cover
Contact Name
Arifa Chan
Contact Email
uppublikasi@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
uppublikasi@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 23561297     EISSN : 25287222     DOI : -
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar (JTIDP) published by Indonesian Center for Estate Crops Research and Development is a peer-reviewed and open access journal that publishes significant and important research from area of agricultural science on industrial and beverage crops.
Arjuna Subject : -
Articles 407 Documents
Pengaruh Media Tumbuh dan Interval Penyemprotan Fungisida terhadap Viabilitas, Pertumbuhan dan Harga Pokok Benih Lada Saefudin, Saefudin; Listyati, Dewi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian untuk mengetahui pengaruh media tumbuh dan interval penyemprotan fungisida terhadap viabilitas setek, pertumbuhan dan harga satuan benih lada dilakukan tahun 2010 di Kebun Percobaan Sukamulya, Sukabumi. Kegiatan terdiri dari dua tahap percobaan lapang dan satu tahap analisis ekonomi bibit lada. Percobaan pertama disusun berdasarkan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan dan jumlah setek setiap perlakuan sebanyak 50 setek benih lada satu ruas. Variabel pertumbuhan yang diamati adalah tinggi dan jumlah buku benih. Percobaan ke dua disusun berdasarkan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan dan jumlah benih setiap perlakuan sebanyak 50  benih lada. Pengamatan serangan penyakit dilakukan setiap bulan sampai umur benih empat bulan. Pengamatan pertumbuhan dilakukan sebanyak 20 benih yang ditentukan secara acak sederhana. Variabel pertumbuhan yang diamati adalah tinggi dan jumlah buku benih. Selanjutnya dilakukan analisis biaya pembenihan untuk mengetahui harga pokok benih lada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tumbuh cocopit dan abu sekam baik sebagai media perkecambahan (viabilitas setek 100%), diikuti media campuran tanah dan pupuk kandang (viabilitas setek 94%), dan penyemprotan fungisida 9 hari sekali untuk menekan serangan penyakit. Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa penggunaan teknologi media tumbuh + pupuk kandang dengan penyemprotan fungisida 9 hari sekali menghasilkan benih dengan harga pokok sebesar Rp 985,4, lebih murah (19,56%) dibandingkan penggunaan teknologi yang tidak tepat yang akan menghasilkan benih dengan harga pokok yang lebih mahal yaitu Rp 1.178,2.  Effects of Growing Media and Spraying Interval of Fungicide on Viability and Growth of Rooted Cuttings of Black Pepper and Its Cost PriceABSTRACT A research was established to assess the effects of growth medium and spraying interval of fungicide on viability and growth of rooted cuttings of black pepper as well as unit price of production of the cuttings. The research was carried out at Sukamulya, Sukabumi from January to December 2010. The research consists of two field experiments and an economic analysis of rooted-cutting production of the crop. The two of field experiments were:(1) Study of various growing media of rooted cuttings at nursery level. The objective of this study was to find out proper media giving the best viability of rooted cuttings; and (2) Study of spraying interval of fungicide to reduce risks of disease infestation on the cuttings, with its objective was to evaluate frequency of fungicide spraying being able to reduce risks of infestation. Growth variables observed were height of the cuttings and the number of cutting nodes, and disease incidences for 4 months. Infested cuttings were analyzed at a laboratorium to identify possible factors affecting the growth of cuttings. Whereas, an economic analysis was aimed to asses the effect of applied treatments which gave comparable benefits. The result showed that coco peat and rice husk ash were the best growth medium for cutting productions with viability of 100%, meanwhile the media of mixed soil and sheepdung resulted in lower viability (94%) than those of previous one. Fungicide spraying onto cutting nursery should be conducted at minimum 9 days interval to minimize the death of cuttings caused by disease attack. Based on the economic analysis, application of appropriate technologies would result more lower of spending unit price of cutting production of Rp.985.4 (19.56%) than inappropriate technologies (Rp.1,178.2).
