cover
Contact Name
Khairiah
Contact Email
khairiah@iainbengkulu.ac.id
Phone
+6285342358888
Journal Mail Official
nazarhusain80@gmail.com
Editorial Address
LP2M IAIN Sultan Amai Gorontalo jl. Gelatik no1 Kota Utara, kota Gorontalo Provinsi Gorontalo, Indonesia.
Location
Kota gorontalo,
Gorontalo
INDONESIA
Al-Ulum
ISSN : 14120534     EISSN : 24428213     DOI : https://doi.org/10.30603/au.v19i2.1051
Core Subject : Religion, Economy,
Al-Ulum adalah jurnal yang terbit berkala pada bulan Juni dan Desember, ditelaah dan direview oleh para ahli dalam bidangnya, diterbitkan oleh lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo, Indonesia ISSN 1412-0534 E-ISSN 2442-8213 Al-Ulum telah diakreditasi dengan peringkat B oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Keputusan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi No. 53/DIKTI/Kep/2013 untuk periode 2013-2018. Sekarang, AL-Ulum telah terakreditasi sistem online dengan peringkat “Sinta 2” untuk periode 2018-2022 oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi SK No. 21/E/KPT/2018.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 481 Documents
ISLAM DAN PERGESERAN PANDANGAN HIDUP ORANG TOLAKI Idaman, Idaman; Rusland, Rusland
Al-Ulum Vol 12, No 2 (2012): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.142 KB)

Abstract

Islam memberi pengaruh yang cukup signifikan dalam perubahan atau pergeseran pandangan hidup masyarakat Tolaki di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Pandangan hidup orang Tolaki dapat diketemukan dalam cerita rakyat yang hingga kini masih sering ditransimisikan ke generasi terbaru dalam masyarakat Tolaki. Analisis terhadap cerita rakyat Tolaki Langgai Moriana Ndotongano Wonua dan I Sandima terungkap sebuah fakta bahwa sejak masuknya Islam di daerah ini, pandangan hidup secara perlahan mengalami pergeseran baik pada tataran konseptual maupun faktual dalam kehidupan sehari-hari orang Tolaki. Dalam cerita rakyat Langgai Moriana Ndotongano Wonua, pengaruh Islam telah menggeser kepercayaan kepada para Sangia (dewa) kepada kepercayaan atas Ombu Allahtaala (Allah SWT). Hal ini turut pula mempengaruhi hampir keseluruhan aspek adat istiadat orang Tolaki, dalam bentuk perkawinan, relasi manusia dengan alam dan lingkungan sosialnya, serta kelas sosial. Demikian halnya, dalam cerita rakyat I Sandima, pergeseran pandangan hidup juga nampak pada peralihan kepercayaan dari animistik ke Islam dan relasi manusia Tolaki dengan alam. Sejak kedatangan di ‘Negeri para Sangia’ Islam telah menjadi bagian yang inheren dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Tolaki. ----------------------Islam has significantly influenced the change and way of life of the people of Tolaki in Kunawe, Southeast Sulawesi. The Tolaki’s way of life can be traced within folklore which stil transmitted from generation to generation. Analysis of the folklore, such as, Langgai Moriana Ndotongano Wonua dan I Sandima, revealed that since Islam came to this region, there has constantly been shifting within society, both in terms of concept and daily life of the Tolaki peoples. It is mentioned, for example, in the Langgai Moriana Ndotongano Wonua, that Islam has changed the belief of Sangia to Allah. Also, Islam influenced almost all traditions of Tolaki, marriage, human relation, environment, social relation and stratification. In other folklore, I sandima, the change also took place in the area from animism to Islam and relation between the Tolaki people and their nature. Since the coming of Islam in ‘Negeri para Sangia’, it is inherently coming into daily lives of Tolaki community.
PLURALISME AGAMA-BUDAYA DALAM PERSPEKTIF ISLAM Fitriyani, Fitriyani
Al-Ulum Vol 11, No 2 (2011): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1211.245 KB)

