cover
Contact Name
Muhtarom
Contact Email
taromfu@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalteologia@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Theologia
ISSN : 08533857     EISSN : 2540847X     DOI : -
Jurnal THEOLOGIA, ISSN 0853-3857 (print); 2540-847X (online) is an academic journal published biannually by Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. It specializes in Islamic Studies (Ushuluddin) which particularly includes: Islamic Philosophy and Theology, Al-Quran (Tafsir) and Hadith, Study of Religions, Sufism and Islamic Ethics.
Arjuna Subject : -
Articles 447 Documents
FILSAFAT ANALITIK Kritik Epistemologi Ide Analitik Logis Bertrand Russell Muhmidayeli, Muhmidayeli
TEOLOGIA Vol 25, No 1 (2014): FILSAFAT ISLAM
Publisher : TEOLOGIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract:Each logical statement reflected in the way expressed in a logical language. If a statement is expressed by a language that one would then have it wrong, therefore, necessary test of logical forms that fit with the empirical facts. In short every statement must be understood by returning to the real meaning or context. Russell offers a translation grammatically any statement that may seem misleading to the appropriate forms and logical. Bertrand Russell described his philosophy asan area of human thought that was between theology on the one hand and science on the other side. Philosophy can be said astheology, due to the nature and character of philosophy which also contains a world speculations about the definitive knowledge, but it can notbe ascertained. On the other hand, itcan be said as science, because the working procedures of philosophy that is moreleads and functioning sense like science knowledge (science). Anydogma, because it transcends knowledge certainly, including in the sphere of theology. In between there is this no mans land area that is prone to both theology and science issues.Abstrak: Setiap penyataan logis tercermin dari cara mengungkapkannya dalam bahasa logis. Jika suatu pernyataan diungkap dengan bahasa yang salah maka akan memiliki maka yang salah, oleh karena itu, diperlukan uji bentuk-bentuk logis yang cocok dengan dengan fakta empiris. Pendeknya setiap pernyataan mesti dipahami dengan mengembalikannya pada makna riil atau kontekstual. Russell menawarkan pener-jemahan secara gramatikal setiap pernyataan yang mungkin saja tampak menyesatkan ke dalam bentuk-bentuk yang tepat dan logis. Bertrand Russell menggambarkan filsafat sebagai suatu wilayah pemikiran manusia yang berada antara teologi di satu sisi dan ilmu pengetahuan di sisi lainnya. Filsafat dapat dikatakan seperti teologi, karena sifat dan watak filsafat yang juga bersikan dunia spekulasi-spekulasi tentang pengetahunyang pasti namun ia tidak dapat dipastikan. Di lain pihak, ia dapat dikatakan pula seperti ilmu pengetahuan, karena tata kerja filsafat yang memang lebih banyak mengarah dan memfungsikan akal seperti layaknya ilmu ilmu pengetahuan (sains). Segala dogma, karena ia melampaui pengetahuan pasti, termasuk dalam lingkup teologi. Di antara keduanya inilah ada daerah yang tak bertuan yang rentan terhadap kedua persoalan teologi dan sains.Keywords:filsafat analitik,analytic logic, metodologi filsafat, atomic facts, dan logical form.
