cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Articles 427 Documents
PENGARUH UMUR SUMBER BAHAN STEK TERHADAP KEBERHASILAN STEK PUCUK MERANTI TEMBAGA (Shorea leprosula MIQ.) Danu Danu; Iskandar Z. Siregar; Cahyo Wibowo; Atok Subiakto
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 7, No 3 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.088 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2010.7.3.131-139

Abstract

Shorea leprosula Miq. merupakan tanaman dipterokarpa yang tergolong cepat tumbuh, namun benihnya bersifat rekalsitran dengan musim berbuah yang tidak menentu. Perbanyakan vegetatif merupakan salah satu alternatif untuk memperbanyak jenis ini. Umur tanaman menentukan tingkat juvenilitas dan kemampuan bahan stek untuk berakar. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan umur sumber bahan stek dengan kandungan hara dan auksin bahan stek terhadap keberhasilan perakaran stek S. leprosula. Bahan stek terdiri atas stek pucuk yang dikumpulkan dari pohon induk berumur < 2 tahun, 10 tahun dan 25 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan stek dari pohon berumur < 2 tahun memiliki tingkat juvenilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan stek dari tanaman dewasa (> 10 tahun) yang ditunjukkan dengan tingginya persen keberhasilan stek berakar, sejalan dengan tingginya nisbah C/N dan kandungan IAA dalam pucuk. Berdasarkan analisis biplot, kandungan IAA dalam daun dan nisbah C/N batang stek memberikan pengaruh yang lebih kuat terhadap keberhasilan perakaran stek pucuk S. leprosula.
EFEKTIVITAS JENIS DAN DOSIS FUNGISIDA SERTA PEMANGKASAN DALAM MENEKAN PERTUMBUHAN PENYAKIT KARAT TUMOR Neo Endra Lelana; Illa Anggraeni; Benyamin Dendang
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.392 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2014.11.3.149-155

Abstract

Serangan penyakit karat tumor pada sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes) yang disebab- kan oleh fungi Uromycladium tepperianum (Sacc.) Mc. Alpin. masih terjadi di hampir semua wilayah pertanaman sengon di Jawa. Upaya pengembangan teknik pengendalian penyakit ini, seperti pengembangan fungisida alternatif masih perlu dilakukan. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui efektivitas jenis dan dosis fungisida hasil formulasi berbasis tembaga dan boron serta pemangkasan yang dilakukan dalam menekan pertumbuhan penyakit karat tumor pada tanaman sengon. Percobaan dilakukan menggunakan rancangan faktorial dalam rancangan acak lengkap dengan tiga faktor, yaitu pemangkasan, jenis fungisida dan dosis yang digunakan. Fungisida sebanyak 10 ml diaplikasikan pada tanaman sengon dengan metode injeksi batang setiap bulan. Hasil penelitian menunjukkan kedua fungisida yang diuji menunjukkan efektivitas yang berbeda. Perlakuan fungisida CC dosis 10% pada tanaman sengon yang dipangkas dan tidak dipangkas dalam waktu dua bulan mampu menekan karat tumor sebesar 4,2 buah. Pada perlakuan fungisida PG dosis 10% pada tanaman yang dipangkas mampu menekan karat tumor sebesar 4,8 buah, tetapi pada sengon yang tidak dipangkas mampu menekan karat tumor sebesar 1,6 buah. Fungisida CC lebih efektif menekan karat tumor pada sengon yang tidak dipangkas sedangkan pada sengon yang dipangkas lebih efektif menggunakan fundisida PG.
PENYAKIT KARAT TUMOR PADA SENGON (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) DI PERKEBUNAN GLENMORE BANYUWANGI, JAWA TIMUR Illa Anggraeni
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6, No 5 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9001.639 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2009.6.5.311-321