Pemanfaatan Mikroba Rizosfer untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Serapan Hara pada Tanaman Lada Herman, Maman; Sasmita, Kurnia Dewi; Pranowo, Dibyo
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman yang penyerapan haranya tinggi dan sebagian besar ditanam di lahan marginal sehingga memerlukan jumlah pupuk yang relatif tinggi. Oleh karena itu, perlu upaya untuk meningkatkan efisiensi pemupukan pada lada, salah satunya dengan menggunakan pupuk hayati yang mengandung mikroba penambat N2 dan pelarut hara P. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh mikroba rizosfer indigenous terhadap pertumbuhan dan serapan hara N, P, dan K pada tanaman lada. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang dicoba adalah: K0) tanpa inokulum dan tanpa pupuk (Kontrol), K1) tanpa inokulum + 50% pupuk, K2) tanpa inokulum + 100% pupuk, H1) inokulum Azotobacter (PN LCNa) + 50% pupuk, H2) inokulum Azotobacter (PN LCNb) + 50% pupuk, H3) inokulum Penicillium (PF LSK 1b) + 50% pupuk, H4) inokulum bakteri pelarut fosfat (PF LSK 1a) + 50% pupuk, dan H5) mikoriza + 50% pupuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mikroba penambat N2 (isolat PN LCNa dan PN LCNb) dan pelarut P (isolat PF LSK 1b dan PF LSK 1a) yang masing-masing disertai dengan pemberian pupuk NPK 50% dari dosis anjuran memberikan pertumbuhan tinggi tanaman dan  cabang tanaman lada yang cukup baik. Keempat inokulum tersebut dapat meningkatkan secara nyata bobot segar dan kering tajuk, serta serapan hara N, P dan K oleh tanaman lada dibandingkan perlakuan tanpa inokulum yang dipupuk dengan NPK dosis penuh (100%).  The Use of Rhizosphere Microbes to Improve The Growth and Nutrient Uptake of Black Pepper (Piper Nigrum L.) ABSTRACT Black pepper (Piper nigrum L.) belongs to plants which have high in nutrient uptake. If the plant is grown on marginal lands it will requires a relatively high amount of fertilizer that should be added. Therefore, it needs an effort to improve their efficiency on growing of the crop. The use of bio-fertilizer containing N fixing bacteria and P solubilizing microbes is expected be able to minimize the use of inorganic fertilizers. This study was conducted to investigate the effect of several indigenous rhizosphere microbes on the growth and nutrient uptake of N, P, and K in black pepper. A Completely Randomized Design (CRD) with eight treatments and three reflications was used in this study. The treatments exemined were:  K0) without inoculum and without fertilizer (control), K1) without inoculum + 50% fertilizer, K2) without inoculum + 100% fertilizer, H1) inoculum of Azotobacter (PN LCNa) + 50% fertilizer, H2) inoculum of Azotobacter (PN LCNb) + 50% fertilizer, H3) inoculum of Penicillium (PF LSK 1b) + 50% fertilizer, H4) inoculum of phosphate solubilizinng microbe (PF LSK 1a) + 50% fertilizer, dan H5) mycorrhiza + 50% fertilizer. The results showed that application of N fixing microbes (isolate PN LCNa dan PN LCNb) and P solubilizing microbes (isolate PN LCNa dan PN LCNb) combined with 50% of added fertilizers were able to give better growth of black pepper, particularly in plant height and number of branches. Moreover, application of N fixing and P solubilizing microbes also increased significantly in dry and fresh weight of the shoot and nutrient uptake of N, P, and K compared with without inoculum combined with 100% added NPK fertilizer.
