cover
Contact Name
Mochammad Maola
Contact Email
maola@walisongo.ac.id
Phone
+6285848304064
Journal Mail Official
jish@walisongo.ac.id
Editorial Address
Jalan Walisongo No. 3-5 Semarang Jawa Tengah, Indonesia Phone/Fax. +6224 7614454 Email: jish@walisongo.ac.id
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Journal of Islamic Studies and Humanities
ISSN : 25278401     EISSN : 2527838X     DOI : https://doi.org/10.21580/jish
Journal of Islamic Studies and Humanities (JISH) intends to publish a high-standard of theoretical or empirical research articles within the scope of Islamic studies and humanities, which include but are not limited to theology, mysticism, cultural studies, philology, law, philosophy, literature, archaeology, history, sociology, anthropology, and art. All accepted manuscripts will be published both online and in printed forms.
Articles 164 Documents
Batas Usia Ideal Pernikahan Perspektif Maqasid Shariah Holilur Rohman
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1701.933 KB) | DOI: 10.21580/jish.11.1374

Abstract

An ideal marriage is a marriage that able to achieve the goal of becoming a family wedding sakinah, mawaddah warahmah. Al-Qur'an and Sunnah did not explain in detail about the limitations of marriageable age. There are three perspectives on the age limit to get married in Indonesia, first, the perspective of Islamic law, the second law No. 1 in 1974 allow a woman to get married at the age of 16 and men at age 19, the third, BKKBN which advocated age at marriage ideal namely the minimum age for women 21 years and for men 25 years old.But in different perspective, the ideal age of marriage maqasid shari'ah perspective for women 20 years and for men 25 years, because at this age considered to have been able to realize the goal wedding (maqasid shari'ah) such as: creating a family sakinah mawaddah wa rahmah, keeping the lineage, maintaining the pattern of family relationships, maintaining diversity and deemed ready in terms of economic, medical, psychological, social, religious.* * *Pernikahan yang ideal adalah pernikahan yang mampu mencapai tujuan pernikahan menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Al-Qur’an dan as-Sunnah menjelaskan secara rinci tentang batasan usia menikah. Ada tiga perspektif mengenai batas usia menikah di Indonesia, pertama, perspektif hukum Islam, kedua, undang-undang no 1 1974 mengijinkan seorang perempuan menikah pada usia 16 tahun dan laki-laki pada usia 19 tahun, ketiga, BKKBN yang menganjurkan usia kawin yang ideal yaitu usia minimal bagi perempuan 21 tahun dan bagi laki-laki 25 tahun.. Akan tetapi usia ideal perkawinan perspektif maqasid shari’ah adalah bagi perempuan 20 tahun dan dan bagi laki-laki 25 tahun, karena pada usia ini dianggap telah mampu merealisasikan tujuan-tujuan pensyariatan pernikahan (maqasid shari’ah) seperti: menciptakan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, menjaga garis keturunan, menjaga pola hubungan keluarga, menjaga keberagamaan dan dipandang siap dalam hal aspek ekonomi, medis, psikologis, sosial, agama. 
STRATEGI ORGANISASI KEAGAMAAN DALAM MENGATASI DEGRADASI MORAL DI KABUPATEN PASURUAN (Studi Kasus Organisasi Keagamaan IPPNU Dan Gusdurian Di Kabupaten Pasuruan) Dwi Marta Marwatul Wardah
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 5, No 2 (2020): Journal of Islamic Studies and Humanities
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.716 KB) | DOI: 10.21580/jish.v5i2.4799

