cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Mintakat: Jurnal Arsitektur
ISSN : 14117193     EISSN : 26544059     DOI : 10.26905
Core Subject : Social, Engineering,
Mintakat: Jurnal Arsitektur (JAM) dalam versi jurnal online yang terbit di tahun 2017 ini sebenarnya adalah format baru dari penerbitan offline sejak tahun 2000. Jurnal ini diterbitkan oleh oleh Group Konservasi Arsitektur & Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Merdeka Malang. Dalam format online JAM merencanakan akan terbit 2 (dua) kali dalam setiap volume pada bulan Maret dan September.
Arjuna Subject : -
Articles 113 Documents
KEBERLANJUTAN SOSIAL-EKONOMI DESA WISATA ADAT OSING DI KEMIREN BANYUWANGI Cayarini, Filomina Dwi; Giriwati, Novi Sunu Sri; Azis, Sri Utami; Kusdiwanggo, Susilo
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 23 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v23i2.6950

Abstract

Keberlanjutan sosial-ekonomi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata, apalagi di era pandemi saat ini. Faktanya pariwisata adat atau budaya menjadi pemasukan terbesar ekonomi negara-negara berkembang non-barat. Namun adanya pandemi Covid-19 membuat penurunan jumlah wisatawan mancanegara termasuk wisatawan yang menuju Indonesia. Desa Wisata Adat Osing merupakan desa wisata adat di Kabupaten Banyuwangi yang merasakan dampak dari pandemi ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa atau mengkaji keberlanjutan soial-ekonomi pada Desa Wisata Adat Osing Kemiren yang kemudian dihubungkan dengan keaadaan pandemi Covid-19 saat ini. Adapun metode yang digunakan berupa deskriptif-kualitatif, dengan menambahkan analisa mengenai keberlanjutan sosial-ekonomi yang dilihat dari parameter SDGs dalam mendukung keberlanjutan. Hasil dari studi ini mendapatkan bahwa Desa Wisata Adat Osing sudah mengarah pada keberlanjutan sosial-ekonomi namun pada era New Normal ini perlu ditingkatkan strategi-strategi yang lebih mapan dalam menunjang perekonomian serta kondisi sosial masyarakat setempat agar keberlanjutan sosial-ekonomi pada desa tersebut lebih terjamin.Kata kunci: Desa Wisata Adat, Desa Kemiren, Keberlanjutan Sosial-Ekonomi, Pariwisata
PENGARUH SOSIAL BUDAYA TERHADAP KONSISTENSI RUANG MASJID PATHOK NEGARA AD-DAROJAT, BABADAN, BANTUL Ikhsani, Intan Mahardika; Sholihah, Arif Budi; Fildzhah, Ina
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 23 No. 2 (2022): September 2022
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v23i2.7270

Abstract

Masjid Pathok Negara Ad-Darojat, Babadan merupakan salah satu dari empat masjid Pathok Negara di Yogyakarta dimana saat ini sudah mengalami bebagai perubahan fisik yang dipengaruhi oleh banyak aspek salah satunya, sosial budaya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh sosial budaya dapat mempengaruhi konsistensi, pembentukan atau bahkan perubahan ruang pada Masjid Pathok Negara Ad-Darojat Babadan. Adapun metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif deskriptif dimana lebih berfokus pada gambaran visual masjid yang diuraikan dalam bentuk deskripsi. Data dikumpulkan dengan observasi pada masjid untuk mengetahui informasi perkembangan sosial budaya pada kawasan sekitar masjid, denah, beserta ruangannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun telah mengalami renovasi dari waktu ke waktu, Masjid Pathok Negara Babadan tetap memiliki konsistensi bentuk pada tatanan ruang pangimaman, liwan, dan pawestren dimana tatatan tersebut tidak pernah diganggu gugat oleh masyarakat setempat karena tatanan spasial masjid tersebut mengikuti pakem desain masjid kasultanan di wilayah Yogyakarta. Perubahan hanya terjadi pada pelebaran dan perluasan ruangan akibat pengaruh sosial budaya masjid yang saat ini sering digunakan sebagai tempat berkumpul masyarakat. Dengan demikian, pengaruh sosial budaya pada masjid hanya berkaitan pada ekspansi ruang dan tidak memengaruhi tipologi masjid terutama pada 3 ruang utama masjid.------------------------------------------------------------------------------------------Pathok Negara Ad-Darojat Babadan Mosque is one of the four Pathok Negara mosques in Yogyakarta which is currently experiencing various physical changes which are influenced by many aspects, one of which is socio-cultural. For this reason, this study aims to determine how socio-cultural influences can affect the consistency, formation or even change of space at the Pathok Negara Ad-Darojat Babadan Mosque. The research method used is a descriptive qualitative approach which focuses more on the visual image of the mosque which is described in the form of a description. Data were collected by observing the mosque to find out information on socio-cultural developments in the area around the mosque, the floor plans, and the rooms. The results show that although it has undergone renovations from time to time, the Pathok Negara Babadan Mosque still has a consistent form in the spatial arrangement of pangimaman, liwan, and pawestren where the layout of the mosque is never contested by the local community because the spatial structure of the mosque follows the design standards of the Sultanate Mosque. in the Yogyakarta area. Changes only occur in the widening and expansion of the room due to the socio-cultural influence of the mosque which is currently often used as a community gathering place. Thus, the socio-cultural influence on the mosque is only related to the expansion of space and does not affect the typology of the mosque, especially in the 3 main rooms of the mosque.
Studi Kenyamanan Ruang Kelas Gedung Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang Wahyono, Jarot; Harjanto, Suryo Tri
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 24 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v24i1.8345

