cover
Contact Name
Amirullah
Contact Email
amirullah8505@unm.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.pattingalloang@unm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Pattingalloang : Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan
Jurnal Pattigalloang adalah Publikasi Karya Tulis Ilmiah dan Pemikiran Kesejarahan dan ilmu-ilmu sosial.
Articles 332 Documents
AGAMA KRISTEN DI DUSUN TAMALEA, KECAMATAN KALUMPANG, KABUPATEN MAMUJU Ninik Ariesti Nafiri
PATTINGALLOANG Vol. 3 No. 4 Oktober - Desember 2016
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v3i4.12181

Abstract

Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan penelitian Sejarah dengan menggunakan beberapa tahapan kerja, yaitu heuristik (pengumpulan data), kritik eksternal dan kritik internal, interprestasi dan penyajian serta historiografi (penulisan) yang merupakan pengungkapan kisah sejarah secara tertulis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebelum masuknya agama Kristen Protestan, masyarakat di Dusun Tamalea, masih mempercayai kepercayaan nenek moyang. Pada tahun1926 merupakan awal masuknya Agama Kristen Protestan di wilayah Kalumpang dengan lembaga ZCGK (Zending Christelijke Gereformeerdkerken) adalah sebuah badan misi yang didirikan oleh sinode Gereja di Belanda yang menganut paham Gereformeerd dalam arti sangat mementingkan kesalehan dan kesucian hidup orang Kristen dalam melaksanakan misinya melalui saluran pendidikan, kesehatan, ekonomi dan Diskusi. Pada tahun 1947 merupakan babak baru dalam penyebaran Agama Kristen di Dusun Tamalea, Kecamatan Kalumpang.Kata Kunci: Agama Kristen di Dusun Tamalea, Kecamatan Kalumpang, Kabupaten Mamuju
Perkembangan Madrasah Aliyah Negeri Palopo, 1990-2007 Hapsari Hapsari; Bustan Bustan
PATTINGALLOANG Vol. 6, No. 2, Agustus 2019
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (96.088 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v6i2.12151

Abstract

 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses peralihan PGAN ke MAN Palopo, perkembangan MAN Palopo dalam kurun waktu tahun 1990-2007, serta peran MAN Palopo dalam bidang pendidikan dan keagamaan dan bidang sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peralihan dari PGAN menjadi MAN melalui beberapa tahap yaitu mulai dari PGAN 4 tahun kemudian masa belajarnya ditambah 2 tahun menjadi PGAN 6 tahun kemudian menjadi MTs dan akhirnya menjadi MAN. Seiring berjalannya waktu setelah mengalami peralihan MAN Palopo ini juga mengalami perkembangan dari segala aspek, baik dari sisi akademik maupun non akademik serta dari segi perkembangan fisik maupun non fisik madrasah. MAN Palopo ini memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat setempat, misalnya dalam bidang pendidikan dan keagamaan yaitu penanaman akhlakul karimah, media sosialisasi keislaman dan benteng moralitas peserta didik dan juga dalam bidang sosial yaitu sebagai wadah untuk beradaptasi dengan masyarakat setempat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa MAN Palopo yang didirikan pada tahun 1990 mengalami perkembangan yang cukup pesat yang dibuktikan dengan adanya perbaikan dan penambahan fasilitas di sekolah serta prestasi akademik maupun non akademik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas empat tahapan yaitu : heuristik (pengumpulan data atau sumber), kritik sumber yang terdiri dari kritik intern dan ekstern, interpretasi atau penafsiran sumber dan historiografi yaitu penulisan sejarahKata Kunci : Madrasah Aliyah, Palopo                    AbstractThis study aims to determine the process of transition from PGAN to MAN Palopo, the development of MAN Palopo in the period 1990-2007, and the role of MAN Palopo in the fields of education and religion and the social field. The results of this study indicate that the transition from PGAN to MAN through several stages, starting from PGAN 4 years later, the study period was added 2 years to PGAN 6 years later to become MTs and finally became MAN. Over time after undergoing the transition MAN Palopo is also experiencing growth in all aspects, both in terms of academic and non-academic as well as in terms of physical and non-physical development of madrasas. This Palopo MAN has a very important role for the local community, for example in the field of education and religion, namely the cultivation of morality, the Islamic media and the morality of students' morality and also in the social field as a forum to adapt to the local community. This study concludes that MAN Palopo, which was established in 1990, has experienced quite rapid development as evidenced by the improvement and addition of facilities in schools as well as academic and non-academic achievements. This study uses a historical research method which consists of four stages, namely: heuristics (collecting data or sources), source criticism consisting of internal and external criticism, interpretation or interpretation of sources and historiography, namely writing historyKey words: Madrasah Aliyah, Palopo
Perkembangan Transportasi Kereta Api di Jakarta Jumardi Jumardi; Ruli R; Abdulhadi Abdulhadi; Atika Siska; Viki A; Zaqi AZ
PATTINGALLOANG Vol. 7, No. 1, April 2020
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (86.777 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v7i1.13291

