cover
Contact Name
Khairiah
Contact Email
khairiah@iainbengkulu.ac.id
Phone
+6285342358888
Journal Mail Official
nazarhusain80@gmail.com
Editorial Address
LP2M IAIN Sultan Amai Gorontalo jl. Gelatik no1 Kota Utara, kota Gorontalo Provinsi Gorontalo, Indonesia.
Location
Kota gorontalo,
Gorontalo
INDONESIA
Al-Ulum
ISSN : 14120534     EISSN : 24428213     DOI : https://doi.org/10.30603/au.v19i2.1051
Core Subject : Religion, Economy,
Al-Ulum adalah jurnal yang terbit berkala pada bulan Juni dan Desember, ditelaah dan direview oleh para ahli dalam bidangnya, diterbitkan oleh lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo, Indonesia ISSN 1412-0534 E-ISSN 2442-8213 Al-Ulum telah diakreditasi dengan peringkat B oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Keputusan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi No. 53/DIKTI/Kep/2013 untuk periode 2013-2018. Sekarang, AL-Ulum telah terakreditasi sistem online dengan peringkat “Sinta 2” untuk periode 2018-2022 oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi SK No. 21/E/KPT/2018.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 481 Documents
KARL MARX’S CRITICISM ON RELIGION Latief, Juhansar Andi
Al-Ulum Vol 11, No 2 (2011): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1306.58 KB)

Abstract

Artikel ini membahas tentang keunikan agama di antara disiplin akademis lainnya. Agama hampir secara eksklusif didekati sebagai objek studi. Studi agama menjadi studi tentang agama. Makalah ini menyajikan secara deskriptif kritik Islam di kritik Marx tentang agama. Penelitian ini kemudian menemukan bahwa Islam dan Marxisme pada dasarnya memiliki kontradiksi mencolok terutama dalam pandangan ke-tauhid-an. Marx berdasar pada filosofi Marxisme; manusia membuat agama, dan agama tidak membuat manusia. Namun, Islam meyakini konsep spiritual yang tak terbatas di mana Islam menggambarkan manusia sebagai tanah; lahan; tanah, atau dapat dikatakan bahwa agama, dalam hal ini, Allah menciptakan manusia, bukan sebaliknya. ------------------------This article discusses about the uniqueness of religion among other academic disciplines. Religion is almost exclusively approached as an object of study. This paper presents a descriptive criticism of Islam in Marxs critique of religion. The study then found that Islam and Marxism is essentially a contradiction particularly striking in view of the unity-an. Marx, based on the philosophy of Marxism; man- made religion and religion does not make the man. However, Muslims believe in the spiritual concept of the infinite in which Islam describes the man as the ground; land; ground, or it can be said that religion, in this case, God created man, not vice versa.
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM Tola, Baso
Al-Ulum Vol 13, No 1 (2013): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.394 KB)

Abstract

Tulisan ini akan mengkaji tentang pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan Islam. Sejak manusia hadir ke dunia sudah dibekali potensi, berupa potensi akal, qalbu, nafsu, serta roh di samping potensi fisik jasmaniah. Semua potensi itu akan berkembang sesuai dengan stimulus yang diberikan lewat pendidikan. Akal manusia akan menjadi cerdas dan dapat digunakan untuk memecahkan problema kehidupan apabila akal itu dididik, diberi latihan-latihan intelektual dan diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan, maka akan melahirkan kecerdasan intelektual. Demikian pula qalbu manusia akan mengalami kecerdasan emosional dan spiritual apabila diberi upaya-upaya pendidikan, sehingga manusia akan mencapai kecerdasan emosional dan spritualnya. Selanjutnya nafsu sebagai daya penggerak dapat dimaknai sebagai yang positif, sepanjang nafsu itu juga memperoleh pendidikan yang bernilai akhlak, sehingga nafsu itu terkendali dan dapat dikendalikan. ----------------------------------This writing is aimed to analysetheeducational character building according to Islamic education perspective. Since a man came upin the world, they have been equipped with spiritual potency such as mind of thinking, heart, desire, soul, and physic potency. All the potencies will develop in accordance to the stimulus which is given through education. The human mind will be smart and can be used to solve the problems, when it is educated, charged with intellectualexercises and filled it with many kinds of knowledge, in turns it will bear intellectual question. The human heart will get emotional and spiritual question, when it is given education, then they will get their emotional and spiritual question. Moreover, the desire, as motoric power, has a positive meaningas long as it is educated. Surely, the desire can be controlled.
PENDIDIKAN KARAKTER MENUJU SDM PARIPURNA HM, Muhdar
Al-Ulum Vol 13, No 1 (2013): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.059 KB)