Abstract

Kenyamanan termal pada bangunan memiliki manfaat yang besar bagi pengguna bangunan. Bangunan dengan kenyamanan termal ideal memberi dampak positif pada produktifitas pengguna bangunan saat beraktifitaas di dalam bangunan. Kenyamanan termal dalam bangunan dapat diwujudkan dengan memperhatikan 3 komponen utama, yaitu suhu ruangan, kelembapan ruang dan aliran udara dalam ruang. Ketiga komponen tersebut berpengaruh langsung terhadap kenyamanan termal ruang dan saling terkait satu sama lain. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui tingkat kenyamanan termal pada obyek tersebut sehingga dapat meningkatkan aspek positif pada obyek, serta memberikan masukan terkait aspek negatif pada obyek, sehingga dapat dilakukan pembenahan agar terwujud ruangan dengan kenyamanan termal yang ideal. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode komparasi. Komponen yang menjadi obyek komparasi yaitu standar kenyamanan termal dari studi literatur dan data lapangan yang dihimpun melalui pengukuran pada obyek penelitian. Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan data standar komparasi dengan fokus pokok bahasan pada kenyamanan termal ruangan beriklim tropis lembab. Sedangkan data lapangan dikumpulkan melalui proses pengukuran di lapangan menggunakan metode longitudinal, yaitu pengambilan data pada lokasi yang sama dengan rentang waktu berbeda. Hasil komparasi dari standar kenyamanan termal dan data lapangan menunjukkan bahwa kenyamanan termal pada obyek belum terpenuhi secara keseluruhan. Terdapat komponen yang tidak sesuai dengan standar kenyamanan termal antara lain suhu pada pukul 10:00 - 16:00 WIB yang cenderung melebihi batas kenyamanan suhu ideal. Kelembapan udara dalam ruang juga tidak sesuai standar dan cenderung melebihi ambang batas standar kenyamanan kelembapan udara dalam ruang. Begitu pula dengan aliran udara dalam ruang yang belum memenuhi standar kenyamanan termal pada seluruh periode waktu pengukuran. Gedung arsitektur ITN Malang masih memiliki kekurangan dalam aspek kenyamanan termal, khususnya dalam aspek kelembapan udara dan suhu yang cenderung terlampau jauh dari standar kenyamanan termal.-------------------------------------------------------------------------------------------Thermal comfort in buildings has great benefits for users of these buildings (Lippsmeier, 2003). Buildings with ideal thermal comfort have a positive impact on the productivity of building users when they are active in the building. Thermal comfort in buildings can be realized by paying attention to 3 main components, namely room temperature, humidity and airflow in the room. These three components directly affect the thermal comfort of the room and are interrelated with each other. The purpose of this study is to determine the level of thermal comfort on the object so that it can increase the positive aspects of the object, as well as provide input regarding the negative aspects of the object, so that improvements can be made to realize a room with ideal thermal comfort. The research method used is the comparative method. The component that becomes the object of comparison is the standard of thermal comfort from the literature study and field data collected through measurements on the research object. Literature study was conducted to collect standard comparative data with a focus on thermal comfort in a humid tropical climate. Meanwhile, field data was collected through a measurement process in the field using the longitudinal method, namely data collection at the same location with different time spans. The results of the comparison of the standard of thermal comfort and field data show that the thermal comfort of the object has not been met as a whole. the temperature component is not in accordance with the standard of thermal comfort at 10:00 - 16:00 WIB which tends to exceed the ideal comfort limit. Air humidity is also not up to standard and exceeds the standard threshold. The indoor air flow also does not meet the thermal comfort standards for the entire period of time. ITN Malang architectural building still has shortcomings in terms of thermal comfort, especially in terms of humidity and temperature which tend to be too far from the standard of thermal comfort.
Nature-Connection: Analisis Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Elemen Biophilic Architecture pada Rumah Tinggal Permana, I Made Dwi; Prihartini, I Gusti Ayu Agung Manik; Kuncoro, Denok Estu; Defiana, Ima
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 24 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v24i1.9138

