotoran yang dikeluarkan oleh kultivan budidaya, sehingga dapat mempengaruhi produktifitas tambak yaitu proses dekomposisi. Keberlangsungan proses dekomposisi ditandai dengan nisbah C/N, dimana nisbah C/N yang tinggi menunjukkan kecilnya kandungan N (N-Organik dan N-Amoniak) dan sebaliknya nisbah C/N yang rendah menunjukkan proses dekomposisi bakteri berjalan cepat menghasilkan N besar. Pada sedimen tambak terjadi banyak proses, salah satunya adalah bakteri sedimen yang mempunyai kemampuan mengikat nitrogen dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat. Bakteri sedimen mempunyai fungsi untuk mengfiksasi nitrogen dalam keadaan anaerob dan mengikat nitrogen dalam keadaan aerob. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara nisbah C/N dengan jumlah bakteri sedimen. Adapun manfaat yang diperoleh memberikan gambaran tentang tingkat dekomposisi berdasarkan nisbah C/N dengan jumlah bakteri sedimen, sehingga dapat diketahui cara budidaya perairan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Penelitian ini dilaksakan pada bulan Agustus-Oktober 2010 di BBPBAP Jepara. Penelitian ini menggunakan metode Purposive Random Sampling. Pengambilan sampel dan pengukuran parameter kualitas tanah dan air dilakukan di tiga stasiun yaitu stasiun F1, stasiun F2, stasiun F3, yang masing stasiun terdiri satu titik sampling di plataran dekat pintu outlet. Sampling dilakukan empat kali ulangan. Pengujian nisbah C/N dan penghitungan jumlah bakteri sedimen dilakukan di Laboratorium BBPBAP Jepara. Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa nisbah C/N pada stasiun F1 18,87 - 38,93%, stasiun F2 22,25 – 41,59 %, stasiun F3 24,31 – 61,90 %. Sedangkan jumlah bakteri sedimen pada stasiun F1 10x105 – 42x105 cfu, stasiun F2 4x105 – 34x105 cfu, dan stasiun F3 8,1x105 – 29x105 cfu. Uji korelasi antara nisbah C/N dengan jumlah bakteri sedimen menunjukkan hubungan yang cukup erat, dimana 32,6% bakteri mempengaruhi nisbah C/N sedangkan sisanya 67,4% dipengaruhi oleh faktor lain.
ANALISIS UKURAN DIMENSI PARUH Photololigo duvaucelli d’Orbigny 1835 DAN Photololigo chinensis Gray 1849 TERHADAP PANJANG MANTEL DAN BOBOT TUBUH (CEPHALOPODA: LOLIGINIDAE) Dewi, Ria Purnama; Afiati, Norma; Widyorini, Niniek
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.256 KB)