Abstract

Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen), salah satu jenis tanaman yang sudah sejak lama diusahakan di kawasan hutan tanaman, hutan rakyat dan perkebunan di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa. Saat ini masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan sengon adalah adanya serangan penyakit karat tumor yang disebabkan oleh fungi Uromycladium tepperianum. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penyakit, gejala penyakit, persentase kejadian penyakit (disease incidence), intensitas penyakit (diseases severity), dan uji pengendalian pendahuluan menggunakan berbagai fungisida sintetik yang berbahan aktif difenokonazol 250 g/l, tembaga hidroksida 82,4 g/l, metil tiofanat 500g/l, propineb 70%, klorotalonil 75%. Selain fungisida sintetik juga digunakan beberapa bahan yang mudah di dapat oleh pengelola yaitu larutan spirtus, kapur campur garam dengan perbandingan 10 : 1 dan belerang campur kapur dengan perbandingan 1 : 1. Penelitian dilaksanakan di areal perkebunan PT. Glenmore, Banyuwangi Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi perlakuan fungisida sintetik tidak efektif sedangkan penggunaan campuran belerang dan kapur dapat mencegah dan mengendalikan karat tumor.
PENGARUH JUMLAH RUAS DAN ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN STEK PRANAJIWA (Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benth I M. Ardaka; I G. Tirta; Dw Pt. Darma
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2011.8.2.81-87

Abstract

Studi pengaruh jumlah ruas dan zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan stek pranajiwa (Euchresta horsfieldii (Lesch ) .) Benth dilaksanakan di Kebun Raya “Eka Karya” Bali - LIPI, pada bulan Juli  sampai Desember 2009. Perlakuannya adalah zat pengatur tumbuh atonik (A1 ), IAA (A2), rootone-f (A3) dan air matang (A4 ) yang dikombinasikan dengan jumlah ruas pada stek pucuk yaitu stek satu ruas (B1), stek dua ruas (B2) dan stek tiga ruas (B3). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktoril (RALF) dengan tiga ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah hari tumbuh tunas (hst), jumlah stek yang tumbuh, jumlah daun, tinggi tunas, jumlah akar dan panjang akar. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa zat pengatur tumbuh atonik dengan stek pucuk yang beruas tiga (A1 B3) paling baik digunakan dalam memperbanyak pranajiwa secara vegetative dengan persentase hidup 90%, pertumbuhan jumlah daun 2,90 helai, tinggi 0,77 cm, panjang akar 3,37 cm dan jumlah akar 9,00 cm.
POTENSI KARBON PADA HUTAN TANAMAN TUSAM, MAHONI DAN JATI DI JAWA BARAT DAN BANTEN N. M. Heriyanto; Ari Wibowo; R. Garsetiasih
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 7, No 3 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.787 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2010.7.3.147-154

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan karbon pada hutan tusam, mahoni dan hutan jati berikut tumbuhan bawahnya. Penelitian dilakukan di BKPH Manglayang Barat pada bulan Juni 2007 sedangkan di BKPH Bayah pada bulan Desember 2007. Pengumpulan data untuk pohon dan tumbuhan bawah menggunakan metode plot bujur sangkar berukuran 50 x 50 m dan 1 x 1 m dan penentuan plot dilakukan secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan karbon pada tusam (Pinus merkusii) umur dua puluh tahun sebesar 161,04 ton C/ha, tumbuhan bawah 1,14 ton C/ha, total 162,18 ton C/ha atau setara dengan 593,58 ton CO2/ha; faktor ekspansi biomasa dan rasio akar tajuk sebesar 1,64 dan 0,12. Tusam umur lima tahun sebesar 15,04 ton C/ha, tumbuhan bawah sebesar 0,81 ton C/ha, total 15,85 ton C/ha setara dengan 58,01 ton CO2/ha; faktor ekspansi biomasa dan rasio akar tajuk sebesar 2,25 dan 0,14. Kandungan karbon pada mahoni (Swietenia macrophylla) umur sembilan tahun sebesar 25,82 ton C/ha, tumbuhan bawah 0,60 ton C/ha, total 26,42 ton C/ha setara dengan 96,70 ton CO2/ha; faktor ekspansi biomasa dan rasio akar tajuk sebesar 1,46 dan 0,21. Hutan jati (Tectona grandis) umur tujuh tahun memiliki kandungan karbon sebesar 316,21 ton C/ha, tumbuhan bawah sebesar 0,54 ton C/ha, total sebesar 316,75 ton C/ha atau setara dengan 1.159,30 ton CO2/ha; serta faktor ekspansi biomasa dan rasio akar tajuk sebesar 1,37 dan 0,24.
PENENTUAN KRITERIA KECAMBAH NORMAL YANG BERKORELASI DENGAN VIGOR BIBIT TUSAM (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) Nurhaysbi Nurhaysbi; Dede J. Sudrajat; Pipit S. Aisyah
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 5, No 1 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2265.745 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2008.5.1.1-11