Abstract

Masifnya pembangunan di bidang arsitektur menyebabkan berkurangnya ketersediaan ruang terbuka hijau, baik di lingkup perkotaan maupun rumah tinggal. Minimnya ruang terbuka hijau dapat berdampak buruk pada lingkungan alam dan kesejahteraan manusia, dimana hubungan kedua aspek tersebut semakin terpisah. Biophilic architecture menjadi sebuah pendekatan desain arsitektur yang mampu menghubungkan antara lingkungan alam dan manusia, khususnya dalam lingkup rumah tinggal. Penelitian bertujuan untuk menganalisis elemen biophilic architecture dan memberikan usulan desain untuk penerapan ruang terbuka hijau sebagai bentuk nature connection pada hunian rumah tinggal. Terdapat tiga rumah tinggal yang dijadikan objek penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer meliputi observasi, sketsa, foto dokumentasi dan data sekunder meliputi studi literatur tentang biophilic architecture. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga studi kasus telah menunjukkan karakteristik dari biophilic architecture dan usulan desain terkait kekurangan yang ada pada aspek ruang terbuka hijau pada pekarangan masing-masing rumah. --------------------------------------------------------------------------------------------The massive development in the field of architecture has reduced the availability of green open spaces, both in urban and residential areas. The lack of green open space causes a negative impact on aspects of the natural environment and human welfare, where the connection of that aspects are increasingly separated. Biophilic architecture is an architectural design approach that is able to connect between the natural and human environment, especially in the housing sphere. This study aims to analyze aspects of biophilic architecture and provide design suggestions for the application of green open spaces as a form of natural connection to residential homes. There are three residential houses that are used as research objects. The research method used is a qualitative descriptive approach. Data collection was carried out by collecting primary data in the form of observations, sketches, photo documentation and secondary data in the form of literature studies on biophilic architecture. The results of the research show that the three case studies have shown biophilic architectural characteristics and design proposals related to the deficiencies that exist in the aspect of green open space in the yard of each house.
Revitalisasi Taman Ghairah sebagai Kawasan Cagar Budaya di Kota Banda Aceh Munira, Dara; Muftiadi, Muftiadi; Dewi, Cut
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 24 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v24i1.8945

