cover
Contact Name
Amirullah
Contact Email
amirullah8505@unm.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.pattingalloang@unm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Pattingalloang : Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan
Jurnal Pattigalloang adalah Publikasi Karya Tulis Ilmiah dan Pemikiran Kesejarahan dan ilmu-ilmu sosial.
Articles 332 Documents
Perkembangan Kerajaan Islam di Banten Pada Masa Sultan Ageng Tirtayasa dalam Aspek Politik dan Sosial Dinda Samego Anggraheni; Haykal Attamimi; Jumardi Jumardi
PATTINGALLOANG Vol. 7, No. 2, Agustus 2020
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Islam mulai masuk dan berkembang di Banten ini membuat wilayah Banten menjadi suatu peradaban Islam baru di Nusantara. Pada abad ke 16 ketika Banten di pimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa sudah membuat suatu perubahan besar bagi Banten terlihat dari segi sosial masyarakat Banten yang makmur, kondisi politik yang cukup tertata yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa dan sampai bentuk peninggalan-peninggalan kesultanan Banten pada waktu itu  masih dikenal di era sekarang. Kedatangan VOC membawa dampak buruk sekaligus kemunduran Kerajaan Islam Banten. Politik adu domba sengaja dibuat untuk melemahkan kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, data diperoleh melalui observasi, wawancara narasumber, jurnal, dan buku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masa Sultan Ageng Tirtayasa perkembangan aspek sosial dan budaya di Banten cukup maju.Kata Kunci: Sultan Ageng Tirtayasa, Banten, Politik dan Sosial. AbstractIslam began to enter and develop in Banten, making the Banten region a new Islamic civilization in the archipelago. In the 16th century when Banten was led by Sultan Ageng Tirtayasa, it had made a big change for Banten, seen from the social point of view of the prosperous Banten society, the fairly orderly political conditions carried out by Sultan Ageng Tirtayasa and to the form of Banten sultanate heritage at that time. still known in the present era. The arrival of the VOC had a bad impact as well as a setback for the Islamic Kingdom of Banten. The politics of fighting against each other was deliberately created to weaken the power of Sultan Ageng Tirtayasa. This research uses qualitative methods, data obtained through observation, interviewing informants, journals, and books. The results showed that during the Sultan Ageng Tirtayasa era, the development of social and cultural aspects in Banten was quite advanced.Keywords: Sultan Ageng Tirtayasa, Banten, Politics and Social
LUWU PADA MASA PEMERINTAHAN H. BASMIN MATTAYANG PERIODE (2004-2009) Ferawati Ferawati
PATTINGALLOANG Vol. 3 No. 4 Oktober - Desember 2016
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v3i4.12192

Abstract

Jenis penelitian ini adalah penelitian sejarah yang menggunakaan metode penelitian sejarah yang sifatnya merupakan gabungan dari deskriptif maratif dan deskriptif analisis.Hasil penelitian bahwa pada masa pemerintahan H. Basmin Mattayang ia menerapkan srategi kebijakan dasar yaitu meningkatkan pelayanan yang efesien dan efektif untuk mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik. Kabupaten Luwu pada masa pemerintahan H. Basmin Mattayang mengalami perkembangan yang cukup signitifikan di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, agama. Dalam masa pemerintahan H. Basmin Mattayang ada beberapa faktor pendukung yaitu sumber daya alam yang cukup baik dan partisipasi masyarakat terhadap roda pelaksanaan pemerintahan, dan faktor penghambatnya yaitu sumber daya manusia yang tidak sinerji dengan konsep kebijaka pemerintah dengan konsep  kebijakan pemerintahan.Kata Kunci : Luwu Pada Masa Pemerintahan H. Basmin Mattayang (2004-2009)
MAPPALILI DI BARRU: KAJIAN SEJARAH SOSIAL MASYARAKAT PETANI BARRU (1959-2015) Andi Erwina Pananrangi
PATTINGALLOANG Vol. 3 No. 4 Oktober - Desember 2016
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v3i4.12182