KRITIK AL-GHAZĀLĪ TERHADAP PARA FILOSOF Munir, Ghazali
TEOLOGIA Vol 25, No 1 (2014): FILSAFAT ISLAM
Publisher : TEOLOGIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: al-Ghazālī called Bahr al-Mughriq (an ocean away) because he mastered various sciences: Fiqh , Uṣūl , Mantiq and Theology. The number of contradictory religious beliefs, and the influence of Greek philosophy, arose doubt about what is right and what is wrong. Then he learned all the knowledge to get ‘Ilm Yaqin can clearly reveal the knowledge of the mutakallimun, Shiite Batinites ( Ismailism ), philosopher and sufism, so he left his carrier. He did not accept simply of religious truth, without knowing the reason. He divided the philosopher into three: al- Dahriyūn (materialists), al-Ṭabiiyūn (naturalists), Ilāhiyūn (Theists). In philosophy, there are 20 issues , 3 of those mark philosophers as unbelievers, and other is bidah. Three of those are: the world eternity, unknowable particulars of God, and no physical resurrection.Abstrak: al-Ghazālī, seorang ulama yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan: Fiqh, Ushul, Mantiq (Logika) dan Ilmu Kalam, sehingga ia memperoleh sebutan Bahrul Mughriq (lautan yang menenggelamkan). Banyaknya aliran keagamaan yang sering bertentangan dan pengaruh filsafat Yunani ke dalam pemikiran umat Islam, sehingga menimbulkan syak (kebimbangan, keraguan) tentang mana yang benar dan mana yang salah. Kemudian ia mempelajari seluruh ilmu untuk mendapatkan ‘Ilmu Yaqin yang dapat mengungkap secara jelas yaitu ilmunya para mutakallimun, Syi’ah Batiniyah (Isma’iliyah), filosof dan sufi, sehingga ia meninggalkan jabatan dan kedudukannya. Ia tidak bertaklid tanpa mengetahui alasannya. Filosof ada tiga macam: al- Dahriyūn (materialis), al-Ṭabiiyūn (naturalis) dan Ilāhiyūn (theis). Dalam filsafat terdapat 20 persoalan, 3 diantaranya menjadikan filosof kafir, dan lainnya bid’ah. Tiga (3) itu adalah: Pendapat tentang keazalian alam, pendapat bahwa Tuhan tidak mengetahui juz’iyyat (rinci), dan kebangkitan jasmani tidak ada.Keywords: syak, ‘ilm al-yaqīn, al-Dahriyūn, al-Ṭabiiyūn, Ilāhiyūn
INTUISI SEBAGAI SUMBER PENGETAHUAN Tinjauan terhadap Pandangan Filosof Islam Irawan, Bambang
TEOLOGIA Vol 25, No 1 (2014): FILSAFAT ISLAM
Publisher : TEOLOGIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: The Islamic philosophers believe that Islam has a main pillar in the search for truth (epistemology), one of which is intuition. Aspects of Islamic epistemology can be used as an alternative in this modern era where most human hegemony has been dominated by the paradigm of positivistic science-empiricism and western culture and sekularistik materialitik. Philosophy of western knowledge that only assess the validity of the science that is purely inductive-empirical, rational-deductive, and pragmatic, considered to have been denying or rejecting science non-empirical and non-positivism. This causes acute problems. Because at the time of this paradigm managed to find a disciplinary branch of science, discovery often reduce a reality to be just a collection of facts and material. Departing from concerns that the writer through a simple work explores the views of Sufi -related urgency intuition in generating knowledge. Abstrak: Para filosof Islam meyakini bahwa Islam memiliki sejumlah pilar utama dalam pencarian kebenaran (epistemologi), salah satunya adalah intuisi. Aspek epistemologi Islam ini dapat dijadikan sebagai alternatif di jaman modern ini dimana kebanyakan manusianya telah dikuasai oleh hegemoni paradigma ilmu pengetahuan positivistic-empirisme dan budaya barat yang materialitik dan sekularistik. Filsafat pengetahuan barat yang hanya menilai keabsahan ilmu pengetahuan semata-mata yang bersifat induktif-empiris, rasional-deduktif, dan prag­matis, dianggap telah menafi­kan atau menolak ilmu pengetahuan non-empiris dan non-positivisme. Hal ini menyebabkan persoalan yang akut. Karena pada saat paradigma ini berhasil menemukan cabang disiplin suatu ilmu, maka penemuannya sering mereduksi sebuah kenyataan menjadi hanya kumpulan fakta dan bersifat material. Berangkat dari kekhawatiran itulah penulis lewat karya yang sederhana mengeksplorasi pandangan para sufi terkait urgensi intuisi dalam menghasilkan ilmu pengetahuan. Keywords: intuisi, sumber pengetahuan, filosof Islam, idealisme, rasionalisme.
