cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Mintakat: Jurnal Arsitektur
ISSN : 14117193     EISSN : 26544059     DOI : 10.26905
Core Subject : Social, Engineering,
Mintakat: Jurnal Arsitektur (JAM) dalam versi jurnal online yang terbit di tahun 2017 ini sebenarnya adalah format baru dari penerbitan offline sejak tahun 2000. Jurnal ini diterbitkan oleh oleh Group Konservasi Arsitektur & Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Merdeka Malang. Dalam format online JAM merencanakan akan terbit 2 (dua) kali dalam setiap volume pada bulan Maret dan September.
Arjuna Subject : -
Articles 113 Documents
PELESTARIAN KAMPUNG LAWANG SEKETENG SURABAYA SEBAGAI WISATA HERITAGE Elviana, Eva; Al Ghifari, M. Nu'man
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 23 No. 1 (2022): Maret 2022
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v23i1.6058

Abstract

Kota Surabaya merupakan salah satu kota tua di Indonesia yang banyak menyimpan nilai-nilai historis. Adanya bangunan peninggalan maupun kawasan bersejarah, berupa kampung-kampung lama di kawasan pusat kota Surabaya menjadi saksi perjuangan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Salah satunya adalah kawasan Kampung Peneleh, yang terdapat pemakaman Belanda, turut menjadi cikal bakal pertumbuhan dan perkembangan kampung-kampung lama kota Surabaya. Diantaranya adalah kampung Lawang Seketeng, yang menyimpan riwayat kesejarahan perjuangan Bangsa Indonesia. Di kampung ini banyak menyisakan bangunan peninggalan yang sarat dengan peristiwa sejarah, diantaranya adalah keberadaan Langgar Dukur Kayu, Rumah Gaya Kolonial, Makam Mbah Pitono dan Mbah Dimo, Makam Syekh Al Habib Zaini, Rumah Singgah Bung Karno dan Bung Tomo, Rumah Puing dan Rumah Jengki, serta masih banyak lagi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan bangunan peninggalan tersebut dari aspek makna cultural dan potensinya sebagai salah satu tujuan wisata heritage yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Metode penelitian yang digunakan adalah diskriptif kualitatif-komparatif, dengan cara menganalisa bangunan peninggalan menggunakan kriteria penilaian makna cultural dengan teknik skoring. Dari hasil penilaian tersebut, akan dapat dipetakan potensi pelestariannya. Hasil penelitian menunjukkan tingginya nilai makna cultural bangunan peninggalan, sehingga hal ini dapat menjadi peluang untuk dapat diwujudkannya wisata heritage guna menjaga nilai-nilai historis yang terkandung didalamnya.The city of Surabaya is one of the old cities in Indonesia which has a lot of historical values. The existence of heritage buildings and historic areas, in the form of old villages in the downtown area of Surabaya, is a witness to the struggle of the people in defending Indonesia's independence. One of them is the Peneleh Village area, which has a Dutch cemetery, which became the forerunner of the growth and development of the old villages of Surabaya. Among them is the village of Lawang Seketeng, which holds a historical history of the struggle of the Indonesian nation. In this village, there are many heritage buildings that are full of historical events, including the existence of Langgar Dukur Kayu, Colonial Style House, Tomb of Mbah Pitono and Mbah Dimo, Tomb of Sheikh Al Habib Zaini, Shelter House of Bung Karno and Bung Tomo, Rubble House and Jengki House, and many others. This study aims to identify the existence of these heritage buildings from the aspect of cultural meaning and their potential as one of the heritage tourism destinations launched by the Surabaya City Government. The research method used is descriptive qualitative-comparative, by analyzing heritage buildings using cultural meaning assessment criteria with scoring techniques. From the results of the assessment, it will be possible to map its conservation potential. The results show the high value of the cultural significance of heritage buildings, so that this can be an opportunity for the realization of heritage tourism in order to maintain the historical values contained therein
KAJIAN BENTUK POLA PERSEBARAN PERMUKIMAN PESISIR DI KECAMATAN MORO, KEPULAUAN RIAU Aguspriyanti, Carissa Dinar; Helen, -; Sudiana, -
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 23 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v23i2.7460