Abstract

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa musyawarah mappalili mempunyai perbedaan mendasar dengan ritual mappalili, dimana musyawarah mappalili adalah  kegiatan yang dilakukan untuk menyamakan pendapat tentang bagaimana sebaiknya pelaksnaan musim tanam yang akan datang sehingga menghasilkan produksi padi yang melimpah. Adapula tradisi mappalili adalah bentuk pelaksanaan dari hasil musyawarah mappalili. Kemudian yang paling mendasar pada saat mappalili adalah penetuan kapan mulai turun sawah. Muswayarah mappalili dilakukan dengan cara atau pola-pola tertentu yang dimulai dari desa/kelurahan sampai kabupaten. Disamping itu tradisi mappalili juga mempunyai tekhnis pelaksanaaan atau pola-pola terntentu yang dilakukan secara ritual pada saat pelaksanaan mulai turun sawah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa mappalili adalah salah satu kekayaan bangsa Indonesia dan merupakan warisan budaya lokal masyarakat Bugis-Makassar Sulawesi selatan dibidang pertanian. Mappalili merupakan rangkain awal dari permulaan turun sawah kemudian ditutup dengan melaksanakan acara adat mappadendang sebagai ucapan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas limpahan berkah berupa hasil panen padi yang baik.Kata Kunci :Barru, Tradisi Mappalili , Mappalili di Barru
NKRI Harga Mati: Penanaman Nasionalisme dan Patriotisme Melalui Pendidikan Karakter Berbasis Sejarah Kearifan Budaya Lokal Nafsar Palallo
PATTINGALLOANG Vol. 7, No. 2, Agustus 2020
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/jp.v7i2.13731

Abstract

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda. Perbedaan suku bangsa ini bisa menjadi sumber konflik yang depot menyebabkan perpecahan di tubuh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keanekaragarnan itu seharusnya dapat menjadi sebuah kekuatan yang dahsyat untuk menangkal semua gangguan atau ancaman yang ingin memecah belah persatuan bangsa. Kehidupan yang lebih baik dan bersahabat yang terajut dalam persatuan bangsa merupakan agenda kita sebagai generasi penerus, yang peduli terhadap perkembangan bangsa ini kedepannya, kritikan dan celotehan kita merupakan bukti bahwa pemuda sebagai fungsi kontrol masih tetap hidup ditengah carut marut masalah kehidupan berbangsa dan bernegara disekitar kita. 
Petani Kopi Bisang di Desa Tibussan Latimojong Luwu, 2013-2017 Harnita Harnita; Saleh Madjid; Jumadi Jumadi
PATTINGALLOANG Vol. 6, No. 1, April 2019
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v6i1.10690

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang munculnya petani Kopi di Desa Tibussan Kecamatan Latimojong, Dinamika Petani Kopi Bisang di Desa Tibussan Kecamatan Latimojong, dan kehidupan sosial ekonomi petani kopi di Desa Tibussan. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang menggunakan metode sejarah melalui tahapan kerja yakni heuristic atau pengumpulan data, kritk sumber, interpretasi, historiografi atau hasil penulisan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komoditi kopi bisang ,di temukan Sudirman dan mulai diperkenalkan ke masyarakat Luwu oleh seorang bupati luwu yaitu Andi Mudzakkar  yang sedang berkunjung kerumah kepala Desa Tibussan  salah satu masyarakat Desa Tibussan. Kemudian Andi Mudzakkar menyebarkan biji kopi hasil pertanian bapak sudirman di setiap Luwu Expo. Sudirman pertama kali menyajikan kopi bisang kepada bapak bupati luwu yaitu cakka, karena kopi bisang dianggap istimewa oleh masyarakat Desa Tibussan jadi bapak sudirman menyajikannya langsung untuk cakka al hasil sejak tahun 2013 awal mulanya kopi bisang dikenal dan dianggap sebagai kopi orang luwu khusunya Desa Tibussan Kecamatan Latimijong hingga tahun 2017 semakin dipercayai sebagai kopi khas Latimojong. Setelah itu perekmbangan komoditi kopi yang dilihat dari produksi kopi di Desa Tibussan mengalami pasang surut yang disebabkan beberapa hal seperti factor cuaca, penambahan lahan baru, dan pergantian lahan pertanian kopi ke lahan lainnya.                                                                                           Kata kunci : Petani, Kopi dan Tibussan
Industri Rumah Tangga Keripik Pisang Koisna di Kecamatan Mangkutana, 2003-2017 Meriam Meriam; Rasyid Ridha; Patahuddin Patahuddin
PATTINGALLOANG Vol. 6, No. 3, Desember 2019
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v6i3.12058