Abstract

Tujuan penulisan artikel ini adalah mengurai bagaimana pendidikan karakter dalam perspektif Islam menuju SDM Paripurna. Pendidikan karakter dalam perspektif Islam adalah pendidikan yang membentuk watak dan karakter manusia unggul dari sisi kecerdasan intelektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ). Totalitas dari tiga kecerdasan ini akan memebentuk manusia sempurna (insân kâmil) atau SDM paripurna. IQ membentuk kecerdasan pikiran yang bersifat rasional.Sedangkan cerdas secara emosional adalah pikiran emosional yang merupakan satu sistem pemahaman yang impulsif dan berpengaruh besar, terkadang tidak logis.Kedua pikiran ini bekerja dalam keselarasan, saling melengkapi. SQ adalah kecerdasan rohaniah yang membentuk pikiran manusia menjadi shiddiq, istiqamah, amanah, fathanahdan tabliq.Singkronisasi IQ, SQ dan SQ akan memebentuk relasi vertikal (Hablum minallah) dan relasi horizontal (Hablum minnannas) yang dapat dijadikan pedoman suatu perbuatan yang bertangung jawab didunia maupun diakhirat. -------------------------The main objective of this article is to elucidate how character education in Islamic perspectivewhich creates outstanding human resource. Educational Character in Islam perspective is the education that set plenary human attitude and character on intellectual Questions (IQ), emotional Question (EQ), and spiritual Question (SQ). The totality of these IQs will form a perfectman, whichin Islam it isnamed “insân kâmil” or plenary human resource. Intellectual Question (IQ) forms rational thought. While emotional question is emotional which be one impulsive understanding system and have big effect, yet it is sometimes not logic. Both of these thought work in harmony and complete each other. Spiritual Question (SQ) is spiritual intelligence which forms human thought into truth in Islam term “shiddiq”, faithful “istiqamah”, believable “amanah”, “fathanah” and “tabliq”. The Synchronisation among Intellectual Question (IQ), and Spiritual Question (SQ) will make vertical relation between God and human (“Hablum minallah”) and horizontal relation between human and human (“Hablum minnannas”) which can become guidance for a responsible action in this world and the hereafter.
POHUTU MOMULANGA: GELAR ADAT DI GORONTALO Husnan, Moh. Ihsan
Al-Ulum Vol 12, No 1 (2012): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.962 KB)