Abstract

Studi ini mengkaji bentuk pola persebaran permukiman pesisir di Kecamatan Moro, Kepulauan Riau, khususnya di bagian selatan Pulau Sugi Bawah. Hal ini dikarenakan kondisi wilayahnya yang semakin padat dengan pembangunan yang cenderung tidak beraturan, beresiko menurunkan kualitas permukiman yang ada di sana, dan merusak lingkungan sekitar. Padahal Kecamatan Moro dikenal kaya akan kearifan lokal kuliner, seni, dan budaya. Dengan menggunakan metode interpretasi visual dari gambaran muka bumi (Google Earth), studi kualitatif deskriptif ini menemukan bahwa terdapat dua bentuk pola persebaran antara lain pola memanjang dan pola lompatan katak. Sebagai pola utama, pola memanjang dapat ditemukan di sepanjang zona perbatasan darat dan air, serta di beberapa wilayah pada zona daratan. Sedangkan pola lompatan katak hanya ditemukan di beberapa titik lokasi pada zona daratan. Walaupun dinilai tidak efektif, pola tersebut memungkinkan adanya ruang-ruang terbuka di kawasan permukiman dan berpotensi menjadi katalis pembangunan di area lain yang belum padat. Terbentuknya kedua pola tersebut di permukiman pesisir ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti mata pencaharian penduduk yang menuntut kemudahan akses terhadap perairan, kedekatan dengan pelabuhan, kemudahan akses terhadap jalan utama atau sekunder, dan keinginan dari penduduknya sendiri.---------------------------------------------------------------------------------------------This study analyses the distribution pattern of coastal settlements in Moro District, Riau Islands, particularly in the southern part of Sugi Bawah Island. It is because the condition of the area is increasingly dense with the development that tends to be irregular and at risk of reducing the quality of the settlements, as well as damaging the surrounding environment. Whereas Moro District is known to be rich in local wisdom such as culinary, art, and culture. By using the visual interpretation method of the earth's surface (Google Earth), this descriptive qualitative study found that there are two forms of distribution patterns, namely linear pattern and leap frog pattern. As the main pattern, the linear development pattern can be found along the land and water boundary zones, as well as in some areas of the land zone. Meanwhile, the leap frog pattern was only found in a few locations in the mainland zone. Although considered ineffective, this pattern allows for open spaces in the settlement areas and has the potential to be a catalyst for development in other areas that are not yet crowded. The formation of these two patterns in coastal settlements was likely influenced by several factors such as the livelihoods of the residents who demand easy access to waters, proximity to ports, easy access to main or secondary roads, and the wishes of the residents themselves.
PENGHAWAAN ALAMI PADA RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PERMUKIMAN WADUK PLUIT DENGAN PENDEKATAN KONSEP RUMAH SEHAT Lestari, Devy Wahyu; Pasaribu, Ramos P.
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 23 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v23i2.7731

Abstract

Rumah sebagai suatu kebutuhan pokok bagi manusia seharusnya dapat memberikan kenyamanan dan tidak berdampak buruk bagi kesehatan penghuninya. Salah satu aspek terpenting pada bangunan rumah tinggal yaitu bagaimana menciptakan penghawaan dan sirkulasi udara yang baik sebagai salah satu kriteria rumah sehat. Namun apabila suatu rumah tinggal dibangun pada lingkungan yang tidak sesuai peruntukan lahan dan dengan segala permasalahan lingkungan yang ada disekitar rumah tinggal tersebut, seperti pada studi kasus rumah tinggal di area permukiman Kawasan Waduk Pluit, perlu dibuat solusi dan konsep rumah sehat yang dapat meminimalisir dampak buruk dari pencemaran lingkungan terhadap keberlangsungan hidup penghuninya. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dan observasi langsung terhadap objek penelitian. Pembahasan pada penelitian ini lebih ditekankan pada penghawaan alami sebagai konsep rumah sehat ditengah permasalahan lingkungan yang ada, ditinjau dari aspek desain, fungsi dan teknologi, untuk selanjutnya dapat ditarik kesimpulan dan solusi yang dapat diterapkan pada bangunan rumah tinggal, juga sebagai standar acuan penghawaan yang baik pada konsep rumah sehat.-------------------------------------------------------------------------------------------House as a basic needs for humans should be able to provide comfort and not have a bad impact for the health of the occupants. One of the most important aspects of a house building is how to create good ventilation and air circulation as one of the criteria for a healthy home. However, if a house is built in an environment that is not in accordance with the land use and with all environmental problems that exist around the houses, such as in the case study of houses in the Waduk Pluit Area, This research aims to create solutions and concepts of healthy homes that can minimize the impact of environmental pollution for the life of the occupants. This research use qualitative descriptive method and direct observation of the research object. The discussion in this study is more about natural ventilation as a healthy home concept in the midst of existing environmental problems, in terms of design, function and technology aspects, then it will make conclusions and solutions that can be applied to houses buildings, as well as a reference standard for good ventilation. on the concept of a healthy home.
CHILDREN’S PLAY CENTER DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKSPRESIONIS DI ROKAN HULU Febrianti, Rahayu; Al Husaini, Muhd Arief; Hidayat, Wahyu
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 23 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v23i2.7094