Abstract

Perbanyakan tanaman secara generatif memegang peranan penting dalam penanaman. Keberhasilan pengadaan bibit untuk penanaman  sangat bergantung pada proses perkecambahan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kriteria kecambah normal Pinus merkusii  yang diperlukan untuk menentukan daya berkecambah yang berkorelasi dengan daya tumbuh dan vigor bibit di persemaian. Penelitian ini terdiri dari tiga percobaan, meliputi : (1) pengujian perkecambahan di laboratorium untuk memperoleh kriteria kecambah normal yang akan digunakan, (2) pengujian perkecambahan beberapa lot benih menggunakan kriteria kecambah normal yang diperoleh pada percobaan 1, dan (3) pengujian benih  di persemaian yaitu uji korelasi dengan hasil pengujian di laboratoriurn menggunakan  kriteria kecambah normal yang terpilih. Pengamatan di laboratorium dilakukan terhadap beberapa parameter, yaitu struktur kecambah (panjang  hipokotil, epikotil dan radikula), persentase   kecambah normal, diameter batang bibit, tinggi bibit, jumlah daun, rasio pucuk akar, panjang akar dan tunas, jumlah kotiledon, daya tumbuh di persemaian, dan bobot basah dan bobot kering bibit yang dilakukan  pada akhir penelitian. Rancangan acak lengkap digunakan untuk menentukan kriteria kecambah normal dalam menghitung  daya berkecambah. Rancangan ini mengunakan faktor sumber benih dan perlakuan pendahuluan yang terdiri 6 kelompok benih yaitu (1) benih dari kebun benih tanpa perlakuan (kontrol), (2) benih dari kebun benih dengan pengusangan 30 jam, (3) benih dari kebun benih dengan pengusangan 60 jam, (4) benih dari tegakan benih tanpa perlakuan (kontrol), (5) benih dari tegakan benih pengusangan 30 jam, dan(6) benih dari tegakan benih pengusangan 60 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kriteria kecambah normal A (kulit benih terbuka dan radikula muncul berwarna merah kecoklatan)  merupakan kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan daya berkecambah benih Pinus merkusii di laboratorium. Daya berkecambah yang ditentukan oleh kriteria kecambah normal A tersebut berkorelasi dengan beberapa tolok ukur vigor bibit (tinggi bibit, jumlah  daun, panjang akar, serta rasio pucuk dan akar) di persemaian.
MODEL RIAP TEGAKAN HUTAN ALAM PRODUKSI DI PULAU BURU - MALUKU Lutfi Abdulah dan Darwo
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 1 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.867 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2015.12.1.1-10