INSĀN KĀMIL , ANTARA MITOS DAN REALITAS Danusiri, Danusiri
TEOLOGIA Vol 25, No 1 (2014): FILSAFAT ISLAM
Publisher : TEOLOGIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Islam as a religion delivered by Muhammad saw. bin Abdullah (w.632) is based on the revelations he received from God. At the end of his age, the religion is stated as a perfect religion because it contains a description of all aspects of life (tibyanan likulli syai). To become the most religionist in Islam, every Moslem should follow the religious way he was because he is a good example (uswatun hasanah), especially the religious rituals dimension. The implication is clear that looking for other models of religious practices except him are certainly would not be the best because there is no guarantee of truth. Over time, many factors occur in the dynamics of the history of Moslem. The values of Islam built by the Messenger have changed a lot in the society. Muhammad position as the top model has shifted into the lower one. The concept of insān kāmil  (perfect man) pops out then. They are also the loyal followers of the Messenger of Allah, introducing the idea of speculative-philosophical-mystical religious rituals and a very extreme and radical practice of religious rituals if measured from his norm and religious practices. Nevertheless, the mass movement of Moslem under the shadow of the perfect man considered as something between a myth and reality refer to the texts of the Quran and al-sunnah. Abstrak: Islam sebagai agama disampaikankan oleh Muhammad saw. bin Abdullah (w.632) atas dasar wahyu yang ia terima dari Tuhan. Pada usia akhir-akhir hayatnya, agama ini dinyatakan sebagai agama yang sempurna karena memang mengandung penjelasan semua aspek kehidupan (tibyanan likulli syai’). Untuk menjadi agamawan yang paling baik di dalam Islam, setiap muslim supaya mengikuti cara ia beragama karena ia adalah contoh yang baik (uswatun hasanah), khususnya dimensi ritual keagamaan. Implikasinya mencari model praktik-praktik keberagamaan selain beliau tentu tidak akan menjadi yang paling baik karena tidak ada jaminan kebenarannya. Seiring perjalanan waktu, banyak faktor terjadi dalam dinamika sejarah umat Islam. Nilai-nilai yang dibangun oleh pembawa Islam pun banyak yang berubah. Posisi Muhammad saw. sebagai top model dalam beragama tergeser pada peringkat yang lebih rendah. Konsep insān kāmil  bermunculan. Mereka yang juga ‘pengikut setia’ Rasulullah, memper­kenalkan gagasan spekulatif-filosofis-mitis dan praktik ritual keagamaan yang sangat eks­trim dan radikal jika diukur dari norma dan praktik keberagamaan beliau. Meskipun demikian, gerakan massal umat Islam di bawah bayang-bayang insān kāmil  yang jika ditimbang dengan neraca teks-teks al-Quran maupun al-sunnah dapat dinyatakan sebagai sesuatu antara mitos atau realitas. Keywords: uswatun hasanah, penggeseran nilai, insān kāmil,  praktik keberagamaan, mitos.
IBN MISKAWAIH Filsafat al-Nafs dan al-Akhlāq Safii, Safii
TEOLOGIA Vol 25, No 1 (2014): FILSAFAT ISLAM
Publisher : TEOLOGIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Ibn Miskawayh known not only in philosophy but also in other fields of scientific disciplines, such as history and Arabic literature. Even through one of his master piece, entitled Tahżīb al-Akhlāq wa Tatkhīr al-A’rāq name is becoming increasingly popular in many parts of the world. On this occasion the author deems it necessary to show the figure of Ibn Miskawayh by stressing his thoughts on the study of the study of nafs philosophy and morals. According to Ibn Miskawayh explained that between the soul and the sense that one is.That is the soul and intellectin his view can not be distinguished. Even sense to him it is one of the power of the forces that existin the soul and is a manifestation of the existence of the soul it self. Thus it can be said that there a son bagi¬nya is one proof for the existence of the soul.Abstrak: Ibn Miskawaih dikenal tidak hanya dalam bidang filsafatnya melainkan juga dalam bidang disiplin keilmuan lainnya, seperti sejarah dan sastra Arab. Bahkan melalui salah satu master piece-nya yang berjudul Tahżīb al-Akhlāq wa Tatkhīr al-A’rāq namanya menjadi semakin populer di berbagai belahan dunia. Dalam kesempatan ini penulis memandang perlu untuk menampilkan sosok Ibn Miskawaih tersebut dengan stressing kajian pada telaah pemikirannya tentang filsafat al-nafs dan al-akhlak-nya. Menurut Ibn Miskawaih menerangkan bahwa antara jiwa dan akal itu satu adanya. Artinya jiwa dan akal dalam pandangannya tidaklah dibedakan.Bahkan akal baginya justru merupakan salah satu daya dari daya-daya yang ada dalam jiwa dan merupakan manifestasi dari adanya jiwa itu sendiri. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa akal baginya merupakan salah satu bukti bagi adanya jiwa.Keywords: akhlak, filsafat, Yunani, al-nafs, al-akhlāq