Abstract

Sepertiga populasi Indonesia terdiri dari anak-anak, dengan total sekitar 80 juta anak. Anak adalah aset bangsa paling berharga sebagai penentu masa depan Indonesia. Anak-anak merupakan masa emas pertumbuhan dan perkembangan manusia. Anak-anak tumbuh dan berkembang setiap harinya melalui bermain. Pada umumnya, anak-anak di Rokan Hulu bermain di dalam rumah, halaman rumah, di gang-gang perumahan, ataupun di jalanan, karena kurangnya RTH dan fasilitas publik ramah anak. Kebutuhan untuk menjamin bahwa anak memiliki tempat bermain yang dirancang baik, aman, dan menyediakan lingkungan bermain yang dapat merangsang perkembangan anak mendorong terbentuknya sebuah Children’s Play Center. Children’s Play Center adalah pusat bermain anak-anak dibawah pengawasan, yang membantu merangsang perkembangan anak melalui materi dan arsitektur. Bermain merupakan cara seorang anak mengekspresikan diri. Oleh karenanya Arsitektur Ekspresionis merupakan pendekatan perancangan sangat sesuai dengan fungsi objek. Tema yang diterapkan pada Children’s Play Center adalah “Balon”. Balon dipilih sebagai tema perancangan untuk mengeskpresikan apa yang sangat sering disukai anak-anak dalam berbagai kesempatan kegembiraan. Balon mengekspresikan pesta, perayaan, dan membuat suasana lebih meriah. Tema balon sangat dominan dalam menentukan bentuk fisik bangunan yang terelaborasikan pada konsep bentuk bangunan, konsep material bangunan dan konsekwensinya terhadap interior bangunan.------------------------------------------------------------------------------------One third of Indonesia's population consists of children, with a total of around 80 million children. Children are the nation's most valuable asset as a determinant of Indonesia's future. Children are a golden period of human growth and development. Children grow and develop every day through play. In Riau, Rokan Hulu Regency has 231,055 children. In general, children in Rokan Hulu play indoors, in the yard, in residential alleys, or on the streets, due to the lack of green open space and child-friendly public facilities. The need to ensure that children have a well-designed, safe, and play environment that can stimulate children's development encourages the formation of a Children's Play Center. The Children's Play Center is a supervised children's play center, which helps stimulate children's development through materials and architecture. Play is a way for a child to express himself, so that the application of Expressionist Architecture is in accordance with the function of the design object. The concept applied to the Children's Play Center is “Balon”, because children generally like balloons. Balloons express parties, celebrations and make the atmosphere more festive.
PENGEJAWANTAHAN KONSEP FILOSOFI, SEJARAH, DAN MASA DEPAN PADA PERANCANGAN MOZAIK JOGJA (Jogja Planning Gallery)) Cahyani, Septi Dwi; Sukandar, Philipus Agus; Wiryono, Junianto Hadi; Jati, Razqyan Mas Bimatyugra
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 23 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v23i2.8553