Pengaruh Jarak Tanam dan Jenis Tanaman Sela terhadap Pertumbuhan Lada Perdu Serta Hasil Tanaman Sela Ferry, Yulius; Wardiana, Edi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penanaman tanaman sela di antara tanaman lada perdu merupakan salah satu strategi dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pertanian dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan usahatani. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Cahaya Negeri, Lampung Utara, mulai tahun 2010 sampai 2011. Tujuannya adalah memperoleh kombinasi jarak tanam lada perdu dengan jenis tanaman sela yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan tanaman lada sebagai tanaman pokok serta meningkatkan hasil dan pendapataan tanaman sela. Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok pola faktorial dua faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah jarak tanam lada (J) yang terdiri dari 4 taraf : (J1) 1 x 3 meter, (J2) 1 x 4 meter (J3) 2 x 3 meter, dan (J4) 2 x 4 meter. Faktor kedua adalah jenis tanaman sela (S) yang terdiri dari : (S1) tanaman kacang tanah, dan (S2) tanaman sela kacang hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) jarak tanam lada perdu 1 x 3 m cukup sesuai untuk ditanami tanaman sela kacang tanah maupun kacang hijau karena dengan jarak tanam tersebut dapat mendukung bagi pertumbuhan vegetatif dan generatif lada serta dapat memaksimalkan hasil dan pendapatan tanaman sela, dan (2) penanaman tanaman sela kacang tanah dan kacang hijau di antara lada perdu sebaiknya dilakukan secara rotasi, kacang tanah ditanam pada fase vegetatif, sedangkan kacang hijau ditanam pada fase generatif tanaman lada.  Effect of Plant Spacing and Intercrops on The Growth of Pepper and Yield of IntercropsABSTRACT Growing of intercrops planted among of bushy pepper cultivation is one of strategies in optimizing agricultural resources utilization and increasing farmers’ income. The experiment was conducted at Cahaya Negeri Experimental Station, from 2010 until 2011. The experiment was aimed to investigate the compatibility of bushy pepper growing and the kind of intercrops to support the growth and increase in yield of the crop and additional income from the intercrops. The factorial design based randomized complete block with three replication was used in this study. The first factor was bushy pepper spacing (J) consisted of four levels : (J1) 1 m x 3 m, (J2) 1 m x 4 m, (J3) 2 m x 3 m, and (J4) 2 m x 4 m. The second factor was the kind of intercrops (S) consisted of two levels : (S1) Peanut and (S2) Mungbean. Result showed that : (1) The 1 m x 3 m of bushy pepper spacing is quite suitable for growing peanut or mungbean as intercrops based on vegetative and generative growth measures of bushy pepper and maximize in yields and additional income from the intercrops, and (2) peanut and mungbean were suggested to be intercrops in bushy pepper growing in rotation of cropping system, whereas peanut and mungbean should be planted within the vegetative and generative phases of bushy pepper, respectively.
Pengaruh Pencapaian Kebijakan Penerapan Bea Ekspor dan Gernas Kakao terhadap Kinerja Industri Hilir dan Penerimaan Petani Kakao (Suatu Pendekatan Dinamika Sistem) Hasibuan, Abdul Muis; Nurmalina, Rita; Wahyudi, Agus
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia merupakan salah satu produsen biji kakao terbesar di dunia, namun produksi kakao olahan masih sangat rendah dan industri hilir tidak berkembang. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pencapaian kebijakan gernas dan penerapan bea ekspor kakao terhadap kinerja industri hilir dan penerimaan petani kakao. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan dianalisis dengan pendekatan dinamika sistem. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi aktual kemampuan industri pengolahan kakao dalam menyerap produksi kakao selama periode analisis (2008-2025) mengalami tren yang menurun. Demikian juga dengan pangsa volume dan nilai ekspor produk kakao olahan serta penerimaan petani. Kebijakan gernas kakao dan penetapan bea ekspor kakao secara simultan mampu meningkatkan kemampuan industri pengolahan dalam menyerap produksi biji kakao domestik. Kebijakan tersebut juga mampu meningkatkan pangsa volume dan nilai ekspor kakao olahan. Namun, kebijakan tersebut hanya mampu mengangkat penerimaan petani yang mengikuti program gernas kakao, sedangkan petani yang tidak mengikuti program gernas memiliki tingkat penerimaan yang lebih rendah dibandingkan kondisi aktual. Dengan demikian kebijakan gernas kakao dan bea ekspor lebih cenderung berdampak positif terhadap industri pengolahan, namun berdampak negatif kepada petani yang tidak terlibat dalam program gernas kakao.  