cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Mintakat: Jurnal Arsitektur
ISSN : 14117193     EISSN : 26544059     DOI : 10.26905
Core Subject : Social, Engineering,
Mintakat: Jurnal Arsitektur (JAM) dalam versi jurnal online yang terbit di tahun 2017 ini sebenarnya adalah format baru dari penerbitan offline sejak tahun 2000. Jurnal ini diterbitkan oleh oleh Group Konservasi Arsitektur & Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Merdeka Malang. Dalam format online JAM merencanakan akan terbit 2 (dua) kali dalam setiap volume pada bulan Maret dan September.
Arjuna Subject : -
Articles 113 Documents
TAMAN WISATA EMBUNG PERSEMAIAN KOTA TARAKAN SEBAGAI DISPLAY ECO ART PARK Ramadhan Noor; Tutut Subadyo; Nurhamdoko Bonifacius
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol 22, No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v1i1.4420

Abstract

ABSTRAK Embung Persemaian merupakan tempat di Kota Tarakan yang potensial menjadi destinasi wisata yang memberikan keuntungan ganda, karena fungsinya sebagai cadangan air baku dan tempat rekreasi. Permasalahannya adalah terjadinya paradok dari kedua fungsi tersebut. Oleh karena itu pengintegrasiannya memerlukan penelitian, desain dan pengelolaan yang komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengidentifikasi karakteristik biogeofisiknya; (2) menganalisis dan membuat sintesis dari potensi dan kendalanya; dan (3) menyusun konsep desain taman wisata sebagai display Eco Art park sesuai preferensi dan ekspektasi masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis spasial dan deskriptif serta metode persamaan kuantifikasi potensi visual. Hasil penelitian yang diperoleh adalah:  (1) tapak Embung Persemaian secara signifikan memiliki potensi sebagai destinasi wisata baru dimana faktor pendorong dan penariknya adalah keberadaan dua embung, serta apresiasi dan ekspektasi positif dari masyarakat sekitar k; (2) aspek fisik dan biofisik seperti topografi, bentang visual yang berkarakter khas dan aksesibilitasnya yang mudah dan dalam lingkup urban, menjadi potensial dikembangkan sebagai wadah pemeragaan artwork - land art dan ilmu pengetahuan teknologi, serta konservasi lingkungan. Kesimpulannya Embung Persemaian Kota Tarakan berpeluang dikembangkan dengan pendekatan desain ekologis yang ditujukan untuk memberikan efek psychological distraction agar pengguna secara aktif berinteraksi dengan lingkungan. Kata kunci : embung persemaian, ecoart park, taman wisata, kota tarakan ABSTRACT Embung Persemaian is a place in Tarakan City that has the potential to become a tourist destination that provides multiple benefits, because of its function as raw water reserves and recreational areas. The problem is the occurrence of paradox from the two functions. Therefore integration requires comprehensive research, design and management. This study aims to: (1) identify its biogeophysical characteristics; (2) analyze and make a synthesis of potential and constraints; and (3) drawing up the design concept of a tourist park as an eco art park display according to the preferences and expectations of the community. The research method used is a spatial and descriptive analysis method and equation quantitative visual potential methods. The results of the research are: (1) the Embung Persemaian site has potential as a new tourist destination where the driving and pulling factors are the existence of two reservoirs, as well as positive appreciation and expectations from the surrounding community; (2) physical and biophysical aspects such as topography, visual landscapes with distinctive characteristics and accessibility that are easy and within the urban sphere, have the potential to be developed as a forum for artwork re-enactment - land art and technological science, and environmental conservation. In conclusion, Embung Persemaian is likely to be developed with an ecological design approach aimed at providing a psychological distraction effect so that users actively interact with the environment. Keywords: embung persemaian, ecoart park, tourist park, city of tarakan
PENATAAN PERMUKIMAN TEPIAN PANTAI - KAMPUNG SELUMIT PANTAI KOTA TARAKAN BERDASARKAN KONSEP FLOATING STAGE VILLAGE Martinus Priono Noegroho; A Tutut Subadyo; Junianto Junianto
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol 21, No 2 (2020): September 2020
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/mj.v21i2.4372

