cover
Contact Name
Amirullah
Contact Email
amirullah8505@unm.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.pattingalloang@unm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Pattingalloang : Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan
Jurnal Pattigalloang adalah Publikasi Karya Tulis Ilmiah dan Pemikiran Kesejarahan dan ilmu-ilmu sosial.
Articles 332 Documents
Pengembangan Kecerdasan Spiritual pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Is-lam dengan Konsep Modernisasi Pendidikan Menurut Fazlur Rahman Alifani Izuddin Habiburrakhman
PATTINGALLOANG Vol. 8, No. 2 Agustus 2021
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/jp.v8i2.22831

Abstract

Dewasa ini anggapan berlebihan mengenai pentingnya IQ atau Intelligence Quotient marak di ke- hidupan masyarakat sekitar kita. Padahal sejatinya IQ tidak dapat berdiri sendiri, melainkan memer- lukan kecerdasan yang lain seperti EQ atau Emotional Quotient dan SQ atau Spiritual Quotient. Bahkan muara dari ketiga kecerdasan itu berakhir di dalam aspek spiritual atau Spiritual Quotient. Dampaknya, peserta didik akan memaknai pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran yang berhenti pada aspek ritual saja, tanpa memaknai dan menghayati nilai-nilai yang terkandung di da- lamnya. Mereka kemudian akan cenderung kaku, pasif dan stagnan serta jauh dari tujuan manusia sebagai khalifatullah dan insan kamil. Fazlur Rahman sebagai tokoh neo-modernis pemikiran Islam, memberikan solusi dengan gagasannya tentang kondisi pendidikan Islam yang ideal. Kondisi Pen- didikan yang ideal ini akan membantu pendidik dan peserta didik untuk mencapai kecerdasan spir- itual yang tinggi. Gagasan pendidikan Islam yang ideal dan akan mengangkat kecerdasan spiritual yang tinggi memiliki empat aspek yang perlu diperhatikan yakni Al-Qur’an, sistem pendidikan, pen- didik, dan peserta didik. Apabila keempat aspek tersebut dapat diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik, maka akan tercipta generasi khalifah fil ‘ardl dan terbentuk manusia yang insan kamil. Kata Kunci : Kecerdasan Spiritual, Pendidikan Agama Islam, Fazlur Rahman, Pemikiran Islam Modern                                                  AbstractThe tremendous hype of the urgency of Intelligence Quotient (IQ) is spread widely nowadays. But, ideally Intelligence Quotient couldn’t standalone, but it needs another part such as Emotional Quotient (EQ) and Spiritual Quotient (SQ). Additionally, in the end Spiritual Quotient is a main part and essential part of this Quotient. The tremendous hype affects the student’s personality as they couldn’t understand the purpose of Islamic Education and its values. It stops on ritual aspect, as they couldn’t understand and feel how superbly calm Islamic studies values. They become numb, passive, stagnant, and also faraway from the purpose of human being as God’s representative as a leader on the earth and as a kind human. Fazlur Rahman as an Islamic neo-modernism figure gave some solutions with his thought about the ideal condition of Islamic Education should be. This ideal condition would help teacher and students to achieve and fulfill they potential throughout high Spiritual Quotient. The ideal concept proposed by Fazlur Rahman has four aspects that need special attention, there are Qur’an, education system, teacher, and student. If these aspects were well-prepared and well-implemented it would fulfill high quality human with good Spiritual Quotient aspect as well as they do their job as a God’s representative leader on the earth.
PERAN KOMUNITAS KABASARAN DALAM MENJAGA IDENTITAS MINAHASA DI TONDANO Elias Paulus Rivaldo Lala
PATTINGALLOANG Vol. 8, No. 2 Agustus 2021
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/jp.v8i2.22746