The Impact of Export Tax Policy and Cocoa “Gernas” Program Achievement to Cocoa Downstream Industry Performance and Farmers’ Revenue (A System Dynamic Approach)ABSTRACT Indonesia is one of main producing countries of cocoa in the world. Most products yielded is however in form of processed cocoa due to the cocoa processing industries are not developed well. The objectives of this study was to analyze the impact of “Gernas” (National action) and export tax policy on cocoa downstream industry performance and farmers revenue. This study used secondary data and system dynamic approach. The analysis showed that the actual conditions of the cocoa processing industrys ability to absorb production of cocoa bean during period of 2008-2025 has been in declining trend, as well as share of processed cocoa export and farmers revenue. Applying of gernas and export tax policy scenario simultaniously was able to increase the ability of processing industry to absorb domestic production of cocoa beans and the share of processed cocoa export. However, the policies are only able to raise the revenue of farmers who join the “Gernas” policy, while the farmers who do not follow the program, have lower revenue than the actual conditions. As a whole, the policies tend to give positive impact for processing industry of coca bean, but not for those farmers who do not follow the programs
Ketahanan 13 Nomor Koleksi Plasma Nutfah Jambu Mete terhadap Penyakit Busuk Akar Fusarium Dani, Dani; Taufiq, Efi; Supriadi, Handi; Randriani, Enny; Wicaksono, Ilham Nur Ardhi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Busuk akar Fusarium merupakan salah satu penyakit penting yang menyerang tanaman jambu mete pada fase bibit maupun dewasa. Oleh sebab itu, upaya perakitan varietas tanaman jambu mete yang tahan terhadap serangan penyakit tersebut perlu dilakukan. Tujuan penelitian adalah menguji ketahanan nomor-nomor koleksi plasma nutfah jambu mete terhadap serangan penyakit busuk akar Fusarium. Seleksi dilakukan terhadap bibit hasil persarian terbuka dari 13 nomor aksesi jambu mete koleksi plasma nutfah di Kebun Percobaan (KP) Cikampek. Penelitian dilaksanakan pada fase bibit di dalam rumah plastik dengan naungan paranet intensitas 50% di KP Pakuwon. Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Inokulasi buatan menggunakan isolat Fusarium sp. dari tanah yang dicairkan sampai kepadatan konidia 108 konidia/ml. Hasil pengamatan menujukkan bahwa seluruh nomor aksesi jambu mete yang diuji tidak tahan terhadap serangan penyakit busuk akar Fusarium. Persentase kejadian penyakit paling tinggi ditunjukkan oleh nomor aksesi Lembor 2, M Z Lux, dan Ekoae Kecil, yaitu mencapai 93,33%, sedangkan aksesi JN 26 menunjukkan persentase kejadian sebesar 63,33%. Tingkat keparahan penyakit paling tinggi ditunjukkan oleh nomor aksesi Menini 15, yaitu mencapai 83,56%, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan Kodi 2 dan Kobawani yang masing-masing 82,92% dan 82,48%.  Resistance of 13 Cashew Germplasm Accessions to Fusarium Root Rot Disease ABSTRACT Root rot caused by Fusarium is an important cashew disease which attacks any stage of cashew growing from seedlings to adult plant. Therefore, findings of new cashew variety being resistant to the disease should be done in breeding program. The aim of this work was to assess resistance of cashew accession numbers to the disease. Cashew seedlings derived from open pollinated of 13 cashew accessions were observed at germplasm collection of the crop planted at Cikampek Research Station. This work was held in nursery with 50% light intensity of paranet at Pakuwon Research Station. Treatments were arranged in randomized complete block design with three replications. Artificial innoculation used Fusarium isolated from soil was diluted in sterilized water with density of 108 conidia/ml was innoculated to the seedlings. Result showed that allf cashew accessions tested were sucecptable to the disease attack. Lembor 2, M Z Lux, and small Ekoae accessions revealed high in disease incidence which reached 93.33%. Whereas, JN 26 showed the lowest disease incidence, i.e. only 63.33%. The most severe disease symptom was show by Menini 15 (83.56%), although it was not significantly different from Kodi 2 and Kobawani reaching of 82.92% and 82.48%, respectively.