Abstract

Indonesia adalah negara majemuk, dengan adanya suku adat ras, agama, dan budayanya yang beragam. Hal ini menuntut masyarakat untuk selalu hidup rukun antar sesama warga Indonesia sebagai wujud cinta tanah air. Namun semakin lama rasa cinta tanah air ini semakin pudar dengan adanya berbagai masalah hak asasi beragama yang ada di beberapa negara di Indonesia. Pasuruan sendiri sebagai kota santri juga mengantisipasi adanya masalah yang sama. Oleh karena itu sebuah organisasi keagamaan ikatan pelajar putri nahdlatul ulamam (IPPNU) berupaya untuk menhindari hal tersebut. bekerjasama dengan Gusdurian Pasuruan, membentuk sebuah gerakan Inisiasi Pencegahan Kerekasan (IPK) sekaligus membetnuk Duta Toleransi Kabupaten Pasuruan yang berupaya untuk menangkal penyebaran narasi intoleransi yang ada disekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan strategi dari sebuah organsiasi dalam mengatasi permasalah yang terjadi dimasyarakat sekitar, terkhusus lingkungan sekolah. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Selain itu penelitian ini juga menggunakan metode partisipatif yang mana peneliti juga ikut terjun langsung dalam program IPK ini. Teknik analisis data adalah dengan mereduksi data yang sudah terhimpun. Hasilnya merupakan penjabaran terkait dengan strategi organisasi dalam mengatasi degradasi moral pelajar di Kabupaten Pasuruan.
Bullying di desantren: Interaksi Tasawuf dan Teori Pengembangan Fitrah dalam Pendidikan Islam Nurul Hikmah Sofyan
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 4, No 1 (2019): Journal of Islamic Studies and Humanities
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.246 KB) | DOI: 10.21580/jish.41.3842

Abstract

This study aims to explain the bullies and the victims of bullying based on Islamic psychology perspective that uses tasawuf approach (sufistic psychology) through documentation as data collecting technique. In more detail, this research is focused on strengthening the theory of the development of student’s nature as the main vision of Islamic education. Islamic education requires an explanation of sufistic psychology which does have a primary concern in developing all potential fitrah in human. Sufistic Psychology of Imam Al-Gazali summarized in Kimiyāu Al-Sa’ādah is used by researcher to read and understand the behavior of bullies and victims. Bullies are understood as individuals who have strong dominance in the power of their gaḍab so they can easily attack victims. Meanwhile, victims are understood as individuals who do not use the power of gaḍab effectively. Victims are lack of lust so that there is no courage and ability to defend themselves when faced with bullying toward them. Responding to such problem, sufistic psychology requires control over the actualization of gaḍab and syahwat without intending to kill these two potentials.
RESEPSI AL-QUR’AN TENTANG JAMINAN RIZKI SETELAH MENIKAH PADA JAMAAH MAJELIS TAKLIM DAN DZIKIR AL-MUFLIHIN Achmad Azis Abidin; Nurul Ariyanto
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 6, No 2 (2021): Journal of Islamic Studies and Humanities
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.73 KB) | DOI: 10.21580/jish.v6i2.9465

Abstract

This article analyzed the understanding of the group of Majelis Taklim and Dzikir al-Muflihin in Cepu Village, Cepu Subdistric, Blora Distric toward the holy Qur’an verses wich explains about the guarantee of sustenance after wedding. It used a field research paradigm with the Living Qur’an thematically approach that focuses on the holy Qur’an verses about the guarantee of sustenance after wedding. Data acquisition was done in two ways, by observation and interview. The conclusion was that the group of Majelis Taklim and Dzikir al-Muflihin understood that the guarantee of sustenance referred in the holy Qur’an verses includes: pleasure of the heart; the ability to strive; steady work, unexpected sustenance; and pious descendants.
Pandangan Keagamaan Pelaku Bom Bunuh Diri di Indonesia Herlina Nurani; Ahmad Ali Nurdin
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 3, No 1 (2018): Journal of Islamic Studies and Humanities
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.21 KB) | DOI: 10.21580/jish.31.2936

Abstract

This journal discusses most of the religious discussions launched in Indonesia. This research is library research. Is the result of being found first, understanding the religious texts textually. Second, there are differences of opinion that influence the text that improves development that accommodates modernization theories, thereby increasing disappointment with the government. Third, the existence of understanding as jihad is a holy war against unbelievers because it considers the government system in Indonesia to be changed based on the justice of their religious understanding.Keyword: globalization;  religion;  radicalism;  jihad; AbstrakJurnal ini menelusuri tentang  sebagian pandangan keagamaan pelaku bom bunuh diri di Indonesia. Penelitian ini adalah library riset. Adapun hasil yang ditemukan  pertama, pemahaman nash-nash agama secara tekstual. Kedua, adanya sikap protes yang mempengaruhi pemahaman teks serta  kegagalan pembangunan yang mengakomodasi teori-teori modernisasi, sehingga terjadinya kekecewaan terhadap pemerintah. Ketiga, adanya paham bahwa jihad adalah perang suci sebagai perang untuk melawan orang kafir karena menganggap sistem kepemerintahan di Indonesia harus dirubah berdasarkan kebenaran pemahaman keagamaan  mereka.   Kata Kunci : globalisasi; agama; radikalisme; jihad;
Analisis Kritis Pemikiran Pendidikan Progresif Abdurrahman Wahid Nur Asiyah
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 6, No 1 (2021): Journal of Islamic Studies and Humanities
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.803 KB) | DOI: 10.21580/jish.v6i1.8147