Abstract

Transportasi kereta api di Indonesia umumnya dan Jakarta khususnya memiliki sejarah yang cukup panjang. Kereta Rel Listrik (KRL), Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT) merupakan perkembangan moda transportasi kereta api masa kini. Perkembangan transportasi tidak terlepas dari kepentingan penjajah dalam mengeksploitasi hasil bumi Indonesia. Hingga pada masanya kereta api menjadi angkutan massal yang murah. Metode penelitian menggunakan metode historis dan wawancara. Hasil penelitian diperoleh bahwa kereta api di Jakarta dimulai pada tahun 1869 hingga 1873. Pembangunan jalur kereta api diperuntukkan bagi pengangkutan hasil bumi di wilayah Buitenzorg ke batavia atau sebaliknya. Pada perkembangannya, kereta api dianggap mampu juga berperan sebagai angkutan tenaga kerja dan kemudian berkembang lagi menjadi angkutan massal di DKI Jakarta.Kata Kunci : Transportasi, Kereta Api  AbsractRail transportation in Indonesia in general and Jakarta in particular has a fairly long history. Electric Rail Trains (KRL), Mass Rapid Transit (MRT) and Light Rail Transit (LRT) are the development of today's rail transportation modes. The development of transportation is inseparable from the interests of the colonizers in exploiting Indonesian agricultural products. Until the time the train became a cheap mass transportation. The research method uses historical methods and interviews. The results were obtained that the railroad in Jakarta began in 1869 until 1873. The construction of the railroad was intended for transportation of agricultural products in the Buitenzorg region to Batavia or vice versa. In its development, the train is considered capable of also acting as a transportation of labor and then developing again into mass transportation in DKI Jakarta.Keywords : Transportation, Train
Peran dan Kiprah Haji Patarai Daeng Ma’ruppa, 1951-2003 B Ernawati; Bosra Mustari
PATTINGALLOANG Vol. 6, No. 3, Desember 2019
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.412 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v6i3.10850

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang kehidupan Haji Patarai Daeng Ma’ruppa, Peran dan Kiprahnya sebagai pegawai peternakan dan kepala Desa/Lurah Bontonompo, serta Peran dan Kiprahnya sebagai pemangku adat dan pelestari Gaukanga di Bontonompo. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif-analisis dengan menggunakan metode penelitian sejarah melalui tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Haji Patarai Daeng Ma’ruppa adalah keturunan Karaeng Polombangekeng. Menjadi teladan dalam masyarakat Bontonompo pada masa pemerintahannya. Selain sebagai teladan dalam bidang pemerintahan, Haji Patarai Daeng Ma’ruppa juga merupakan seorang pemerhati dan pelestari budaya. Denga Peran dan Kiprah sebagai pemangku adat dan Gaukanga di Bontonompo. Kesimpulan bahwa Haji Patarai Daeng Ma’ruppa memiliki Peran dan Kiprah dalam pemerintah dan Pelestarian Gaukanga serta menjadi Pemangku Adat di Bontonompo.Kata Kunci: Peran, Kiprah, dan Haji Patarai Daeng Ma’ruppa This study aims to determine the background of the life of Haji Patarai Daeng Ma'ruppa, his role and progress as an employee of animal husbandry and the head of Bontonompo Village / Village, and his role and role as customary and preserver of Gaukanga in Bontonompo. This research is a descriptive-analysis study using historical research methods through the heuristic, critical, interpretation and historiographic stages. The results of this study indicate that the Daeng Ma'ruppa Patarai Hajj is a descendant of Karaeng Polombangekeng. Being a role model in the Bontonompo community during his reign. Aside from being an example in the field of government, Haji Patarai Daeng Ma'ruppa is also a cultural observer and preserver. With the role and role of the indigenous people and Gaukanga in Bontonompo. The conclusion is that Haji Patarai Daeng Ma'ruppa has a role and role in the government and the preservation of Gaukanga as well as being a traditional holder in Bontonompo.Keywords: Role, Gait, and Haji Patarai Daeng Ma'ruppa
Marrai di Sungai Walanae Desa Barae Kabupaten Soppeng,1970-2018 Selvi Elviana; Patahuddin Patahuddin; Asmunandar Asmunandar
PATTINGALLOANG Vol. 6, No. 3, Desember 2019
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v6i3.12167