Abstract

Abstrak - Identitas dapat diartikan sebagai tanda pengenal baik yang bersifat individual atau kelompok, sejalan dengan itu, Minahasa Memiliki identitas yang membedakan Minahasa dengan suku-suku lainya, salah satu unsur yang menjadi ciri khas Minahasa adalah Tarian Kabasaran yag juga merupakan salah satu faktor pembentuk identitas Minahasa. Tarian ini memiliki makna-makna tersirat yang merupakan simbol pola pikir, hubungan manusia dengan alam sekitar, tata karma dan mencerminkan perilaku hidup orang Minahasa seperti melakukan sesuatu secara bersama-sama, dan menyimbolkan keberanian orang Minahasa. Perkembangan zaman dan teknologi yang terus berkembang mengakibatkan peradaban manusia semakin berubah terutama dalam aspek sosial dan budaya, termasuk Tarian Kabasaran. Karena hal ini, muncul berbagai upaya yang dilakukan masyarakat dan pemerintah, salah satunya adalah dengan adanya Komunitas Tari Kabasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis  upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan komunitas untuk mempertahankan tarian Kabasaran sebagai salah satu identitas Minahasa, dan respon dari masyarakat terkait adanya komunitas ini. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode Kualitatif, dengan  1 orang responden dari pemerintah, 1 komunitas sebagai perwakilan dari puluhan komunitas yang ada di Minahasa dan 30 masyarakat Minahasa. Dari hasil penelitian, tujuan didirikannya komunitas ini adalah utuk regenerasi, upaya yang dilakukan dari Komunitas adalah dengan terus menari dan memperkenalkan tarian ini khalayak banyak, menggunakan aksesoris yang berhubungan dengan tarian kabasaran, dan latihan di tempat yang terbuka. Pandangan masyarakat terkait peran komunitas kabasaran dalam menjaga identitas minahasa 6,66% merasa cukup, 33,33% baik dan 60% berpendapat sangat baik.Kata Kunci: Identitas, Tarian Kabasaran, Minahasa, Komunitas
Biografi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Sri Mangkunegoro VII ( 1885-1944 ) Nanda Galuh Puspitasari
PATTINGALLOANG Vol. 8, No. 2 Agustus 2021
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/jp.v8i2.21199

Abstract

Abstract:  : The purpose of writing this article is to examine the life history of Mangkunegoro VII and his modern thoughts. This research uses descriptive-narrative writing method, that is, the writer describes logically and systematically in this research. Meanwhile, the research method used is a historical or historical writing method with a literature study approach. The historical method consists of four stages, namely, heuristics, verification, interpretation, and historiography.Since childhood, Mangkunegoro VII was familiar with Javanese culture and Western culture which made Mangkunegoro VII become a fairly critical figure. Mangkunegoro VII highly respected Eastern culture but also accepted Western culture. This became an interesting idea for Mangkunegoro VII in making policies during the reign of the Mangkunegaran Praja. This study discusses the Biography of Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Sri Mangkunegoro VII (1885-1944) from childhood until when his leadership succeeded in making Praja Mangkunegaran a prosperous and modern city.Mangkunegoro VII was not a pro against the Dutch and chose to stand in the middle, thinking about the welfare of his people but not confronting the Dutch. Keywords: Mangkunegoro VII, Mangkunegaran Praja, Policies, Curriculum Vitae Abstrak: Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengkaji Riwayat hidup Mangkunegoro VII serta pemikirannua yang bersifat modern. Penelitian ini menggunakan metode penulisan deskriptif-naratif yaitu, penulis mendeskripsikan secara logis dan sistematis dalam penelitian ini . Sedangkan, metode penelitian yang digunakan adalah metode penulisan sejarah atau historis dengan pendekatan studi kepustakaan. Metode historis terdiri dari empat tahapan yaitu, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi.Sejak kecil Mangkunegoro VII sudah akrab dengan budaya Jawa dan budaya Barat yang membentuk Mangkunegoro VII menjadi sosok yang cukup kritis. Mangkunegoro VII sangat menghargai budaya Timur namun juga menerima budaya barat. Hal ini yang menjadi gagasan menarik untuk Mangkunegoro VII dalam membuat kebijakan-kebijakan selama memerintah Praja Mangkunegaran. Dalam penelitian ini membahas mengenai Biografi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Sri Mangkunegoro VII (1885-1944) sedari kecil sampai dimana ketika masa kepemimpinannya berhasil menjadikan Praja Mangkunegaran sebagai kota yang sejahtera dan modern.Mangkunegoro VII bukan merupakan seorang yang pro terhadap Belanda dan memilih berdiri di tengah, memikirkan kesejahteraan rakyatnya namun tidak berkonfrontasi terhadap pihak Belanda. Kata kunci: Mangkunegoro VII, Praja Mangkunegaran, Kebijakan, Riwayat Hidup
Dinamika Sekretariat Bersama Golongan Karya (1965-1971) Damar Erlangga; Abrar Abrar; Nurzengky Ibrahim
PATTINGALLOANG Vol. 8, No. 2 Agustus 2021
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/jp.v8i2.21212