Keragaman 17 Aksesi Plasma Nutfah Kakao Berdasarkan Penanda Morfologi dan Molekuler Syafaruddin, Syafaruddin; Nasution, M A
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kakao merupakan tanaman potensial, informasi lengkap termasuk molekuler sangat diperlukan untuk pengembangan ragam selanjutnya. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi keragaman genetik, hubungan kekerabatan dan identifikasi kultivar tanaman kakao baik secara morfologi maupun molekuler.  Penelitian dilaksanakan di lapangan, yaitu di Kabupaten Pinrang dan Luwu Provinsi Sulawesi Selatan, serta di Laboratorium Biologi Molekuler, BB-Biogen, Bogor. Penelitian dimulai Maret sampai Desember 2011. Bahan tanaman yang digunakan 17 aksesi kakao. Selain pengamatan karakteristik morfologi, dilakukan juga analisa molekuler dengan beberapa tahapan: Isolasi DNA mengikuti metode CTAB Doyle dan Doyle, pemurnian DNA mengikuti metode Sambrook dan Russel, penetapan kualitas DNA, dan Reaksi amplifikasi dan elektroforesis mengikuti metode Williams. Sedangkan untuk uji similaritas digunakan software N-Tsys. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 46 pola pita yang dihasilkan oleh 8 primer diperoleh 36 pita polimorfisme (78%) dan 10 pita monomorfik. Analisis kluster terhadap 14 karakter utama morfologi tanaman kakao menghasilkan dendrogram dengan koefisien kemiripan berkisar antara 65-98% atau terdapat keragaman genetik sebesar 2-35%.  Sedangkan analisis kluster terhadap 46 pola pita DNA menghasilkan dendrogram dengan koefisien kemiripan berkisar antara 64-91% atau terdapat keragaman genetik sebesar 9-36%. Hasil analisis secara morfologi maupun molekuler, keduanya menunjukkan variasi yang sempit.  Variation of 17 Cocoa Accessions Germplasm Based on Morphological and Molecular Marker ABSTRACT Cocoa is one of other important crops of Indonesia. Comprehensive information of cocoa is therefore needed, including molecular information for crop improvement.The purpose of this experiment was to find out information of genetic variation, genetic relationship and cultivar identification of cocoa by using morphology character and molecular analysis. The experiment was conducted at field in South Sulawesi and Molecular Biology Laboratory of BB-Biogen, Bogor since March till December 2011. Genetic material used were 17 accessions of cocoa, and other material were chemical substances. Besides morphological characteristics, molecular markers were also analyzed by using several steps: DNA isolation uses CTAB methods by Doyle and Doyle, DNA purification uses Sambrook and Russel methods, and amplification and electrophoresis reaction uses Williams methods. Whereas genetically similarity were analyzed by using N-Tsys. Result showsed that of 46 band patterns of DNA is resulted from 8 primers yielded of 36 band patterns of polymorphism (78%) and 10 band patterns of monomorphism.  Based on the cluster analysis of 14 main morphologycal characters, it was obtained a dendrogram with similarity coefficient about 65-98% or genetic variation about 2-35%. While cluster analysis to 46 band patterns of DNA was obtained a dendrogram with similarity coefficient about 64-91% or genetic variation about 9-36%. Based on morphologycal and genetic characters, both the results show narrow variation.
