cover
Contact Name
Khairiah
Contact Email
khairiah@iainbengkulu.ac.id
Phone
+6285342358888
Journal Mail Official
nazarhusain80@gmail.com
Editorial Address
LP2M IAIN Sultan Amai Gorontalo jl. Gelatik no1 Kota Utara, kota Gorontalo Provinsi Gorontalo, Indonesia.
Location
Kota gorontalo,
Gorontalo
INDONESIA
Al-Ulum
ISSN : 14120534     EISSN : 24428213     DOI : https://doi.org/10.30603/au.v19i2.1051
Core Subject : Religion, Economy,
Al-Ulum adalah jurnal yang terbit berkala pada bulan Juni dan Desember, ditelaah dan direview oleh para ahli dalam bidangnya, diterbitkan oleh lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo, Indonesia ISSN 1412-0534 E-ISSN 2442-8213 Al-Ulum telah diakreditasi dengan peringkat B oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Keputusan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi No. 53/DIKTI/Kep/2013 untuk periode 2013-2018. Sekarang, AL-Ulum telah terakreditasi sistem online dengan peringkat “Sinta 2” untuk periode 2018-2022 oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi SK No. 21/E/KPT/2018.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 481 Documents
NALAR TEOLOGIS DAN HUKUM ISLAM BIAS GENDER Rusli, Muh.; Thahir, Muhammad; Zainuddin, Asriadi
Al-Ulum Vol 13, No 2 (2013): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.983 KB)

Abstract

Salah satu ajaran inti al-Qur’an adalah mengangkat harkat dan martabat manusia sama di hadapan Allah, tanpa mengenal perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Yang membedakan keduanya hanyalah kualitas ketakwaannya. Wacana gender secara subtansi bukanlah hal yang baru dalam Islam. Bila dihadapan Allah derajat manusia sama, maka seyogyanya laki-laki dan perempuan mampu menjalin hubungan kerja sama yang baik tanpa merugikan salah satu pihak. Di antara penyebab masih adanya pemahaman umat Islam yang bias gender adalah konstruk pemahaman yang keliru dalam menafsirkan firman Allah dan Hadis Nabi yang kemudian dilegitimasi dengan produk hukum Islam. Untuk itu, reinterpretasi secara kontekstual terhadap setiap dalil yang bias gender mutlak dilakukan. Reinterpretasi tersebut mempertimbangkan kondisi kekinian dan prinsip kemaslahatan bersama, sehingga melahirkan makna dan paradigma baru yang berkeadilan gender serta selaras dengan nilai universal Islam.----------------------One of the core teachings of the Quran is the dignity of human beings are equal before God, regardless of differences in gender (men and women). What distinguishes the two is the quality of piety. Substancely,  gender discourse is not new in Islam. When the degrees are equal before God, then men and women should be able to establish a good working relationship without harming each other. Among the causes of the persistence of the Muslim understanding that gender bias is a false construct understanding in interpreting the word of God and the Hadith of the Prophet which then legitimized by Islamic laws. To that end, contextual reinterpretation of any gender bias arguments to be conducted. The reinterpretation considering the current situation and the principle of mutual benefit, thus giving birth to a new paradigm of meaning and gender-equitable and aligned with the universal values of Islam.
PENULISAN KITAB AL-JAMI’ AL-AZHAR FI HADITS AN-NABI AL-ANWAR KARYA AL-MANAWI Daud, Ilyas
Al-Ulum Vol 11, No 2 (2011): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.554 KB)