Abstract

Kajian riap pertumbuhan di hutan alam telah dilakukan dan masih berlangsung untuk memperoleh suatu model dugaan yang mampu menjelaskan pertumbuhan yang sebenarnya. Penggunaan metode penduga riap pertumbuhan masih  merupakan  alat  utama  pengambilan  keputusan  dalam  manajemen  hutan  alam  produksi.  Keputusan manajemen hutan alam produksi dewasa ini masih berada pada prinsip kelestarian hasil. Hal ini dikarenakan unit manajemen masih memandang kelestarian hutan dari keberadaan pohon dan keberlangsungan pemanenan setiap tahunnya. Kajian riap berdasarkan jenis dominan perlu dilakukan sebagai alat pengukur pendapatan perusahaan dan sekaligus  untuk  membantu  pemahaman  potensi  tegakan  tinggal.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  menduga  riap pertumbuhan diameter berdasarkan kelas diameter dan kelompok jenis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah membangun model statistik dari data PUP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAI 1,3 cm/tahun pada kelas diameter 10–20 dan 0,78 cm/tahun pada kelas diameter terbesar 40 cm ke atas. CAI kelompok jenis komersil lebih besar dibandingkan kelompok jenis non-komersil. Sementara itu, CAI famili Dipterocarpaceae dan Myrtaceae le- bih besar dibandingkan famili Burceraceae, Fagaceae, Guttiferae dan Lauraceae. Model penduga CAI untuk semua jenis di Pulau Buru adalah CAI = 2,19e . Untuk masing-masing kelompok jenis pohon memiliki bentuk persamaan yang berbeda. Namun demikian, model ini perlu dikaji lanjut di lapangan untuk menguji keterandalannya sebagai alat penduga pengaturan hasil.
TEKNIK PENYIMPANAN BENIH MANGLID (Manglietiaglauca Bl.) Eliya Suita; Darwo Darwo
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4462.34 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2015.12.2.154-162

Abstract

Benih manglid (Manglietia glauca Bl.) memiliki kadar air tinggi, sehingga diperlukan cara penyimpanan yang tepat agar viabilitas  benih tetap terjaga. Penelitian  ini bertujuan untuk mengetahui  teknik penyimpanan benih manglid yang tepat tanpa menggunakan media  Jembab. Penelitian menggunakan Rancangan Faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap dengan tiga faktor utama yaitu suhu ruang simpan, wadah sirnpan, dan periode simpan. Rasil penelitian menunjukkan bahwa benih manglid  bisa  disimpan selama 3  rninggu. Penyimpanan selama 3 minggu hanya bisa dilakukan di ruang AC dengan wadah simpan dari plastik; atau ruang DCS menggunakan wadah simpan dari plastik, kaleng atau kain blacu; atau ruang kamar menggunakan wadah sirnpan dari plastik.
STUDI EKOLOGI TUMBUHAN SAGU (Metroxylon spp) DALAM KOMUNITAS ALAMI DI PULAU SERAM, MALUKU Samin Botanri; Dede Setiadi; Edi Guhardja; Ibnul Qayim; Lilik B. Prasetyo
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2011.8.3.135-145