Formulasi Pemupukan Berimbang pada Tanaman Lada di Bangka Belitung Daras, Usman; Sobari, Iing; Towaha, Juniaty
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banyak faktor yang diperkirakan menjadi penyebab masih rendahnya rataan produksi lada di Bangka Belitung, termasuk pemeliharaan tanaman yang belum optimal. Dalam upaya meningkatkan hasil lada, sebagian petani telah menggunakan pupuk N, P dan K meskipun jumlah dan/komposisi unsur pupuk yang diberikan mungkin tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Penelitian ini bertujuan mendapatkan formula dan dosis pemupukan N, P dan K untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi lada di Bangka Belitung. Faktor yang diuji adalah komposisi NPK, 3 macam (K1 = NPK 12:12:17; K2 = NPK 15:15:15; dan K3 = NPK 12:8:20), yang masing-masing terdiri atas 3 taraf dosis pemupukan (D1 = 1,8; D2 = 2,4; dan D3 = 3,0 kg NPK/ph/th). Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok dengan 3 ulangan dan ukuran petak 16 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk 1,8 kg per pohon merupakan dosis pemupukan yang cukup memadai untuk budidaya tanaman lada dewasa (TM) di wilayah Bangka Belitung. Dosis pupuk tersebut, 25% lebih rendah dari anjuran umum pemupukan. Ketika komposisi NPK 12:12:17 tidak tersedia di pasaran, maka komposisi pupuk NPK 15:15:15 adalah alternatif pupuk yang dapat digunakan. Namun, dengan memperhatikan karakteristik tanaman lada dan kondisi agroklimat wilayah Bangka Belitung maka penggunaan komposisi pupuk NPK 12:8:20 dengan dosis 1,8 kg/pohon lebih dianjurkan.  Formulation of Balanced Fertilizers on Black Pepper Grown in Bangka Belitung ABSTRACT Many factors believed affect the growth and yields of black pepper in Bangka Belitung. The low productivity of black pepper in the areas is mainly attributed to imbalanced manuring, poor management practices and disease incidence. To improve yields of the crop, farmers commonly use fertilizers despite the fact that the amounts and kind of nutrients added might not meet its requirement for optimum growth. A research was established to investigate effects of fertilizer compositions and rates on growth and yields of mature black pepper grown at Bangka, from January to December 2011. Treatments examined were composition of NPK fertilizers, 3 kinds of NPK (15:15:15, 12:12:17, and 12:8:20), consisting of three rates each (1.8, 2.4 and 3.0 kg/tree). The treatments were arranged in randomized block design with 3 replicates and plot size of 16 plants. Results revealed that application of 1.8 kg/tree was likely to be an adequate amount of fertilizer rate that should be added to give comparable growth and yields in black pepper. It means that the added ferlitizers was 25 percent lower than those of the recommended one as much as 2.4 kg of NPK 12:12:17/tree/year. As the recommended fertilizer hard to be obtained in a local place recently, the use of NPK 15:15:15 may therefore be suggested for black pepper growing in Bangka Belitung. For long term purpose, the use of 1.8 kg NPK 12:8:20/tree would however be a preferably added fertilizer in relation to the characteristics of the crop and agro-climatic condition of Bangka Belitung.