Abstract

Permukiman tepian pantai di Kelurahan Selumit Pantai (PTP – KSP) Kota Tarakan, telah mengalami penurunan kualitas lingkungan, dan cenderung menjadi kumuh dan tidak terkendali, sehingga perlu dilakukan upaya penanganan melalui penataan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menginventarisasi karakteristik fisik PTP - KSP; (2) menganalisis persepsi, dan preferensi masyarakat   warga PTP – KSP untuk meningkatkan kualitas spatial arsitektural dan lingkungannya; dan (3) menyusun model penataan PTP – KSP berdasarkan konsep Floating Stage Village. Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriftif kualitatif. Hasilnya, kawasan PTP – KSP dengan letak dan posisinya yang strategis berpotensi untuk dikembangkan, dengan mengoptimalisasikan modal sosial warganya. Masyarakat merupakan subyek sekaligus obyek yang berperan dalam proses, manajemen, operasional dan pengawasan dalam penataan permukiman tersebut. Karakteristik sosial budaya masyarakat PTP – KSP yang mayoritas bermatapencaharian nelayan dengan perilaku  kesehariannya merupakan hal yang menarik sebagai atraksi dan produk wisata. Karakteristik fisik lingkungan PTP – KSP yang berkaitan dengan struktur, ketersediaan dan kondisi sarana prasarananya yang rendah, membutuhkan  penanganan untuk ditingkatkan agar kawasan tersebut memenuhi syarat kelayakan dan kesehatan lingkungan. Penataannya permukiman PTP – KSP berbasis floating stage village diformulasikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan upaya konservasi lingkungan pesisir dan bertumpu pada pengintegrasian perlindungan dan proteksi lingkungan pesisir dengan kebutuhan masyarakat pemukimanya.DOI : https://doi.org/10.26905/mj.v21i2.4372  
KAJIAN ARSITEKTUR VERNAKULAR (RUANG DAN STRUKTUR) LAMPUNG: DESA PEKON HUJUNG LAMPUNG BARAT Adelia Enjelina Matondang; A Asrul Sani; Guruh Kristiadi Kurniawan
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol 22, No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v1i1.4626

Abstract

Arsitektur vernakular Lampung saat ini masih dapat ditemui dibeberapa daerah di Lampung. Seiring dengan perkembangan jaman jumlah bangunan tradisional ini semakin lama semakin berkurang. Mulai dari alasan tidak lagi mampu menampung kegiatan manusia modern juga karena dianggap kuno yang menjadi faktor utama menghilangnya bangunan tradisional ini. Desa Pekon Hujung merupakan salah satu daerah yang berada di Kecamatan Belalau, Lampung Barat. Desa ini dipilih menjadi lokasi penelitian karena desa ini masih memiliki bangunan vernakular Lampung yang usianya sudah mencapai ratusan tahun. Arsitektur vernakular Lampung merupakan warisan leluhur budaya yang akan sulit ditemukan lagi di lingkungan masyarakatnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa arsitektur vernakular Lampung dengan lokasi penelitian di Desa Pekon Hujung. Arsitektur vernakular Desa Pekon Hujung merupakan gambaran mengenai bentuk, denah, tata ruang yang tercermin melalui kebudayaan masyarakat Desa Pekon Hujung terhadap lingkungan alam dan sosialnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang telaah budaya menghuni dalam konteks hunian tradisional guna memberikan kesadaran bagi arsitek, pemilik, pengguna, dan pemerintah untuk mempertimbangkan kearifan budaya sebagai bagian dalam setiap keputusan desain yang diambil, baik dari sisi kekhasan maupun dari sisi keaslian. Kata kunci : arsitektur tradisional, pekon hujung, vernakular ABSTRACTLampung vernacular architecture can still be found in several areas in Lampung. Along with the changing times, the number of traditional buildings is decreasing. Starting from that reason is no longer able to accommodate modern human activities also because it is considered ancient which are the main factors of the disappearance of this traditional building. Pekon Hujung Village is an area in Belalau Regency, West Lampung. This village was chosen as a research location because it still has vernacular buildings in Lampung that are hundreds of years old. This study aims to analyze the vernacular architecture of Pekon Hujung Village is a description of the form, plan, and spatial structure that is reflected through the culture of the Pekon Hujung Village community in its natural and social environment. This research uses a qualitative approach. The results of this study aim to provide an understanding of the study of culture that inhabits in the context of traditional housing to provide awareness for architects, owners, users, and governments to consider cultural wisdom as part of every design decision taken, both in terms of uniqueness and in terms of authenticity.  Keywords: pekon hujung, tradisional housing, vernacular
KEBERTAHANAN PEMUKIMAN RUMAH PANGGUNG DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS PONTIANAK Ely Nurhidayati; Trida Ridho Fariz
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol 21, No 2 (2020): September 2020
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/mj.v21i2.4090