Abstract

Sejarah pemerintahan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan partai politik di setiap masanya. Pasca kemerdekaan muncul banyak partai politik yang berupaya mewakili kepentingan kelompoknya. Salah satu partai politik yang berkembang dengan cepat adalah Sekber Golkar. Sekber Golkar menjadi partai politik yang berkembang dengan cepat terutama setelah Soeharto menggunakannya sebagai alat politik kekuasaanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan adanya faktor penting dari berpengaruhnya Golkar masa Orde Baru, yaitu dinamika internal di dalam tubuh Sekber Golkar. Dalam penelitian ini membahas adanya sejarah munculnya Sekber Golkar yang berasal dari ide kalangan Angkatan Darat, perseteruan Angkatan Darat dengan PKI, nilai penting Sekber Golkar, peran Soeharto dalam Sekber Golkar, perkembangan Sekber Golkar masa transisi kekuasaan, integrasi internal Sekber Golkar, dan partisipasi Sekber Golkar dalam politik. Metode yang digunakan menggunakan metode penelitian historis analisis dengan menggunakan teori situasi historik untuk membantu penyusunan kerangka analisis tentang penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat peranan penting kelompok sipil dalam kesuksesan Golkar di masa Orde Baru, tidak hanya menunjukan kesuksesan kelompok militer. Sekber Golkar sebagai organisasi baru yang baru dibentuk menjadi faktor penting lain mengapa pada akhir Soeharto dapat mempengaruhi dan berkuasa di Sekber Golkar hingga berakhirnya kekuasaan yang ia miliki pada tahun 1998. AbtractThe history of the Indonesian government cannot be separated from the history of the development of political parties in each period. After independence, there were many political parties that tried to represent the interests of their groups. One of the rapidly growing political parties is the Golkar Secretary. Sekber Golkar became a political party that developed rapidly, especially after Suharto used it as a political tool for his power. This study aims to reveal the existence of an important factor in the influence of Golkar during the New Order era, namely the internal dynamics within the Golkar Secretariat. This study discusses the history of the emergence of the Golkar Secretariat originating from the ideas of the Army, the Army's feud with the PKI, the importance of the Golkar Secretariat, Suharto's role in the Golkar Secretariat, the development of the Golkar Secretariat during the transition of power, the internal integration of the Golkar Secretariat, and the participation of the Golkar Secretary. in politics. The method used is historical research method analysis using historical situation theory to assist in the preparation of an analytical framework for this research. The results of this study indicate that there is an important role for civilian groups in the success of Golkar during the New Order, not only showing the success of military groups. The Golkar Secretariat as a newly formed organization became another important factor in why Suharto was able to influence and rule at the Golkar Secretariat until the end of his power in 1998. Keywords : Golkar Secretary, Politics, New Order
Konstruksi Sosial dalam Tradisi Bebubus di Kelurahan Gelanggang Lombok Timur Nusa Tenggara Barat: Suatu Kajian Sejarah Budaya Muhammad Amin; Abdul Rasyad; Muhammad Shulhan Hadi; Lalu Murdi; Muchamad Triyanto
PATTINGALLOANG Vol. 8, No. 2 Agustus 2021
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/jp.v8i2.22409