Abstract

Ada dua pemaknaan ketika memperbincangkan pendidikan, pertama, pendidikan adalah memanusiakan manusia dan kedua, pendidikan adalah transfer budaya. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang membebaskan manusia untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai dengan fitrahnya. Pendidikan Islam juga harus mampu menjembatani berbagai keragaman yang ada pada masyarakat Indonesia yaitu dengan pendidikan berbasis multikulturalisme. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosio kultural. Menurut Abdurrahman Wahid, pendidikan Islam harus mampu memadukan sesuatu yang tradisional dan modern dengan tidak melupakan ajaran Islam. Pemikiran Gus Dur tentang pendidikan Islam sering disebut dengan neomodernisme, yaitu suatu gerakanprogresif dalam pemikiran Islam yang tidak hanya timbul dari modernisme Islam, tetapi juga tertarik pada pengetahuan tradisional.
Penafsiran Ṭāhir Ibn ‘Āsyūr Terhadap Ayat-ayat tentang Demokrasi: Kajian atas Tafsir al-Taḥrīr wa al-Tanwīr Lutfiyatun Nikmah
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jish.21.2517

Abstract

This study explains Ibn ‘Āsyūr interpretation of the verses about democracy in the Tafsir al-Taḥrīr wa al-Tanwīr with historical approach. Some of the issues explained include democratic relations with Islam, democratic practices in Muslim countries, acceptance of Ibn ‘Āsyūr on the existential principles of democracy namely the principle of freedom, equality, and popular sovereignty. This thesis finds that there is a difference between liberal democracy and Islamic democracy where freedom in Islam is restricted as long as its actions do not harm others. In Islam there is a supreme source that can not be changed by the will of the people ie shari'a law as applied qiṣās. The decision-making is based on quality (opinions that are more directed to the goal) while the technique is not standardized. Relation of state and religion according to Ibn ‘Āsyūr is integrative in terms of rejecting secularization between the two.* * *Penelitian ini menjelaskan penafsiran Ibn ‘Āsyūr tentang ayat-ayat tentang demokrasi dalam tafsir al-Taḥrīr wa al-Tanwīr dengan pendekatan sejarah. Isu yang akan dipaparkan di antaranya hubungan demokrasi dengan Islam, praktek demokrasi di negara muslim, penerimaan Ibn ‘Āsyūr mengenai prinsip-prinsip eksistensial demokrasi yaitu prinsip kebebasan, persamaan, dan kedaulatan rakyat. Tesis ini menemukan bahwa terdapat perbedaan antara demokrasi liberal dan demokrasi Islam dimana kebebasan dalam Islam dibatasi selama tindakannya tidak membahayakan orang lain. Dalam Islam ada sumber tertinggi yang tidak dapat diubah oleh kehendak rakyat yakni hukum syari’at seperti diterapkannya qiṣās. Adapun pengambilan keputusan didasarkan pada kualitas (pendapat yang lebih mengarah kepada tujuan) sedangkan tekniknya tidak dibakukan. Hubungan negara dan agama menurut Ibn ‘Āsyūr adalah integratif dalam artian menolak sekularisasi di antara keduanya.
Keamanan Produk Brem Salak Padat Wenny Dwi Kurniati
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 5, No 1 (2020): Journal of Islamic Studies and Humanities
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.472 KB) | DOI: 10.21580/jish.v5i1.6720