FILSAFAT CINTA MUHAMMAD IQBAL Suprapto, Rohmat
TEOLOGIA Vol 25, No 1 (2014): FILSAFAT ISLAM
Publisher : TEOLOGIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: In the academic world, Iqbal is known as a poet, philosopher, sufism, historian, and politician. The professions which he elaborated could reach the peak levels in their respective fields of life. In addition to his character, the concept he introduced and the reflection of his life were not only a synergy with Islamic law that derived from the Quran and As Sunnah, but also indeed both codices that leads his way of life. Due to these facts, he was dubbed as greatest Mujaddid in 20-th century.One of the concepts that makes him well recognized is the concept of love as expressed in a series of poems and was described as ishq. Ishq is given from birth as Gods grace by which will be cultivated and tested during the life to encounter all forms of humanity impairment leading to the perfection of life with the title the perfect Man’. Inside there is a blend of love and sense of intellect, love and reason, vision and power that are manifested in acts of prayer and work of scientists, and crystallized in the life of mysticism and scientism.Abstrak:Dalam dunia akademik, Iqbal dikenal sebagai penyair, filosof, sufisme, sejarawan, dan politikus. Profesionalisme yang ia tekuni mencapai tingkat puncaknya di atas masing-masing bidang kehidupan ini, di samping karakternya, baik level konseptual maupun refleksi hidupnya, bukan hanya sinergi dengan syariat Islam yang bersumber kepada Al-Quran dan sunnah Rasululillah, melainkan memang kedua naskah kuno itulah yang menuntun jalan hidupnya.Pantas kalau ia digelari mujaddidterbesar di abad 20.Satu diantara konsep yang menjadikan ia memperoleh nama besar adalah konsepnya tentang cinta yang diungkap dalam rangkaian puisi dan ia sebutnya sebagai ‘isyq. ‘Isyq diperoleh sebagai bawaan lahir dari rahmat Tuhan yang dengannya dipupuk dan diuji dalam medan kehidupan sambil menepis segala bentuk pelemahkan kemanusian menuju ke-sempurna-an hidup dengan predikat ‘the perfect Man’. Di dalamnya berpadu antara cinta dan akal intelek, love and reson, vision and power yang diwujudkan dalam tindak shalat dan kerja ilmuwan, dan mengkrital dalam kehidupan mistisime syar’iKeywords: cinta, intelek, the Perfect Man, khalīfah Allāh, waḥdah al-wujūd.
ETIKA KEILMUAN: Sebuah Kajian Filsafat Ilmu
TEOLOGIA Vol 25, No 1 (2014): FILSAFAT ISLAM
Publisher : TEOLOGIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract:Scientific knowledge is knowledge which it self has acritical characteristic, rational, logical, objective and open. This is a must for a scientist to do so. But it is also a fundamental problem faced by scientist safter he built a strongsturdy building is theusability of sciences for human life. It cannot bedenied that science has brought people to wards a big change, but can science which is solid, strong, and fundamental to save human, or vice versa. Here is lies there sponsibility of a scientist. The development of science as science axiology embodiment requires properethicalvision to be applied. Man with science will be able to do anything they want, but consideration not only on what can bed one by humans. Which is more important in this context is the need for ethical consideration of what to do with the purpose of human kindness.Abstrak: Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di dalam dirinya memiliki karakteristik kritis, rasional, logis, objektif dan terbuka. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi seorang ilmuwan untuk melakukannya. Namun selain itu juga masalah yang mendasar yang dihadapi ilmuwan setelah ia membangun suatu bangunan yang kokoh kuat adalah masalah kegunaan ilmu bagi kehidupan manusia. Memang tak dapat disangkal bahwa ilmu telah membawa manusia ke arah perubahan yang cukup besar, tetapi dapatkah ilmu yang kokoh, kuat, dan mendasar itu menjadi penyelamat manusia bukan sebaliknya.Di sinilah letak tanggung jawab seorang ilmuwan. Pengembangan ilmu pengetahuan sebagai perwujudan aksiologi ilmu mengharuskan visi etik yang tepat untuk diaplikasikan. Manusia dengan ilmu pengetahuan akan mampu berbuat apa saja yang diinginkan, namun pertimbangannya tidak hanya pada apa yang dapat diperbuat oleh manusia. Yang lebih penting pada konteks ini adalah perlunya pertimbangan etik apa yang harus dilakukan dengan tujuan kebaikan manusia.Keywords: al-Quran, etika Islam, estetika, metaetika, ilmu.