Abstract

Taman Ghairah merupakan salah satu bagian dari Istana Darud Duniya Kerajaan Aceh Darussalam yang didokumentasikan oleh Nuruddin Ar-Raniry dalam kitabnya yaitu Bustanussalatin. Menurunnya fungsi dan nilai sejarah dari Taman Ghairah menjadikan taman ini mulai dilupakan dan hilang dari ingatan sebagian besar masyarakat Kota Banda Aceh. Taman Ghairah ini sekarang lebih dikenal dengan Taman Sari Gunongan dan Taman Putro Phang. Oleh karena itu, lokasi penelitian ini berfokus pada salah satu taman ini, yaitu Taman Putro Phang yang berada di Gampong Peuniti, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana ingatan masyarakat Kota Banda Aceh akan keberadaan dan bentuk Taman Ghairah, serta cara merevitalisasi Taman Putro Phang yang merupakan bagian dari Taman Ghairah sebagai kawasan cagar budaya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, studi literatur, dan dokumentasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa Pinto Khop yang berada di Taman Putro Phang merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang merupakan bagian dari Taman Ghairah, dimana bentuk serta kondisinya yang sudah tidak utuh dan tidak sama lagi seperti pada masa lalu, sehingga sudah mulai dilupakan oleh sebagian besar masyarakat Kota Banda Aceh. Hal ini dapat dijadikan alasan mengapa taman ini perlu divitalkan kembali sebagai salah satu kawasan cagar budaya yang pernah eksis pada masa Kerajaan Aceh Darussalam serta menguatkan kembali nilai penting yang terkandung didalamnya, dan mengembalikan lagi kondisi yang ada di masa lalu pada lingkungan Taman Putro Phang yang merupakan bagian dari Taman Ghairah. Dengan demikian, penelitian ini menghasilkan rekomendasi berupa konsep revitalisasi Taman Putro Phang.------------------------------------------------------------------------------------------Taman Ghairah is one part of the Darud Duniya Palace, the Kingdom of Aceh Darussalam, which was documented by Nuruddin Ar-Raniry in his book, Bustanussalatin. The decline of its the function and the forgotten of its historical value of Taman Ghairah makes this garden begin to be forgotten and disappear ftom the collective memories of most people in Kota Banda Aceh. Taman Ghairah is now located around and known as Taman Sari Gunongan and Taman Putro Phang. Therefore, this research took one of these gardens, Taman Putro Phang located in Gampong Peuniti, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, as a case study. The aims of this study is to determine the extent to which the people of Kota Banda Aceh remember the existence and form of Taman Ghairah as well as how to revitalize Taman Putro Phang which is the part of Taman Ghairah as a cultural heritage area. This research is a qualitative research with data collection techniques involves observation, interviews, literature study, and documentation. The results of this study indicate that Pinto Khop which is located in Taman Putro Phang is one of the cultural heritage buildinga which is the part of Taman Ghairah, where the shape and condition are no longer intact and no longer the same as in the past, so it has begun to be forgotten by some large community of Kota Banda Aceh. This can be used a reason why this garden needs to bo revived as one of the cultural heritage area that once existed durong the Aceh Darussalam Kingdom and reinforce the important values contained in it, and restore the conditions that existed in the past in Taman Putro Phang environment which is the part of Taman Ghairah. Therefore, this study produces a recommendation in the form of the concept of revitalizing Taman Putro Phang.
Efektivitas Penerapan Arsitektur Ekologi dan Hi-Technology pada Perpustakaan Taiwan sebagai Referensi Arsitektur Eco-Technology Carol, Niq'q Jean; Rangkuty, Gladies Imanda Utami
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 24 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v24i1.9044