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang munculnya aktivitas marrai di Sungai Walanae Kabupaten Soppeng, perkembangan aktivitas marrai di Sungai Walanae Kabupaten Soppeng, serta dampak aktivitas marrai di Sungai Walanae bagi masyarakat Desa Barae Kabupaten Soppeng.  Hasil penelitian ini menunjukkan latar belakang bahwa munculnya aktivitas marrai di Sungai Walanae karena beberapa faktor, diantaranya; (1) tuntutan kebutuhan ekonomi masyarakat, (2) rendahnya pendidikan, (3) sulitnya mencari lapangan kerja. Marrai awalnya hanya dijadikan sebagai alat transportasi air yakni pada tahun 1970-1980-an. Namun pada tahun 1990-an aktivitas marrai menjadi sumber mata pencaharian masyarakat Desa Barae. Selain itu, hasil penelitian menemukan bahwa aktivitas marrai juga memberikan dampak positif bagi masyarakat Desa Barae Kabupaten Soppeng, antara lain terjadinya hubungan baik antara pihak-pihak yang terlibat dalam berlangsungnya aktivitas marrai, Sedangkan dalam bidang ekonomi, tersedianya lowongan pekerjaan bagi masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan, mulai dari pengangkutan batang bambu dari kebun hingga ke pinggir Sungai atau tempat pembuatan rai (rakit), kemudian sebagai pengikat atau penyusun bambu hingga sebagai Parrai (orang yang menggunakan rakit) yang masing-masing mendapatkan upah Rp.100.000 per hari, kecuali Parrai upahnya tergantung jarak yang ditempuh. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa aktivitas Marrai merupakan budaya lokal masyarakat Desa Barae Kabupaten Soppeng yang memiliki nilai-nilai kehidupan yang sudah sepatutnya untuk dipertahankan dan dilestarikan sebagai kearifan lokal masyarakat.  Kunci: Marrai, Walanae, dan Budaya Lokal AbstractThis study aims to determine the background of the emergence of marrai activities in the Walanae River in Soppeng Regency, the development of marrai activities in the Walanae River in Soppeng Regency, and the impact of marrai activities in the Walanae River for the people of Barae Village, Soppeng Regency. The results of this study indicate the background that the emergence of marrai activity in the Walanae River due to several factors, including; (1) demands of the economic needs of the community, (2) low education, (3) difficulty in finding employment. Marrai was originally only used as a means of water transportation in the 1970-1980s. But in the 1990s marrai activity became a source of livelihood for the people of Barae Village. In addition, the results of the study found that marrai activity also had a positive impact on the people of Barae Village, Soppeng Regency, including the good relations between the parties involved in the ongoing marrai activity, while in the economic field, the availability of job vacancies for people who did not have a job starting from transporting bamboo stems from the garden to the edge of the river or place of making rai (rafts), then as a binder or compiler of bamboo to parrai (people who use rafts), each of which gets a wage of Rp. 100,000 per day, except for parrai's wages depending on the distance traveled. From the results of this study, it can be concluded that the activity of Marrai is a local culture of the people of Barae Village, Soppeng Regency, which has life values that should be maintained and preserved as local wisdom of the community.Keywords: Marrai, Walanae, and Local Culture.
Tradisi Maccera’ Tappareng di Danau Tempe 2000-2018 Yul Aprisa; Patahuddin Patahuddin
PATTINGALLOANG Vol. 6, No. 1, April 2019
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.898 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v6i1.10688