Abstract

Sejarah penulisan hadis dan ilmu hadis telah melewati serangkaian fase historis yang sangat panjang. Tulisan ini mengkaji secara khusus alah satu kitab Hadis yaitu kitab hadis al-Jamî’ al-Azhâr fî Hadîts an-Nabi al-Anwâr Karya Imam al-Manawi. Tulisan ini menunjukkan bahwa Imam al-Manawi sebagai seorang ulama terkemuka mengumpulkan hadis-hadis nabi dalam hadis al-Jamî’ al-Azhâr fî Hadîts an-Nabi al-Anwâr dan menulisnya dengan menggunakan metode dan sistematika susunan hadis berdasarkan susunan abjad hijaiyah. Hal ini bisa dilihat pada fuhras/indeks kitab setiap juz dari kitab hadis al-Jamî’ al-Azhâr fî Hadîts an-Nabi al-Anwâr. Temanya pun beragam, seperti tauhid, ibadah, akhlak dan hukum. Dalam kitab ini pula al-Imam al-Manawi memuat semua jenis kualitas hadis, baik hadis shahih, hadis hasan, maupun hadis dhaif.  -----------------The history of writing and science of hadith have passed a series of very long phase. This paper examines one of the hadith books, i.e. Hadith al-Jami al-Azhar Hadith an-Nabi by the Imam Anwar al-Manawi. This paper shows that al-Manawi is an eminent scholar who collected the prophet Muhammad’s tradition in his book al-Jami fi al-Azhar al-Hadith al-Nabi al-Anwar and wrote by using various methods and systematical arrangement of traditions based on alphabetical arrangement. This can be seen in indexes (fuhras) book chapters from each book al-Jami fi al-al-hadits al-Anwar of the Prophet. The theme also varied, such as monotheism, worship, morals and law. In this book al Manawi also mentioned about quality of the Prophet’s traditions, both valid hadith, good (hasan) hadith, or false traditions (dhaif).
THE CONCEPT OF GOD IN CHRISTIANITY: AN ISLAMIC PERSPECTIVE Latief, Juhansar Andi
Al-Ulum Vol 11, No 1 (2011): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.241 KB)

Abstract

Artikel ini memberikan konsep tentang Tuhan dalam ke-Kristen-an. Konsep ini didasarkan pada perspektif Islam. Ini secara singkat menjelaskan bagaimana kekristenan mengeksplorasi konsep Tuhan deskriptif kemudian membandingkan dan kontras ini wawasan, konsep Allah yang didasarkan pada dua agama Ibrahim, Kristen dan Islam. Ini juga terlihat pada beberapa kritik Islam pada konsep Allah dalam kekristenan. Penelitian ini kemudian menemukan bahwa bahkan mereka dua agama memiliki akar yang sama seperti agama-agama Abrahamik tetapi mereka benar-benar memiliki interpretasi yang berbeda tentang konsep Tuhan itu sendiri. Tidak seperti tradisi Islam, Kristen memiliki konsep trinitas Allah. ------------------------This article provides a concept of God in the Christianity. The concept is based on the Islamic perspective. It briefly explains how the Christian concept of God explores descriptive and then compare and contrast these insights, the concept of God which is based on the two Abrahamic faiths, Christianity and Islam. It also looks at some of the criticism of Islam on the concept of God in Christianity. The study then found that even those two religions have the same root as the Abrahamic religions but they actually have different interpretations of the concept of God itself. Unlike the tradition of Islam, Christianity has the concept of the trinity of God.
PERANAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER REMAJA PUTRI MENURUT ISLAM Rahim, Arhjayati
Al-Ulum Vol 13, No 1 (2013): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.845 KB)

Abstract

Tulisan ini membahas tentang peranan orang tua terhadap pendidikan karakter remaja putri menurut Islam. Masa remaja dalam kehidupan manusia hanya datang sekali, masa yang indah sekaligus rentan karena masa ini merupakan masa transisi fisik,emosi dan psikologi menuju ke fase hidup selanjutnya yang mengarah pada kedewasaan, kematangan berfikir dan bertindak sebagai eksistensi sisi manusia. Masa ini juga identik dengan pergaulan dan adaptasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga tidak mengherankan ketika pola fikir dan tingkah laku masing-masing remaja di tiap negara berbeda karena terkait masalah kultur dan dominasi sosial lingkungannya. Remaja cenderung akan mengalami kondisi yang labil sehingga di perlukan pengawasan dan bimbingan dari orang tua terutama pada remaja putri, kondisi pengetahuan dan pemahaman orang tua baik dari segi kepribadian dan pengetahuan keagamaan sangat berpengaruh terhadap pola didik terhadap karakter remaja putri sehingga mereka dapat melewati masa remaja dengan baik dan sesuai ajaran Islam sehingga menghasilkan generasi yang tangguh,berprestasi serta taat dan selalu berada dalam jalur Islam. ------------------------This paperdiscusses about the role of parents on character-building education of girl teenagers in Islam view. Teenager phase in their live is only coming once in a life, the beautiful phase and at once crucial because this phase is transitional phase physically, emotionally and physiology to arrive to another phase which is referred to adultness, to properness thought and action. This phase is also identical with socialization and adaptation with the surrounding, so it is not amazing when we find that the point of view and the attitude of teenagers in every country is different because it is related to the culture and social domination of the surrounding. Teenagers tend to come to vulnerable condition;therefore,they need control and guidance from their parents primarily to theirages-phases, the condition of their parents’ idea and their understanding about personality, along with religious thought which are aimed to build their girls’ character. Then, the girls can face their teenager-phase properly and accordance with Islam teachings. Finally, these girls’ character will make them smarter, skilful, and faithful to their religion, namely Islam.
TAFSIR AL-QUR’AN AL-KARIM KARYA MUI SUL-SEL Mursalim, Mursalim
Al-Ulum Vol 12, No 1 (2012): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.02 KB)