Abstract

Sagu (Metroxylon spp) merupakan tumbuhan palem tropika basah, memiliki adaptasi kuat untuk tumbuh pada lahan marjinal seperti lahan tergenang air tawar, lahan gambut, dan air payau. Penelitian bertujuan :(1) melakukan analisis untuk menjelaskan sifat pertumbuhan sagu dalam komunitas alami, (2) mengungkapkan preferensi habitat tumbuhan sagu, (3) melakukan analisis interaksi tumbuhan sagu dengan faktor lingkungan, dan (4) mengungkapkan potensi tegakan dan produksi pati sagu. Penelitian berlangsung di tiga wilayah di pulau Seram, Maluku secara keseluruhan, tentu dengan menggunakan sampling, bukan menggunakan metode sensus pada bulan Maret-Nopember 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur populasi sagu dalam komunitas alami mengikuti pola pertumbuhan muda dengan tingkat kematian pada fase semai sekitar 85. Di Pulau Seram terdapat lima jenis sagu yaitu tuni, makanaro, sylvestre, rotang, dan molat. Sagu tuni merupakan spesies dominan dengan penguasaan habitat mencapai 43,3%. Serta memiliki daya adaptasi yang tinggi pada berbagai tipe habitat. Dalam beradaptasi dengan kondisi habitat tergenang, perakaran sagu mengalami modifikasi arah pertumbuhan menuju permukaan air dengan jumlah yang lebih banyak. Dalam komunitas sagu terjadi asosiasi antarspesifik secara negatif dengan Jaccard indeks < 0,2. Variabel iklim, tanah, dan kualitas air rawa yang memiliki peran kuat dalam pertumbuhan sagu masing-masing adalah intensitas cahaya surya mikro, kapasistas tukar kation (KTK), dan kandungan kalsium air. Di Pulau Seram terdapat potensi populasi rumpun sagu sekitar 3,2 juta rumpun dengan jumlah tegakan fase pohon mencapai 1,5 juta batang. Jenis sagu tuni dan sylvestre merupakan jenis sagu potensial dengan kapasitas produksi masing-masing 566,04 kg dan 560,68 kg/batang.
KAJIAN WATER TABLE PADA SEMAI PEREPAT(Combretocarpus rotundatus Miq dan JELUTUNG ( Dyera lowii Hook) DIINOKULASI Glomus sp 3 DI TANAH GAMBUT Burhanuddin Burhanuddin; Siti Kabirun; Bostang Radjagukguk; Sumardi Sumardi
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2011.8.3.187-196

Abstract

Penelitian pengaruh (jeluk muka air tanah) terhadap pertumbuhan perepat (Combretocarpus rotundatus Miq) dan jelutung (Hook) dengan inokulasi jamur mikoriza arbuskula (JMA) dan pemupukan SP 36 di tanah gambut dilaksankan di rumah kaca laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universeitas Gadjah Mada Yogyakarta selama 14 minggu. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh jeluk muka air tanah, pemupukan P dan inokulasi JMA terhadap pertumbuhan semai perepat dan jelutung. Percobaan persemaian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan tiga ulangan. Pengamatan dilakukan pada umur semai perepat dan jelutung 14 minggu setelah penyapihan yang meliputi: tinggi, diameter, jumlah daun, dan untuk berat kering pucuk dan serapan P tanaman dilakukan setelah panen. Percobaan pengujian jeluk muka air tanah pada semai perepat dan jelutung yang dipupuk SP36 takaran 100 ppm dan diinokulasi dengan glomus sp 3 membuktikan bahwa jeluk muka air tanah terbaik adalah 20 cm. Pada jeluk muka air tanah 20 cm peningkatan pertumbuhan untuk perepat tinggi 324,86 %, diameter 366,67 %, jumlah daun 437,50 %, berat kering pucuk 630,00 % dan serapan P 835,80 %. Untuk jelutung tinggi 107,61 %, diameter 136,05 %, jumlah daun 42,01 %, berat kering pucuk 643,83 % dan serapan P 851,56 %. Disimpulkan bahwa inokulasi dengan JMA jenis glomus sp 3 yang dikombinasikan dengan pemberian pupuk P takaran 100 ppm dan penanaman pada jeluk muka air tanah 20 cm dan 10 cm dapat dimanfaatkan secara luas untuk meningkatkan pertumbuhan bibit perepat (C. rotundatus Miq) dan jelutung (D. lowii Hook) di persemaian.Kata Kunci:Kata kunci : ex-PLG, gambut,Glomus sp 3,Water table

Filter by Year

2004 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2023): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 17, No 2 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 17, No 1 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 2 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 1 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 2 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 1 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 2 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 2 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 1 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 2 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 1 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2014): JPHT Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 3 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 5 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 4 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 3 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 2 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 1 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 5 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 4 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 2 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 1 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 3 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 2 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 1 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 2 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 1 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 3 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 2 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 1 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 3 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 2 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 1 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2004): JPHT More Issue