Abstract

Pemukiman di tepian sungai Kapuas Pontianak telah mengalami perkembangan hampir dua setengah abad. Padahal wilayah tepian sungai memiliki kerentanan bencana banjir dan genangan yang paling parah terjadi pada pemukiman yang dekat dengan perairan. Gap penelitian ini adalah orang akan cenderung mencegah, menjauhi dan meninggalkan bermukim di daerah yang rentan bencana. Padahal penelitian sebelumnya menjustifikasi bahwa kebertahanan pemukiman Kampung Beting di tepian sungai Kapuas Pontianak berada pada kategori sangat tinggi. Penelitian ini terletak di Kelurahan Kampung Dalam Bugis dan Kelurahan Tambelan Sampit, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan model kebertahanan pemukiman rumah panggung di tepian sungai Kapuas Pontianak. Sedangkan sasarannya adalah menganalisis kebertahanan pemukiman rumah panggung di Kelurahan Kampung Dalam Bugis dan Kelurahan Tambelan Sampit. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan uji regresi stepwise method, uji anova, dan mendeskripsikan persamaan regresi yang dihasilkan. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling berjumlah 200 responden. Adapun variabel kebertahanan yang diukur adalah variabel sosial, ekonomi, masyarakat, dan infrastruktur perumahan. Hasil penelitian antara lain model kebertahanan di Kelurahan Kampung Dalam Bugis dipengaruhi oleh variabel sosial, ekonomi, masyarakat, dan infrastruktur pemukiman. Sedangkan model kebertahanan di Kelurahan Tambelan Sampit dipengaruhi oleh variabel sosial, ekonomi, Sdan infrastruktur pemukiman.DOI: https://doi.org/10.26905/mj.v21i2.4090
PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU COASTAL ROAD DI KABUPATEN NUNUKAN Heru Pitono; A Tutut Subadyo; Hery Budiyanto
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol 22, No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v1i1.4421