Abstract

Isu pluralism agama merupaka hal penting untuk diketahui bersama umat beragama. Bahkan menjadi factor utama dalam menyebabkan ketegangan dan konflik agama yang sering menimbulkan kebrutalan, kekejaman, perang, dan pembunuhan bahkan pembersihan etnik. Seiring dengan waktu, pluralism agama (yang awalnya muncul pada abad ke-18) menjadi wacana dan meluas hingga di Eropa. Bahkan pada abad ke-20 telah meluas dengan cepat memasuki wilayah dunia Islam dan menjadi tema dalam begitu banyak diskusi yang memancing perdebatan sengit. Dalam artikel ini, penulis menekankan bahwa pluralism agama harus dipahami dengan jernih karena akan menciptakan pro-kontra di kalangan pemikir dan ahli agama, termasuk tokoh-tokoh Islam. Hal ini penting untuk dipertimbangkan karena dengan pemahaman tentang pluralisme agama akan bersinggungan dengan dotrin agama. ------------------------ The issue of religious pluralism is important to share. Even it becomes primary factor in creating climate of stress or conflict of religion which not rarely come up with cruel colour, ossify, war and murder, even the race sweeping. Along with the time, religious pluralism which initially rose in the 18th century represents a discourse and expands in Europe; yet, in the 20th century it is expanding at full speed enter into Islamic world Mulsim and it became a theme in so many provocating discussion activities. In this article, the writer emphasizes that religious pluralism has to be clearly understood because it generates pros and contra among good thinker and religion figures, including Muslim figures. This matter is important to consider because the understanding of religious pluralism shall be reckoned because it deals with religious doctrine. 
HIZBUT TAHRIR INDONESIA AND ITS IMPLICATIONS ON SOCIAL RELIGIOUS REALM Mujahiduddin, Mujahiduddin
Al-Ulum Vol 11, No 1 (2011): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.382 KB)

Abstract

Artikel ini menggambarkan HizbututTahrir sebagai sebuah gerakan sosial di era pasca-Soeharto dan pandangannya tentang pembentukan kembali kekhalifahan Islam. Dari perspektif gerakan sosial dapat dikatakan munculnya Hizbuu Tahrir Indonesia jelas-jelas merupakan respon terhadap berbagai mengalami kerusakan yang terjadi di Indonesia mulai dari kemiskinan, ketidakadilan, korupsi, dan demoralisasi. Bencana-bencana sosial yang disebabkan oleh implementasi pemerintah Indonesia sekuler atau kafir (orang kafir) sistem terpancar dari nilai-nilai Barat. Untuk melarikan diri dari masalah tersebut, HizbutTahrir dan HTI adalah untuk mendorong penerapan Syariah Islam sepenuhnya dari dengan restorasi kekhalifahan Islam di seluruh dunia. HTI menyadari sepenuhnya bahwa untuk mendirikan sebuah kekhalifahan Islam membutuhkan tindakan kolektif dan dukungan banyak orang.----------------------This article describes HizbututTahrir as a social movement in post-Suharto era, and his views on the re-establishment of the Islamic caliphate. In the perspective of the emergence of social movements can be said Hizbuu Tahrir Indonesia is clearly a response to a variety of damage that occurred in Indonesia ranging from poverty, injustice, corruption, and demoralization. Social disasters caused by the implementation of the Indonesian government or secular infidels (unbelievers) system emanating from Western values. To escape from such problems, HizbutTahrir and HTI is to encourage full implementation of Islamic Sharia from the restoration of the Islamic caliphate throughout the world. HTI is fully aware that to establish an Islamic caliphate requires collective action and support of many people.
MEMBENTUK KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN BERBASIS NILAI Yusuf, Muhammad
Al-Ulum Vol 13, No 1 (2013): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.853 KB)