Abstract

Paruh Cephalopoda terus tumbuh sepanjang hidupnya. Paruh ini terbuat dari kitin dan terletak didalam buccal mas. Paruh Cephalopoda yang berbentuk seperti paruh burung Beo ini tumbuh secara horizontal, vertikal dan diagonal. Oleh karena itu, pertumbuhan salah satu dimensi akan mempengaruhi ukuran dan bentuk dimensi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik deskriptif dan karakteristik pertumbuhan paruh P. duvaucelli dan P. chinensis. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2012 hingga Februari 2013 di TPI sekitar Semarang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan mengekstrak paruh dari dalam mulut Cephalopoda kemudian 7 variabel dari kedua spesies diukur yaitu hood length, rostral length, crest length, wing length, jaw angle distance, baseline lateral dan wall amplitude. Data pengukuran morfometri kemudian diolah menggunakan analisis regresi untuk mengetahui tipe pertumbuhan. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa paruh atas dan paruh bawah P. duvaucelli memiliki tipe pertumbuhan alometrik negatif terhadap panjang mantel dan bobot tubuh. Paruh bawah P. chinensis menunjukkan tipe pertumbuhan isometrik pada tudung paruh bawah, sayap paruh bawah dan diagonal paruh bawah terhadap panjang mantel. Selain itu, perbandingan antar variabel yang sama pada paruh bawah dan paruh atas memperlihatkan bahwa tudung paruh bawah sangat berperan penting bagi P. duvaucelli untuk bekerja lebih dominan dalam merobek jaringan, karena tumbuh isometrik terhadap rostrum paruh bawah dan sayap paruh bawah. Semakin panjang tudung, bentuknya akan semakin melengkung seperti kurvatur dan tajam. Pada P. chinensis, terlihat pertumbuhan yang isometrik antara rostrum paruh bawah, sayap paruh bawah serta diagonal paruh bawah. Fakta ini mengindikasikan bahwa P. chinensis membutuhkan kecepatan pertumbuhan yang sama pada diagonal paruh untuk tumbuh secara horizontal dan sayap paruh bawah untuk tumbuh secara vertikal di dalam buccal mass untuk mencegahnya mudah terlepas ketika menggigit/mengoyak. Kedua spesies menunjukkan bahwa semua variabel yang diukur pada paruh bekerja secara koordinatif untuk memotong dan mengoyak daging mangsa menjadi bagian yang lebih kecil sebelum ditelan. The beak of Cephalopod grows continously throughout its life. Beaks are made of chitin and situated in muscular tissue called buccal mass. Parrot-shaped beaks grow horizontally, vertically and diagonally. Therefore, growth from one dimension will affect the others in shape and size. This study aimed at describing growth characteristics of the beaks of P. duvaucelli and P. chinensis. This study was conducted from November 2012 to February 2013 on specimens collected from local fishing ports around Semarang, by extracting beaks from the buccal mass and 7 variables from both species were measured i.e,  hood length, rostral length, wing length, crest length, jaw angle distance, baseline length and lateral wall amplitude. Measured data was further processed using regression analysis to determine the type of allometric growth. Regression results showed that lower and upper beaks of both P. duvaucelli and P. chinensis were of negative allometry to its mantle length and body weight. Lower beaks of P. chinensis showed isometric growth of lower hoods, lower wings and lower crest, as well as towards mantle length. In addition, comparison between the same variables on lower and upper beaks showed that lower hoods play an important role for P. duvaucelli to be a dominated organ for tearing tissue, because it grows isometrically to lower wings and lower crests length. The longer the beak hood, the more curved and sharper it is. P. chinensis showed isometric growth in the lower rostrum, lower wings and lower crests towards mantle length. These facts may indicate that P. chinensis needs the same growth speed between crest length to grow horizontally and lower wings length to grow vertically in the buccal mass to avoid being removed whilst biting/tearing. Both species show that all measured variables of the beak work coordinatively to cut and tear prey tissue into small pieces before being swallowed. 
Analisis Morfometri dan Faktor Kondisi pada Cumi-Cumi Photololigo chinensis dan Photololigo duvaucelii yang Didaratkan di Beberapa TPI Pantai Utara Jawa Tengah Nuzapril, Mulkan; Afiati, Norma; Widyorini, Niniek
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.705 KB)