Abstract

ABSTRAK Ruang Terbuka Hijau Coastal Road (RTH-CR) di Kabupaten Nunukan sangat berperan penting dalam aspek sistem transportasi yang mempunyai fungsi perlindungan, pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup, saat ini kondisi fisiknya banyak diintervensi kegiatan lain yang bersifat ilegal. Untuk mengembangkannya diperlukan pengelolaan yang mengacu pada ketentuan regulasi yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengidentifikasi karakteristik fisik dan non fisik RTH-CR; 2) Menganalisis dan membuat sintesis model pengelolaan RTH-CR; dan 3) Menyusun model dan desain pengelolaan RTH-CR. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis : Proyeksi Penggunaan Lahan dan Kesesuaian Lahan, Status Lahan, Prioritas Penanganan RTH-CR, dan Kebutuhan Penanganan dan Penyediaan RTH-CR. Hasil penelitiannya adalah :  Kondisi fisik dasar RTH-CR pada 3 titik spot dari gerbang Pelabuhan Tunon Taka sampai Simpang Kadir hasil analisis topografinya tergolong datar dengan elevasi reratanya antara 1-5,5 meter; Respon masyarakat terhadap eksistensi RTH-CR, sebagai lokasi yang menarik dan sebagai  destinasi wisata menjadi ekpektasi masyarakat yang paling dominan  (60,60%); Pengembangan dan pengelolaan RTH-CR dalam 5 (lima) zona bertema, menyesuaikan iklim tropis, budaya setempat, dan sesuai fungsinya; dan Sistem pengelolaan RTH-CR dilakukan dengan formulasi yang didasarkan pada RTRW Kabupaten Nunukan, regulasi terkait; dan diselenggarakan bersama antara pemerintah, masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya. Kata Kunci : Coastal Road, Nunukan, Pengelolaan, Ruang Terbuka Hijau.     ABSTRACT Coastal Road in Nunukan Regency plays an important role in the aspect of the transportation system in Nunukan Regency. Green Open Space Coastal Road in Nunukan Regency is an area in the form of vegetated open space in the coastal road area that has the function of protection, utilization and preservation of the environment. The existence of Green Coastal Road Open Space in Nunukan Regency will increase oxygen production and absorb carbon dioxide, become animal and bird habitats and protect groundwater and reduce the risk of flooding. This study aims to: 1) Identify the physical and non-physical characteristics of the coastal open road green open space; 2) Analyze and make a synthesis of coastal road green open space management models; and 3) Develop a model and design of coastal green road open space management. The method used in this research is descriptive method with a case study approach. The data analysis technique used is to process the results of the field survey and interview survey to determine the design of Green Open Space management. The output of this research is the concept of coastal open road green space management design by adjusting to the Tropical Climate. The design concept of RTH Coastal Road in Nunukan Regency is divided into 5 zones according to existing conditions in the field. So that the appearance of each Coastal Road green zone area varies according to the function and theme. RTH Coastal Road management system is conducted with formulation based on RTRW of Nunukan regency, related regulation, based on RTRW of Nunukan regency, related regulation, and is held together between governments, communities and other stakeholders. Keywords: Coastal Road, Management, Green Open Space
INSPIRASI ARSITEKTUR LOKAL TERHADAP BANGUNAN BUDAYA, KASUS DI CINA, NORWEGIA, DAN FINLANDIA UNTUK BANDUNG Faradila Faradila; Maria Immaculata Ririk Winandari; Sri Tundono
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol 22, No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v1i1.4713