Abstract

Tradisi bebubus atau bubus adalah salah satu bentuk pengobatan tradisional yang tumbuh sejak zaman penjajahan Belanda yang masuk di Pulau Lombok lewat Ampenan. Pada saat itu juga kerajaan Bali sedang mengalami keruntuhan akibat datangnya Belanda di Pulau Lombok, sehingga masyarakat Desa Gelanggang diam-diam melakukan pengobatan tradisonal berupa bebubus untuk menyembuhkan orang-orang yang sakit. Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi bebubus merupakan tradisi suku Sasak yang sudah mengakar kuat dalam kehidupann sosial budaya masyarakat Lombok. Pelaksanaan pengobatan bebubus sebagai pengobatan tradisional yang dilakukan masyarakat Kelurahan Gelanggang sejak zaman penjajahan Belanda yang masuk di Pulau Lombok melalui Ampenan. Pada saat itu juga Kerajaan Bali runtuh dengan datangnya Belanda di Pulau Lombok. Masyarakat Gelanggang diam-diam melakukan pengobatan bebubus untuk menyembuhkan orang-orang yang sakit. Tradisi bebubus ini juga merupakan peninggalan orang-orang terdahulu yang diwariskan secara turun-temurun. Kata Kunci: Tradisi, Bebubus, Pengobatan Tradisional.                                        AbstractThe tradition of bebubus or bubus is a form of traditional medicine that has grown since the Dutch colonial era, which entered the island of Lombok through Ampenan. At that time the kingdom of Bali was also experiencing a collapse due to the arrival of the Dutch on the island of Lombok, so the people of Gelanggang Village secretly carried out traditional medicine in the form of bebubus to cure sick people. This research uses the historical method. The results of the study indicate that the bebubus tradition is a Sasak tribe tradition that is deeply rooted in the socio-cultural life of the Lombok people. The implementation of bebubus treatment as a traditional medicine has been carried out by the people of the Gelanggang Village since the Dutch colonial era who entered the island of Lombok through Ampenan. At that time the Kingdom of Bali collapsed with the arrival of the Dutch on the island of Lombok. The community of Gelanggang secretly performs bebubus treatment to cure sick people. This bebubus tradition is also a relic of the previous people passed down from generation to generation.Keywords: Development; Newspaper
Perspektif Pengajaran Sejarah di Indonesia Sumardiansyah Perdana Kusuma
PATTINGALLOANG Vol. 7, No. 1, April 2020
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v7i1.13542

Abstract

Berbicara mengenai sejarah, maka kita dapat melihatnya melalui dua dimensi, yaitu dimensi ilmu dan dimensi pengajaran. Dimensi ilmu dibangun dari sebuah metodologi yang bertujuan untuk mencari, menemukan, dan menyampaikan kebenaran secara apa adanya. Sedangkan dimensi pengajaran dibangun dari pertimbangan-pertimbangan terutama berkaitan dengan nilai-nilai ideologis yang dianut oleh sebuah negara.Tampak terjadi persinggungan disini ketika sesuatu yang seharusnya disampaikan secara apa adanya, namun justru tidak tersampaikan dikarenakan ada pertimbangan tertentu. Situasi yang semula objektif malah bergeser menjadi subjektif, demikian kita bisa menafsirkan hal tersebut. Dalam pandangan esensialis sejarah diarahkan untuk pengembangan aspek intelektual semata, tujuan pengajaran sejarah yang mengarah kepada nilai-nilai dianggap sebagai pencemaran terhadap kemurnian sejarah.Mengenai pengajaran sejarah maka tidak dapat dilepaskan dari keberadaan guru sejarah, yang secara profesi tugasnya adalah melakukan diseminasi berkenaan dengan konten materi sejarah sebagaimana termuat dalam kurikulum. Daya jangkau serta pengaruh official history yang menggunakan saluran pendidikan lebih nyata daripada alternative history yang biasanya tersebar pada lingkup yang terbatas berupa hasil-hasil penelitian sejarawan yang kadang agak sulit untuk diakses oleh publik.Kata Kunci :  perspektif pengajaran sejarah di Indonesia AbstractTalking about history, we can see it through two dimensions, namely the dimension of science and the dimension of teaching. The dimension of knowledge is built from a methodology that aims to find, find, and convey the truth as it is. Whereas the teaching dimension is built from considerations mainly related to ideological values held by a country.There appears to be an intersection here when something is supposed to be delivered as is, but it is not conveyed because there are certain considerations. The situation that was originally objective even shifted to subjective, so we can interpret that. In the historical essentialist view directed at the mere development of intellectual aspects, the purpose of teaching history that leads to values is considered to be a pollution of the purity of history.Speaking of the teaching of history, it cannot be separated from the existence of a history teacher, whose profession is the task of disseminating information regarding the content of historical material as contained in the curriculum. The reach and influence of official history using educational channels are more evident than alternative history, which is usually spread over a limited scope in the form of the results of historian research, which is sometimes rather difficult for the public to access.Keywords: perspective of teaching history in Indonesia
Transportasi Darat Bus Mega Mas, 1998-2017 Dyan Ayu Rasmi Pesona; La Malihu La Malihu
PATTINGALLOANG Vol. 6, No. 3, Desember 2019
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v6i3.12152