Abstract

Tafsir Bugis yang disusun oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan hadir di tengah masyarakat Bugis untuk mengisi kekosongan terhadap literatur yang berbahasa daerah Bugis agar supaya al-Qur’an bisa dipahami oleh masyarakat awam yang kurang paham atau mengerti bahasa latin (Melayu) apalagi  tafsir yang berbahasa Arab. Tafsir ini termasuk tafsir al-Qur’an Bugis yang lengkap 30 juz yang kedua setelah tafsir Bugis yang ditulis oleh AG. Daud Ismail. Metodologi tafsir Bugis MUI ini yaitu analisis menggunakan bentuk tahlily yang bercorak tekstualis dan warna (lawn) pemikirannya tidak terlalu nampak afiliasinya kepada aliran-aliran kalam, demikian pula warna mazhabnya. -------------------------Tafsir Bugis, which compiled by the Indonesian Ulema Council (MUI), existed within South Sulawesi among Bugis people to fill the lack of literature in Bugis area; therefore, the Quran can be understood by ordinary people who do not understand or know Latin language (i.e. Malay) or Arabic interpretation. This includes commentary Tafsir al-Quran Bugis completed a 30 chapters written by Bugis interpretation AG. Daud Ismail. The methodology of the tafsir is using the tahlily method through textual forms and the way its construction is not very merely affiliated schools of philosophy and its schools of fiqh.
MENGUNGKAP KEUNIKAN TAFSIR ACEH Saleh, Fauzi
Al-Ulum Vol 12, No 2 (2012): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.375 KB)

Abstract

Aceh, yang terkenal sebagai “Serambi Mekah”, melahirkan ulama-lama dengan karya besar. Ulama Aceh-lah yang dianggap sebagai yang pertama menulis buku Tafsir dalam bahasa Melayu di kawasan Asia Tenggara. Kitab Tafsir tersebut disusun oleh Abdur Rauf al-Singkili. Masih banyak buku-buku tafsir yang akan dieksplorasi. Makalah ini menjelaskan beberapa buku tafsir tersebut dan subtansi keunikan masing-masing. Penting disebutkan bahwa ulama-ulama yang menulis buku tafsir (baik dalam bentuk buku atau artikel) berbeda bidang keilmuannya. Penulis menfokuskan pada metode dan jenis tafsir karya ulama Aceh tersebut. Kreatifitas ulama-ulama itu dapat ditelusuri melalui buku-buku mereka, misalnya,“Turjumunul Mustafid, an-Nur, Al-Qur’anul Karim dan Terjemah Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh”, dan lain-lain. Buku-buku Tafsir tersebut, umumnya, ditulis berdasarkan metode “tahlili”. Dalam pada itu, jenis buku tafsir yang diungkap dalam makalah ini terdiri dari ilmu fiqih, sufistik dan keilmuan yang lain.  ---------------------Aceh that well-known as “Mecca Verandah” has produced the ulemas with the great works. Aceh’s ulema considered as the first who wrote tafseer (Quranic interpretation) ini Malay language in South East Asia. The tafseer was composed by Abdurrauf al-Singkili. There were still many tafseer books written Aceh’s ulemas need to be explored. This paper will explained several of them and their unique substance. That is important to be mentioned that the ulemas wrote the tafseers in a book, part of the books, article, even mixed with other field of knowledge. The writer will also focuses on method and type of tafseer as Aceh’s ulama works. The creativity of ulemas can be traced through their books of tafseer such “Turjumunul Mustafid, an-Nur, Al-Qur’anul Karim dan Terjemah Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh” etc. These tafseers generally had been written based on tahlili method. Meanwhile the type of tafseer that used consisted of fiqhi, sufi and also ‘ilmi.
PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS AL-QUR’AN; Upaya Menciptakan Bangsa yang Berkarakter Rahman, Amri; Kasim, Dulsukmi
Al-Ulum Vol 14, No 1 (2014): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.485 KB)