Abstract

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah daerah setingkat provinsi yang mempunyai keistimewaan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2012. Sejak disahkannya Undang-Undang tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut, upaya-upaya terus dilakukan untuk memaknai dan merealisasikan keistimewaan tersebut sehingga membawa manfaat bagi kehidupan dan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari lima aspek keistimewaan yang diatur, salah satunya terkait dengan Tata Ruang karena secara langsung menyangkut wadah ruang kehidupan dan kesejahteraan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Melalui wujud ruang ini, nilai-nilai luhur keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta dapat tercermin dan diapresiasi oleh masyarakat luas dan menjadi penanda yang tidak lekang oleh perubahan zaman. Satuan Ruang Strategis Sumbu Filosofi adalah salah dari 18 Satuan Ruang Strategis Kasultanan Dan Kadipaten yang ada di DIY. Satuan ruang tersebut ditata berdasarkan filosofi yang mendalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan Alam, serta mencerminkan perjalanan hidup manusia sejak lahir hingga menghadap Yang Maha Kuasa. Sumbu filosofi ini tidak hanya dikenal sebagai tata kota, tetapi juga simbol kehidupan manusia sangkan paraning dumadi serta simbol lingga dan yoni. Bangunan yang berada di kawasan sumbu filosofi harus mewujudkan citra karakter kawasan Sumbu Filosofi yang merupakan bagian dari Sumbu Imajiner berupa garis lurus yang sudah diatur dalam peraturan. Sinergi keberadaan sejarah perkembangan Yogyakarta sebagai kota budaya dan kawasan cagar budaya turut menjadi perhatian penting dalam perancangan bangunan, dengan harapan masa depan Daerah Istimewa Yogjakarta sebagai Kota Budaya yang Berkelanjutan.----------------------------------------------------------------------------------------The Special Region of Yogyakarta is an area at the provincial level that has privileges within the framework of the Republic of Indonesia as regulated in Law No. 13 of 2012. Since the enactment of the Law on the Privileges of the Special Region of Yogyakarta, efforts have been continuously made to interpret and realize these privileges. It brings benefits to the life and territory of the Special Region of Yogyakarta. Of the five aspects of privilege that are regulated, one of them is related to Spatial Planning because it directly involves the content for the life and welfare of the people in the Special Region of Yogyakarta. Through this form of space, the noble values of the privileges of the Special Region of Yogyakarta can be reflected and appreciated by the wider community and become a marker that is timeless. The Philosophy Axis Strategic Space Unit is one of the 18 Sultanate and Duchy Strategic Space Units in DIY. The spatial unit is arranged based on a deep philosophy of human relationship with God and Nature, and reflects the journey of human life from birth to facing the Almighty. The axis of this philosophy is not only known as urban planning, but is also a symbol of human life, “sangkan paraning dumadi” and the symbol of the “lingga” and “yoni”. Buildings located in the philosophical axis area must embody the character image of the Philosophical Axis area which is part of the Imaginary Axis in the form of a straight line that has been regulated in the regulations. The synergies of the historical development of Yogyakarta as a city of culture and a cultural heritage area are also an important concern in building design, with the hope of the future of the Special Region of Yogyakarta as a Sustainable City of Culture.
MACAM METODE PENELITIAN DALAM ARSITEKTUR Muafani, -; Purwanto, LMF
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 23 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v23i2.7001

Abstract

Dalam melakukan sebuah penelitian perlu memahami tentang metode yang akan diambil sebagai dasar menentukan desain penelitian nantinya. Metodologi penelitian yang terdiri dari kata Metodologi yang berasal dari kata “metode” memiliki arti sebagai cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, sedangkan “logos” yang mengandung arti ilmu atau pengetahuan. Sehingga kata metodologi memiliki arti cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan kata “Penelitian” adalah suatu kegiatan yang diawali dari mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis hingga menyusun sebuah laporan. Dengan kata lain, metodologi penelitian merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempersoalkan tentang cara-cara melaksanakan penelitian hingga menyusun laporan yang telah didasarkan pada fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah. Untuk menjabarkan berbagai macam metode penelitian yang ada, pembahasan penulisan ini dilakukan dengan menggunakan kajian literatur. Sehingga dalam menentukan desain penelitian dapat diawali dengan pemahaman tentang metode-metode yang akan diambil. Hal inilah yang nantinya diharapkan dapat mendukung penelitian dalam arsitektur.--------------------------------------------------------------------------------------In conducting a research, it is necessary to understand the method that will be taken as the basis for determining the research design later. Research methodology consists of the word methodology which comes from the word "method" which means the right way to do something, while "logos" which means science or knowledge. So the word methodology has the meaning of a way of doing something by using the mind carefully to achieve a goal. While the word "research" is an activity that begins with searching, recording, formulating and analyzing to compiling a report. In other words, research methodology is a branch of science that questions about ways to carry out research to compile reports that have been based on scientific facts or phenomena. To describe the various existing research methods, the discussion of this paper is carried out using a literature review. So that in determining the research design, it can be started with an understanding of the methods to be taken. This is what is expected to support research in architecture. 
IDENTIFIKASI PATH SEBAGAI BAGIAN PENTING PEMBENTUK CITRA KOTA DI KORIDOR JALAN MONDORAKAN KOTAGEDE YOGYAKARTA Febriarto, Prasetyo; Fidali, Nurizka
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 23 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v23i2.7238