Abstract

Artikel ini mengungkap fakta mengenai hasil pendidikan yang mengecewakan terutama kegagalannya dalam membentuk karakter yang baik bagi masyarakat. Fakta itu menunjukkan bukti adanya kesenjangan yang “menganga” antara tujuan pendidikan Nasional dengan hasil pendidikan yang dicapai.Al-Quran memberikan perhatian terhadap pendidikan yang berorientasi pada pembentukan karakter (character building) dan penghayatan terhadap nilai-nilai luhur. Pembentukan karakter menurut Al-Quran harus dimulai pada ‘sisi dalam’ (anfus) manusia.Nilai-nilai tersebut diinternalisasi dan diamalkan untuk menjadi kebiasaan yang membentuk karakter yang baik.Al-Quran menampilkan contoh-contoh dengan mengajak manusia untuk mengempirisasi objek itu serta mengambil ‘ibrah dari kisah-kisah teladan yang sarat dengan nilai-nilai luhur yang diharapkan membentuk manusia yang berakhlak mulia, berilmu, beriman dan bertakwa. ------------------------This article explores some evidences on unsatisfactory educational achievement. It particularly is focused on its failure in forming good character for society. This fact shows the proven that there is a “crucial” gap between the objectives of National education and the education result which has been gained. Al-Quran pays attention toward education which oriented to character building and understanding of plenary values. Character building according to Al-Quran should be started from ‘the inner’ of man. The values is internalized and done to be custom to form good character. Al-Quran shows some examples by asking the man to experience the objects and take lesson from them in Islam terms “ibrah” from good models which full of plenary values and is hoped to form the man who have good attitude, large knowledge, good faith and religion.
BAHASA BUGIS DAN PENULISAN TAFSIR DI SULAWESI SELATAN Yusuf, Muhammad
Al-Ulum Vol 12, No 1 (2012): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.416 KB)

Abstract

Bahasa Bugis merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan. Bahasa Bugis mempunyai aksara tersendiri yang disebut Lontarak. Lontarak adalah naskah klasik yang mengilustrasikan kehidupan manusia di masa lalu. Terdapat tiga lontarak yang dijumpai di Sulawesi Selatan, yaitu Lontarak Pasang, Attoriolong, dan Pau-Pau Rikadong. Ketiganya memuat isi yang berbeda-beda. Di tengah-tengah ancaman kepunahan akibat pengaruh arus global-isasi, maka umat Islam di Sulawesi Selatan khususnya ulama Bugis berupaya me-mpertahankan tradisi bahasa Bugis dengan menulis tafsir Alquran dalam bahasa Bugis dengan menggunakan aksara Lontarak. Hal ini juga merupakan upaya ulama Bugis di Sulawesi Selatan untuk mengkolaborasikan antara Islam dan khazanah kearifan lokal.  --------------------------Bugis language is one of the local languages in Indonesia, particularly in South Sulawesi. Bugis language has its own script called Lontarak. Lontarak is a classic text that illustrates the lives of people in the past. There are three Lontarak are found in South Sulawesi, which classic Lontarak, Attoriolong, and Pau-Pau Rikadong. All three contain different content. In the midst of the threat of extinction due to the influence of globalization, then Muslims in South Sulawesi, especially Bugis language seeks to maintain the tradition by writing the Quran in the Bugis language interpretation using Lontarak script. It is also an attempt by Bugis scholars of South Sulawesi to collaborate between Islam and the treasures of wisdom.
WACANA KESETARAAN GENDER: PEMIKIRAN ISLAM KONTEMPORER TENTANG GERAKAN FEMINISME ISLAM Muqoyyidin, Andik Wahyun
Al-Ulum Vol 13, No 2 (2013): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.982 KB)

Abstract

Gender merupakan satu di antara sejumlah wacana yang bisa disebut kontemporer yang cukup menyita perhatian banyak kalangan, mulai para remaja, kalangan aktivis pergerakan, akademisi dan mahasiswa, kalangan legislatif dan pemerintah, hingga para agamawan. Maksud wacana ini adalah menutup ketidakadilan sosial berdasarkan perbedaan jenis kelamin, selanjutnya berupaya mewujudkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan pada aspek sosialnya. Dan sampai saat ini, wacana gender setidaknya dapat kategorikan menjadi empat penampilan, yaitu sebagai suatu gerakan, sebagai diskursus kefilsafatan, perkembangan dari isu sosial ke isu keagamaan, dan sebagai pendekatan dalam studi agama. Tulisan ini akan membahas perspektif kesetaraan gender sebagaimana dipahami oleh para feminis muslim. Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan perjuangan feminisme adalah mencapai kesetaraan, harkat, dan kebebasan perempuan dalam memilih dan mengelola kehidupan dan tubuhnya, baik di dalam maupun di luar rumah tangga.------------------------Gender is one of discourses called contemporary discourse calls for the attention of many parties, the youth, among movement activists, academics and students, legislative and government, and the theologian. The purpose of this discourse is to close a social injustice based on gender differences. Furthermore, it seeks to achieve equality between men and women in the social aspects. And so far, of the discourse on gender at least can be categorized into four performance, i.e., as a movement, as a discourse of development, those social issues into religious issues, and as an approach in the study of religion. This paper discusses about the perspectives of gender equality as understood by the muslim feminists. In general, it can be mentioned that the purpose of the struggle of feminism is equality, dignity, and freedom of women in choosing and managing life and her body, both inside and outside the household.
PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN DALAM PROBLEMATIKA IKHTILAF MAZHAB FIKIH Bakry, Muammar
Al-Ulum Vol 14, No 1 (2014): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.969 KB)

