cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Medicina
Published by Universitas Udayana
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 234 Documents
SKRINING PENDENGARAN PADA BAYI BARU LAHIR Suardana, W
Medicina Vol 39 No 1 (2008): Januari 2008
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cacat dengar pada anak-anak masih banyak dijumpai. Identifikasi anak menderita cacat dengar harus dilaksanakan sedini mungkin. Apabila anak cacat dengar tidak dideteksi sejak awal maka akan mengganggu perkembangan kemampuan berbahasa, bersosialisasi dan bahkan mengganggu perkembangan keterampilan kognitif, dimana akan menjadi dasar perkembangan di sekolah dan bahkan keberhasilan anak untuk bermasyarakat dikemudian hari. Telah dibuktikan bahwa intervensi dini anak dengan cacat dengar menunjukkan adanya kemajuan, dan menjadi lebih berhasil dalam perkembangan di sekolah, bahkan menjadi anggota masyarakat yang lebih produktif. Deteksi dini bayi baru lahir dapat dilaksanakan dengan tes sederhana yaitu dengan auropalpebral reflex, rising heart beat, cessation reflex, grimacing, Moro reflex. Tes lebih canggih adalah dengan melakukan tes auditory brainstem response (ABR), otoacustic emissions (OAEs) dan automated ABR. American Academy of Pediatrics, American Academy of Audiology, Joint Committee on Infant Hearing, dan National Association of the Deaf merekomendasikan agar melaksanakan skrining semua bayi baru lahir sebelum meninggalkan rumah sakit. Bagaimana di Indonesia? Data-data tentang cacat dengar pada bayi dan anak masih sangat langka. Alangkah baiknya rekomendasi diatas menjadi pertimbangan sehingga dilaksanakan pemeriksaan rutin bayi baru lahir dengan tes sederhana dan bahkan bila bayi lahir dengan risiko maka dilakukan tes canggih menggunakan OAE dan ABR, sebelum bayi meninggalkan rumah sakit.
Karakteristik pasien anak dengan infeksi dengue di RSUP Sanglah tahun 2013-2014 Artawan, Artawan; Utama, I Made Dwi Lingga; Gustawan, I Wayan; Suarta, I Ketut
Medicina Vol 47 No 2 (2016): Mei 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.856 KB)

Abstract

Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah dan perhatian di dunia internasional. Mengetahui tentang karakteristik anak dengan infeksi dengue merupakan hal penting sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik anak dengan infeksi dengue di RSUP Sanglah periode 2013-2014. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif di RSUP Sanglah, subjek penelitian merupakan penderita demam berdarah dengue dan demam dengue (DD) yang didiagnosis dan dirawat selama bulan Januari 2013-Desember 2014. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Penelitian ini melibatkan 134 subjek. Sampel perempuan dan lelaki didapat hampir sama jumlahnya (54,5% dan 45,5%), sebanyak 52,2% berusia 5-10 tahun, status gizi baik sebesar 66,4%, perdarahan spontan 24,6%, hepatomegali 27,6%, trombosit 51-100 x 109/L 65,7%, leukosit <4 x 109/L 45,5%, hemokonsentrasi 59,0%, infeksi sekunder dengue 67,2%, diagnosis DD 41,0%, DBD 59,0%, dan DSS sebesar 31,3%. Disimpulkan bahwa rasio jenis kelamin pada pasien infeksi dengue hampir sama, terbanyak pada usia 5-10 tahun, status gizi baik, dan tanpa hepatomegali. Kebanyakan pemeriksaan laboratorium menunjukan leukopenia, hemokonsentrasi, dan trombositopenia. Diagnosis DBD merupakan diagnosis terbanyak. Dengue hemorrhagic fever (DHF) still become the major problem among the international medical society. Knowing the characteristic of pediatric patients with DHF is an important aspect as it will provide the basic information for the next research. The aim of this study was to determine the characteristics of pediatric patients with dengue infection at Sanglah hospital within period of 2013-2014. This study was a descriptive retrospective study performed at Sanglah hospital. Subjects were pediatric patients with dengue hemorrhagic fever, dengue fever (DF), and dengue shock syndrome (DSS) that diagnosed and treated from January 2013 until Desember 2014. Data analysis was performed using the descriptive statistic method. This study involved 134 subjects. Female and male subjects almost equivalent (54.5% vs 45.5%), most subjects(52.2%) were belong to 5-10 years old, good nutritional status was 66.4%, spontaneous bleeding 24.6%, hepatomegaly 27.6%, thrombocyte count 51-100 x 109/L 65.7%, leucocyte count <4 x 109/L 45.5%, hemoconcentration 59.0%, secondary dengue infection 67.2%, DF cases 41.0%, DHF cases 59.0%, and DSS cases 31.3%. The conclusion of this study were the sex ratio of dengue infection patient almost equal, mostly 5-10 years old, had good nutritional status, and without hepatomegaly. Most of laboratory results showed leucopenia, hemoconcentration, and thrombocytopenia. Diagnosis of DHF is the most common diagnosis.
HIPERPLASIA ADRENAL KONGENITAL (HAK) KLASIK SIMPLE VIRILIZING PADA ANAK UMUR 3 TAHUN Indradjaja, Alice; Bikin Suryawan, I Wayan; Arimbawa, I Made
Medicina Vol 45 No 1 (2014): Januari 2014
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.155 KB)