Abstract

ABSTRAK Bangunan seni dan budaya sudah seharusnya merepresentasikan kawasan setempat. Representasi tersebut dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan antara lain melalui arsitektur lokal atau setempat. Makalah ini mengeksplorasi arsitektur lokal yang digunakan untuk menginspirasi bangunan budaya di Cina, Norwegia, dan Finlandia serta penerapan dari ketiga kasus tersebut terhadap bangunan budaya di Bandung. Kasus studi terdiri dari tiga bangunan yaitu Flekkefjord Cultural Center di Norwegia, Shijiazhuang International Convention and Exhibition Center di Cina, dan Sami Cultural Center Sajos di Finlandia. Metode kualitatif melalui explorasi deskriptif terhadap ketiga kasus digunakan untuk mendapatkan inspirasi arsitektur lokal yang hasilnya diterapkan untuk bangunan budaya West Java Art and Cultural Center di Bandung. Variabel yang digunakan meliputi inspirasi bentuk tapak, inspirasi orientasi alam, dan inspirasi bentuk setempat yang dianalisis melalui gambar yang dibandingkan sebagai inspirasi bagi penerapan budaya di Bandung. Hasil memperlihatkan bahwa inspirasi arsitektur lokal dapat dilakukan melalui penyesuaian bentuk massa bangunan dengan bentuk tapak, penentuan arah hadap bangunan menghadap unsur alam di sekitar tapak serta pemilihan material yang mendukung orientasi atau arah hadap bangunan tersebut, dan penerapan bentuk lokal baik bangunan maupun pemilihan material yang sesuai dengan ketersediaan alam ke dalam bangunan. Hasil ini mendukung lokalitas bangunan modern di dalam kawasan dengan membawa unsur lokal dan alam ke dalam bangunan.     Kata kunci: arsitektur lokal, bandung, bangunan budaya. AbstractArt and cultural center building mostly represents their environment. Art and cultural building uses varios architecture approach to suites the building and its environment. This paper explores local architecture that inspiring cultural center building in China, Norway, and Finland, and also its applications on cultural building in Bandung. Study cases consist of Flekkefjord Cultural Center, Shijiazhuang International Convention and Exhibition Center, and Sami Cultural Center Sajos. Using descriptive exploration method to find the inspiration of local architecture that will be use on West Java Art and Cultural Center in Bandung. Variables that use to analys is the inspiration of shape of site, the inspiration of nature orientation, and the inspiration of local form that will be analized by picturescomparison as inspiration for cultural building in Bandung. The results show local architecture inspiration can be applied by adjust building mass shape to the shape of site, the definition of direction on the building to local elements and building material that can supported the orientation of the building, and using local form of the building or the election of building material that represents local nature. This result can showed the locality of modern building in site by adjust local dan nature element to the building.   Keywords: Local Architecture, Bandung, Cultural Center.
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN KAMPUNG TENUN DI SULAA KOTA BAUBAU Mimin Trianus; Novi Sunu Sri Giriwati
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol 21, No 2 (2020): September 2020
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/mj.v21i2.4198

Abstract

Pemukiman Sulaa merupakan kampung tenun yang menjadi penghasil kain tenun khas buton terbesar di Kota Baubau, untuk mengembangkan kampung tenun sulaa ini pemerintah kota Baubau maupun pemerintah provinsi memberdayakan dan melibatkan masyarakat dengan bekerja sama pihak swasta meliputi kegiatan proyek pendirian galeri tenun, bangsal tenun, dan pengecatan rumah masyarakat sulaa.  Dalam proyek pembangunan galeri tenun dan bangsal tenun, masyarakat sulaa tidak turut dilibatkan dalam mendiskusikan ide desain, masyarakat hanya mampu sebatas membuat pengajuan proposal pengadaan wadah untuk tenun yaitu bentuk partisipasi pasif, sedangkan dalam merevitalisasi atau kegiatan pengecatan rumah, masyarakat sulaa turut dilibatkan untuk berbuat sesuai dengan ide mereka untuk mengecat rumah mereka sendiri, dan membentuk kelompok khusus untuk melukis pada dinding rumah yaitu ditemukan bentuk partisipasi Mobilization dalam pelaksanaan. Hasilnya Pada pemberdayaan masyarakat penghasil tenun Buton di Baubau, terdapat manfaat ekonomi bagi masyarakat berupa meningkatnya jual beli masyarakat luar, meningkatnya pemesanan sarung tenun khas Buton.DOI : https://doi.org/10.26905/mj.v21i2.4198
OBYEKTIFITAS DAN SUBYEKTIFITAS NILAI PERUMAHAN SEBAGAI PERMASALAHAN PERMUKIMAN PADA DAERAH LEMBAH SUNGAI YANG TERDAMPAK BANJIR Brina Oktafiana
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol 21, No 2 (2020): September 2020
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/mj.v21i2.4388

