Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

FILSAFAT CINTA MUHAMMAD IQBAL Suprapto, Rohmat
TEOLOGIA Vol 25, No 1 (2014): FILSAFAT ISLAM
Publisher : TEOLOGIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: In the academic world, Iqbal is known as a poet, philosopher, sufism, historian, and politician. The professions which he elaborated could reach the peak levels in their respective fields of life. In addition to his character, the concept he introduced and the reflection of his life were not only a synergy with Islamic law that derived from the Quran and As Sunnah, but also indeed both codices that leads his way of life. Due to these facts, he was dubbed as greatest Mujaddid in 20-th century.One of the concepts that makes him well recognized is the concept of love as expressed in a series of poems and was described as ishq. Ishq is given from birth as Gods grace by which will be cultivated and tested during the life to encounter all forms of humanity impairment leading to the perfection of life with the title the perfect Man’. Inside there is a blend of love and sense of intellect, love and reason, vision and power that are manifested in acts of prayer and work of scientists, and crystallized in the life of mysticism and scientism.Abstrak:Dalam dunia akademik, Iqbal dikenal sebagai penyair, filosof, sufisme, sejarawan, dan politikus. Profesionalisme yang ia tekuni mencapai tingkat puncaknya di atas masing-masing bidang kehidupan ini, di samping karakternya, baik level konseptual maupun refleksi hidupnya, bukan hanya sinergi dengan syariat Islam yang bersumber kepada Al-Quran dan sunnah Rasululillah, melainkan memang kedua naskah kuno itulah yang menuntun jalan hidupnya.Pantas kalau ia digelari mujaddidterbesar di abad 20.Satu diantara konsep yang menjadikan ia memperoleh nama besar adalah konsepnya tentang cinta yang diungkap dalam rangkaian puisi dan ia sebutnya sebagai ‘isyq. ‘Isyq diperoleh sebagai bawaan lahir dari rahmat Tuhan yang dengannya dipupuk dan diuji dalam medan kehidupan sambil menepis segala bentuk pelemahkan kemanusian menuju ke-sempurna-an hidup dengan predikat ‘the perfect Man’. Di dalamnya berpadu antara cinta dan akal intelek, love and reson, vision and power yang diwujudkan dalam tindak shalat dan kerja ilmuwan, dan mengkrital dalam kehidupan mistisime syar’iKeywords: cinta, intelek, the Perfect Man, khalīfah Allāh, waḥdah al-wujūd.
DERADIKALISASI AGAMA MELALUI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL-INKLUSIV (Studi pada Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo) Suprapto, Rohmat
Profetika Vol. 15, No. 2, Desember 2014
Publisher : Muhammadiyah University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lately religious life in Indonesia experienced a fairly loud dynamics with theemergence of many cases of religious radicalism background. This has resulted in lossof lives wasted and physical damage to the building. But more horrible is the breakdownof social relations between the nation and the erosion of social capital of trust betweenone another. Though the government has taken various measures such as theestablishment of BNPT, Detachment 88 anti-terror legislation and government regulationon the prohibition of blasphemy/desecration of religion. However, this step does notreduce the percentage of religious radicalism. Even more days of religious radicalismincreasingly fertile. Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo Central Java have developedand internalized models of religious education curriculum-based multicultural inclusivismin order to counteract the movement of religious radicalism. The curriculum is a set ofvalues that are as straight as implemented by students, such as living together,understand each other differentness, diversity of teaching. The students are taught to live in peace, side by side with each other, in the middle of the variance differences exist between them. In addition, the value Uswah Khasanah (good role models) from Kyai and the Ustadz/Theacer of the main pillars in the internalization efforts multiculturalinclusivism values in Ponpes Imam Syuhodo Sukoharjo.Keywords: deradicalised of religion; pesantren; multicultural-inclusiv.Akhir-akhir ini kehidupan beragama di Indonesia sangat dinamis denganmunculnya berbagai kasus yang berlatar belakang radikalisme keagamaan. Radikalismekeagamaan telah mengakibatkan ribuan nyawa melayang dan kerusakan fisik yangluarbiasa. Tetapi yang lebih mengerikan adalah jalinan hubungan dan kepercayaanantarwarga sebagai modal social mengalami erosi yang cukup dalam. Pemerintah telahmengambil berbagai langkah seperti pembentukan BNPT, Densus 88, undang-undanganti-teror dan peraturan pemerintah tentang larangan penghujatan / penodaan agama.Namun, langkah ini tidak mengurangi persentase radikalisme agama. Semakin lamaradikalisme agama semakin subur. Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo Jawa Tengahtelah mengembangkan dan menginternalisasikan model kurukulum agama berbasisinklusivisme multikultural untuk menangkal gerakan radikalisme agama. Kurikulummerupakan seperangkat nilai-nilai yang disusun dan diterapkan oleh siswa, sepertihidup bersama, saling memahami keperbedaan satu dengan yang lain, dan keragamanmengajar. Para siswa diajarkan untuk hidup dalam damai, berdampingan satu samalain, di tengah-tengah ragam perbedaan diantara mereka. Selain itu, nilai UswahKhasanah (teladan yang baik) dari Kyai dan Ustadz menjadi pilar utama dalam upayainternalisasi nilai-nilai multikultural-inklusivisme di Ponpes Imam Syuhodo Sukoharjo.Kata kunci: deradikalisasi agama; pesantren; multikultural-inklusif.
FILSAFAT CINTA MUHAMMAD IQBAL Suprapto, Rohmat
Jurnal THEOLOGIA Vol 25, No 1 (2014): FILSAFAT ISLAM
Publisher : Fakulta Ushuluddin dan Humaniora Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/teo.2014.25.1.345