Abstract

Artikel ini menfokuskan pada suatu kegiatan upacara adat di Gorontalo. Upacara adat tersebut adalah Upacara Adat Pohutu Momulanga, yaitu suatu upacara yang dilaksanakan dalam rangka penobatkan dan penganugerahan gelar adat kepada pejabat Bupati atau Walikota di Gorontalo. Studi ini menunjukkan bahwa ada banyak makna-makna yang terkandung dalam pelaksanaan upacara adat Pohutu Momulanga tersebut. Makna-makna tersebut terdapat pada benda-benda yang merupakan simbol sebagai perlengkapan upacara dan kata-kata tuja’i (verbal) yang diucapkan pada saat penobatan dan penganugerahan gelar adat. Makna-makna yang terdapat pada simbol-simbol dan kata-kata tuja’i tersebut bermakna keteladanan seorang pemimpin dalam memimpin masyarakat. Upacara adat tersebut sangat dipengaruhi oleh unsur nilai-nilai dari agama Islam.-----------------------------------This article focuses on a traditional ceremony in Gorontalo. The so-called Pohutu Momulanga ceremony, i.e. a traditional ritual which is performed in the event of local coronation and conferral for a regent or major in Gorontalo. The study shows that there has a number of meanings and values in the Pohutu Momulanga ceremony. Among those values and meanings consist on regalia and sacred words as the symbol of tuja’i. Those symbols and the tuja’i meant as leadership examples to community. It is important to note that the Pohutu Momulanga ritual is very much influenced by Islamic values.
RELIGIUSITAS DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT BUGIS- MAKASSAR Pabbajah, Mustaqim
Al-Ulum Vol 12, No 2 (2012): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.133 KB)

Abstract

Artikel ini mengulas tentang kepercayaan lama orang Bugis dan Makassar. Kepercayaan yang bentuk dan manifestasinya masih bisa ditelusuri keberadaannya sampai sekarang. Dalam konsep ketuhanan, misalnya, istilah Dewata Seuwa (Bugis) dan Tau ri A’rana (Makassar) masih sering diengar dan diyakini eksistensinya. Demikian pula dalam kehidupan sehari-hari, acara-acara seperti “mappangre galung” dan “maccera tasi” masih sering dilakukan dalam masyarakat petani dan nelayan. Tulisan ini, juga, mengeksplorasi keyakinan masyarakat di Sulawesi Selatan ini, baik sebelum maupun sesudah masuknya Islam. Begitu pula pengaruh agama lokal dan agama baru (Islam) dalam kehidupan sehari-sehari. Dialog yang dinamis antara agama lokal dengan Islam manjadi instisari tulisan ini.------------------------------This article explores the old beliefs of Bugis and Makassar peoples. The old beliefs which still exist and are preserved within community until nowadays. In the concept of god, for example, the terms of “Dewata SeuwwaE” (Bugis) and “Tau ri A’rana” (Makaasar) still can be heard and believed. In the daily lifes, the influence of local beliefs cover rituals such “mappangre galung” (farmer) and “maccera tasi” (fishermen) still conducted in the community. This article also evaluates the old beliefs of South Sulawesi peoples, both before and after the coming of Islam. Also these religions’ influences in the daily lives are highlighted. A dynamic dialogue between the local religions and Islam becomes the core of this paper.
PENDIDIKAN UNTUK PENGEMBANGAN KARAKTER (Telaah terhadap Gagasan Thomas Lickona dalam Educating for Character) Dalmeri, Dalmeri
Al-Ulum Vol 14, No 1 (2014): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.555 KB)

Abstract

Tulisan ini akan membahas konsep pendidikan karakter dalam pemikiran Thomas Lickona sebagai upaya untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang berupa tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Tujuan pendidikan karakter adalah menanamkan kebiasaan yang baik, sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. Pendidikan karakter membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral. Thomas Lickona mengatakan bahwa dasar hukum moralitas yang harus diterapkan dalam dunia pendidikan sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran agama dalam kitab suci, dan implikasi dari dasar hukum moralitas ini berlaku secara universal. ----------------------This paper discusses about Thomas Lickona’s idea on education character. It is mainly an attempt to shape ones personality through education which it results can be seen in action in the form of ones good behavior, honest, responsible, respect the rights of others, hard work, and so on. The main goal of educational character is to encourage good habits; so that, learners understand, able to feel, and want to do goods. Educational character has the same mission with behavior education or moral education. Thomas Lickona assert that the basic laws of morality should be applied in the educational sectors in accordance with the principles of religious teachings in the holy scriptures. Therefore, the implications of the basic laws of morality will be universally valid.
INTERRELIGIOUS DIALOGUE AND THE PROBLEM OF TRUTH CLAIMS Basri, Mohammad Hasan
Al-Ulum Vol 11, No 1 (2011): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.389 KB)