Abstract

Lembah DAS Kali Lamong merupakan area yang menjadi langganan banjir musiman yang merupakan banjir kiriman dari daerah-daerah yang lebih tinggi, salah satunya adalah Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik. Desa Kedung Rukem adalah salah satu area permukiman di Kecamatan Benjeng yang terdampak banjir tersebut. Hal tersebut berdampak pada nilai perumahan di sekitar lembah DAS Kali Lamong yang juga identik dengan sektor pertanian. Munculnya penilaian yang negatif pada perumahan pun ditengarai menjadi suatu permasalahan permukimannya. Namun masyarakat tetap tinggal dan menjaga eksistensi permukimannya, sehingga diduga terdapat penyebab dari keduanya, dimana masyarakat justru memperoleh suatu keberdukungan dan minim muncul masalah selama mereka tinggal, yang dapat diindikasikan dari munculnya nilai positif pada pengukuran housing value. Sehingga identifikasi permasalahan dalam permukiman yang muncul dapat diukur melalui Nilai Perumahan (Housing Value) pada faktor moneter juga non-moneter. Nilai aktual (obyektif) dan nilai yang berlaku (subyektif) diambil pada tiap rumah tangga yang ada lingkungan perumahan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dan mengidentifikasi permasalahan permukiman berdasarkan dua sudut penilaian yang berbeda pada Desa Kedung Rukem. Berada dalam paradigma post-positivism, penelitian ini termasuk jenis penelitian eksploratif, dengan metode penelitian mix-methods, dan pendekatan kualitatif-kuantitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai positif akibat nilai obyektif yang lebih tinggi dari nilai subyektif sangat berperan dalam mendukung aktivitas bermukim dan menutupi kelemahan faktor-faktor yang merugikan dalam perumahan.DOI : https://doi.org/10.26905/mj.v21i2.4388
ARSITEKTUR SIMBOLIS PADA DESAIN PUSAT IBADAH SEBAGAI WUJUD TOLERANSI BERAGAMA Aries Priyambodo; Wiwik Widyo Widjajanti; Sigit Hadi Laksono
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol 22, No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v22i1.4552

Abstract

Kota Batu, Jawa Timur memiliki beberapa kriteria yang sesuai untuk didirikan pusat ibadah berbagai umat beragama. Kota Batu merupakan salah satu kota destinasi wisata nasional yang tentu saja sangat mungkin menjadi kota tempat bertemunya masyarakat Indonesia dari berbagai daerah dengan keragaman suku dan agama. Keragaman agama di Indonesia yang dilindungi hak-hak dan kewajibannya oleh negara. Kota Batu sebagai lokasi sangat relevan untuk memiliki fasilitas umum berupa pusat tempat ibadah. Pusat ibadah di Kota Batu menjadi sebuah representasi diterapkannya toleransi antar umat beragama memberikan banyak manfaat. Di antaranya adalah diharapkan untuk dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang datang. Pusat Ibadah dalam tulisan ini adalah fasilitas umum berupa tempat ibadah yang bersebelahan sebagai perwujudan dari kerukunan antar umat beragama. Desain dan metode pendekatan yang dipilih diantaranya adalah pendekatan fungsi perwadahan dari aktifitas dengan  mempelajari kegiatan sosial yang dapat diwadahi untuk memupuk toleransi antar umat. Pendekatan lainnya adalah arsitektur simbolis yang dimaksudkan untuk menghadirkan cirikhas dari masing masing agama. Arsitektur simbolis juga sekaligus dimaksudkan untuk mengekspresikan suatu jati diri sebuah karya arsitektural yang bermakna kerukunan beragama di Indonesia. Bentuk dan simbol diambil dari  karya arsitektur tempat ibadah yang monumental dari 6 (enam) agama di Indonesia. Karya-karya tersebut  mempunyai ciri khas desain memusat dengan menonjolkan bentuk yang dikenal oleh lingkungan luas serta perwujudan simbol alam semesta yang luas tinggi dan tak terhingga. Secara keseluruhan desain diharapkan bisa mewadahi aktifitas peribadatan yang dapat memupuk toleransi umat beragama khususnya di Kota Batu. Kata Kunci : Agama, Arsitektur Simbolis, Toleransi ABSTRACTBatu City, East Java has several criteria that are suitable for establishing a worship center for various religious communities. Batu City is one of the national tourist destination cities which of course is very likely to be a city where Indonesian people from various regions meet with ethnic and religious diversity. Religious diversity in Indonesia whose rights and obligations are protected by the state. Batu City as a location is very relevant to have public facilities in the form of a center for places of worship. The worship center in Batu City is a representation of the implementation of tolerance between religious communities and provides many benefits. Among them is expected to be able to increase the number of tourists who come. Worship Centers in this paper are public facilities in the form of adjoining places of worship as a manifestation of inter-religious harmony. The design and method of approach chosen include an approach to the function of the accommodation of activities by studying social activities that can be accommodated to foster tolerance among people. Another approach is symbolic architecture which is intended to present the characteristics of each religion. Symbolic architecture is also intended to express the identity of an architectural work which means religious harmony in Indonesia. The shapes and symbols are taken from the architectural works of monumental places of worship from 6 (six) religions in Indonesia. These works have the characteristic of a centralized design by highlighting the forms known to the wider environment and the embodiment of the symbol of the universe which is vast and infinite. Overall the design is expected to accommodate worship activities that can foster religious tolerance, especially in Batu City. Keywords: Religion, Symbolic Architecture, Tolerance
TELAAH ASPEK BUDAYA DALAM ARSITEKTUR PENDOPO MANGGALA PRAJA NUGRAHA DI KABUPATEN TRENGGALEK Pamuji, Subyantoro Retno; Wiryono, Junianto Hadi
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol 22, No 2 (2021): September 2021
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v22i2.4825