Abstract

Abstract: In the academic world, Iqbal is known as a poet, philosopher, sufism, historian, and politician. The professions which he elaborated could reach the peak levels in their respective fields of life. In addition to his character, the concept he introduced and the reflection of his life were not only a synergy with Islamic law that derived from the Qur'an and As Sunnah, but also indeed both codices that leads his way of life. Due to these facts, he was dubbed as greatest Mujaddid in 20-th century.One of the concepts that makes him well recognized is the concept of love as expressed in a series of poems and was described as' ishq. 'Ishq is given from birth as God's grace by which will be cultivated and tested during the life to encounter all forms of humanity impairment leading to the perfection of life with the title 'the perfect Man’. Inside there is a blend of love and sense of intellect, love and reason, vision and power that are manifested in acts of prayer and work of scientists, and crystallized in the life of mysticism and scientism. Abstrak:Dalam dunia akademik, Iqbal dikenal sebagai penyair, filosof, sufisme, sejarawan, dan politikus. Profesionalisme yang ia tekuni mencapai tingkat puncaknya di atas masing-masing bidang kehidupan ini, di samping karakternya, baik level konseptual maupun refleksi hidupnya, bukan hanya sinergi dengan syariat Islam yang bersumber kepada Al-Quran dan sunnah Rasululillah, melainkan memang kedua naskah kuno itulah yang menuntun jalan hidupnya.Pantas kalau ia digelari mujaddidterbesar di abad 20.Satu diantara konsep yang menjadikan ia memperoleh nama besar adalah konsepnya tentang cinta yang diungkap dalam rangkaian puisi dan ia sebutnya sebagai ‘isyq. ‘Isyq diperoleh sebagai bawaan lahir dari rahmat Tuhan yang dengannya dipupuk dan diuji dalam medan kehidupan sambil menepis segala bentuk pelemahkan kemanusian menuju ke-sempurna-an hidup dengan predikat ‘the perfect Man’. Di dalamnya berpadu antara cinta dan akal intelek, love and reson, vision and power yang diwujudkan dalam tindak shalat dan kerja ilmuwan, dan mengkrital dalam kehidupan mistisime syar’i Keywords: cinta, intelek, the Perfect Man, khalīfah Allāh, waḥdah al-wujūd.
DERADIKALISASI AGAMA MELALUI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL-INKLUSIV (Studi pada Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo) Suprapto, Rohmat
Profetika Jurnal Studi Islam Vol. 15, No. 2, Desember 2014
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/profetika.v15i02.2001