Abstract

Salah satu elemen penting pembentuk citra kota yaitu path dengan tujuan mewujudkan satu kesatuan yang terhubung dan terintegrasi. Penelitian terhadap kualitas Path dapat dibuktikan melalui identifikasi terhadap path, dan penelitian lapangan untuk menverifikasi teori citra kota path dan delapan elemen teori kualitas fisik lingkungan kota. Kotagede merupakan suatu kawasan yang memiliki nilai sejarah dan menjadi kawasan wisata budaya dengan banyak atraksi meliputi wisata sejarah, wisata arsitektur, atraksi buatan sehingga mempunyai identitas dan wajah kota yang kuat dan menarik serta  memiliki daya tarik seperti Pasar Kotagede dan monumen  Ngejaman. Lokasi studi ini menjadi identitas dan menjadi tujuan yang jelas sebagai citra sebuah kota. Maka tujuan penelitian ini, yaitu mengidentifikasi kejelasan fisik path dan fisik lingkungan koridor. Metode penelitian menggunakan deskriptif eksploratif dengan teknik pengumpulan data primer dan data sekunder kemudian analisis. Temuan penelitian merupakan hasil analisis citra kota path dan kualitas fisik lingkungan kota dan didapatkan bahwa terdapat kejelasan kualitas kondisi fisik koridor mempengaruhi kejelasan fisik Path. Simpulan yang didapat yaitu terdapat kesamaan citra kota path dan kualitas fisik lingkungan kota terhadap lokasi penelitian, path di koridor ini jelas dan kuat, kualitas fisik lingkungan kota yaitu delapan element dari Hamid Shirvani terhadap lokasi penelitian terlihat jelas dan mempengaruhi kejelasan Path.-------------------------------------------------------------------------------------------One of the essential elements forming the city's image is the path to realizing a connected and integrated whole. Research on the quality of the path can be proven by identifying the path. Then,  field research to verify the theory of the path city image and the eight elements of the theory of the physical quality of the urban environment. Kotagede is an area that has historical value and has become cultural tourism. That location has many attractions, including historical tourism, architectural tourism, and artificial attractions, so it has a strong and attractive identity and face of the city and attractions such as the Kotagede Market and the Ngejaman monument. The location of this study becomes an identity and a clear goal as an image of a city. So the purpose of this study is to identify the path's physical clarity and the corridor's physical environment. The research method uses descriptive exploratory with primary data collection techniques, secondary data, and then analysis. The research findings are the results of the analysis of the image of the city path and the physical quality of the city environment, and it is found that there is clarity in the quality of the physical condition of the corridor affecting the physical clarity of the path. The conclusions obtained are that there are similarities in the image of the city path and the physical quality of the city environment to the research location, the path in this corridor is clear and strong. The physical quality of the city environment, namely the eight elements from Hamid Shirvani to the research location, is visible and affects the path's clarity.
ADAPTASI DESAIN STASIUN TERHADAP SISTEM DIGITALISASI PERSINYALAN PADA KOTA PINTAR Saraswati, Ratri Septina; Purwanto, LMF
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 23 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v23i2.7007