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui Latar Belakang Tradisi Maccera’ Tappareng Di Danau Tempe Kec. Marioriawa Kab. Soppeng, Perkembangan Tradisi Maccera’ Tappareng  Di Danau Tempe Kec. Marioriawa Kab.Soppeng, Dampak Tradisi Maccera’ Tappareng Di                  Danau Tempe Kec. Marioriawa Kab.Soppeng. Hasil penelitian menujukkan bahwa tradisi maccera tappareng muncul sebagai bentuk penghormatan kepada roh-roh yang menghuni Danau Tempe, kemudian tradisi ini berkembang ketika  Islam telah diterima ditengah-tengah masyarakat dengan tujuan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil tangkapan ikan, tradisi ini kian mengalami perkembangan terutama dari sisi pelaksanaannya, mereka tidak hanya menganggap tradisi ini sebagai kebutuhan religius akan tetapi berkembang dengan menampilkan sisi rekreatif. Peran sangat signifikan yang dilakukan pemerintah setempat terhadap pengembangan tradisi ini berdampak pada aspek sosial, ekonomi dan terlebih pada dampak wisata budaya yang digalakkan oleh masyarakat dan pemerintah setempat. Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu sejarah, sehingga tahap penelitian yang digunakan adalah (1) Heuristik atau pengumpulan data: pengumpulan data dilakukan dengan dua cara: pengumpulan data pustaka yang ditemukan di Perpustakaan Prodi Pendidikan Sejarah, Balai Pelestarian Nilai Budaya, Perpustakaan Umum Universitas Negeri Makassar, Perpustakaan Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, dan dengan proses wawancara kepada pihak yang kompeten, antara lain nelayan Danau Tempe dan beberapa pihak pemerintah terkait. selanjutnya (2)Kritik, (3)Interpretasi dan (4)HistoriografiKata Kunci : Tradisi, Danau Tempe, Marioriawa
PABRIK ROKOK SEJAHTERA 57 DI MACANRE KABUPATEN SOPPENG (2007-2014) Inur Inur
PATTINGALLOANG Vol. 3 No. 4 Oktober - Desember 2016
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v3i4.12186

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana latar belakang berdirinya Pabrik Rokok Sejahtera 57, perkembangan Pabrik Rokok Sejahtera 57 dan dampak Pabrik Rokok Sejahtera 57 di Kelurahan Macanre Kabupaten Soppeng. Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Tahapan penelitian yang digunakan adalah heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber), kritik sumber (kritik ekstern dan kritik intern), interpretasi (penafsiran sumber).Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang berdirinya bahwa Pabrik Rokok Sejahtera 57 merupakan pabrik yang didirikan oleh H. Rauf berdasarkan  Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Soppeng pada tanggal 15 Juni 2007. Pabrik Rokok Sejahtera 57 berkembang dengan cepat karena didukung oleh 5 hal yaitu, modal, bahan baku, produksi, jaringan pemasaran dan tenaga kerja. Pada tahun 2010 Pabrik Rokok Sejahtera 57 mencapai puncak kejayaannya yang ditempatkan oleh produksi Rokok Sejahtera 57 semakin meningkat. Keberadaan pabrik, tentu membawa dampak, baik bagi pemilik pabrik, tenaga kerja dan masyarakat sekitar. Dampak tersebut di antaranya meningkatkan kesejahteraan pemilik pabrik, menciptakan lapangan pekerjaaan, mengurangi tingkat pengangguran masyarakat sekitar kawasan pabrik.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, Pabrik Rokok Sejahtera 57 merupakan ide dari seorang warga Macanre yang bernama H. Rauf, adapun tujuannya yaitu guna untuk membuka lapangan pekerjaan agar dapat memenuhi kehidupan keluarganya sehari-hari dan juga untuk mensejahterakan masyarakat yang sampai saat ini masih banyak yang menjadi pengangguran.Kata Kunci: Pabrik Rokok Sejahtera 57 di Macanre Kabupaten Soppeng 
Yayasan Minasa: Wadah Penampungan Eks DI/TII 1969-2018 astuti buhari
PATTINGALLOANG Vol. 6, No. 1, April 2019
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v6i1.10114