Karakteristik Biodiesel Kemiri Sunan [Reutealis trisperma ( Blanco ) Airy Shaw] Menggunakan Proses Transesterifikasi Dua Tahap Aunillah, Asif; Pranowo, Dibyo
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biodiesel merupakan alternatif terbaik pengganti bahan bakar diesel yang bersumber dari fosil. Selain dapat digunakan secara langsung pada mesin tanpa modifikasi, biodiesel juga ramah lingkungan. Pengembangan biodiesel kedepan lebih diarahkan ke bahan nonpangan. Salah satu bahan nonpangan yang berpotensi sebagai bahan biodiesel adalah kemiri sunan [Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw]. Proses produksi biodiesel minyak kemiri sunan saat ini masih menghasilkan biodiesel yang belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian ini dilakukan di Lembaga Minyak dan Gas serta di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar bulan November 2011, bertujuan mengevaluasi karakteristik biodiesel kemiri sunan dan membandingkannya dengan SNI (SNI-04-7182-2006) dan standar USA (ASTM D6751). Metode pembuatan biodiesel menggunakan proses transesterifikasi dua tahap. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa rendemen biodiesel kemiri sunan mencapai 88% dari volume minyak. Dari 18 kriteria yang diamati, hanya residu karbon yang belum memenui kriteria SNI. Sedangkan untuk standar USA, yang belum memenuhi kriteria adalah residu karbon dan titik nyala.  The Characteristic Of The Philippine Tung [Reutealis Trisperma(Blanco) Airy Shaw] Biodiesel Processed Through Two Step Transesterification ProcessABSTRACT Biodiesel is likely to be the best alternative to replace diesel derived fuel from fossil. It may be used directly onto machines without any necessary modification and be environmental friendly. Biodiesel development in the future will focus on non-edible vegetable oils of many potential sources. Philippine tung [Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw] might be considered. However, biodiesel production at present has not been standarized by  Indonesian National Standard (SNI). A study was conducted at the Research and Development Center for Oil and Gas Technology and Indonesian Research Institute for Industrial and Beverages Crops on November 2011. The objective of this study was to evaluate the characteristics of Philippine Tung biodiesel and compared with SNI (SNI-04-7182-2006) and USA standart (ASTM D6751). The method used was a two-stage transesterification process. The result showed that the ratio of biodiesel to total oil volume (v/v) was 88%. From 18 parameters on SNI based there was only carbon residue which is not meet SNI. While based on US standard, flash point and carbon residue didn’t meet with the criteria.
Pemanfaatan Agens Hayati Endofit untuk Mengendalikan Penyakit Kuning pada Tanaman Lada Harni, Rita; Munif, Abdul
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit kuning merupakan penyakit penting pada tanaman lada di Indonesia. Kerugian akibat serangan penyakit kuning dapat menurunkan produksi sampai 32%. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh penggunaan agens hayati dari kelompok bakteri dan jamur endofit untuk mengendalikan penyakit kuning yang disebabkan oleh Meloidogyne incognita, Radopholus similis pada tanaman lada. Penelitian dilakukan di kebun lada petani di daerah Petaling, Bangka. Bakteri endofit yang digunakan merupakan isolat endofit yang diisolasi dari akar tanaman lada dan beberapa isolat bakteri dan jamur endofit koleksi yang potensinya telah diuji. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) 7 perlakuan dengan 5 ulangan. Tanaman lada percobaan berumur 15 bulan diperlakukan dengan isolat endofit (MER7, AA2, ANIC, TT2, dan TRI) dan nematisida karbofuran digunakan sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan agens hayati endofit dapat menekan kejadian penyakit kuning dan populasi nematoda di dalam akar.  Selain itu perlakuan agens hayati endofit dapat meningkatkan jumlah bunga per ruas dan bobot basah lada pada panen I. Isolat yang paling potensial adalah ANIC dan TRI (Trichoderma), yang keefektifannya sama dengan nematisida kimia karbofuran.  The Use of Endophytic Biological Agents to Control of Yellow Disease in Black PepperABSTRACT There are increasingly efforts to control the yellow disease in black pepper through application of biological agents endophytic along with the dangers of pesticide uses and awareness of environmentally friendly agriculture. The objective of this study was to investigate the effect of endophytic biological agents (bacteria and fungi) on the disease caused by nematodes of M. incognita and R. smilis. The study was conducted on the farmer garden located at Petaling, Bangka. A randomized complete block design with 7 treatments and 5 replications was used in this study.  The black peppers were treated with endophytic isolates (MER7, AA2, ANIC, TT2, TRI) and carbofuran, chemical nematicide, as control (not treated). The endophytic agents used in this study were isolated from roots of black pepper and some selected endophytic collections. The results showed that some endophytic agents were able to suppress the incidence of yellow disease and nematode populations in the roots, and increase in the number of flowers and fresh weight of  black pepper berry. The promising isolates being able to control the disease are ANIC and TRI (Trichoderma) on which their effectiveness are similar to the carbofuran.