Abstract

Sebuah bangunan sudah seharusnya dirancang agar dapat beradaptasi dengan teknologi masa kini serta memperhatikan keberlanjutannya di masa depan. Oleh karenanya konsep ekologis bisa menjadi jawaban yang terkait dengan prinsip utama konservasi energi. Melalui tulisan ini, peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai penerapan arsitektur gabungan ekologis dan high-technology, yaitu arsitektur ecotechnology. Penelitian ini bertujuan untuk mengobservasi efektivitas penerapan arsitektur ekologis dan high-technology yang diterapkan pada bangunan perpustakaan di Taiwan sebagai referensi penerapan arsitektur eco-technology. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana data penelitian dikumpulkan dengan menerapkan teknik observasi serta studi literatur. Obyek observasi adalah Taoyuan Public Library Longgang Branch dan National Taipei University Library. Hasil dari penelitian ini adalah penerapan prinsip arsitektur eco-technology yaitu bangunan dapat merespon iklim setempat ditandai dengan orientasi bangunan tidak menghadap timur dan barat; meminimalisir penggunaan energi dengan adanya panel surya; menggunakan material ramah lingkungan seperti kayu dan wood wool cement board; menggunakan teknologi tepat guna pada penggunaan panel surya yang mengurangi biaya listrik; pemaparan bagian dalam bangunan dengan menunjukkan struktur dan tangga di luar bangunan; memberikan pemahaman konsep konstruksi kepada setiap orang; transparansi, pelapisan, serta pergerakan bangunan yang terlihat dari luar; pemberian warna cerah dan merata; penggunaan material baja; dan memiliki desain yang optimis terhadap perkembangan zaman di masa depan.------------------------------------------------------------------------------------------A building should be designed to adapt to today's technology and pay attention to its sustainability in the future. Therefore the ecological concept can be an answer related to the main principle of energy conservation. Through this paper, researchers wish to examine the application of a combined ecological and high-technology architecture, namely eco-technology architecture. This study aims to observe the effectiveness of the ecologic application and high-technology architecture applied to library buildings in Taiwan as a reference for the application of eco-technology architecture. This study uses a qualitative method where research data is collected by applying observation techniques and literature studies. The objects of observation are the Taoyuan Public Library Longgang Branch and the National Taipei University Library. The results of this study are the application of eco-technology architectural principles, namely that buildings can respond to the local climate, marked by the orientation of the building not facing east and west; minimize energy use with solar panels; using environmentally friendly materials such as wood and wood wool cement board; using appropriate technology in the use of solar panels that reduce electricity costs; exposure of the inside of the building by showing structures and stairs outside the building; provide an understanding of construction concepts to everyone; transparency, layering, as well as the visible movement of the building from the outside; giving bright and even color; use of steel materials; and has an optimistic design for future developments.
Arsitektur Biofilik sebagai Konteks pada Workspace-Residential Hybrid Shabri, Sayyidah Rafi Dianya; Audina, Shafira Zulfa; Ramma, Zwasty Paskahlia; Jingga, Azharine Purwa; Defiana, Ima
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 24 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v24i1.9139

Abstract

Fenomena Work from Home adalah perubahan perilaku dan kebutuhan manusia yang paling terlihat semenjak pandemi Covid-19. Kebutuhan manusia akan tempat tinggal sekaligus menjadi tempat kerja meningkat akibat pembatasan individu untuk keluar dari rumah. Penelitian ini dilakukan berdasarkan fenomena tersebut dan bertujuan untuk mengkaji kebutuhan individu terhadap hibridisasi rumah tinggal dengan workspace sebagai salah satu upaya adaptasi pasca pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan membandingkan kondisi eksisting beberapa rumah hunian dari beberapa kota berbeda yang mengalami dampak dari masa pandemi Covid-19 dan memerlukan workspace sebagai area bekerja di dalam rumah. Penelitian ini melakukan evaluasi beberapa rumah tinggal dan mengusulkan konsep workspace-residential hybrid dengan pendekatan arsitektur biofilik, yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan hybrid workspace pada masa pasca pandemi.--------------------------------------------------------------------------------------------The phenomenon of Work from Home is the most visible change in human behavior and needs since the post-Covid-19 pandemic. The human need for a place to live which is also becoming a place to work has increased due to restrictions on individuals leaving their homes. This research was conducted based on this phenomenon and aims to examine individual needs for hybridization of residential homes and workspaces as an effort for adaptation after the Covid-19 pandemic. This study uses a descriptivequalitative method by comparing the existing conditions of several residential houses from several different cities that have experienced the impact of the Covid-19 pandemic and require a workspace as an area to work at home. This research resulted in an evaluation of several residential houses and the concept of a hybrid workspace and residential with a biophilic architectural approach which is expected to be able to meet the needs of a hybrid workspace in the post-pandemic.
Pusat Pendidikan dan Terapi Anak Autis di Yogyakarta (Penekanan pada Ruang Ekspresi Bermusik Anak Autis) Ahdiyani, Wisdha; Saptorini, Hastuti
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 24 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v24i1.9005