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang Yayasan Minasa sebagai wadah penampungan eks DI/TII di Kabupaten Luwu 1969-2018) dengan mengungkap latar belakang berdirinya Yayasan Minasa dan perkembangan Yayasan Minasa dalam bidang sosial ekonomi, pendidikan, dan keagamaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa latar belakang didirikannya Yayasan Minasa adalah sebagai imbalan jasa kepada Abdul Aziz Abdullah karena bertindak untuk mengamankan Eks DI/TII yang tersebar di Sulawesi Selatan Tenggara dan mengajak mereka untuk bergabung dengan NKRI. Tujuan utama didirikannya Yayasan Minasa adalah untuk menampung anggota-anggota Ex DI/TII. Dalam perkembangannya selama kurang lebih 49 tahun Yayasan Minasa telah dipimpin oleh dua ketua yaitu Abdul Aziz Abdulllah yang memimpin dari tahun 1969-1999, dan St. Hadeyang yang memimpin dari tahun 2002-sekarang. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa yayasan Minasa telah mengalami beberapa perubahan dalam bidang kehidupan sosial ekonomi, bidang pendidikan dan bidang keagamaan dalam kehidupan masyarakat masyarakat.Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian sejarah yang meliputi heuristik yaitu tahapan pengumpulan data, kritik sumber bertujuan menilai dan menentukan sumber, interpretasi yaitu menafsirkan data dan tahap historiografi atau penyajian atau penulisan sejarah. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan terdiri dari wawancara (Eks DI/TII dan masyarakat Yayasan Minasa) dan mengumpulkan sumber arsip (arsip Yayasan Minasa) serta literatur-literatur  yang berhubungan dengan penelitian ini.Kata kunci: Eks DI/TII, Yayasan dan Minasa This study aims to find out about the Minasa Foundation as a former DI/TII shelter in Luwu Regency 1969-2018) by revealing the background of the founding of the Minasa Foundation and the development of the Minasa Foundation in the socio-economic, educational, and religious fields. The results showed that the background for the establishment of the Minasa Foundation was in return for services to Abdul Aziz Abdullah for acting to secure the former DI/TII spread across Southeast Sulawesi and to invite them to join the Unitary Republic of Indonesia. The main purpose of establishing the Minasa Foundation was to accommodate Ex DI/TII members. In its development for approximately 49 years the Minasa Foundation has been led by two chairmen, Abdul Aziz Abdulllah, who led from 1969-1999, and St. Hadeyang was in charge from 2002 to present. Based on the results of the study it can be concluded that the Minasa foundation has undergone several changes in the field of socio-economic life, education and religious fields in the life of the community. This research uses historical research methodologies which include heuristics namely the stages of data collection, source criticism aimed at assessing and determining sources , interpretation, namely interpreting data and historiographic stages or presenting or writing history. The data collection method was carried out by means of field research consisting of interviews (former DI/TII and the Minasa Foundation community) and collecting archival sources (Minasa Foundation archives) as well as the literature relating to this research.Keyword: Eks DI/TII, Yayasan dan Minasa
KOPERASI SIMPAN PINJAM MAKMUR SEJAHTERA CABANG LIMBUNG KABUPATEN GOWA (1997-2015) Salmawati Salmawati
PATTINGALLOANG Vol. 3 No. 4 Oktober - Desember 2016
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v3i4.12177

Abstract

Hasil penelitian menunjukkan latar belakang berdirinya Koperasi Simpan Pinjam Makmur Sejahtera Cabang Limbung yaitu Koperasi Simpan Pinjam Makmur sejahtera berkedudukan di Limbung yang merupakan Cabang dari koperasi Simpan Pinjam Makmur Sejahtera Makassar, yang anggaran dasarnya didirikan dengan akta tahun 1997, Ide untuk mendirikan cabang koperasi ini adalah keinginan sang pendiri, Bapak H.Amandel sitorus untuk melakukan pelebaran usahanya di bidang Simpan pinjam. Koperasi Simpan Pinjam Makmur Sejahtera Cabang Limbung juga mengalami perkembangan yang cukup pesat.dilihat dari pengirimannya (pendapatannya) dalam satu tahun, koperasi ini menghasilkan setidaknya ±200 juta/tahun dan bisa mengalahkan cabang Lainnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Koperasi Simpan Pinjam Makmur Sejahtera di kalangan masyarakat khususnya Limbung bisa membantu masyarakat dalam memperoleh pinjaman dengan mudah hal ini disebabkan karena  kurangnya koperasi simpan pinjam di daerah Limbung. Oleh karena itu, koperasi ini bisa memperoleh keuntungan karena banyaknya masyarakat yang lebih memilih menggunakan jasa simpan pinjam. Kata Kunci: Koperasi, Simpan Pinjam Makmur Sejahtera, Cabang Limbung Kabupaten Gowa   
Ekspansi Kerajaan Gowa-Tallo Ke Limae Ajatappareng Abad XVI Sahrul Habrianto; Saleh Madjid; Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 6, No. 3, Desember 2019
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.198 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v6i3.12054