Abstract

Salah satu hasil laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi setelah ikan dan udang adalah cumi-cumi. Cumi-cumi merupakan salah satu jenis sumberdaya perikanan yang berperan nyata dalam sektor perikanan laut dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi melalui kegiatan penangkapan sudah saatnya disertai dengan upaya pengaturan penangkapan. Upaya ini dapat memperbaiki kerusakan sumberdaya cumi-cumi, karena stok dapat diperkaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kelestarian sumberdaya cumi-cumi. Studi mengenai morfometri dari cumi-cumi sangat diperlukan guna selektivitas ukuran bagi kegiatan penangkapan. Selektivitas alat tangkap sangat penting dilakukan untuk menghindari terjadinya overfishing. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik morfometri dan faktor kondisi dari cumi-cumi P.chinensis dan P. duvaucelii yang didaratkan di TPI sekitar Pantai Utara Jawa Tengah. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif yang dalam pelaksanaannya dilakukan melalui teknik survei yaitu melakukan kegiatan pengamatan secara langsung dilapangan dengan bertanya terhadap nelayan sebagai data primer dan pengambilan sampel menggunakan metode random sampling yaitu bahwa semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dimasukkan sebagai anggota sampel. Hasil penelitian ini adalah mengidentifikasi 2 jenis cumi-cumi yaitu P.chinensis dan P. duvaucelii. Ukuran yang mendominasi untuk P. duvaucelii  yaitu berkisar antara 25 – 40 mm dan P. chinensis  yaitu antara ukuran 55 – 70 mm. Hubungan panjang berat P.chinensis dan P. duvaucelii mempunyai persamaan W = 0,0024 L2,055dan W = 0,00129 L2,213. Karakteristik alometri pada cumi-cumi  P.chinensis dan P.duvaucelii mempunyai sifat pertumbuhan alometrik positif, alometrik negatif dan isometrik. Nilai faktor kondisi dari P.chinensis dan P. duvaucelii dengan rumus K= W/ aLb masing- masing adalah 1,007 dan 1,082. Hal tersebut menunjukkan bahwa tubuh dari kedua cumi-cumi yaitu kurang pipih. Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa pertumbuhan panjang mantel kedua spesies tumbuh lebih cepat dibanding organ tubuh lain dan pertumbuhan panjang mata P. chinensis lebih cepat dibanding tinggi mata, sedangkan panjang mata   P. duvaucelii tumbuh seimbang terhadap tinggi mata.
KAJIAN KANDUNGAN LOGAM BERAT BESI (Fe) DAN SENG (Zn) PADA JARINGAN LUNAK KERANG DARAH (Anadara granosa (L.)) DI PERAIRAN TANJUNG MAS, SEMARANG DAN PERAIRAN WEDUNG, DEMAK Taurusiana, Savitri; Afiati, Norma; Widyorini, Niniek
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.181 KB)

Abstract

Sebagian besar masyarakat Tanjung Mas, Semarang dan Wedung, Demak menjadikan kerang, terutama kerang darah (Anadara granosa (L.)) sebagai salah satu produk perikanan yang bernilai ekonomis tinggi. Peningkatan jumlah industri akan selalu diikuti oleh pertambahan jumlah limbah. Limbah yang dihasilkan diantaranya adalah limbah logam berat Fe dan Zn. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang kandungan logam berat Fe dan Zn pada kerang darah (A. granosa (L.)) di perairan Tanjung Mas, Semarang dan perairan Wedung, Demak guna memberikan informasi tentang kandungan logam Fe dan Zn di dalam  kerang darah (A. granosa (L.)) yang umumnya dikonsumsi oleh masyarakat setempat.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kandungan kadar logam berat Fe dan Zn pada Kerang Darah (A. granosa (L.)) di Perairan Tanjung Mas, Semarang dan Perairan Wedung, Demak. Selain itu, juga mengetahui Maximum Tolerable Intake (MTI) dari logam berat Fe dan Zn yang mengacu pada ketetapan JEFCA. Materi yang digunakan adalah jaringan lunak kerang darah (A. granosa (L.)) yang berasal dari perairan Tanjung Mas, Semarang dan perairan Wedung, Demak. Metode penelitian yang digunakan adalah cara pengambilan sampel secara purposive sampling dan analisis laboratorium dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer).Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan logam berat  besi (Fe) dalam A. granosa (L.) di perairan Tanjung Mas dan perairan Wedung rata-rata antara 563,32 – 1.305,05 mg/kg berat basah. Sedangkan kandungan logam berat seng (Zn) dalam A. granosa (L.) di perairan Tanjung Mas dan perairan Wedung rata-rata berkisar antara 68,13 – 94,22 mg/kg berat basah. Maximum Tolerable Intake (MTI) ) dengan asumsi untuk orang dengan berat badan 60 kg menurut ketetapan JEFCA. Logam Fe sebesar 0,037 kg/hari untuk perairan Tanjung Mas dan perairan Wedung sebesar 0,043 kg/hari. Logam Zn sebesar 0,705 kg/hari untuk perairan Tanjung Mas dan 0,637 kg/hari untuk perairan Wedung.
ANALISIS BIOKONSENTRASI KADMIUM (Cd) PADA KERANG HIJAU (Perna viridis) DI PERAIRAN PONCOL, DESA BULU, KABUPATEN JEPARA, JAWA TENGAH Rahma, Dwi Aprilia; Afiati, Norma; Rudiyanti, Siti
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 6, No 1 (2017): MAQUARES
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (823.409 KB)