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang berdirinya industri rumah tangga, perkembangan  industri, dan dampak industri. Batasan awal penelitian ini diambil pada tahun 2003 karena pada tahun ini merupakan awal mulanya usaha industri rumah tangga keripik pisang Koisna di Mangkutana didirikan. Batasan akhirnya adalah tahun 2017 yang  merupakan periode yang menjelaskan perkembangan industri rumah tangga keripik pisang Koisna di Mangkutana. Penelitian di lakukan melalui studi lapangan dan kajian pustaka dengan mengunakan metode sejarah melalui beberapa tahapan kerja, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa industri  rumah tangga keripik  pisang  Koisna berdiri dan dilatar belakangi oleh adanya seorang karyawan yang telah di PHK sehingga berkeinginan untuk membentuk industri makanan dengan mengolah pisang tersebut. Perkembangan industri makanan keripik ini dalam kurun waktu 2003-2017 telah membawa perubahan dalam hal produksi yang meningkat dari tahun ke tahun dengan mengikuti musim buah. Kehadiran industri rumah tangga keripik pisang Koisna membawa dampak sosial dalam hal perubahan interaksi yang semakin kuat dengan pekerja industri. Selain itu, keberadaan industri rumah tangga di Mangkutana telah membantu kehidupan perekonomian masyarakat dalam  hal memberikan lapangan kerja.Kesimpulan bahwa dalam  perkembangan industri keripik pisang di Mangkutana selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini karena banyaknya permintaan dari konsumen. Pemasaran keripik pisang Koisna ini telah sampai di luar Mangkutana dan sampai sekarang sudah lebih banyak di pesan dari berbagai konsumen. Kata Kunci : Industri, Keripik, dan Mangkutana AbstractThis study aims to determine the background of the establishment of the home industry, industrial development, and industrial impact. The initial limitation of this study was taken in 2003 because this year was the beginning of the Koisna banana chips home industry in Mangkutana. The final limit is 2017 which is the period that explains the development of the Koisna banana chip home industry in Mangkutana freightana.The research was conducted through field studies and literature studies using historical methods through several stages of work, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography.The results of this study indicate that the home industry of Koisna banana chips stands and is motivated by the existence of an employee who has been laid off so that he wishes to form a food industry by processing the banana. The development of the chip food industry in the period 2003-2017 has brought changes in terms of production which increased from year to year by following the fruit season. The presence of the Koisna banana chips home industry has a social impact in terms of changing interactions that are getting stronger with industrial workers. In addition, the existence of a home industry in Mangkutana freightana has helped the community's economic life in terms of providing employment.The conclusion that in the development of the banana chips industry in Mangkutana freightana is always increasing every year. This is because of the many requests from consumers. The marketing of Koisna banana chips has reached outside Mangkutana conveyana and until now it has been mostly ordered by various consumers.Keywords: Industry, Chips, and Mangkutan
Pengaruh Model Pembelajaran Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X di SMK Grafika Yayasan Lektur Bunga Oktaveanry Nagara; Lelly Qodariah; Jumardi Jumardi
PATTINGALLOANG Vol. 7, No. 1, April 2020
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v7i1.13292

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran talking stick terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran sejarah kelas X di SMK Grafika Yayasan Lektur. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif eksperimen. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelas XA sebagai kelas eksperimen dan kelas XB sebagai kelas kontrol. Pada uji validitas instrumen menggunakan korelasi biserial dengan 25 butir soal pilihan ganda dengan 15 butir soal valid an 10 butir soal yang tidak valid. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan hasil belajar yang diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran talking stick lebih tinggi daripada hasil belajar yang diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran konvensional, dari analisis data diperoleh rata-rata kelas eksperimen 87,16 dan kelas kontrol 66,85, (2) hasil pengujian hipotesis yang diperoleh thitung>ttabel yaitu  2,107>2,002 pada taraf signifikan α=0,05. Hal tersebut berarti hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima dan dinyatakan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran talking stick terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran sejarah kelas X di SMK Grafika Yayasan Lektur. Kesimpulannya bahwa terdapat pengaruh dari model pembelajaran talking stick terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran sejarah kelas X di SMK Grafika Yayasan Lektur.Kata kunci: model pembelajaran talking stick, hasil belajar AbstractThis study aims to determine the effect of the talking stick learning model on student learning outcomes in class X history subjects at the SMK Grafika Foundation for Literature.  The research method used was an experimental quantitative research method.  The sample used in this study is class XA as an experimental class and class XB as a control class. In the validity test the instrument uses biserial correlation with 25 multiple choice questions with 15 valid items and 10 invalid items.  Data analysis techniques used were normality test, homogeneity test and hypothesis testing using t test. The results showed that: (1) there were differences in learning outcomes that were treated using the talking stick learning model higher than learning outcomes that were treated using conventional learning models, from the analysis of the data obtained an experimental class average of 87.16 and a control class 66,  85, (2) the results of testing the hypothesis obtained tcount> ttable is 2.107> 2.002 at a significant level α = 0.05.  This means that the hypothesis in this study can be accepted and it is stated that there is an effect of the talking stick learning model on student learning outcomes in class X history subjects at SMK Grafika Literature Foundation. The conclusion that there is an influence of the talking stick learning model on student learning outcomes in classs X history subjects at SMK Grafika Literature Foundation.Keywords: talking stick learning model, learning outcomes
Pengolahan Sagu di Desa Cenning Kecamatan Malangke Barat Kabupaten Luwu Utara (1982-2017) umrah hamid; M Rasyid Ridha; Muh. Saleh Madjid
PATTINGALLOANG Vol. 6, No. 3, Desember 2019
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v6i3.10551