Biologi Selenothrips rubrocinctus Giard (Thysanoptera: Thripidae) pada Tanaman Jarak Pagar Soesanthy, Funny; Maryana, Nina; Sartiami, Dewi; Karmawati, Elna
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Trips pita merah, Selenothrips rubrocinctus Giard (Thysanoptera: Thripidae), merupakan salah satu hama pada tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Penelitian bertujuan menganalisis biologi dan morfologi S. rubrocinctus pada tanaman jarak pagar. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aromatik dan Laboratorium Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2008 sampai Mei 2009. Penelitian meliputi identifikasi Thysanoptera yang ditemukan di lapang, untuk meyakinkan bahwa trips yang ditemukan adalah S. rubrocinctus. Pengamatan biologi meliputi siklus hidup, waktu telur menetas, nisbah kelamin, dan uji partenogenetik. Hasil penelitian menunjukkan tipe perkembangan S. rubrocinctus merupakan peralihan antara paurometabolous dan holometabolous. Siklus hidup meliputi telur, nimfa (2 fase), pupa (prapupa dan pupa), dan imago. S. rubrocinctus hidup pada tanaman terutama pada daun. Lama perkembangan stadia pradewasa sekitar 18-25 hari, umur imago mencapai 14-15 hari.  Biology of Selenothrips Rubrocinctus Giard (Thysanoptera: Thripidae) on JatrophaABSTRACT Red-banded thrips, Selenothrips rubrocinctus Giard (Thysanoptera: Thripidae), is one of the pests on the plant of physics nut (Jatropha curcas L.). The study aims to analyze the biology and morphology S. rubrocinctus on jatropha plant. Research conducted in Indonesian Medicinal and Aromatics Plants Research Institute and Pest and Disease Laboratory, Bogor Agricultural Institut, on April 2008 until Mei 2009. The research include identification of Thysanoptera were found in the field, to make sure that thrips was found are S. rubrocinctus. Biological research include life cycles, time egg hatching, sex ratio, and parthenogenetics characteristics. Developmental type of S. rubrocinctus is transition between paurometabolous and holometabolous. Their life cycle consist of egg, nymph (2 phases), pupae (prapupae and pupae), and adult.  They spent the whole life on the plant, especially on the leaves.  Developmental time of immature stages were about 18-25 days, ages of adults reached 14-15 days.

Page 4 of 41 | Total Record : 407


Filter by Year

2011 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 9, No 1 (2022): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 8, No 3 (2021): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 8, No 1 (2021): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 7, No 3 (2020): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 7, No 2 (2020): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 7, No 1 (2020): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 6, No 3 (2019): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 6, No 1 (2019): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 5, No 3 (2018): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 5, No 2 (2018): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 5, No 1 (2018): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 3 (2017): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 2 (2017): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 1 (2017): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 1 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 3 (2015): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 2 (2015): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 1 (2015): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 3 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 3 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 2 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 2 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 1 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 1 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 3 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 4, No 3 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 4, No 2 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 4, No 2 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 4, No 1 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 4, No 1 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 3 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 3 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 2, No 3 (2011): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 2, No 2 (2011): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 2, No 2 (2011): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri More Issue