Abstract

Kota pintar memberikan persyaratan yang beragam, salah satunya kelancaran mobilitas penduduk, maka direncanakan perjalanan yang terintegrasi. Kemudian muncullah kebutuhan efisiensi waktu, sehingga muncul pula kebutuhan penambahan kecepatan, kemudahan, dan keamanan. Maka dalam dunia transportasi muncullah revolusi transportasi, revolusi dari peralatan yang bersifat manual, mekanik dan elektrik, menjadi peralatan elektrik dan digital, dan stasiun kereta api akan menjadi objek utama untuk menerapkan inovasi baru.dari konektifitas antar moda transportasi di sebuah kota pada masa depan akan terlihat bahwa operator di stasiun kereta api akan menjadi pemimpin sistem integrasi secara digital, terhubung dengan operator - operator kereta lainnya, bis kota, metro, hingga pada kendaraan pribadi dan parkir otomatis. Artinya secara arsitektural, stasiun kereta api di setiap Daerah Operasi yang akan beralih ke sistem digital, membutuhkan penyesuaian desain pada bangunan bersejarah, beradaptasi dengan kebutuhan masa mendatang.-----------------------------------------------------------------------------------------Smart cities provide various requirements, one of which is the smart mobility of the people, so an integrated trip is planned, then need for time efficiency, additional speed, convenience, and security. So, in the  transportation subject, there will be a transportation revolution, a revolution from equipment that is manual, mechanical and electrical, to electrical and digital equipment, and the stations will become the main object for implementing new innovations. It can be seen that operators at the stations will become leaders in digital integration systems, connecting with other train operators, city bus, metro, to private vehicles and automatic parking. This means that architecture, the stations in each Operational Area that will switch to a digital system, require design adjustments to their historical buildings, adapting to future needs.
KAJIAN PERUBAHAN PERMUKIMAN SUKU BAJO BERDASARKAN KONSEP TRANSFORMASI KEBUDAYAAN IGNAS KLEDEN Salipu, Muhammad Amir; Mulyati, Ahda; Nurmaningtyas, Anggia Riani; Santoso, Imam
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 23 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v23i2.7830

Abstract

Permukiman suku Bajo yang dikenal dengan permukiman di atas laut tersebar di beberapa wilayah perairan di Indonesia, salah satunya di wilayah pantai BajoE, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Awalnya mereka tinggal di atas perahu, kemudian mengalami perubahan, mulai membuat rumah di atas alr, lalu berangsur-angsur bergeser membangun rumah di daratan. Perubahan permukiman dari laut ke daratan merupakan proses yang cukup lama dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar baik faktor fisik (alam) maupun non fisik (kebudayaan). Menurut Kleden, (1987), perubahan kebudayaan sebagai sebuah proses merupakan gerakan tiga langkah sesuai arah pandang perubahan yang dapat disebut sebagai proses transformasi kebudayaan. Transformasi kebudayaan, adalah perubahan pada sistem nilai (value system), kerangka pengetahuan dan makna (system meaning), tingkah laku, interaksi dan pelembagaan bentuk-bentuk interaksi. Konsep transformasi kebudayaan tersebut dapat dipergunakan untuk mengkaji transformasi permukiman suku Bajo di BajoE dari arah pandang perubahan fisik permukiman, sosial dan ekonomi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kepustakaan, wawancara dan tinjauan lapangan untuk mendeskripsikan perubahan yang terjadi baik fisik maupun non fisik dari permukiman suku Bajo. Metode kepustakaan dipergunakan karena data yang berkaitan dengan masa lalu tidak dapat diamati secara empiris seperti pemahaman terhadap peristiwa masa lalu yang berkaitan dengan sejarah, persepsi dan sistem nilai budaya.  Berdasakan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa konsep trasnformasi kebudayaan Ignas Kleden dapat menjelaskan proses transformasi permukiman suku Bajo yang terdiri atas tiga langkah yaitu: integrasi, desintegrasi, reintegrasi (value system) dan orientasi, disorientasi, reorientasi (system of meaning). Di samping itu, perubahan kebudayaan akan merubah: Tingkah laku dari penerimaan pola, adakalanya melalui penolakan pola menjadi penerimaan pola-pola baru. Orang yang berinteraksi dari sosilisasi, melalui disosialisasi menjadi resosialisasi. Serta pemantapan bentuk-bentuk interaksi dari organisasi, melalui disorganisasi menjadi reorganisasi. Dampak dari perubahan lokasi tersebut terhadap aspek fisik adalah terjadinya perubahan pada: lokasi rumah (di atas laut ke daratan), bentuk, luas, dan tampilan rumah. Dampak pada aspek non fisik yaitu peningkatan aspek sosial ekonomi masyarakat suku Bajo di BajoE Kabupaten Bone.---------------------------------------------------------------------------The settlements of the Bajo tribe, which are known as settlements on the sea, are scattered in several water areas in Indonesia, one of which is in the BajoE coastal area, Bone Regency, South Sulawesi. At first they lived on a boat, then underwent changes, began to build houses on the river, then gradually shifted to building houses on land. Changes in settlements from sea to land is a long process and is influenced by the surrounding environment, both physical (natural) and non-physical (cultural) factors. According to Kleden, (1987), cultural change as a process is a three-step movement according to the direction of change which can be called a process of cultural transformation. Cultural transformation, is a change in the value system, the framework of knowledge and meaning (system meaning), behavior, interaction and institutionalization of forms of interaction. The concept of cultural transformation can be used to examine the transformation of Bajo tribal settlements in BajoE from the perspective of physical, social and economic changes in settlements. This research was conducted using literature, interviews and field reviews to describe changes that occurred both physically and non-physically from the Bajo tribal settlements. The library method is used because data related to the past cannot be observed empirically such as understanding past events related to history, perceptions and cultural value systems. Based on the results of the study, it was concluded that the concept of cultural transformation of Ignas Kleden can explain the transformation process of the Bajo tribal settlements which consists of three steps, namely: integration, disintegration, reintegration (value system) and orientation, disorientation, reorientation (system of meaning). In addition, cultural change will change: Behavior from acceptance of patterns, sometimes through rejection of patterns to acceptance of new patterns. People who interact from socialization, through being socialized into resocialization. As well as strengthening the forms of interaction from the organization, through disorganization into reorganization. The impact of the change in location on the physical aspect is a change in: the location of the house (above the sea to the mainland), the shape, area, and appearance of the house. The impact on non-physical aspects is an increase in the socio-economic aspects of the Bajo tribal community in BajoE, Bone Regency.
STUDI PENERAPAN PRINSIP INTERAKTIF PADA DESAIN INTERIOR Wijaya, Ida Bagus Ananta
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 23 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v23i2.7841