Abstract

Lately religious life in Indonesia experienced a fairly loud dynamics with theemergence of many cases of religious radicalism background. This has resulted in lossof lives wasted and physical damage to the building. But more horrible is the breakdownof social relations between the nation and the erosion of social capital of trust betweenone another. Though the government has taken various measures such as theestablishment of BNPT, Detachment 88 anti-terror legislation and government regulationon the prohibition of blasphemy/desecration of religion. However, this step does notreduce the percentage of religious radicalism. Even more days of religious radicalismincreasingly fertile. Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo Central Java have developedand internalized models of religious education curriculum-based multicultural inclusivismin order to counteract the movement of religious radicalism. The curriculum is a set ofvalues that are as straight as implemented by students, such as living together,understand each other differentness, diversity of teaching. The students are taught to live in peace, side by side with each other, in the middle of the variance differences exist between them. In addition, the value Uswah Khasanah (good role models) from Kyai and the Ustadz/Theacer of the main pillars in the internalization efforts multiculturalinclusivism values in Ponpes Imam Syuhodo Sukoharjo.Keywords: deradicalised of religion; pesantren; multicultural-inclusiv.Akhir-akhir ini kehidupan beragama di Indonesia sangat dinamis denganmunculnya berbagai kasus yang berlatar belakang radikalisme keagamaan. Radikalismekeagamaan telah mengakibatkan ribuan nyawa melayang dan kerusakan fisik yangluarbiasa. Tetapi yang lebih mengerikan adalah jalinan hubungan dan kepercayaanantarwarga sebagai modal social mengalami erosi yang cukup dalam. Pemerintah telahmengambil berbagai langkah seperti pembentukan BNPT, Densus 88, undang-undanganti-teror dan peraturan pemerintah tentang larangan penghujatan / penodaan agama.Namun, langkah ini tidak mengurangi persentase radikalisme agama. Semakin lamaradikalisme agama semakin subur. Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo Jawa Tengahtelah mengembangkan dan menginternalisasikan model kurukulum agama berbasisinklusivisme multikultural untuk menangkal gerakan radikalisme agama. Kurikulummerupakan seperangkat nilai-nilai yang disusun dan diterapkan oleh siswa, sepertihidup bersama, saling memahami keperbedaan satu dengan yang lain, dan keragamanmengajar. Para siswa diajarkan untuk hidup dalam damai, berdampingan satu samalain, di tengah-tengah ragam perbedaan diantara mereka. Selain itu, nilai UswahKhasanah (teladan yang baik) dari Kyai dan Ustadz menjadi pilar utama dalam upayainternalisasi nilai-nilai multikultural-inklusivisme di Ponpes Imam Syuhodo Sukoharjo.Kata kunci: deradikalisasi agama; pesantren; multikultural-inklusif.
DERADIKALISASI AGAMA MELALUI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL-INKLUSIV (Studi pada Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo) Rohmat Suprapto
Profetika: Jurnal Studi Islam Vol. 15, No. 2, Desember 2014
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/profetika.v15i02.2001