Abstract

Wacana ikhtilaf merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dipungkiri. Karenanya, menyamakan pendapat adalah suatu hal yang bertentangan dengan kodrat manusia yang Tuhan telah tetapkan. Perbedaan mazhab di kalangan ulama sebuah fenomena khazanah kekayaan Islam yang memberi hidup secara variatif. Fikih yang mengarah pada sikap intoleran dan diskriminatif terhadap kelompok lain sudah saatnya dibaca secara kritis sebagai sebuah produk sejarah yang sangat mungkin untuk dirubah. Tulisan ini menawarkan tentang pengembangan karakter toleran dalam menyikapi perbedaan mazhab fikih dengan melewati empat ruang lingkup pendidikan karakter, yaitu olah hati (spiritual and emotional development), olah pikir (intellectual develompmet), olah raga (physical and kinesthetic develop-ment) serta olah rasa dan karsa (affective and creativity development). Empat karakter di atas, akan memberikan persepsi kepada subjek dalam menyikapi perbedaan (ikhtilaf) yang pada akhirnya berujung pada sikap toleran ataukah intoleran. ------------------------The discourse of ikhtilaf is an undeniable reality. Consequently, to put forward opinion in the same agreement will likely to contradict with human nature which has been determined by Allah SWT. The different thoughts among the ulamas are actually good phenomena in Islamic teaching, which lead to Isla to be more variativ. Fiqh minded which are triggering into in-tolerancy dan discriminative character toward the other groups should be critically understood as an historical product which is very possible to be changed. This paper proposes tolerant character development in facing the difference among Islamic thought schools (mazhab fiqh) through four scopes of character education: that are, spiritual and emotional development, intellectual develompmet, physical and kinesthetic development, and affective and creativity development. These four characters will give per-ception to address the differences (ikhtilaf) among Muslims and eventually come to either tolerant or in-tolerant character.
AFTER GOD, AFTER ISLAM Saputro, Muhammad Endy
Al-Ulum Vol 11, No 2 (2011): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.89 KB)

Abstract

Tulisan ini bertujuan mendiskusikan agama di era postmodern, dengan fokus pertanyaan bagaimana menjadi muslim dan memahami Qur’an di era post-modern. Memakai pemikiran Don Cupitt, dalam beberapa karyanya, tulisan ini berargumen bahwa mengandaikan Tuhan telah mati merupakan jalan alternatif memahami Qur’an agar lebih kontekstual diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat muslim di era postmodern. Signifikansi utama tulisan ini adalah memberikan kontribusi alternatif dalam dimensi filosofis kerangka berpikir kontekstualisasi Qur’an.  ---------------This article aimed to examine the Cupitt’s conception in the light of Islamic paradigm. It is done by identifying negative impacts of postmodernism toward the existence of religion. Religion, in Don Cuppit view is alive in the term of “value”, “private realm”, “personal faith” and “counterculture”. Although Islam came from hundreds centuries ago, it does not mean that authentic Islam is Islam in the past. Islam in the past, Islam in the present and Islam in the future are different. Islam is not timeless doctrine, but changeable expression. Time is running; and Islam demanded to contextualize itself dynamically.
HERMENEUTIKA HADIS GENDER (Studi Pemikiran Khaled M. Abou El Fadl dalam Buku Speaking in God’s Name; Islamic Law, Authority And Women) Majid, Abdul
Al-Ulum Vol 13, No 2 (2013): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.146 KB)