REKONSTRUKSI TEOLOGI ISLAM KAJIAN KRITIS TERHADAP USAHA PEMBAHARUAN MENUJU TEOLOGI PRAKTIS Syukur, Suparman
TEOLOGIA Vol 25, No 2 (2014): TEOLOGI ISLAM/KALAM
Publisher : TEOLOGIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: The terminology of various theology concepts is verybasic in human life, especially when man realizes that he is acreature that have duty to submissive and obedient to God as hiscreator. Talking about the relationship between man and Godwill, so other beliefs to the prophets, angles, and anothercreatures should be aroused, We must prove everything of oursbelieving in the real life. Therefore, the study of theological view,also be associated with the functions and obligations of humanbeings responsible in this life. There are various concepts of beliefin God, the Prophets, Angels, and another creatures, is how tobecome an habitover the years, it becomes very important to berevitalized in a more meaningful understanding of the dynamicsof human daily life. Through that theological beliefs, expected toreflect theim provement of human performance and dedicationin order to carry out the mandate as earth’s caliph.Abstrak: Terminologi tentang teologi dengan berbagai kosepdan teorinya merupakan hal yang sangat mendasar dalamkehidupan manusia, apalagi ketika menusia menyadari bahwadirinya sebagai makhluk memiliki kuajiban untuk tunduk danpatuh kepada penciptanya Tuhan Yang Maha Esa. Berbicaramasalah hubungan antara manusia dan Tuhan akan merefleksikankepercayaan lain yang wajib muncul adanya,seperti kepercayaan kepada Nabi, Malaikat dan kepercayaankepada makhluk halus lainnya. Kepercayaan kepada semuanyaitu harus dibuktikan secara nyata dalam kehidupan keseharianmanusia. Oleh karena itu dalam penelitian tentang pemikiranteologi, juga harus dikaitkan dengan fungsi dan kewajibanmanusia yang bertanggung jawab dalam kehidupan di duniaini. Berbagai konsep tentang kepercayaan kepada Tuhan, Nabi,Malakat dan lain sebagainya yang bersifat transendental sebagaimana menjadi kebiasaan selama ini, menjadi sangatpenting untuk direvitalisasikan dalam pemahaman yang lebihbermakna demi kepentingan di dunia dalam dinamika keseharianmanusia. Melalui pembumian keyakinan teologis itu,diharapkan mampu merefleksikan kepada peningkatan kinerjadan dedikasi manusia dalam rangka mengemban amanat kekhalifahannyadi bumi ini.Keywords: ilmu kalam, khalīfah, al-yasar al-Islāmī, teologipraktis, revitalisasi Turaṡ.