Abstract

Lately religious life in Indonesia experienced a fairly loud dynamics with theemergence of many cases of religious radicalism background. This has resulted in lossof lives wasted and physical damage to the building. But more horrible is the breakdownof social relations between the nation and the erosion of social capital of trust betweenone another. Though the government has taken various measures such as theestablishment of BNPT, Detachment 88 anti-terror legislation and government regulationon the prohibition of blasphemy/desecration of religion. However, this step does notreduce the percentage of religious radicalism. Even more days of religious radicalismincreasingly fertile. Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo Central Java have developedand internalized models of religious education curriculum-based multicultural inclusivismin order to counteract the movement of religious radicalism. The curriculum is a set ofvalues that are as straight as implemented by students, such as living together,understand each other differentness, diversity of teaching. The students are taught to live in peace, side by side with each other, in the middle of the variance differences exist between them. In addition, the value Uswah Khasanah (good role models) from Kyai and the Ustadz/Theacer of the main pillars in the internalization efforts multiculturalinclusivism values in Ponpes Imam Syuhodo Sukoharjo.Keywords: deradicalised of religion; pesantren; multicultural-inclusiv.Akhir-akhir ini kehidupan beragama di Indonesia sangat dinamis denganmunculnya berbagai kasus yang berlatar belakang radikalisme keagamaan. Radikalismekeagamaan telah mengakibatkan ribuan nyawa melayang dan kerusakan fisik yangluarbiasa. Tetapi yang lebih mengerikan adalah jalinan hubungan dan kepercayaanantarwarga sebagai modal social mengalami erosi yang cukup dalam. Pemerintah telahmengambil berbagai langkah seperti pembentukan BNPT, Densus 88, undang-undanganti-teror dan peraturan pemerintah tentang larangan penghujatan / penodaan agama.Namun, langkah ini tidak mengurangi persentase radikalisme agama. Semakin lamaradikalisme agama semakin subur. Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo Jawa Tengahtelah mengembangkan dan menginternalisasikan model kurukulum agama berbasisinklusivisme multikultural untuk menangkal gerakan radikalisme agama. Kurikulummerupakan seperangkat nilai-nilai yang disusun dan diterapkan oleh siswa, sepertihidup bersama, saling memahami keperbedaan satu dengan yang lain, dan keragamanmengajar. Para siswa diajarkan untuk hidup dalam damai, berdampingan satu samalain, di tengah-tengah ragam perbedaan diantara mereka. Selain itu, nilai UswahKhasanah (teladan yang baik) dari Kyai dan Ustadz menjadi pilar utama dalam upayainternalisasi nilai-nilai multikultural-inklusivisme di Ponpes Imam Syuhodo Sukoharjo.Kata kunci: deradikalisasi agama; pesantren; multikultural-inklusif.
Pembiasaan Cuci Tangan yang Baik dan Benar pada Siswa Taman Kanak-Kanak (TK) di Semarang Rohmat Suprapto; Mardiyan Hayati; Silvia Nurbaity; Fitri Anggraeni; Satria Haritsatama; Tsamarah Qaulan Sadida; Almah Firoh; Flandita Alri Pratama
Jurnal Surya Masyarakat Vol 2, No 2 (2020): Mei 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jsm.2.2.2020.139-145

Abstract

This study aims to provide counseling for kindergarten ABA 48 Semarang children to have healthy and clean hand washing. The method is done through (1) counseling / lecturing, (2) video learning, (3) hands-on practice. Respondents were 23 children. The results obtained 74.0% that children are not accustomed to washing hands according to health protocols and 26% that conforms to health standards. After counseling with three methods there was a change in knowledge and attitudes in washing hands, which from 26% increased to 56.5%. In conclusion, habituation to wash hands according to WHO standards can be successful if through three steps, a mirror, audio visual learning aids and direct practice with running water.
Pembiasaan Cuci Tangan yang Baik dan Benar pada Siswa Taman Kanak-Kanak (TK) di Semarang Rohmat Suprapto; Mardiyan Hayati; Silvia Nurbaity; Fitri Anggraeni; Satria Haritsatama; Tsamarah Qaulan Sadida; Almah Firoh; Flandita Alri Pratama
Jurnal Surya Masyarakat Vol 2, No 2 (2020): Mei 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.778 KB) | DOI: 10.26714/jsm.2.2.2020.139-145

Abstract

This study aims to provide counseling for kindergarten ABA 48 Semarang children to have healthy and clean hand washing. The method is done through (1) counseling / lecturing, (2) video learning, (3) hands-on practice. Respondents were 23 children. The results obtained 74.0% that children are not accustomed to washing hands according to health protocols and 26% that conforms to health standards. After counseling with three methods there was a change in knowledge and attitudes in washing hands, which from 26% increased to 56.5%. In conclusion, habituation to wash hands according to WHO standards can be successful if through three steps, a mirror, audio visual learning aids and direct practice with running water.
Karakteristik Kemampuan Berpikir Geometri Siswa Berdasarkan Level Berpikir Van Hiele Pasca Covid-19 Felia Dwi Rahayu; Venissa Dian Mawarsari; Rohmat Suprapto
JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol 7, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Swadaya Gunung Djati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (744.454 KB) | DOI: 10.33603/jnpm.v7i2.8372