Abstract

Autis merupakan gangguan perkembangan anak yang mengganggu komunikasi, interaksi social dan gangguan perilaku. Departemen Kesehatan memperkirakan bahwa ada antara 150.000 dan 200.000 anak autis di Indonesia. Dengan potensi D.I Yogyakarta sebagai tempat dengan jumlah penderita autis yang cukup besar. Di Yogyakarta, penderita autis belum terfasilitasi oleh bangunan terapi secara terpadu. Perilaku khusus anak autis yang berlebihan dan berkekurangan membutuhkan pengarahan untuk menyalurkan dan mengekspresikan perilaku mereka dengan terapi bermusik. Musik merupakan kegiatan terapi yang rutin dilakukan dan banyak menarik minat anak. Melalui metode survey lapangan dan observasi partisipatif, peta perilaku mereka mengindikasikan ketertarikan anak saat mengekspresikan kegiatan bermusik. Perilaku anak autis yang berlebihan dan cenderung membahayakan serta perilaku anak berkekurangan yang memerlukan stimulasi meningkatkan respon mereka terhadap suatu hal. Temuan karateristik perilaku mereka yang dijadikan landasan analisis dalam memformulasikan konsep rancangan pusat pendidikan dan terapi yang diaplikasikan pada rancangan ampiteater dengan sisi yang dapat memantulkan bunyi karena adanya kemiringan disatu sisi untuk mencegah suara bising keluar dari ruang bermusik outdoor. Serta studio musik dan ruang audio visual pada wilayah indoor yang menerapkan akustik ruang sesuai dengan volume suara yang dihasilkan saat bermusik.--------------------------------------------------------------------------------------------Autism is a development disorder in child that interferes with communication, social interaction and behavioral disorders. The Ministry of Health estimates autistic children in Indonesia between 150.000 and 200.000. Potential of D.I Yogyakarta as a place with a large number of autistic patients. In Yogyakarta, autism have not facilitated by an integrated building therapy. Autistic children's special behavior that is excessive and deficient requires direction to channel and express their behavior with music therapy. Music is a activity therapy routinely carried out and attracts a lot with interest children's. Through field survey methods and participatory observation, their behavior maps indicate children's interest in expressing musical activities. The behavior of autistic children that is excessive and tends to be harmful and the behavior of children with disabilities that require stimulation increase their response to something. The findings of their behavioral characteristics are used as the basis for analysis in formulating the concept of an education and therapy center design which is applied to the design of an amphitheater with a side that can reflect sound due to a slope on one side to prevent noise from coming out of the outdoor music room. As well as a music studio and audio-visual room in the indoor area that applies room acoustics according to the volume of sound produced when making music. 
Kajian Kelayakan Pedestrian di Jalan Panglima Sudirman Balai Kota Batu Neto Nunes, Francisco do Everaldo; Setyabudi, Irawan; Santoso, Dian Kartika
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 24 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v24i1.9141

Abstract

Balai Kota Batu merupakan salah satu kawasan perkotaan yang sangat strategis dikarenakan perputaran ekonomi yang sangat pesat sehingga mengakibatkan aktifitas masyarakat pada wilayah ini sangat padat. penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kelayakan bagi pejalan kaki di Jalan Panglima Sudirman, Balai Kota Batu. Penelitian ini menggunakan metode observasi lapangan dan wawancara dengan responden dari pengguna jalur pedestrian di Jalan Panglima Sudirman-Jalan Tranujoyo Gajah Mada Kota Batu. Dalam penelitian ini peneliti membagi 4 segmen pada lokasi. Analisis data menjadi dua indikator yakni Kondisi Fisik Pedestrian dan Respon Masyarakat. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Skala Likert yakni sebuah tipe skala psikometri yang menggunakan angket dan menggunakan skala yang lebih luas dalam penelitian. Hasil penelitian dari Indikator Kualitas Fisik Pedestrian Sesuai Standar dan Hasil penilaian dari Indikator Respon Masyarakat menunjukkan bahwa tingkat kelayakan bagi pejalan kaki di Jalan Panglima Sudirman Kota Batu Cukup Layak dengan Indeks Presentase 62%. Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah perlu adanya peningkatan pengelolaan terhadap fasilitas serta penertiban terhadap Pedagang Kaki Lima yang menggunakan area pedestrian sebagai tempat dagang, termasuk penyediaan jalur pedestrian yang sesuai terdahap penyandang disabilitas. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan dan keamanan bagi pejalan kaki di Jalan Panglima Sudirman Balai Kota Batu.-------------------------------------------------------------------------------------------Batu City Hall is one of the most strategic urban areas due to the very rapid economic turnover, resulting in very dense community activities in this area. This study aims to assess the level of eligibility for pedestrians on Jalan Panglima Sudirman, Batu City Hall. This study used field observation methods and interviews with respondents from pedestrian path users on Jalan Panglima Sudirman-Jalan Tranujoyo Gajah Mada, Batu City. In this study the researchers divided 4 segments on location. Data analysis into two indicators, namely the Physical Condition of Pedestrians and Community Response. The analytical method used in this study is the Likert Scale method, which is a type of psychometric scale that uses a questionnaire and uses a wider scale in research. The research results from the Pedestrian Physical Quality Indicator according to the Standards and the Assessment results from the Community Response Indicator show that the level of eligibility for pedestrians on Jalan Panglima Sudirman, Batu City is quite feasible with a Percentage Index of 62%. The suggestion put forward in this study is that there is a need to improve the management of facilities and control of street vendors who use the pedestrian area as a place of trade, including the provision of appropriate pedestrian paths for persons with disabilities. Thus, it is expected to increase the comfort and safety for pedestrians on Jalan Panglima Sudirman Batu City Hall.
Konsep Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Konservasi Bangunan Kolonial di Jalur Belanda menuju Singaraja Kota Pusaka Kurniawan, Agus; Arthana, I Nyoman Nuri; Suryawan, Dewa Ketut
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 24 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v24i1.8321