Abstract

Hiperplasia adrenal kongenital merupakan salah satu dari kelompok kelainan genetik akibat defisiensi enzim yang diperlukan untuk biosintesis steroid di korteks kelenjar adrenal. Bentuk kelainan hiperplasia adrenal kongenital yang tersering adalah defisiensi enzim 21-hidroksilase (21OHD) hingga mencapai 90% kasus. Kelainan utama pada pasien dengan defisiensi enzim 21-hidroksilase adalah kegagalan sintesis kortisol secara adekuat. Defisiensi 21-hidroksilase klasik tipe virilisasi sederhana menyebabkan genitalia ambigu pada bayi perempuan. Dilaporkan sebuah kasus hiperplasia adrenal kongenital klasik tipe virilisasi sederhana pada anak perempuan usia tiga tahun. Pasien dirujuk ke Poliklinik anak RSUP Sanglah Denpasar dengan keluhan utama pembesaran dan pemanjangan klitoris yang progresif disertai tumbuhnya bulu pubis.  Pasien lahir dengan genitalia ambigu. Pasien didiagnosis defisiensi 21-hidroksilase berdasarkan hasil pemeriksaan kadar progesteron 17-OH >1.200ng/dl dan pemeriksaan fisik didapatkan prader derajat III. Pada pemeriksaan usia tulang menunjukkan usia tulang yang melebihi umurnya, USG abdomen dalam batas normal dengan hasil analisis kromosom 46,XX. Pasien tidak pernah mengalami krisis adrenal selama 3 tahun dan menjalani tindakan pembedahan pada usia 3 tahun. Keluarga pasien diberikan konseling, dilakukan monitor  berkala pada pasien dan terapi hidrokortison. Prognosis pada pasien ini baik. [MEDICINA 2014;45:58-64].
KEJADIAN RETINOPATI DIABETIK PADA PASIEN DIABETES MELLITUS Suryathi, Ni Made Ari; Budhiastra, I Putu; Jayanegara, I Wayan Gede; Widiana, I Gede Raka
Medicina Vol 46 No 2 (2015): Mei 2015
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.282 KB)