Abstract

Abstrak. Rendahnya kemampuan geometri siswa dan dampak pembelajaran daring selama pandemi covid-19 membuat siswa kesulitan dalam mempelajari materi geomteri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kemampuan berpikir geometri siswa ditinjau dari level berpikir van hiele pasca pandemi covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data tes Van Hiele Geometry Test (VHGT), tes berpikir geometris materi bangun ruang sisi datar dan wawancara mendalam. Ketiga data yang diperoleh selanjutnya dilakukan triangulasi data untuk mendapatkan simpulan dari analisis data yang diperoleh. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP N 1 Karangmoncol. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa karakteristik berpikir geometri siswa level visualisasi pasca pandemi yaitu mampu mengidentifikasi dan menunjukkan visualisasi bangun ruang serta mampu menjelaskan sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun ruang. Sedangkan siswa pada level analisis mampu memilih seluruh gambar dengan benar dan memasangkan antara nama dan bentuk bangun, memahami sifat-sifat bangun ruang dan mampu mengimplementasikan pada visualisasi serta dapat menjelaskan sedikit hubungan antar bangun ruang. Saran kepada guru yaitu untuk melakukan perbaikan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir geometri siswa.Kata Kunci: Berpikir Geometri, Covid-19, Van Hiele.
Pelatihan Perawatan Jenazah dan Pendampingan Pendirian Lembaga Kematian Masjid At-Taqwa Perum Korpri, Tembalang, Semarang Rohmat Suprapto; Ali Imron; Rochman Basuki
Jurnal Surya Masyarakat Vol 6, No 2 (2024): Mei 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jsm.6.2.2024.224-232

Abstract

The At-Taqwa Mosque of Perum Korpri Bulusan Tembalang (service partner) is located in the RW 5 area of Bulusan Village, Tembalang District, Semarang City, which has considerable potential to be developed into a da'wah and social center. Apart from its geographical location surrounded by 6 housing estates, near the village and sub-district offices,. TheAt-Taqwa Perum Korpri Mosque has also played an active role as a place for social activities for the surrounding community. This Community Service aims to encourage the formation of Institutions / Pillars of Death and provide professional training to recruited staff to be ready at any time to care for the bodies of residents who have died. The method used is lecture, question and answer and direct practice. There was a significant increase in knowledge where prior to training on corpse care only 23.1% of the participants knew, while 76.9% did not know, 88.4% knew, and only 11.6% did not know. This shows that the method used is very effective.
Pendidikan Multikulturalisme Berbasis Uswah Hasanah Di Pondok Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo Sebagai Upaya Deradikalisasi Terhadap Agama suprapto, rohmat
Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol 3 No 2 (2024): Jurnal Pendidikan Agama Islam
Publisher : Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36232/paida.v3i2.5815

Abstract

Abstrak : Radikalisme dan terorisme menjadi permasalahan yang cukup mengkhawatirkan di beberapa negara, termasuk Indonesia. Radikalisme berbasis agama dan terorisme menimbulkan kekacauan yang mengakibatkan kerugian materi, bahkan korban jiwa. Upaya untuk mengatasi hal tersebut telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Densus 88 Anti Teror, hingga perumusan kebijakan dan peraturan. Selain itu, diperlukan upaya preventif untuk mencegah penyebaran radikalisme berbasis agama dan doktrin terorisme yang memerlukan keterlibatan lembaga pendidikan. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap model pendidikan multikultural-inklusivisme yang dikembangkan di Pesantren Imam Syuhodo Sukoharo dalam proses internalisasinya untuk mencegah penyebaran paham radikal berbasis agama dan doktrin terorisme. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan psikologi keagamaan. Pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara mendalam dan tinjauan pustaka, sedangkan analisis data dengan metode induktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pendidikan multikultural-inklusivisme disusun dalam bentuk kurikulum yang memuat seperangkat nilai-nilai yang diterapkan langsung kepada peserta didik melalui pendidikan uswatun hasanah, berpikir positif, jujur, dan memaafkan. Hal inilah yang menjadikan santri Pesantren menjadi saling menghormati perbedaan, moderat dan memahami prinsip Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin (kebaikan untuk semua). Kata Kunci : Internalisasi, Multikultural, Inklusivisme, Radikalisme Agama, Terorisme, Pesantren