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui sejarah perusahaan PO. Mega Mas, pembahasan meliputi latar belakang sosial ekonomi para pendiri perusahaan angkutan jasa yang di beri nama PO Mega Mas dan untuk untuk mengetahui perkembangan pelayanan serta dampak keberadaan PO. Mega Mas. Hasil penelitian menunjukka bahwa PO Mega Mas adalah perusahaan otobus yang didirikan pada tahun 1998 atas ide dan gagasan dari alm. Bapak Mapong Cewang dan istrinya. Seperti diketahui bahwa di tahun 1998-an terjadi krisis moneter di Indonesia. Krisis melanda berbagai segi kehidupan yang menyebabkan lahirnya reformasi. Hal ini menimbulkan kesulitan sosial dan ekonomi, namun PO Mega Mas masih bisa bertahan sampai sekarang tidak lepas dari kerja keras untuk terus memperbaiki dan meningkatkan pelayanan yang baik kepada pelanggang sehingga banyak pelanggang yang betah dan menjadi pelanggang tetap PO Mega Mas. karena sangat menarik bahwa di tengah krisis seperti ini PO Mega Mas bias berdiri dan bertahan hingga sekarang. Peneltian ini bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan metode historis, melalui tahapan kerja yang meliputi: (1)heuristik, dalam tahapan ini sumber diperoleh dari hasil wawancara kepada pihak terkait dalam hal ini yaitu istri dari pendiri PO Mega Mas yang bernama Kalli, kemudan diperkuat arsip dan juga buku-buku yang diperoleh dari perpustakaan wilayah provinsi Sulawesi Selatan, dan perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah UNM. (2) kritik, (3)interpretasi dan (4) historiografi. Konsep ilmu sosial seperti Ekonomi, Sosiologi dan Antropologi juga digunakan untuk menganalisis masalah yang relevanKata Kunci : Sejarah, Perusahaan dan Mega Mas Abstract This study aims to determine the history of PO companies. Mega Mas, the discussion covers the socio-economic background of the founders of the transportation service company, which is named PO Mega Mas and to find out the development of services and the impact of the existence of PO. Mega Mas. The results showed that PO Mega Mas is an autobus company that was founded in 1998 on the ideas and ideas of the late. Mr. Mapong Cewang and his wife. As it is known that in the 1998s there was a monetary crisis in Indonesia. The crisis hit various aspects of life that led to the birth of reform. This has caused social and economic difficulties, but PO Mega Mas can still survive until now not out of hard work to continue to improve and improve good service to the grill so that many consumers who feel at home and become permanent consumers PO Mega Mas. because it is very interesting that in the midst of a crisis like this PO Mega Mas can stand and survive until now. This research is descriptive analysis using historical methods, through the stages of work which include: (1) heuristics, in this stage the source is obtained from interviews with related parties in this case the wife of the founder of PO Mega Mas named Kalli, then strengthened the archive and also books obtained from the regional library of South Sulawesi province, and the library of the Department of History UNM History. (2) criticism, (3) interpretation and (4) historiography. Social science concepts such as Economics, Sociology and Anthropology are also used to analyze relevant problemsKeywords: History, Company and Mega Mas
Tumpuan Harapan Petani di Utara Bumi Lamadukelleng 1992-2015 Rahmat, Andika; Ahmadin, Ahmadin; Patahuddin, Patahuddin
PATTINGALLOANG Vol. 4, No. 3, Desember 2017
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i1.6678

Abstract

This paper discusses the background of Awo Weir construction and how it impact the exictence of Awo Weir for people who have used their water for agriculture. The results of this study indicate that the background of Awo weir construction can not be separated from the Repelita program in the New Order era. Awo weir was built in 1992-1994 and inaugurated by the President of the Republic of Indonesia, Soeharto. Subsequently in its development after the functioning of Awo I (1994), Awo II (1998) and Awo III (2000) have irrigated 5,250 ha of land consisting of potential land and productive land (rice field) until 2015 Awo Irrigation service area of more than 4000 ha of land rice fields located in two districts namely Keera and Pitumpanua. The existence of Awo weir has a impact on the people who have used the irrigation water. The most perceived  impact of society that is increasing the economic aspect because agriculture is implemented twice a year, which of certainly increases the productivity of agricultural products. This research method is using qualitative.  Consisting fo heuristic, kritism, intrepretation and historiography. The data obtained by doing an interview with Head Office of the UPTD Awo Weir, civil servanst irrigation, rectires, farmers and archive (documents from the UPTD) and literature related (books, paper).
Politik Etis Kerajaan Soppeng 1905-1942 Saputra, Irwansya; Patahuddin, Patahuddin; Bahri, Bahri
PATTINGALLOANG Vol. 7, No. 1, April 2020
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v7i1.12513