Abstract

Artikel ini mengeksplorasi mengapa klaim kebenaran muncul dan menjadi masalah serius di antara agama-agama, dan bagaimana mengatasinya berikutnya terutama untuk membangun dialog antaragama di era pluralisme. Ia mencoba untuk meneliti masalah klaim kebenaran dan bagaimana menyelesaikannya dalam rangka dialog. Makalah ini dimaksudkan untuk mewujudkan langkah-langkah mengatasi masalah klaim kebenaran di antara agama-agama dan berusaha untuk saling pengertian untuk membangun pandangan pluralistik dalam bingkai dialog antaragama. Untuk mengatasi masalah klaim kebenaran dalam dialog agama, ada tiga langkah yang dapat dilakukan yaitu: pertama, pandangan eksklusif. Kedua pandangan, inklusif. Langkah terakhir adalah pandangan pluralistik. ---------------This article explores why the truth claims emerge and become a serious problem among religions, and how to handle it next to build inter-religious dialogue, especially in the era of pluralism. He tried to examine the issue of truth claims and how to solve them within the framework of dialogue. This paper is intended to implement concrete steps to overcome the problem of truth claims among religions and strive for mutual understanding to build a pluralistic view of interreligious dialogue in the frame. To overcome the problem of truth claims in religion dialogue, there are three steps that can be done: first, an exclusive view. Both views, inclusive. The final step is a pluralistic outlook.
MENYOAL KONTEKSTUALISASI HUKUM ISLAM TENTANG POLIGAMI Fata, Ahmad Khoirul; Mustofa, Mustofa
Al-Ulum Vol 13, No 2 (2013): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.726 KB)