Abstract

Teknologi yang terus berkembang telah mempengaruhi berbagai sektor. Seiring dengan perkembangan yang ada, desain interior juga mengikuti perkembangan tersebut. Pandemic covid-19 telah mengakibatkan kejenuhan masyarakat serta kebutuhan akan hiburan di semua sektor. Dari analisa yang sudah dilakukan, desain interior yang interaktif merupakan salah satu cara untuk untuk menjawab kondisi yang ada yaitu kejenuhan masyarakat serta pendukung aktivitas selama pandemi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana aplikasi teknologi dapat digunakan untuk menjadikan elemen interior seperti lantai, dinding, plafon maupun perabot menjadi interaktif.  Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode exploratif dan deskriptif, yaitu menggunakan studi literatur untuk mediskripsikan berbagai macam cara dan konsep dalam membuat desain interior yang interaktif. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan dapat membantu desainer interior untuk mengetahui bagaimana penerapan elemen interaktif pada elemen interior melalui material yang digunakan, teknologi dan perangkat yang mendukungnya. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah perkembangan teknologi dapat membuat interior semakin interaktif.------------------------------------------------------------------------------------------Constantly evolving technologies have affected various sectors. Along with the existing developments, interior design also follows these developments. The COVID-19 pandemic has resulted in community saturation as well as the need for entertainment in all sectors. From the analysis that has been carried out, interactive interior design is one way to answer existing conditions, namely community saturation and supporting activities during the pandemic. The purpose of this study is to find out how the application of technology can be used to make interior elements such as floors, walls, ceilings and furniture interactive.  The methodology used in this study is explorative and descriptive methods, namely using literature studies to medically describe various ways and concepts in making interactive interior designs. The results obtained from this study are expected to help interior designers to find out how to apply interactive elements to interior elements through the materials used, technology and devices that support them. The conclusion obtained from this study is that technological developments can make the interior more interactive.

Page 8 of 12 | Total Record : 113