Abstract

Retinopati diabetik adalah salah satu komplikasi mikrovaskular dari diabetes melitus (DM).Komplikasi ini terjadi karena hiperglikemia pada pembuluh darah dalam jangka waktu yang lama.Retinopati diabetik adalah penyebab kebutaan terbanyak setelah katarak. Retinopati diabetik terbagimenjadi retinopati diabetik proliferatif (RDP) dan retinopati diabetik nonproliferatif (RDNP). Penelitianini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien retinopati diabetik pada pasien diabetes mellitus.Penelitian ini adalah penelitian diskriptif yang dilakukan di RSUP Sanglah dan RS Indera, Denpasardari bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 2015. Pada penelitian ini, didapatkan 123 pasienDM, yang terdiri dari 66 laki-laki dan 57 perempuan, rerata umur adalah 56,30 (SB 8,16) tahun danrerata menderita DM selama 9,11 (SB 3,42) tahun. Dari 123 pasien, didapatkan 60,16% pasienmengalami retinopati. Pada kelompok RDP ditemukan lama menderita DM lebih lama (9,72 (SB3,92) vs 8,50 (SB 2,92)) tahun, hemoglobin glikosilat yang lebih tinggi (9,40 (SB 2,17) vs 7,06 (SB1,97))%, rerata umur 56,00 (SB 7,60) tahun dan laki-laki mendominasi kelompok ini (51%). Simpulanpenelitian ini adalah lebih dari 50% pasien DM pada penelitian ini mengalami retinopati dengankadar hemoglobin glikosilat lebih dari 7%. [MEDICINA 2015;46:86-91].Diabetic retinopathy is one of microvascular complication on Diabetes Mellitus (DM). This complicationcauses by hyperglycemia on retinal blood artery and vein during long periods of time. Diabeticretinopathy is the second causes of blindness after cataract. It consists of Non Proliferative DiabeticRetinopathy (NPDR) and Proliferative Diabetic Retinopathy (PDR). This study has aimed to identifythe characteristics of retinopathy in DM patients. This was descriptive study which had conducted inSanglah and Indera Hospital Denpasar Bali, from October 2014 until January 2015. 123 patients DMwere included, consisted of 66 males and 57 females, with average of age was 56,30 (SD 8,16) years,average of duration diabetes was 9,11 (SD 3,42) years. Among those patients, 60,16% hadretinopathy.Those who had PDR tend to have longer duration of diabetes (9,72 (SD 3,92) vs 8,50 (SD2,92)) years, higher glycosilate hemoglobin (9,40 (SD 2,17) vs 7,06 (SD 1,97))%, average of age was56,00 (SD 7,60) years, and male dominance (51%). In conclusion, more than a half of diabetes in thisstudy has retinopathy with mean glycosilate hemoglobin more than 7%. [MEDICINA 2015;46:86-91].
KORIOKARSINOMA PASCAABORTUS Gede Budiana, I Nyoman
Medicina Vol 40 No 1 (2009): Januari 2009
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.012 KB)

Abstract

Dilaporkan kasus, seorang wanita berusia 30 tahun dengan diagnosis tumor tropoblas gestasional klinis risiko rendah. Diagnosis ini didasarkan pada keluhan perdarahan abnormal pervaginam selama 1 ½ bulan, dimulai sejak kuretasi oleh karena abortus terhadap kehamilannya yang keempat. Pada pemeriksaan didapatkan pembesaran uterus, konsistensi lunak. Kadar ?-hCG serum tinggi. Penderita selanjutnya mendapatkan kemoterapi tunggal metotreksat 20 mg/hari IM selama 5 hari dengan interval 2 minggu. Setelah pemberian kemoterapi 1 seri, terjadi penurunan kadar  ?-hCG serum secara drastis. Setelah pemberian kemoterapi seri kedua, penderita lost to follow-up dan 7 bulan kemudian hamil, namun kembali mengalami abortus. Setelah kuretasi didapatkan kadar ?-hCG serum sangat tinggi, selanjutnya penderita memutuskan untuk dilakukan histerektomi. Hasil PA menunjang diagnosis penyakit tropoblas ganas dengan kesimpulan koriokarsinoma dengan sel-sel ganas masih aktif. Penderita selanjutnya diberikan kemoterapi tunggal dengan monitoring kadar ?-hCG serum. Setelah pemberian kemoterapi metotreksat 20 mg/hari IM sebanyak 5 seri dengan interval 2 minggu didapatkan respon klinis dan laboratorium baik dengan kadar ?-hCG serum normal. Kemoterapi after course dilanjutkan sebanyak 2 seri. Penderita dinyatakan mengalami remisi.[MEDICINA 2009;40:65-72].  
WATER EXTRACT OF SWEET POTATO LEAF IMPROVED LIPID PROFILE AND BLOOD SOD CONTENT OF RATS WITH HIGH CHOLESTEROL DIET Sumardika, I Wayan; Jawi, I Made
Medicina Vol 43 No 2 (2012): Mei 2012
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.801 KB)

Abstract

Food stuffs with high flavonoids content  are believed to prevent various diseases caused by oxidative stress because of its antioxidants effect.  Purple sweet potato leaves have been proved containing high flavonoids, and can be developed very easily. To prove antioxidant and hypolipidemic properties of the water extract of purple sweet potato leaves, one research was conducted in the Department of Pharmacology, Faculty of Medicine, Udayana University. The study design was randomized control group pre- and post-test.  Twenty adult male wistar rats were divided into two groups of 10 rats. Both groups of rats were given high-cholesterol diet for three months to induce dyslipidemia. Control group of 10 rats were given only high-cholesterol diet alone, whereas the treatment group also treated with purple sweet potato leaf water extract with a dose of 6 cc per day divided into two doses. Before treatment and after treatment, lipid profile and blood SOD levels were measured. The results showed a decrease in total cholesterol, triglycerides and LDL cholesterol significantly in the treated group (P = 0.0001). In the treatment group there was also an increase in HDL cholesterol and blood SOD which was significantly differ than the control group (P = 0.0001). From the results of this study, it can be concluded that administration of water extract of purple sweet potato leaves can improve the lipid profile and increase blood SOD of rat given high-cholesterol diet.
Peranan melatoninpadanyeri kepalamigren, klaster,dan hipnik Kesanda, I Made Phala; Widyadharma, I Putu Eka; Adnyana, I Made Oka
Medicina Vol 47 No 3 (2016): September 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.002 KB)

Abstract

Nyeri kepala adalah keluhan yang sering dialami. Hampir 95% manusia pernah mengeluhkan nyeri kepalasetiap tahunnya. Nyeri kepala dapat merupakannyeri kepala primer yang belum diketahui penyebabnya, ataunyeri kepala sekunder akibat kelainan intrakranial ataupun ekstrakranial. Melatonin adalah hormon yangdihasilkan oleh kelenjar pineal yang sekresinya berkaitan dengan hipotalamus. Melatoninmemiliki peranandalam berbagai sistem vital didalam tubuh, salah satunya sebagai pengatur siklus sirkadian dan sebagai antinyeri.Defisiensimelatoninataugangguansekresimelatonindikaitkandenganpatogenesisbeberapanyerikepalaprimersepertinyerikepalamigren,nyerikepalaklaster,dan nyeri kepala hipnik. Saat ini melatoninsudah mulai digunakan sebagai terapi yang potensial maupunsebagai profilaksis pada nyeri kepala migren,nyeri kepala klaster,dan nyeri kepala hipnik.[MEDICINA.2016;50(3):30-37]Headache is a common complaint.Aproximately95% of people complained of headaches annually. Headachecan be as aprimary headache of unknown cause, or secondary headache as aresult of intracranial orextracranial abnormalities. Melatonin is a hormone produced by the pineal gland which is associated with thehypothalamus. Melatoninplayrole in many vital systems in the body, one of them as acircadiancycleregulator and asapainkiller.Deficiency of melatonin or melatonin secretion disorders are associated with thepathogenesis of several primary headaches such as migraine headache, cluster headache, and hypnicheadache. Currently melatonin has beenused as pain killer as well as prophylaxis inmigraine headache,cluster headache,andhypnicheadache.[MEDICINA.2016;50(3):30-37]
PREVALENCE AND ASSOCIATION OF GLYCOSURIA WITH SEVERAL RISK FACTORS FOR DIABETES MELLITUS IN PRIMARY SCHOOL CHILDREN IN BALI Sutawan, Ida Bagus Ramajaya; Suryawan, I Wayan Bikin; Arimbawa, I Made
Medicina Vol 45 No 3 (2014): September 2014
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.688 KB)

Abstract

Nowadays, diabetes mellitus (DM) is often found in children. One of important screening for DM isurine examination to determine glycosuria. The current data on the prevalence of glycosuria in childrenin Indonesia, including Bali is very limited.The purpose of this study is to determine the prevalence ofglycosuria in primary school children in Bali and the association of several risk factors for DM on theoccurrence of glycosuria.A cross sectional study of children aged 6-12 years in several primary schoolsin Bali was done. Samples were taken using multistage random sampling technique. Glycosuria wasdetermined by urine reagent stripsand determination of risk factors for DM was by questionnaire andphysical examination. Total of 1020 children were examined in this study. Fiftyone point five percentsof samples were male, obesity was found in 36.8% of samples. Family history of DM was found in 2.6%of samples. This study found 17 cases of glycosuria with a prevalence of 1.7%. Several factors werefound associated with glycosuria, including obese with OR 5.32 (95% CI 1.65 to 17.16; P=0.005), familyhistory of DM with OR 12.98 (95% CI 3.11 to 54.27; P<0.001), and male gender with OR 6.05 (CI 95%1.34 to 27.33; P=0.019).Based on this study, it could be concluded thatthe prevalence of glycosuria wasquite high at primary school children in Bali. Therefore glycosuria screening in children needs to bedone,  especially  in  those with  risk  factors  for DM  to  detect  this  disease  earlier.  [MEDICINA2014;45:156-160].
PENGARUH AIR SABUN DAN DETERJEN TERHADAP DAYA TETAS TELUR AEDES AEGYPTI Sudarmaja, I Made
Medicina Vol 39 No 1 (2008): Januari 2008
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Demam berdarah dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti merupakan masalah kesehatan yang makin menjadi perhatian dengan kasus yang terus ada sepanjang tahun, walaupun tidak musim penghujan. Ini terkait dengan keberadaan vektornya yang terus ada sepanjang tahun dan berhubungan pula dengan keberadaan tandon yang mengandung air, baik air jernih dan mungkin pula air limbah rumah tangga seperti air sabun dan air deterjen. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kemampuan menetas telur Aedes aegypti bila kontak dengan kedua jenis air limbah tersebut. Penelitian eksperimental ini dengan rancangan acak lengkap mendapatkan bahwa rata-rata telur yang menetas menjadi larva pada hari ke-7 pada kelompok kontrol sebanyak 14,48%, pada air sabun dalam konsentrasi 0,5 gram/liter sebanyak 58,9% dan pada air sabun dalam konsentrasi 1 gram/liter sebanyak 42,77 % . Uji statistik mendapatkan bahwa air sabun pada kedua konsentrasi mempercepat dan meningkatkan jumlah larva yang terbentuk bila dibandingkan dengan kontrol. Pada air yang mengandung detergen konsentrasi 1,75 gram/liter dan 3 gram/liter tidak ditemukan telur Aedes aegypti yang menetas.
Gula darah tidak terkontrol sebagai faktor risiko gangguan fungsi kognitif pada penderita diabetes melitus tipe 2 usia dewasa menengah Nugroho, Bhaskoro Adi Widie; Adnyana, I Made Oka; Samatra, Dewa Putu Gede Purwa
Medicina Vol 47 No 1 (2016): Januari 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.048 KB)

Abstract

Diabetes melitus (DM) telah dihubungkan dengan kejadian gangguan fungsi kognitif (GFK). Kontrol gula darah yang diukur dengan menggunakan kadar HbA1c telah dikaitkan dengan perkembangan dan progresivitas dari komplikasi DM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar gula darah tidak terkontrol (HbA1c >7%) merupakan faktor risiko GFK pada penderita DM tipe 2 usia dewasa menengah. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kasus kontrol. Sampel direkrut secara consecutive. Data dianalisis dengan uji Kai-kuadrat dan regeresi logistik, dinyatakan dalam rasio odds (RO)(IK95%) dengan tingkat kemaknaan (P)<0,05. Didapat jumlah penderita DM usia dewasa menengah yang memenuhi kriteria penelitian untuk dilakukan pemeriksaan sebanyak 86 orang. Hasil analisis statistik mendapatkan bahwa kadar gula darah tidak terkontrol berhubungan dengan kejadian GFK pada penderita DM tipe 2 usia dewasa menengah [RO=3,69 (IK95% 1,416 sampai 9,622), P=0,008]. Disimpulkan bahwa kadar gula darah yang tidak terkontrol merupakan faktor risiko terjadinya GFK pada penderita DM tipe 2 usia dewasa menengah. Diabetes mellitus has been associated with the incidence of impaired cognitive function. Blood sugar control measured using HbA1c levels have been associated with the development and progression of diabetes complications. The objective of this study was to determine if uncontrolled blood sugar (HbA1c >7%) was a risk factor for cognitive impairment in middle-aged adult patients with type 2-diabetes mellitus. This was a case-control study. Sample selected by consecutive sampling. Data was analyzed by Chi-square and logisitic regression test and expressed in odds ratio (OR)(95%CI), with significant level of P <0.05. The studi found 86 subject met the eligibility criteria. Statistical analysis showed that poorly controlled blood sugar levels associated with impaired cognitive function events in middle-aged adult patients with type 2-diabetes mellitus [OR=3.69 (95%CI 1.416 to 9.622), P= 0.008]. It was concluded that poorly controlled blood sugar levels is a risk factor for the occurrence of impaired cognitive function events in middle-aged adult patients with type 2-diabetes mellitus.