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Modernisasi Pengolahan Sagu di Desa Cenning Kecamatan Malangke Barat Kabupaten Luwu Utara (1982-2017) dengan mengungkap pengolahan sagu sebelum modernisasi, proses modernisasi pengolahan sagu serta dampak dari modernisasi.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan sagu sebelum adanya modernisasi masih bergantung pada alat-alat tradisional. Modernisasi pada proses pengolahan sagu ditandai dengan penggunaan mesin yang diperkenalkan oleh Muh. Majid pada tahun 1982. Pada proses perkembangannya secara perlahan alat modern menggantikan alat tradisional. Modernisasi memberi dampak pada peningkatan hasil produksi, peningkatan tenaga kerja,  dan efisiensi waktu pengolahan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan teknologi modern pada proses pengolahan sagu lebih efektif dan efisien di banding dengan menggunakan alat-alat tradisional. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian sejarah yang meliputi heuristik yaitu tahapan pengumpulan data, kritik sumber bertujuan menilai dan menentukan sumber, interpretasi yaitu menafsirkan data dan tahap historiografi atau penyajian atau penulisan sejarah. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan terdiri dari wawancara (Petani Sagu) dan literatur-literatur  yang berhubungan dengan penelitian ini. This study aims to study the modernization of sago prosessing in the village og Cenning, Malangke Barat Sub-district, West Luwu District (1982-2017). By revealing the processing of sago before modernization, the proccess of medernization and impact of modernization. Research result show that sago processing before modernization still depends on tradisional tools. Modernization in the rocessing of the sagoo is maked by yhe use of machines introduced by the Muh. Majid in 1982. In the process of development slowly modern tools replace traditional tools. Modernization has an impact on increasing production output, increasing labor and processing time efficiency. Baced on the results of the study it can be concluded that the use of modern technology in theprocessing og the sago is more effective  and afficient compared to using traditional tools. This research uses historical research methodologies which include heuristics namely the stages of data collection, source criticism aimed at assessing and determining sources , interpretation, namely interpreting data and historiographic stages or presenting or writing history. The data collection method was carried out by means of field research consisting of interviews (sago farmers) and the literature relating to this research.Keywords: Sago, Processing, Cenning 
Reaksi Sultan dan Masyarakatnya terhadap Pendudukan Militer Jepang di Bima Yusuf Yusuf
PATTINGALLOANG Vol. 7, No. 1, April 2020
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v7i1.12476