Abstract

ABSTRAKPoncol merupakan salah satu pesisir yang terdapat di Kabupaten Jepara. Meningkatnya aktivitas masyarakat di sekitar perairan Poncol memicu peningkatan konsentrasi limbah yang masuk ke dalam perairan. Salah satu limbah yang berbahaya adalah logam berat. Hal tersebut menjadi landasan dilakukannya penelitian mengenai analisis biokonsentrasi kadmium pada kerang hijau di perairan Poncol, Desa Bulu, Jepara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2016, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui konsentrasi kadmium pada air dan jaringan lunak kerang hijau, dan untuk mengetahui angka faktor biokonsentrasi kadmium terhadap jaringan lunak kerang hijau. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan penentuan lokasi sampling menggunakan teknik random sampling, 3 stasiun sampling yang sudah ditentukan yaitu, stasiun 1 di muara, stasiun 2 di perairan pantai dekat dengan keluarnya limbah dari kegiatan domestik, dan stasiun 3 di perairan pantai dekat dengan pemukiman warga dan tempat berlabuhnya perahu nelayan. Analisis kadmium pada air dan jaringan lunak kerang hijau dilakukan di Laboratorium BBTPPI, Semarang. Hasil perhitungan konsentrasi kadmium dalam air pada stasiun 1 diperoleh angka rata-rata sebesar 0,63 µg/ml, pada stasiun 2 sebesar 0,53 µg/ml, dan pada stasiun 3 sebesar 0,64 µg/ml. Konsentrasi kadmium dalam jaringan lunak kerang hijau pada stasiun 1 diperoleh angka rata-rata sebesar 0,91 µg/mg, pada stasiun 2 sebesar 0,83 µg/mg, dan pada stasiun 3 sebesar 0,93 µg/mg. Hasil perhitungan angka bioconcentration factor (BCF) pada jaringan lunak kerang hijau berkisar antara 1,44 hingga 1,57. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa kadar konsentrasi kadmium pada air dan kerang hijau di perairan Poncol tergolong rendah dan masih berada di bawah ambang batas baku mutu. Angka bioconcentration factor logam berat kadmium pada jaringan lunak kerang hijau termasuk dalam kategori akumulatif rendah (BCF < 100). Kata Kunci : Biokonsentrasi; Logam Berat Kadmium; Kerang Hijau (P. viridis); Perairan Poncol - Jepara ABSTRACTPoncol is one of the coastal areas in the district of Jepara. The increasing activity surrounding Poncol waters may increase the concentration of waste that flows into the waters. One of various hazardous wastes that way come into the coast is a heavy metal. Therefore it is needed to study the Analysis Bioconcentration Cadmium on Green Mussels in Poncol Waters, Bulu, Jepara. This work was conducted in May-June 2016. The purpose of this study to determine the concentration of the heavy metal cadmium both in the water and the soft tissue of green mussels, and further to measure the cadmium bioconcentration factor in the soft tissues. Survey method is used to determine random sampling points, 3 sampling stations that has been determined, at station 1 close to estuaries, at station 2 in coastal waters close to the disposal of wastewater from domestic activities, and at station 3 in coastal waters close to the residential area and  close to berth of fishing boats. Analysis of cadmium in the water and the soft tissue of green mussels were conducted in Laboratory BBTPPI, Semarang. The result showed that Cd concentration in water at station 1 obtained an average rate are at 0.63 µg/ml, at station 2 at 0.53 µg/ml and at station 3 at 0.64 µg/ml. Cd concentration in the soft tissues of green mussels at Station 1 obtained an average rate of 0.91 µg/mg, at station 2 at 0.83 µg/mg, and at station 3 of 0.93 µg/mg. The result of the calculation of the value of bioconcentration factor (BCF) in soft tissue mussels ranged from 1.44 to 1.57. Based on the result, we can concluded that the levels of concentration of heavy metal cadmium in the water and  the green mussels was low and below on quality standards. The rate of bioconcentration factor (BCF) of heavy metal cadmium in soft tissue green mussels was in the category of low accumulative (BCF <100).  Keywords: Bioconcentration; Heavy Metal Cadmium; Green Mussels; Poncol Coastal Waters – Jepara 
HUBUNGAN KANDUNGAN NITRAT DAN FOSFAT PADA AIR DAN SEDIMEN TERHADAP KERAPATAN LAMUN DI PANTAI PRAWEAN BANDENGAN, JEPARA Relationship The Content of Nitrates and Phosphates in Water and Sediment to The Density Seagrass at Prawean Bandengan Beach, Jepara Setiani, Heny; Solichin, Anhar; Afiati, Norma
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 8, No 4 (2019): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.366 KB) | DOI: 10.14710/marj.v8i4.26485