Abstract

Tulisan ini menyorot persoalan pendidikan karakter. Persoalan ini dikumandangkan di dunia pendidikan sebagai respon atas terjadinya berbagai bentuk kemerosotan akhlak bangsa Indonesia. Al-Qur’an memiliki tuntunan yang mendidik manusia menjadi bangsa yang berakhlak. Tolok ukurnya adalah diri Nabi dan para sahabatnya. Pendidikan karakter berbasis al-Qur’an pada dasarnya dibangun melalui tiga dimensi; akhlak pada Sang Pencipta, akhlak pada diri sendiri, dan akhlak pada sesama manusia dan lingkungan. Identitas bangsa yang berkarakter diisyaratkan al-Qur’an dengan kriteria: bersatu; punya nilai luhur yang disepakati; bekerja keras, disiplin, dan menghargai waktu; peduli; moderat dan terbuka; siap berkorban; serta tegar dan teguh menghadapi berbagai tantangan. Untuk terwujudnya pendidikan karakter berbasis al-Qur’an dalam tatanan berbangsa dan bertanah air tergantung pada peran: 1) Masyarakat lewat pendalaman akidah dan akhlak Nabi, 2) Dunia pendidikan lewat sarana sekolah dan masjid, 3) Pemerintah. -------------------------This paper discusses about the issue of educational character. This issue is sounding in educational sector as a response to any forms of moral decrease of Indonesia as a nation.  Al-Qur’an contains teachings to educate human in order to be a good nation. Its main example is the Prophet Muhammad Saw and his exemplary followers. The educational character which is based on the Quran basically is built through three dimensions: attitude to the Supreme Creator (Allah SWT), attitude to ourselves, and attitude to the others and our environment. Indonesians national identity which has been good character is indicated in the Qur’an with some criteria, namely: unity; that is, to have agreed noble values; work hard, means discipline and good time management, caring; moderate and open minded; ready for struggle and be brave and patient in facing some challenges. Therefore, to define address the educational character based on the Qur’an in the establishing nationhood mostly depends on the roles of: 1) society through strong faith and examples from the Prophet Muhammad Saw; 2) Educational sector through schools and mosques; and 3) the government.
AHMADIYAH DI ERA REFORMASI Hamdi, Saipul
Al-Ulum Vol 11, No 1 (2011): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.187 KB)

Abstract

Artikel ini menguji kompleksitas seputar kekerasan yang dilakukan oleh Muslim terhadap komunitas Ahmadiyah di Indonesia di era baru demokrasi reformasi. Kekerasan muncul sejak 1998 pasca Suharto ketika beberapa kelompok Muslim seperti Front Pembela Islam (FPI), yang mengklaim bahwa Ahmadiyah adalah kelompok yang sesat menurut ortodoksi Islam. Artikel ini mencoba memahami mengapa dan bagaimana Ahmadiyah menjadi target serangan kekerasan oleh beberapa kelompok Muslim di era pasca Suharto dengan meningkatnya kelompok fundametalis Islam setelah menemukan kebebasan baru beragama. Dengan demikian, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana faktor politik, ekonomi dan teologi Islam muncul sebagai faktor penting yang mengkontribusi atas serangan kekerasan. Melalui identifikasi studi kasus tertentu penyerangan di kota-kota lintas pulau Jawa dan Lombok, saya juga akan mengeksplorasi bagaimana pemerintah membuat kebijakan untuk menemukan solusi yang terbaik dan sejauhmana efektifitas kebijakan tersebut untuk menyelesaikan masalah.  This article examines the complexities surrounding violence by Muslims towards the Ahmadiyya community in Indonesia in its new era of democracy. Violence emerged in 1998 in the post-Suharto era when some Muslim groups, such as Front Pembela Islam (FPI), claimed that Ahmadiyya is a deviant group (aliran sesat) according to Islamic orthodoxy. This article works to understand why and how Ahmadiyya became a target of violent attacks by some Muslim groups in the post-Suharto era by considering the rise of Islamic fundamentalist groups during this time of new-found religious freedom.  In doing so, I ask how politics, economy and Islamic theology emerged as significant factors that contributed to the attack. Through identifying particular case studies of attacks in cities across Java and Lombok, I also explore how government creates the policy to find the best solution and how far the effectiveness of this policy to solve the problem. 
PERSPEKTIF KONSTITUSI TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENJAMINAN ATAS HAK-HAK PEREMPUAN Sumanto, Dedi; Latif, Abdul; Mardiana, Andi
Al-Ulum Vol 13, No 2 (2013): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.345 KB)