Abstract

Rumah tradisional Jawa merupakan salah satu kebudayaan peninggalan nenek moyang suatu masyarakat dari masa lalu, dikenal dengan nama Rumah Joglo. Namun pada perkembangannya saat ini, rumah tinggal masyarakat tradisional Jawa telah mengalami banyak perubahan, baik dalam bentuk, ruang maupun penggunaan ornamen dan bahan bangunan. Maka dari itu mendalami sejauh mana rumah adat Jawa ini Pendopo Manggala Praja Nugraha di Kabupaten Trenggalek diadopsi dari sisi budaya menjadi sangat penting untuk diketahui. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui bentuk, ornamen, interior dan tata ruang pendopo Manggala Praja Nugraha ditinjau dari aspek budaya Jawa. Metode yang dipakai dalam penulisan artikel ini adalah studi literatur dari berbagai jurnal dan artikel ilmiah. Dari tujuan diatas maka rumusan masalah adalah bagaimana bentuk, ornamen, interior dan tata ruang pendopo Manggala Praja Nugraha ditinjau dari aspek budaya Jawa . Hasil yang didapatkan bahwa dari aspek bentuk pendopo tersebut masih kental mengadopsi budaya jawa namun dari sisi ornamen dan interior sedikit sekali mengadopsi unsur budaya jawa.Kata kunci: Joglo, Ornamen, Pendopo.                                         ABSTRACTThe traditional Javanese house is one of the cultural heritage of a society's ancestors from the past, known as the Joglo House. However, in its current development, traditional Javanese houses have undergone many changes, both in form, space and use of ornaments and building materials. Therefore, exploring the extent to which this Javanese traditional house, the Manggala Praja Nugraha Hall in Trenggalek Regency, was adopted from a cultural perspective, is very important to know. The purpose of writing this article is to determine the shape, ornament, interior and layout of the Manggala Praja Nugraha pavilion in terms of Javanese cultural aspects. The method used in writing this article is literature study from various journals and scientific articles. From the above objectives, the formulation of the problem is How the shape, ornament, interior and layout of the Manggala Praja Nugraha pavilion in terms of Javanese cultural aspects. The results show that the shape of the pavilion still adopts Javanese culture, but in terms of ornamentation and interior, it has very little adoption of Javanese cultural elements.Keywords: Joglo, Ornament, Pendopo.

Page 6 of 12 | Total Record : 113