Abstract

Zat hara nitrat dan fosfat merupakan unsur kimia yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan lamun. Penyerapan nutrien pada kolom air dilakukan oleh daun sedangkan penyerapan nutrien dari sedimen dilakukan oleh akar. Ketersediaan nitrat dan fosfat pada air dan sedimen dipengaruhi oleh ketersediaan bahan organik yang berasal dari aktivitas manusia maupun dari perairan itu sendiri. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2019. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan kerapatan lamun, kandungan nitrat dan fosfat pada air dan sedimen serta hubungannya terhadap kerapatan lamun. Metode yang digunakan yaitu metode survei dengan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan IBM SPSS Statistics 23. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 5 jenis lamun di Pantai Prawean dengan kerapatan berkisar antara 277 – 421 tegakan/m2 yang masuk dalam kategori sedang hingga rapat. DO berkisar 3,4-5,8 mg/l dan rata-rata bahan organik berkisar 6,34-6,64 mg/l. Rata-rata kandungan nitrat dan fosfat sedimen lebih tinggi dibanding pada air yakni masing-masing berkisar 0,43-0,88 mg/l dan 0,12-0,27 mg/l. Kandungan nitrat dan fosfat pada sedimen memiliki korelasi kuat terhadap kerapatan lamun dengan angka korelasi masing-masing sebesar 0,875 dan 0,718. Hubungan antara nitrat dan fosfat sedimen dengan kerapatan lamun mempunyai angka determinansi regresi (R2) sebesar 0,767 yang berarti kedua nutrien mempunyai pengaruh sebesar 76,7 % terhadap kerapatan lamun. ABSTRACT Nitrate and phosphate are very important chemical elements to support the growth and development of seagrass. Nutrient absorption in the water column is carried out by leaves while absorption of nutrients from sediments is carried out by the roots. The availability of nitrate and phosphate in the water and sediments is influenced by the availability of organic materials derived from human activities as well as from the waters themselves. The research was conducted in May 2019. The purpose of this study was to determine the type and density of seagrass, the content of nitrate and phosphate in water and sediments and their relationship to seagrass density. Survey method with purposive sampling technique were used. Data analysis using IBM SPSS Statistics 23. The results of this study are that there are 5 types of seagrasses on Prawean Beach with densities ranging from 277 - 421 ind/m2 in the medium to tight category. DO ranges from 3.4-5.8 mg/l and the average organic matter ranges from 6.34 to 6.64 mg/l. The average sediment content of nitrate and phosphate is higher than in water, each of which ranges from 0.43-0.88 mg/l and 0.12-0.27 mg/l. The content of nitrate and phosphate in sediments has a strong correlation with seagrass density with correlation factor of 0.875 and 0.718 respectively.  The relationship between nitrate and phosphate sediment with seagrass density has a regression determinant (R2) of 0.767 which means that both nutrients have an effect of 76.7% on seagrass density. 
ASPEK BIOLOGI PERIKANAN CEPHALOPODA PELAGIK YANG DIDARATKAN DI TPI TAMBAKLOROK SEMARANG Perangin-angin, Helfiana Tiuriska; Afiati, Norma; Solichin, Anhar
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.042 KB)