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang ekspansi kerajaan Gowa-Tallo ke Limae Ajatappareng dengan menguraikan gambaran umum Gowa-Tallo dan Limae Ajatappareng, latar belakang penyebab terjadinya ekspansi, bentuk-bentuk ekspansi, serta dampak ekspansi bagi masing-masing pihak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Ekspansi kerajaan Gowa-Tallo ke Limae Ajatappareng dimulai pada masa pemerintahan Karaeng Tunipallangga (1546-1565) yang berawal dari keinginan untuk mengembangkan perekonomian dan perdagangan maritim. Ekspansi ini bukan hanya semata-mata ekspansi fisik, namun juga dalam bentuk penguasaan perekonomian dan pertalian darah melalui perkawinan politik. Ekspansi ini bertujuan agar bandar kerajaan Gowa-Tallo dapat berkembang mengalahkan pesaingnya sehingga mengindikasikan bahwa motif utama dari ekspansi ini adalah terkait dengan masalah perekonomian. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pada akhirnya kerajaan Gowa-Tallo berhasil mengamankan suplai bahan pangan, serta berhasil memajukan bandar kerajaannya. Keberhasilan ekspansi ini ditandai dengan semakin ramainya bandar kerajaan Gowa-Tallo yang bertahan hingga puluhan tahun sebelum penguasaan oleh VOC pada abad XVII. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian sejarah yang meliputi heuristik yaitu tahapan pengumpulan data, kritik sumber yang bertujuan untuk menilai sumber yang tersedia, interpretasi yaitu menafsirkan sumber dan data yang tersedia, serta historiografi sebagai langkah akhir yakni menyajikan data menjadi satu tulisan sejarah utuh. Metode pengumpulan data yaitu dengan mengumpulkan sumber-sumber pustaka baik buku ataupun arsip-arsip serta wawancara terhadap peneliti-peneliti yang memiliki kajian yang berkaitan sebagai pelengkap dari data-data yang telah diambil sebelumnya.Kata Kunci : Ekspansi, Limae Ajatappareng, Gowa-Tallo Abstract This research aims to know about the expansion of Gowa-Tallo kingdom to Limae Ajatappareng by elaborating the overview of Gowa-Tallo and Limae Ajatappareng, the background of the cause of expansion, expansion forms, and impact Expansion for each party. The results showed that, Gowa-Tallo Kingdom expansion to Limae Ajatappareng began during the reign of Karaeng Tunipallangga (1546-1565) which originated from the desire to develop the economy and maritime trade. This expansion is not merely a physical expansion, but also in the form of economic mastery and blood connection through political marriage. This expansion is aimed at making the Gowa-Tallo royal port able to develop to defeat its competitors, thus indicating that the main motive of this expansion is related to economic problems. Based on the research, it is concluded that the Gowa-Tallo kingdom was finally able to secure the supply of food, and managed to advance its royal port. The success of the expansion was characterized by the growing port of Gowa-Tallo, which lasted for decades before mastering by VOC in the 17th century. This research uses a history research methodology which includes a heuristic that is the stage of data collection, criticism of sources aimed at assessing the available sources, interpretation of which is interpreting the source and data available, as well as historiography as the final step of presenting the data into a single historical inscription intact. The method of data collection is by collecting the library resources both books and archives as well as interviews to researchers who have related studies as a complement of the data that has been taken before.Keywords : Expansion, Limae Ajatappareng, Gowa-Tallo