Abstract

Brem padat menjadi salah satu oleh-oleh khas yang digemari masyarakat dan banyak dicari dari daerah Jawa Timur. Selama ini produk brem padat belum banyak dikembangkan baik dari segi rasa, bentuk dan kemasan. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan rasa dan variasi dari produk brem padat ini agar dapat dinikmati oleh masyarakat luas dengan variasi yang berbeda, salah satunya yakni dengan membuat brem salak padat. Pembuatan brem salak padat ini terdiri dari campuran air tapai yang ditambahkan dengan sari buah salak yang dimasak dengan cara dipekatkan dan didinginkan. Keamanan pangan menjadi faktor penting dalam memproduksi produk pangan. Keamanan pangan terbagi menjadi dua konteks utama yakni keamanan pangan dari perspektif norma agama (halal) dan dari perspektif kesehatan (thoyyib). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keamanan produk brem salak padat berdasarkan pandangan Islam dan ilmu pengetahuan (sains). Dari data yang dihasilkan dapat dikatakan bahwa produk brem salak padat dikategorikan aman dikonsumsi karena tidak mengandung zat yang membahayakan dan tidak mengandung zat haram. Selain itu karakteristik brem salak padat ini juga sudah memenuhi syarat dan sesuai dalam standar mutu brem padat (SII Nomor 0369-90).
Eksploitasi Isu Politik Identitas terhadap Identitas Politik pada Generasi Milineal Indonesia di Era 4.0 Wening Purbatin Palupi Soenjoto
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 4, No 2 (2019): Journal of Islamic Studies and Humanities
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.255 KB) | DOI: 10.21580/jish.42.5223

Abstract

Indonesia has a collective culture that illustrates the recognition of togetherness, mutual cooperation and cohesiveness. But it is also prone to conflicts if there are differences, especially in the generation of millennials who are easily herded through the power of social media or sophisticated communication media in the era of 4.0. Millennial generation at the age of age who is still young to digest and understand in a mature and healthy manner. Identity is politicized through various and extreme interpretations, which aims to get support from the millennial generation who feel 'the same', both in race, ethnicity, religion, and other adhesive elements so that movements or polarization of oppositional dichotomy features become easy to become the main foundation that differentiate feelings of collectivity so that exploitation is easy, then intolerance is increasing. The occurrence of social imagery mismatches about political identity and political identity that occurs in the current millennial generation. This study aims to determine the effect of the issue of identity politics towards political identity in Indonesian millennial generation in the 4.0 era and trying to answer the formulation of the problem, namely: first, describing the exploitation of identity political issues that began to develop in Indonesian society in the 4.0 era. Second: describing the process of political exploitation of identity political identity in the millennial generation. Third: finding implications of the meaning of the results of research and solutions that can add to the study of the exploitation of the issue of identity politics on political identity in Indonesian millennial generation in Era 4.0 so that it can be further investigated by subsequent researchers. The method used in this study is a qualitative method with descriptive analysis. The research subjects were 150 students, aged 19-21 years who provided research data through interviews, surveys and documentation with triangulation data processing in order to obtain valid research results. Based on the results of the study, the conclusion was drawn. the exploitation of the issue of identity politics against political identity in Indonesia's millennial generation in era 4.0.
PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA (MAS’ULIYAH AL-JINAYAH) DALAM MALAPRAKTIK DOKTER DI KLINIK KECANTIKAN Anis Fittria; laras Fira Fauziyah
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 7, No 1 (2022): Journal of Islamic Studies and Humanities
Publisher : UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (774.883 KB) | DOI: 10.21580/jish.v7i1.11679

Abstract

Tren maupun kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kecantikan (medik estetika) mengalami kenaikan, hal ini melatarbelakangi pertumbuhan industri estetika di Indonesia. Hampir disetiap kota besar maupun kecil terdapat klinik kecantikan yang menawarkan berbagai pelayanan kecantikan. Perkembangan klinik kecantikan menimbulkan adanya kasus-kasus kesalahan medis yang dilakukan oleh dokter dan merugikan konsumen yang sering disebut dengan malapraktik. Bagaimana hukum Islam memandang malapraktik dokter di klinik kecantikan? Apakah ada pertanggungjawaban pidana (mas’uliyah al-jinayah) dalam malapraktik dokter di klinik kecantikan? Penelitian termasuk penelitian kualitatif yang bersifat kepustakaan (library research). Hasil dari penelitian ini adalah (1) Kasus malapraktik dokter di klinik kecantikan apabila tidak memenuhi syarat-syarat penghapusan pertanggungjawaban bagi dokter menurut Syekh Abdul Qadir Audah maka dikategorikan jarimah ta’zir, pelaku harus bertanggungjawab dan membayar diyat denda atas kerugiaan akibat dari malapraktik. (2) Pertanggungjawaban pidana (mas’uliyah al-jinayah) dalam malapraktik dokter klinik kecantikan harus memenuhi rukun syar’i atau unsur formil, rukun madani atau unsur materiil dan rukun Adabi atau unsur moril.