Abstract

Sampai saat ini, seluruh produksi Cumi-cumi di Indonesia berasal dari hasil tangkapan di alam. Produksi cumi-cumi harus dijaga kelestariannya, maka dari itu upaya penangkapan harus diperhatikan, sehingga stok cumi-cumi di alam tetap terjaga Upaya pengamatan tentang studi hubungan panjang berat, faktor kondisi, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad dan fekunditas diharapkan dapat menjadi gambaran upaya yang seharusnya dilakukan untuk menjaga kelestarian sumberdaya tersebut. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara acak (random sampling) yaitu pengambilan sampel secara sistematik pada suatu populasi yang homogen. Variabel yang diukur dalam penelitian meliputi panjang mantel cumi-cumi, berat total cumi-cumi, berat gonad, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, faktor kondisi dan fekunditas. Hubungan panjang berat Photololigo chinensis selama penelitian bersifat Allometrik. Angka b pada empat kali sampling < 3 maka bersifat allometrik negatif dengan nilai faktor kondisi (Kn) 1,02 menunjukkan bentuk bersifat kurus. Tingkat kematangan gonad P. chinensis jantan pada hasil keseluruhan sampling didominasi oleh TKG I dan III dan TKG P. chinensis betina pada hasil keseluruhan sampling didominasi oleh TKG I dan IV. P. chinensis memiliki fekunditas yang cukup besar karena jumlah telurnya berkisar butir 10.010-20.365. The entire production ot the squids in  Indonesian until now is derived from catching on seas. Therefore the production of squids must be considered kept as such not to stock on nature, so stock squids on nature stay awake. Research about lenght-weight relationship, condition factor, visual maturity stages, gonadosomatic index and fecundity hopely can be done stock from that resources. Methods of sampling what used in this research is random sampling, this systematically sampling on one homogeny populate. Variable measured in research such as lenght-weight relationship, condition factor, maturity stages, gonadosomatic index, and  fecundity. Lenght-weight relationship during research. Lenght-weight relationship Photololigo chinensis is Allometric. The value of b for research < 3 then is allometric negatif  with value of condition factor (Kn) 1,02 to describe a thin body. Maturity stages male P. chinensis on the overall sampling dominated by maturity stages I and III, whole Maturity stages female P. chinensis on the overall sampling dominated by maturity stages I and IV. P. chinensis having fecundity large enough since the number of 10.010-20.365
KAJIAN KANDUNGAN NATRIUM (Na) DAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA JARINGAN LUNAK KERANG DARAH (Anadara granosa (L.)) DARI PERAIRAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN PERAIRAN WEDUNG DEMAK Barik, Fahmy; Afiati, Norma; Widyorini, Niniek
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.823 KB)