Abstract

Hak Asasi Manusia (HAM), adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan setiap manusia yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, Hukum, Pemerintahan, dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Hak konstitusional warga negara yang meliputi hak asasi manusia dan hak warga negara yang dijamin dalam UUD 1945 berlaku bagi setiap warga negara Indonesia. Hak-hak tersebut diakui dan dijamin untuk setiap warga negara bagi laki-laki maupun perempuan. Pemberdayaan dan penjaminannya harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk menetukan pilihan dengan menolak asusmsi mengenai infeoritas perempuan dan mengahapus perbedaan berdasarkan gender yang diakui dalam hukum, maka perempuan sendiri menyadari pentingnya mengangkat isu hak perempuan sebagai salah satu jenis hak asasi manusia yang harus dapat diakui dan dijamin perlindungannya.------------------------Human Rights, is aset of rights inherent in the nature and existence of every human beings which must be respected, and protected by the state, law, government, and every person, for the respect and protection of human dignity. Constitutional rights of citizens which include human rights and citizens rights are guaranteed by the1945 Constitution which bound to every citizen of Indonesia. These rights are recognized and guaranteed to every citizen for men and women. The empowerment and quarantee should have the same opportunity to determine the option by rejecting any inferior asumsption and  erasing differences based on gender is legalized by law. Therefore, women themselves recognize the importance of raising the issue of women rights as one of the types of human rights that must be recognized and guaranteed.
BAHASA POSITF SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MORAL ANAK Saudah, Siti
Al-Ulum Vol 14, No 1 (2014): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.108 KB)

Abstract

Degradasi moral semakin marak di Indonesia. Perilaku yang sopan santun dan religius tergeser adanya gaya hidup modern. Sehingga pengembangan nilai-nilai moral sangat penting untuk dikenalkan sejak dini. Metode yang digunakan yaitu; (1) observasi (2) pendampingan dan (3)  kuesioner. Analisis data dilakukan dengan mendeskripsikan hasil pengamatan selama pendampingan, juga dilakukan penghitungan kuesioner dengan spss 15.0. Pendampingan dilakukan dengan pembiasaan bahasa positif di kelas, melalui empat keterampilan yaitu; menyimak, membaca, mendengar dan berbicara. Perkembangan  pendidikan moral pada anak  dapat dilihat dari hasil kuesioner yang dilakukan yaitu: pre-test dilakukan sebelum dilakukan pendampingan dan post-test dilakukan setelah anak diberikan pendampingan. Hasil Pre-test 46% dan post-test 54%, artinya  ada kenaikan  8%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa: bahasa Positif yang sering digunakan maupun di dengar oleh siswa akan berdampak pada pola pikir yang pada akhirnya membentuk karakter siswa. ----------------------Moral degradation is getting widerspread in Indonesia. Polite, friendly, and religious manners have been displaced as the effects of  modern lifestyle. Hence, moral values is very important to be developed from the early ages. This paper is an outlook to address moral education on children based on research. The research methods used are observation, mentoring and questionnaire. Data analysis is conducted  by describing the results of observation during the mentoring and  calculating the results of questionnaire with spss 15.0.  Mentoring is conducted by building  the habit of using  positive language  in class through 4 skills: listening, speaking, reading and writing. The development of moral education of the students can be seen from the results of the questionnaire: pre-test conducted before mentoring and post test conducted after mentoring. The researh result shows that pre-test featured 46 % and post-test was 54%. It means that there is an increase of 8 % on mentoring. Therefore, it can be concluded that positive language that often used or  listened by the students will influence  their ways of thinking that finally will build the students’ character.

Page 4 of 49 | Total Record : 481