Abstract

Tulisan ini menyajikan konstruksi hermeneutika Khaled M. Abou al-Fadl tentang hadis-hadis gender, menguji otentisitas dan pemaknaannya dengan studi kasus pada sejumlah hadis sandaran fatwa Council for Scientific Research and Legal Opinion, lembaga di Arab Saudi. Abou El- Fadl menawarkan sekaligus mengaplikasikan cara kerja hermeneutis, semisal perlunya negotiating process antara hadis sebagai teks, pengarang, Nabi dan seluruh rawinya, dan pembaca. Hal ini dilakukan dengan lima rambu,yaitu: kejujuran, kesungguhan, kemenyeluruhan, rasionalitas dan pengen-dalian diri. Temuannya adalah sebagai berikut: Pertama, kualifikasi hadis-hadis fatwa tersebut sangat tidak memadai, sejumlah hadis ditemukan tidak otentik dan ada pula yang tidak proporsional. Kedua,hadis merupakan akhir dari produk kepengarangan yang panjang sejak dari Nabi sebagai pengarang pertama hingga ke tingkat kolektor hadis seperti Imam Bukhari. Ketiga, subjektivitas setiap periwayat tertancap kuat dalam hadis yang diriwayatkannya sehinga perlu telaah historis.-------------------This paper is aimed to construct the Khaled M. Abou al-Fadl’s hermeneutics on hadiths gender, by examining its authentity and interpretation. This study brings a study case on a number of fatwas of Council for Scientific Research and Legal Opinion, the Saudi Arab-based Fatwa Institute. Abou El- Fadl applies a number of hermeneutic works; such as, negotiating process among texts, authors, the prophet’s traditions, and transmitters, as well as the readers. The hermeneutics work was throuruoghly counducted by bringing together the five principal rules: honesty, deligency, comprehensiveness, rationality, and self-restraint. A number of findings found is as follow: first, hadiths being bases of the fatwa are inadequate. Some of them are not authentic and yet proportionally. Second, hadith is the long final authorship product from the prophet as the first author to the level of hadith collector such as Imam Bukhori. Finally, each authors subjectivity can be tightly attached to the hadiths that he or she revealed which historically must be explored.
KARAKTERISTIK TAFSÎR Al-QUR’ÂN AL-KARÎM KARYA MAHMUD YUNUS Ibrahim, Sulaiman
Al-Ulum Vol 11, No 2 (2011): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.006 KB)

Abstract

Kitab ‘Tafsîr al-Qurân al-Karîm’ merupakan hasil studi selama setidaknya lima puluh tahun, yakni sejak penulisnya berusia 20 hingga 73 tahun. Penafsiran ini adalah di antara karya terbaik Mahmud Yunus yang memiliki orientasi untuk menjelaskan dan mengklarifikasi intruksi yang terdapat dalam al Qur’an untuk dipratekkan oleh umat Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya, sebagai pedoman universal. Penafsiran dari juz al-Qur’an ini dianggap paling lengkap pada mazanya. Kelengkapan itu disebabkan dua hal: pertama, terjemahan dilakukan tidak lagi menjadi bagian terpisah dari ayat-ayat atau surah-surah sebagai nuansa penafsiran al Qur’an pada generasi pertama. Dan kedua, pernyataa dan informasi dalam bentuk catatan kaki sebagai pelengkap untuk memberikan pemahaman tentang makna aya-ayat tertentu. ------------------------The ‘Tafsîr al-Qurân al-Karîm’ is the result of investigation for at least fifty-three years, ie since the author was 20 years old to 73 years. This interpretation is among of masterpiece work of Mahmud Yunus who has orientation to explain and clarify the instructions contained in the Koran for practiced by Muslims in particular and mankind in general, as a universal guide. The exegesis of 30 juz of the Koran is a work of translation is the most comprehensive one in his time. The comprhensionsiveness is due to two things: first translation is done no longer a separate part of the verses or surah-specific chapters, as shades of interpretation in the first generation; and second is the statement-information in the form of footnotes as a complement to provide pemaharnan on the meaning of certain verses

Page 5 of 49 | Total Record : 481