Abstract

Kota Singaraja di Bali Utara sebagai salah satu kota lama di Bali banyak memiliki warisan budaya diantaranya Jalur Belanda. Pemerintah Kolonial Belanda membangun jalur ini setelah menguasai daerah Bali pada tahun 1846 dan menjadikan Kota Singaraja sebagai pusat pemerintahannya. Sepanjang jalur ini, dibangun perkantoran, perdagangan, fasilitas pelayanan umum dan rumah-rumah dinas. Kawasan ini sekarang telah banyak mengalami perubahan dan bahkan terjadi kerusakan pada bangunan-bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah kegiatan pelestarian kawasan Jalur Belanda di sepanjang jalan Ngurah Rai sangat lemah partisipasi masyarakat karena kebijakan sebelumnya yang didominasi oleh pemerintah sehingga seringkali masyarakat tidak dilibatkan. Tujuan penelitian ini untuk menemukan konsep peningkatan partisipasi masyarakat dalam konservasi bangunan kolonial di Jalur Belanda menuju Singaraja kota pusaka dengan menggunakan metode kombinasi model sequential explanatory. Hasil penelitian menemukan konsep partisipasinya adalah: 1) pemberian penyuluhan pelestarian bangunan bersejarah; 2) mengadakan diskusi tentang rasa memiliki dan kebanggaan dengan bangunan bersejarah bersama tokoh masyarakat; 3) pendampingan terhadap masyarakat melalui kerjasama dengan pemerintah dan tokoh masyarakat; 4) pengecatan ulang bangunan sehingga memunculkan suasana kota lama Singaraja; 5) mengadakan festival budaya kerjasama dengan pemerintah, profesional dan masyarakat; dan 6) pengupayaan pendaftaran bangunan lama yang belum terdaftar untuk menjadi bangunan bangunan kolonial.-------------------------------------------------------------------------------------------The city of Singaraja in north Bali, one of the ancient cities of Bali, has many cultural heritages including the Dutch route. The Dutch colonial government built this road after controlling Bali in 1846 and making the city of Singaraja the center of its government. Along this route, offices, commercial businesses, public service facilities and official residences will be built. This area has undergone many changes and even damage to these buildings. The problem that arises today is that the conservation of the Dutch line area along Jalan Ngurah Rai is very weak due to the lack of community participation because the previous policy was dominated by the government, so the community was often not involved. The aim of this study was to find the concept of increasing community participation in the conservation of colonial buildings on the Dutch route to Singaraja, a heritage city, using a method of combining sequential explanatory models. The results of the study found that the concept of participation was: 1) providing advice on the conservation of historic buildings; 2) discuss with community leaders about ownership and pride in historic buildings; 3) community assistance through collaboration with government and community leaders; 4) repaint the building in order to bring out the atmosphere of the old town of Singaraja; 5) organize a cultural festival in collaboration with the government, professionals and the community; and 6) efforts to register old buildings that have not been registered to become cultural heritage buildings.

Page 9 of 12 | Total Record : 113