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan latar belakang Jepang di Bima dan reaksi Sultan dan masyarakat Bima terhadap kedatangan Jepang serta dampaknya terhadap masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu sejarah, sehingga tahap penelitian yang dilakukan adalah (1) Heuristik atau pengumpulan data, (2) Kritik (3) Interprtasi dan (4) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa Berdasarkan  pada pembagian wilayah kontrol pendudukan Jepang di Bima bahwa kawasan Indonesia bagian timur berada di bawah kontrol Armada (Angkatan) Laut yang berpusat di Makassar. Setelah menduduki Sulawesi Selatan pada tanggal 9 Februari 1942, Jepang terus melakukan gerak invasinya ke Nusa Tenggara, antara lain Kupang di Nusa Tenggara Timur (NTT) serta Bima di Kepulauan Sumbawa. Armada Laut Jepang dibawah pimpinan Kolonel Saito mendarat di Pelabuhan Bima pada tanggal 17 Juli 1942. Kedatangannya di sambut baik oleh penduduk setempat, sekalipun mereka (masyarakat Bima) di selimuti rasa khawatir atas rencana Asisten Residen Belanda, H.E. Haak untuk kembali berkuasa di Bima, karena itu dengan mudah Jepang menduduki Bima. Dampak keberadaan Jepang di Bima dibidang sosial diantaranya terjadi keresahan sosial dan porak-porandanya tata kehidupan sosial masyarakat. Agama dan adat yang selama ini dijunjung tinggi oleh masyarakat “terpaksa” harus dilanggar. Sementara dampak dibidang Ekonomi, berupa keterpurukkan Ekomomi, sebab masyarakat tidak lagi mencurahkan perhatian sepenuhnya untuk mengolah lahan pertaniannya. Penderitaan masyarakat berakhir setelah Jepang kalah dan menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada bulan Agustus 1945. Sejak itu, pemerintahan pendudukan Jepang berakhir di Bima khususnya dan Indonesia pada umumnya. Kata Kunci: Pendudukan, Japang di BimaAbstractThis study aims to describe the background of Japan in Bima and the reaction of the Sultan and the people of Bima to the arrival of Japan and its impact on society. This study uses a historical science approach, so the stages of research carried out are (1) Heuristics or data collection, (2) Criticism (3) Interpretation and (4) Historiography. The results showed that based on the division of the Japanese occupation control area in Bima that the eastern part of Indonesia was under the control of the Naval Fleet (Force) based in Makassar. After occupying South Sulawesi on February 9, 1942, Japan continued to make its invasion moves to Nusa Tenggara, including Kupang in East Nusa Tenggara (NTT) and Bima in the Sumbawa Islands. The Japanese Sea Fleet under the leadership of Colonel Saito landed at the Port of Bima on July 17, 1942. His arrival was welcomed by local residents, even though they (the Bima people) were shrouded in worry over the plan of the Assistant Resident of the Netherlands, H.E. Haak to return to power in Bima, because it easily Japan occupied Bima. The impact of the existence of Japan in Bima in the social field included social unrest and ruins of the social order of the community. Religion and customs that have been upheld by the community are "forced" to be violated. While the impact on the economy, in the form of deterioration in the economy, is because the community no longer pays full attention to cultivate its agricultural land. The suffering of the people ended after Japan's defeat and surrender unconditionally to the allies in August 1945. Since then, the Japanese occupation government ended in Bima in particular and Indonesia in general. Keywords: Occupation, Japanese in Bima
DINAMIKA EHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN PATORANI DI KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR 1890-2014 Nurul Wahyudin
PATTINGALLOANG Vol. 3 No. 4 Oktober - Desember 2016
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v3i4.12188

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang munculnya masyarakat nelayan Patorani di Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, perkembangan peralihan dari sebelum modernisasi sampai setelah modernisasi serta kondisi dan perubahan yang timbul dalam bidang sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan pada masyarakat Galesong. Prosedur penelitian ini mengacu pada beberapa tahapan dalam metode penelitian sejarah yang terdiri dari heuristik (pengumpulan data dengan wawancara serta sumber tertulis), kritik, interpretasi (penafsiran) dan terakhir adalah historiografi (penulisan sejarah).Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sebelum masuknya modernisasi di sektor perikanan, kondisi masyarakat nelayan di Kecamatan Galesong masih dalam tingkat kemiskinan. Sebelum memasuki era modernisasi nelayan patorani pada tahun 1960-1970-an alat yang digunakan masih bersifat tradisonal dan wilayah penangkapan masih dekat dengan garis pantai. Keberadaannya, sebagai nelayan tradisonal yang hanya menangkap khusus ikan torani untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga beserta kerabat dekatnya. Perkembangan terjadi pada tahun 1980 dengan munculnya moderninasi di kalangan nelayan berupa  pemakaian mesin pada perahu, mendorong nelayan patorani untuk meningkatkan produktivitas hasil tangkapan dan mulailah melaut pada daerah yang lebih jauh dari garis pantai, selain itu perkembangan alat tangkap terjadi karena didorong oleh pengalaman yang dialami selama melaut dan perkembangan pola pikir yang dipengaruhi oleh perkembangan zaman. Dengan beralihnya ke peralatan modern, nelayan patorani tidak hanya berfokus pada kebutuhan rumah tangga saja akan tetapi lebih meningkatkan produktifitas hasil tangkapannya guna meningkatkan kehidupan ekonomi dalam keluarganya.Kata Kunci : Dinamika, Ehidupan Sosial Ekonomi, Masyarakat Nelayan Patorani