TEOLOGI MU’TAZILAH: Sebuah Upaya Revitalisasi Safii, Safii
TEOLOGIA Vol 25, No 2 (2014): TEOLOGI ISLAM/KALAM
Publisher : TEOLOGIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: This article elaborates an important role in the history of Mutazila theology in Islamic World. Services that have been provided by this school seems to be forgotten by the Muslims, even it became despised and persecuted theology. In fact, this theology has made a large contribution indefending against attacks originating from the Jews, Christians, Zoroastrians, and Materialist. In the modern context, the spirit of this theology is relevant to be recalled that the freedom of thought as an integral part of the human being can grow and develop so that science and technology in the Islamic world can grow back. It must be recognized that this is indeed the flow had already given a negative image by traditional Islamic theology and hadith experts. Theology is imaged as a carrier of heresy.Abstrak: Artikel ini mengelaborasi peranan penting teologi Mu’tazilah dalam sejarah Dunia Islam. Jasa-jasa yang telah diberikan oleh aliran ini tampaknya dilupakan begitu saja oleh umat Islam, bahkan ia menjadi teologi yang dimusuhi dan ditindas. Padahal, teologi ini sudah berjasa besar dalam melakukan pembelaan terhadap serangan-serangan yang berasal dari Yahudi, Kristen, Majusi, dan Materalis.Dalam konteks modern, spirit dari teologi ini relevan untuk di-munculkan kembali agar kebebasan berpikir sebagai bagian integral dari manusia dapat tumbuh dan berkembang sehingga sains dan teknologi di dunia Islam dapat tumbuh kembali. Memang harus diakui bahwa aliran ini memang sudah telanjur diberi citra negatif oleh teologi Islam tradisional dan ahli hadis.Teologi ini dicitrakan sebagai pembawa bid’ah.Keywords: Mu’tazilah, mihnah, Sunni, al-Quran, dan ahli hadis.
TAKDIR DAN KEBEBASAN MENURUT FETHULLAH GÜLEN Haderi, Anang
TEOLOGIA Vol 25, No 2 (2014): TEOLOGI ISLAM/KALAM
Publisher : TEOLOGIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract:Destiny and free will is one of issues in Islamic theology which is still discussed by Moslem theologian up to now. This discussion has yielded some streams with its argumentation respectively. Included who intense to discuss this issue is muḥammad Fethullah Gülen. At a glance, he offers to explain the issue in his own way without following one of the streams. He introduces some key terms, like Imām Mubīn, Kitāb Mubīn, Lauḥ Maḥfūẓ, Formal or Theoretical Destiny, actual destiny. Terms are Gülen’s exclusive. The article will elaborate the explaination of Gülen relating to the destiny and free will. The purpose is to map what is he follows the streams or he has interpretation in himself. For this reason, I will spread out briefly views of theologian before, i.e. these streams of Mu’tazili, al-Asy’arite, Matūridite Samarkand dan Matūridite Bukhārā. By this way it will be seen clearly where is the position of Gülen and what is contribution of his thinking.Abstrak: takdir dan kebebasan adalah isu teologi Islam yang masih diperbincangkan oleh para teolog hingga sekarang. Perdebatan ini telah melahirkan berbagai aliran dengan pen-dapatnya masing-masing.Termasuk yang juga intens mem-bahas isu ini adalah Muḥammad Fethullah Gülen. Sekilas, ia berusaha menjelaskan isu ini dengan caranya sendiri tanpa mengikuti salah satu aliran tersebut. Ia mengenalkan beberapa istilah kunci, seperti Imām Mubīn,Kitāb Mubīn, Lauḥ Maḥfūẓ, takdir formal, takdir teoritis, dan takdir aktual. Istilah-istilah ini merupakan khas Gülen. Tulisan ini akan mengelaborasi penjelasan Gülen mengenai takdir dan kebebasan tersebut. Tujuannya adalah memetakan apakah ia mengikuti aliran-aliran teologi yang sudah ada ataukah ia penulis akan memaparkan secara singkat pendapat para teolog sebelumnya, yakni aliran-aliran Mu’tazilah, al-Asy’ariyah, Mātūridiyah Samarkand dan Mātūridiyah Bukhārā. Dengan cara ini akan terlihat dengan jelas di manakah posisi Gülen dan apa kontribusi dari pemikirannya itu.Keywords:Imām Mubīn,Kitāb Mubīn, Lauḥ Maḥfūẓ, takdir formal, takdir aktual.mempunyai pemaknaan sendiri terhadap persoalan ini. Untuk alasan ini,

Page 2 of 45 | Total Record : 447