Abstract

Kerang darah (A. granosa) merupakan komoditas laut yang dihasilkan dari perairan Tanjung Emas Semarang dan Wedung Demak. Melihat dari keadaan fisik kedua lokasi tersebut, diperkirakan perairan Tanjung Emas relatif lebih banyak menerima berbagai cemaran industri maupun limbah kota daripada di perairan Wedung Demak. Oleh karena itu, pada penelitian ini ingin diketahui kandungan  natrium (Na)  dan  logam  berat  timbal (Pb)  jaringan lunak   kerang  darah  dari kedua perairan tersebut ditinjau dari kelayakan baku mutu standar aman konsumsi oleh WHO tahun 2004 dan BPOM No. HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 untuk penetapan batas-maksimal-aman-konsumsi-mingguan kerang A. granosa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2012. Lokasi sampling ditetapkan secara purposive, kandungan natrium dan timbal dianalisis menggunakan AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometry), sedangkan penetapan batas-maksimal-aman-konsumsi-mingguan dihitung menggunakan rumus MTI (Maximum Tolerable Intake). Kandungan natrium pada daging kerang darah dari Tanjung Emas Semarang adalah 36,12-47,32 gr/kg berat basah. Bila kerang dari perairan Wedung Demak adalah berkisar 41,32-43,03 gr/kg berat basah. Kandungan timbal pada daging kerang darah dari Tanjung Emas Semarang adalah 0,268-0,401 gr/kg berat basah. Bila kerang dari perairan Wedung Demak adalah berkisar  0,067-0,183 gr/kg berat basah. Untuk orang dengan rerata berat badan 60 kg, batas aman konsumsi natrium dan timbal dari kerang darah yang dianjurkan bila dari Tanjung Emas Semarang adalah hanya 3,6 gram berat basah/minggu/orang. Namun, bila kerang berasal dari Wedung Demak angka maksimum tersebut dapat sedikit lebih tinggi yaitu 7,2 gram berat basah/minggu/orang.
Co-Authors . Sumarno Abdul Ghofar Adam Putrarama Suyatno Adriyani Samad Agus Sabdono Ahnan, Muhammad Firhan Maftuh Aji, Fajar Bayu Ali Djunaedi Anggieta, Yayank Dita Anhar Solichin Arif Rahman Arya Ksatria Fernanda Hendrawan Aryansyah, Akbar Atami, Sekar Putri Azis Nur Bambang Bambang Sulardiono Bob Suroso Chiesa, Francesco Te David Nugroho Diah Ayuningrum, Diah Dian Ayu Sapta Nur Utami Dicky Harwanto Djoko Suprapto Fadya Rachmi Puteri Fahmy Barik Farizan Adiya Pratama, Farizan Adiya Febrianto, Sigit Haeruddin Haeruddin Haque, Maharani Zahiratun Helfiana Tiuriska Perangin-angin Heni Susiati Indro Sumantri Indro Sumantri Irwani Irwani Iswanto, M. Fajar Fajar Johannes Hutabarat Khasani, Andro Kholilah, Nenik Lulu Adilla Latifah, Lulu Adilla Lusiana Rahayu Widiastuti Martha Wahyuningrum Mauritz L. Tobing Max Rudolf Muskananfola Max Rudolf Muskananfola Max Rudolf Muskananfola Megawati Arsita Putri Misbakul Munir Muhammad Arkan Zaky Rahman Mulkan Nuzapril Niniek Widyorini Novrizal Soni Riswandha, Novrizal Soni Nur Rochman Nurhuda, Izza Siti nurul latifah Ocky Karna Radjasa Oktavianto Eko Jati Prakoso, Teguh Budi Prijadi Soedarsono Pujiono Wahyu Purnomo Pujiono Wahyu Purnomo Pujiono Wahyu Purnomo, Pujiono Wahyu Purnami, Adelia Puspita, Like Viantika Jala Putra, Muchamad Iqbal Widiansyah Rachmawan, Dicky Setya Rahma, Dwi Aprilia Rahmawati, Laily Agustina Ramadhan, Faishal Retno Hartati Ria Purnama Dewi Sa’diyah, Halimatus Santi, Denita Irma Savitri Taurusiana Setiani, Heny Simangunsong, Erica Siti Rudiyanti Subagiyo Subagiyo Sumarno Sumarno Suradi Wijaya Saputra Surya Dwi Vrananta Sutrisno Anggoro Thomas Triadi Putranto, Thomas Triadi Tonny Bachtiar Ulfah Rismawati, Ulfah Yarianto Sugeng Budi Susilo Yuliana, Eka Yulfa