Abstract

Tulisan ini mengemukakan gagasan pembaharuan. Salah satu gugatan terjadi atas hukum-hukum Islam yang terkait dengan keluarga, khususnya poligami, karena dinilai tidak sesuai lagi dengan perubahan zaman yang mengharuskan kesetaraan laki-laki dengan wanita. Untuk menjawab itu, beberapa pihak mengajukan gagasan pembaharuan hukum Islam dengan dua epistemologi utama: penafsiran kontekstual atas nas-nas agama dan asas kemaslahatan. Dengan penafsiran kontekstual atas nas tentang poligami lahirlah kesimpulan bahwa poligami sesungguhnya bukan misi utama Islam. Misi utama Islam tentang pernikahan adalah monogami. Adanya teks-teks yang seolah-olah mengizinkan poligami tidak lain hanyalah sebentuk strategi Islam untuk menghilangkan poligami secara gradual. Namun kontekstualisasi hukum poligami masih menyisakan ruang kritik dimana kajian atas konteks itu masih belum obyektif dan cenderung menjustifikasi wacana dominan tentang relasi gender. ---------------------------This paper proposes an idea of revitalization. This idea is based on by looking at the lawsuits occurred within the Islamic laws related to family, especially poligamy. This is proposed because polygamy is believed no longer relevant with the changing times which now requires equality of between man and woman. To address this problem, some ideas put forward to reform and re-interpretate some Islamic laws which lays into two major epistemologies: first, contextual interpretation over the texts which are the basis of the implementation of poligamy which in turn was not the core mission of Islam. Meanwhile, it is believed that the fundamental goal of marriage in Islam monogamous. The justification of poligamy by putting forward the texts do not eliminate but gradually endorse the practices of polygamy itself. Therefore, there is still a room to critique the context of polygamy by contextualizing the polygamy laws in which most previous studies were not objective and tend to justify the dominant discoureses on gender relation.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SYAIR ZUHDIYÂT KARYA ABU AL-‘ATÂHIYAH Yahiji, Kasim; Damhuri, Damhuri
Al-Ulum Vol 14, No 1 (2014): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wacana penanaman nilai-nilai karakter bukanlah baru dalam Sistem Pendidikan Nasional. Hal itu dimotivasi oleh kesadaran nasional akan pentingnya pembinaan karakter generasi muda sebagai jaminan kekuatan bangsa. Tujuannya, untuk berkembangnya potensi pembelajar menjadi manusia beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sesuai amanat UU Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini mengisyaratkan bahwa yang pertama ditanamkan adalah nilai-nilai kebenaran dan kebaikan universal, tanpa formalisasi sumbernya. Karya sastra merupakan salah satu sumber yang sarat dengan pesan-pesan moral yang dapat digali untuk menemukan kebenaran yang bersifat penawaran, untuk ditransfer kepada peserta didik. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam karya sastra dapat ditanamkan kepada peserta didik melalui penghayatan emotif tanpa harus diceramahi. Syair-syair Abu al-‘Atâhiyah merupakan salah satu karya sastra yang sarat dengan pesan-pesan moral yang dapat digali dan diimpelementasikan dalam pendidikan, baik formal maupun non-formal  -------------------------Discourse of the implementation of character values on the National Educational System is not a new agenda. The implementation has motivated by the national awareness about the importance of character building toward the young generation as the guarantees for nation strength. The aim is to improve students’ potency and build them to be piety to Allah SWT, to have good personality, to be healthy, intellectual, smart, and creative, be autonomous, and become democratic citizen, responsible, in accordance with the message on the law of National Education system. It is indicated that the first value should be implemented is universal truth without formulating the source. Literature works is one of sources which full of moral teaching and can be analyzed to find out the truth, and transferred to the students. The values of educational character on literature work can be implemented to students through emotional analysis. Abu al-‘Atâhiyah poems is one of literary works which full of moral teaching and can be analyzed and implemented on education, both formal and non-formal schools.
DIALOG ADAT DAN AGAMA, MELAMPAUI DOMINASI DAN AKOMODASI (Muslim Hatuhaha di Pulau Haruku Maluku Tengah) Rumahuru, Yance Z.
Al-Ulum Vol 12, No 2 (2012): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.778 KB)

Abstract

Relasi dialogis antara kebudayaan lokal atau adat dengan agama tidak dapat dipisahkan dari sejarah kelompok-kelompok masyarakat beragama di Indonesia sekarang. Artikel ini bertujuan mendeskripsikan bentuk dialog adat dan agama di kalangan KMH di Maluku Tengah sebagai upaya memahami pola-pola dialog adat dan agama secara khusus Islam di Indonesia. Tulisan ini dibangun dari hasil penelitian lapangan di Pulau Haruku Maluku Tengah tahun 2009, menggunakan paradikma penelitian kualitatif. Penelitian ini menemukan bahwa (1) telah terjadi relasi dialogis antara agama (Islam) dan budaya lokal (=adat) sejak Islam diterima sebagai “ideologi” baru kelompok-kelompok masyarakat di kepulauan Indonesia. (2) terdapat tiga model dialog antara adat dan agama yang dijumpai pada masyarakat Islam di Indoneisa, yakni model “dominasi” model “akomodasi” dan model “kontekstual”. --------------------------The dialog between local culture and religion cannot be separated with the history of religious communities in Indonesia. This article is aimed to describe a form of dialogue between local culture and religion among Muslims of Hatuhaha community in the Central Moluccas. It is particularly to understand forms of dialogue between local culture and religion, specifically Islam in Indonesia. This article is based on a field research in the Haruku island of Central Moluccas in 2009 by using qualitative method. It has been found that, firstly, there has a constructive dialogue between Islam as a religion and local culture since the religion was accepted as a “new ideology” within island communities in Indonesia. Secondly, there are three models of dialogue between the religion and local culture, i.e. “domination”, “accommodation”, and “contextual”. 

Page 6 of 49 | Total Record : 481