Abstract

Penelitian  ini membahas mengenai latar belakang penerapan politik etis di Kerajaan Soppeng, bentuk penerapan dan dampak dari politik etis di Kerajaan Soppeng.  Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber), kritik sumber (kritik intern dan ektern), interpretasi (penafsiran sumber) dan historiografi (penulisan sejarah). Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penelitian lapangan terdiri dari wawancara dan mengumpulkan sumber arsip serta literatur-literatur  yang berhubungan. Berdasarkan hasil pelitian ini menunjukkan bahwa masuknya pengaruh Hindia Belanda di Kerajaan Soppeng pertama kali Pada tanggal 25 September 1905 dan menenpatkan diri sebagai penguasa di Kerajaan Soppeng. Semenjak berkuasa, Belanda Menerapkan kebijakan politik etis, dimana kebijakan ini meliputi pembangunan 14 sekolah dan dibangunya 12 irigasi di Wilayah Kerajaan Soppeng. Wilayah ini menjadi perhatian pihak Belanda karena kondisi  masyarakat yang terbelakang dalam bidang pengetahuan dan potensi pertanahan dan pertanian yang subur di wilayah ini patut  untuk dikembangkan. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa masuknya Belanda di Kerajaan Soppeng telah memeberikan dampak positif bagi kaum pribumi, hal ini dikarenakan masuknya Belanda telah mengajarkan konsep pendidikan formal serta tata cara mengelola pertanian dengan moderen seperti, membangun irigasi di Kerjaan Soppeng pada saat itu. Adapun dampak negatif ialah banyaknya kebiasaan lokal yang berubah.             Kata Kunci : Politik, Etis, Kerajaan, dan Soppeng Abstract This research is discuss about the background of the application of Ethical Politics in the Kingdom of Soppeng, the terms of application and the impact of ethical politics in the Soppeng Kingdom. This research is using historical research method which consists of four stages, which is heuristics (searching and gathering sources), source criticism (internal and external criticism), interpretation (source interpretation) and historiography (history writing). The method of data collection is done by conducting field research consisting of interviews and collecting archives and related literatures. Based on the results of this research shows that the entry of the influence of the Dutch East Indies in the Kingdom of Soppeng was the first time on September 25th, 1905 and established itself as a ruler in the Kingdom of Soppeng. Since coming to power, the Netherlands has implemented an ethical political policy, which includes the construction of 14 schools and the construction of 12 irrigation systems in the Soppeng Kingdom Area. This region is concern to the Dutch because the backward condition of the community in the field of knowledge and the potential for fertile land and agriculture in this region deserves to be developed.From the results of this study, it can be concluded that the entry of the Netherlands in the Kingdom of Soppeng had a positive impact on the natives, this is because the Dutch entry had taught the concept of formal education and procedures for managing agriculture in a modern way, such as building irrigation in the Soppeng Work at that time. The negative impact is that many local habits have changed. Keyword : politics, Ethical, Kingdom, and Soppeng
PEMBANGUNAN DESA CORAWALI KECAMATAN TANETE RILAU KABUPATEN BARRU (1989-2014) Akri, Bil
PATTINGALLOANG Vol. 3 No. 4 Oktober - Desember 2016
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v3i4.12189

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan menggunakan metode histori melalui beberapa tahapan kerja, yakni heuristik (pengumpulan data), kritik sumber, interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan) yang merupakan pengungkapan kisah secara tertulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Corawali terbentuk pada tahun 1989, yang merupakan pemekaran dari Desa Lalabata. Semenjak dimekarkan menjadi sebuah desa banyak kemajuan yang terjadi, terutama dari segi pembangunan. Desa Corawali memiliki potensi besar untuk berkembang karena memiliki letak geografis yang ideal, dimana memiliki daratan datar berupa persawahan, tambak (empang), dan memiliki pesisir pantai. Dalam segi perekonomian kebanyakan masyarakat bekerja sebagai petani dan nelayan, dari sinilah kebanyakan masyarakat mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan kesehariannya. Adapun dampak dari perkembangan tersebut dapat dilihat pada keharmonisan dan kesejahteraan masyarakat.  Berdasarkan penelitian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa Desa Corawali mulai tahun 1989-2014 telah mengalami banyak kemajuan diberbagai bidang terutama dalam bidang ekonomi, pendidikan serta sarana dan prasarana.Kata Kunci:Pembangunan Desa Corawali di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru