cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Medicina
Published by Universitas Udayana
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 234 Documents
KARAKTERISTIK UMUR, PENDIDIKAN, DAN PEKERJAAN ISTRI SERTA STATUS SUAMI SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA IBU HAMIL Saspriyana, Kade Yudi; Suwiyoga, Ketut; Darmayasa, I Made
Medicina Vol 46 No 1 (2015): Januari 2015
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.324 KB)

Abstract

Prevalensi HIV di Bali adalah nomor dua setelah Papua dan cenderung meningkat mengikuti deretukur yang sebagian besar ditemukan pada usia muda reproduktif. Penularan utama adalah melaluihubungan  seksual,yang  selanjutnya diketahui bahwa peran umur, pendidikan, dan pekerjaan  ibudiduga  sangat  besar. Penelitian  ini  bertujuan untuk mengetahui  apakah umur,  pendidikan,  danpekerjaan pada  ibu hamil  serta  status HIV  suami  sebagai  faktor  risiko  ibu hamil  terinfeksi HIV.Metode  yang  digunakan  adalah  berupa  kasus  kontrol  tidak  berpasangan  di Bagian Obstetri  danGinekologi RSUP Sanglah Denpasar selama dua bulan, yakni bulan Oktober-Nopember 2011. Sampeladalah  ibu hamil terinfeksi HIV sebagai kelompok kasus dan tanpa  infeksi HIV sebagai kelompokkontrol. Diagnosis HIV ditegakkan dengan rapid test serum, yaitu dinyatakan positif kalau reaktifdan negatif kalau non reaktif. Analisis data memakai uji Chi Square untuk mengetahui rasio odds.Lima puluh orang sampel dibagi atas 25 kelompok kasus dan 25 kelompok kontrol. Diperoleh bahwarisiko terinfeksi HIV wanita hamil pada umur tua vs muda, pendidikan tinggi vs rendah, dan pekerjaanberisiko vs tidak berisiko adalah tidak tidak bermakna pada kedua kelompok. Rasio odds masing-masing adalah 0,35 (IK 95% = 0,08 sampai 1,55; P = 0,157),  0,85 (IK 95% = 0,28 sampai 2,59; P =0,777), dan 2,09(IK 95% = 0,18 sampai 24,62;P= 1,00).Rasio odds status HIV suami adalah 12,67 (IK95% = 3,31 sampai 48,50; P = 0,001).Dapat disimpulkan bahwa suami terinfeksi HIV meningkatkanrisiko HIV pada ibu hamil 12 kali lebih besar dibanding dengan suami tidak terinfeksi HIV. Faktorumur, pendidikan, dan pekerjaan ibu bukan merupakan faktor risiko terjadinya infeksi HIV pada ibuhamil. [MEDICINA 2015;46:3-8].The prevalence of HIV  in Bali  is number  two after Papua and  likely  to  rise  following a geometricprogression that  is mostly  found at the young age of reproductive. The main transmission throughsexual intercourse, the role of age, education, and the work of the mother allegedly is huge.This studyaims to know the relationships between age, education and occupation on the pregnant women and theHIV status of the husband against the risk of being infected with HIV.Study design was a not pairedcase control study at the Obstetrics and Gynecology Department Sanglah Hospital Denpasar was fortwo months, the month of October-November 2011. The sample were pregnant women who are willingto participate in this study, which are distinguished as groups of HIV-infected cases and without HIVinfection as a control group. Diagnosis of HIV rapid test with serum enforced, that is positive if reactiveand the stated negative if a non reactive. Data analysis using the Chi Square test to know the oddsratio.A number of 50 samples was divided into 25 groups of case and control group 25. Obtained thatthe risk of HIV-infected pregnant women in the age old vs. young, low vs. higher education, and occupationsat risk vs. not at risk is not meaningless in the two groups. Each odds ratio is 0.35 (95% CI  = 0.08 to1.55; P = 0.157), 0.85 (95% CI   = 0.28 to 2.59;P = 0.777), and 2.09(95% CI = 0.18 to 24.62;P= 1.00).Meanwhile, the odds ratio of the husband HIV status was 12.67 (95% CI  = 3.31 to 48.50;P = 0.001).Final conclusions are husbands infected with HIV increases the risk of HIV in pregnant women 12times greater  than  the husband was not  infected with HIV. Age, education, and  the occupation ofmothers  is not a
DETECTION OF BACTERIA Esherichia coli SEROTYPE O157 ON PORK FROM PORK TRADER IN DENPASAR CITY Hendrayana, Made Agus; Putra Pinatih, Komang Januartha; Yelly, Amy
Medicina Vol 43 No 1 (2012): Januari 2012
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (769.003 KB)

Abstract

Escherichia coli (E.coli)  is the pathogenic bacteria which commonly associated with intestine and kidney infection in human. One of the strain of zoonotic E.coli serotype O157. Human and cattle, mostly swine are predominant reservoirs for E. coli O157. Swine butchering in Bali specifically in Denpasar is increasing each year. The aim of this study was to identify E.coli serotype O157 in pork in Denpasar. They were 31 samples of pork taken from different butchers in 24 traditional markets and seven supermarkets that entirely located in Denpasar. Total Plate Count (TPC) method was used to count E.coli and  coliform colonies. Plate Count agar (PCA), Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) and selective Sorbitol MacConkey Agar (SMAC) were applied in this study as well. Metallic green colonies were found and taken for Gram staining then were inoculated on the media of biochemical test (IMViC). Next, the colonies were inoculated on the media of SMAC and observed for existence of colorless colonies which was identified as E.coli O157. Singlepath E.coli O157 examination was applied to confirm the identification of E.coli O157. The results of IMViC and SMAC tests on 12 from 31 samples (38,71%) indicated positive of containing E.coli. Six from 31 samples (19,35%) positively contained E.coli O157. The conclution showed that 19,35% porks from pork traders in Denpasar City were contaminated by E.coli O157. (MEDICINA 2012;43:3-8).
Manifestasi infark miokard tanpa obstruksi arteri koroner pada kasus lupus eritematosus sistemik Suryawati, Gusti Ayu; Artha, Made Junior Rina; Rina, Ketut
Medicina Vol 47 No 2 (2016): Mei 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (599.777 KB)

Abstract

Infark miokard pada pasien lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyebab kesakitan dan kematian yang memiliki patogenesis kompleks dan sampai saat ini masih sulit dimengerti. Pada wanita yang mengalami infark miokard dengan peninggian segmen ST, 10-25% didapatkan hasil angiografi koroner normal. Laporan ini memaparkan satu kasus pada seorang wanita 34 tahun dengan LES yang mengalami manifestasi infark miokard, dan setelah dilakukan angiografi koroner didapatkan hasil normal. Myocard infarction in systemic lupus erythematosus (SLE) patients, a leading cause of morbidity and mortality, has a complex pathogenesis that is incompletely understood. Ten to twenty five percent of women with acute ST-segment elevation myocardial infarction, have normal coronary angiography. This case report described female, 34 years old with SLE and myocard infarction with normal coronary angiography.
PAROTIDEKTOMI SUPERFISIAL PADA ADENOMA PLEOMORFIK PAROTIS N, Kertanadi; M, Sudipta; G, Ardika
Medicina Vol 45 No 1 (2014): Januari 2014
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.14 KB)

Abstract

Adenoma pleomorfik parotis adalah tumor jinak pada kelenjar ludah parotis. Hampir semua asimtomatik sehingga terdeteksi secara kebetulan saat dilakukan pemeriksaan rutin atau setelahpenderita mengeluh benjolan di daerah parotis. Adenoma pleomorfik dapat berubah menjadi suatu keganasan bila tidak diobati. Standar pengobatan adenoma pleomorfik adalah eksisi komplit tumormelalui total atau superfisial parotidektomi dengan margin yang adekuat untuk menghindari kekambuhan. Komplikasi operasi dapat berupa kelumpuhan saraf fasialis dan Frey’s syndrome. Kamimelaporkan satu kasus perempuan usia 52 tahun dengan adenoma pleomorfik parotis yang datang dengan keluhan benjolan kecil pada bagian depan telinga kiri sejak 3 bulan sebelumnya. Penanganantelah dilakukan dengan parotidektomi superfisial. Diagnosis adenoma pleomorfik parotis dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologis. Penderita tidak mengalami komplikasi kelumpuhan saraf fasialisataupun Frey’s syndrome, dan tidak ada kekambuhan setelah operasi. [MEDICINA 2014;45:43-46]
CLINICAL AND LABORATORY FEATURES OF PATIENTS WITH CONGENITAL HYPOTHYROIDISM -, Widiasa; Suryawan, Bikin
Medicina Vol 38 No 1 (2007): Januari 2007
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

-
KADAR SERUM 8-HIDROKSI-2’-DEOKSIGUANOSIN LEBIH TINGGI PADA ABORTUS INKOMPLIT DIBANDINGKAN DENGAN KEHAMILAN NORMAL TRIMESTER I Suciani, Ni Made; Surya, I Gede Putu; Suwiyoga, Ketut
Medicina Vol 46 No 2 (2015): Mei 2015
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.571 KB)

Abstract

Abortus merupakan salah satu penyumbang kematian ibu akibat perdarahan yang ditimbulkan sertakomplikasi lain yang bisa muncul adalah infeksi, infertilitas dan abortus berulang. Penanganan abortussebagian besar terhadap komplikasi yang ditimbulkan bukan terhadap penyebabnya. Di Indonesiasampai saat ini belum pernah ditemukan penelitian tentang 8-hidroksi-2’-deoksiguanosin (8-OHdG).Tingginya kadar 8-OHdG berhubungan dengan tingginya agresi radikal hidroksil dan atau rendahnyakecukupan antioksidan yang bisa menyebabkan kerusakan DNA atau kelainan kromosom. Kelainankromosom merupakan salah satu penyebab terbesar abortus pada trimester I. Tujuan penelitian iniadalah untuk membuktikan bahwa kadar serum 8-OHdG pada abortus inkomplit lebih tinggidibandingkan dengan kehamilan normal trimester I. Desain pada penelitian ini adalah studi crosssectionalanalytic yang melibatkan 68 orang wanita yang dikelompokkan menjadi 34 orang denganabortus inkomplit dan 34 orang wanita hamil normal umur kehamilan < 14 minggu yang memenuhikriteria inklusi dan eksklusi yang datang ke Rumah Sakit Umum Sanglah Denpasar. Dilakukanpemeriksaan kadar 8-OHdG serum pada kedua kelompok dengan metode ELISA. Berdasarkan uji tindependentdidapatkan perbedaan yang signifikan (P=0,001) antara kadar 8-OHdG serum antarakelompok abortus inkomplit (5,00 ng/ml) dengan kelompok hamil normal (3,03 ng/ml). Beda reratakedua kelompok adalah 1,97 (IK95% 1,38 sampai 2,56). Dalam hal umur ibu, umur kehamilan danparitas tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Berdasarkan kurva ROCdiperoleh nilai cut of point 3,73 ng/ml. Dengan uji Chi-Square rasio prevalensi adalah 8,66 (RP=8,66IK95%=2,93 sampai 25,62 P=0,001). Kadar serum 8-OHdG secara bermakna lebih tinggi pada kelompokabortus inkomplit dibandingkan dengan kelompok hamil normal. Pada kadar 8-OHdG yang tinggikejadian abortus inkomplit adalah 8,7 kali lebih banyak dibandingkan hamil normal. [MEDICINA2015;46:99-103].Miscarriage or abortion is one contributor to maternal mortality due to bleeding caused as well asother complications can arise are infection, infertility and recurrent miscarriage. Handling most of thecomplications is not against the cause. In Indonesia until now has not been found research on eighthydroxy-2’-deoxyguanosine (8-OHdG). High level of this compounds is associated with high aggressionof hydroxyl radicals or low of antioxidant adequacy can cause DNA damage or chromosomalabnormalities. Chromosomal abnormalities arte the biggest cause of abortion in the first trimester.The purpose of this research was to prove that 8-OHdG serum level in incompete abortion was higherthan first trimester normal pregnancy. The design of this research was cross-sectional analytic studyinvolving 68 women, grouped into 34 women with Incomplete Abortion and 34 women with normalpregnancy less or equal than 14 weeks which meet the criteria of inclusion and exclusion that came tothe Sanglah Hospital Denpasar. Blood serum examination was conducted to know the 8-OHdG levelson both groups by the method of ELISA. Based on t-independent test, there were significant differences(P=0.001) between 8-OHdG serum level in incomplete abortion (5.00 ng/ml) and normal pregnancy(3.03 ng/mL) with mean difference was 1.97 (CI95% 1.38 to 2.56). In terms of mother’s age, pregnancy’sage and the parity, there were no significant differences between groups. Based on ROC curve, cut ofpoint of 8-OHdG serum level was 3.73 ng/ml. From Chi-Square test, prevalence ratio was 8.66 (RP=8.66CI95%=2.93 to 25.62 P=0.001). The serum level of 8-OHdG was significantly higher in incompleteabortion group compared to normal pregnancy. In the 8-OHdG serum levels were high, the incidence ofincomplete abortion was 8.7 times larger compared to normal pregnancy. [MEDICINA 2015;46:99-103].
PENGENALAN PEMERIKSAAN NEUROKOGNITIF FIT AND PROPER TEST PADA CALON PEMIMPIN AAAP, Laksmidewi
Medicina Vol 40 No 1 (2009): Januari 2009
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.518 KB)

Abstract

Neurokognitif Fit and Proper  test mulai dikenal sejak Pilpres 2004.  Tulisan ini bertujuan mengenalkan serangkaian perangkat Neurokognitif Fit and Proper test yang dapat  mengevaluasi kelayakan dan kepantasan seseorang sebagai pemimpin. Pemeriksaan ini dikemukakan dari sudut Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi) khususnya neurobehavior. Test ini dikembangkan untuk seorang calon pemimpin dan calon eksekutif maupun legislatif. Pemeriksaan Fit and Proper ini sedang distandarisasi  secara nasional.[MEDICINA 2009;40:52-4].  
ADMINISTRATION OF CACAO BEANS (Theobroma cacao L.) EXTRACTS DECREASE MALONDIALDEHYDE CONCENTRATION AND INCREASE BLOOD NOx CONCENTRATION IN WHITE RAT (Ra"us norvegicus) INDUCED BY PSYCHOSOCIAL STRESS IA, Dewi Wiryanthini; IGM, Aman; NA, Bagiada
Medicina Vol 43 No 3 (2012): September 2012
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.815 KB)

Abstract

Increased production of reactive oxygen species (ROS) causing accumulation of oxidative damage caused by exceeding anti oxidant capacity in the body. Psychological stress as psychosocial stress can induce oxidative stress which subsequently cause increase blood malondialdehyde (MDA) and decrease blood nitrate and nitrite (NOx) concentration as intermediate product of nitric oxide (NO). Cacao beans extracts contained anti oxidant flavanols consist of catechin, epicatechin and procyanidin. The aims of this study is to investigate the effect of cacao beans (Theobroma cacao L.) extracts for decreasing MDA and increasing NOx concentration in white rat (Ra$us norvegicus) blood in stress oxidative state induced by psychosocial stress. It is an experimental study with Pretest-Postest Control Group Design. This study revealed decrease MDA concentration in group P1 (11.47 vs 8.04), P2 (11.92 vs 5.44) and P3 (11.69 vs 2.87) with P = 0.000 and increase NOx concentration in oxidative stress white rat induced by psychosocial stress a[er administration of cacao beans extract in group P1 (1909.83 vs 2085.16), P2 (1912.5 vs 2231.83) and P3 (1871.5 vs 2339.83) with P = 0.005. This study showed that cacao beans extract can inhibit oxidative stress caused by psychosocial stress.
Seorang pasien yang menderita sklerosis sistemik konkomitan dengan artritis reumatoid Yuliandari KK, Cok Istri; Kambayana, Gede
Medicina Vol 47 No 3 (2016): September 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.582 KB)

Abstract

Sklerosis sistemik (SS) dan artritis reumatoid (AR) merupakan penyakit jaringan ikat yang bersifat kronik progresif.Sklerosis sistemik ditandai dengan fibrosis abnormal, sedangkan AR ditandai dengan gangguan pada persendian yangsimetris. Sklerosis sistemik merupakan penyakit yang jarang. Kedua penyakit ini dapat terpisah atau terjadi bersamaanyang disebut denganoverlap syndrome. Kami melaporkan sebuah kasus SS dan AR yang secara konkomitan terjadipada seorang pasien. Wanita, usia 30 tahun, suku bali, yang ditemukan dengan penebalan, penegangan, danpengerasan pada kulit seluruh tubuh yang dialami sejak 4 tahun yang lalu. Pada pasien juga ditemukan deformitas(swan neck deformity) simetris pada sendi jari tangan dan kaki. Anti-topoimerase 1 (anti-scl 70) positif, biopsi kulitmenunjukkan suatu skleroderma, foto manus dan pedis menunjukkan gambaran erosi marginal. Pasien memenuhikriteria diagnosis SS dan AR, dandiberiterapi metroteksat 7,5 mg setiap minggu, denganprognosis dubius ad malam.[MEDICINA.2016;50(3):42-46]Systemic sclerosis (SS) andrheumatoidarthritis (RA) are a chronic and progressive of connective tissue diseases.Systemic sclerosis presented by abnormal fibrosis, whileRA is presented bysymmetrical joint lesion. Systemicsclerosis is a rare case. Systemic sclerosis and RA can affect the patient separately or both can occurred in oneindividual, called overlaps syndrome. We reported a case of SS and RA overlaps syndrome. Athirtyyear old Balinesefemale patient found with a thickening, tightness,andhardening of her skin, occurred since 4 years. We also found theswan neck deformities on her fingers and toessymmetrically. Anti-topoimerase (anti-scl 70) positive, skin biopsyshowed scleroderma, manus and pedis x-ray showed the marginal erosion. The patient fulfilled criteria diagnosis forSS and RA. The patient was given metrotexat 7.5 mg each week, and the prognosis was dubius ad malam.[MEDICINA.2016;50(3):42-46]
NYERI KEPALA PADA PERDARAHAN SUBARAKNOID Purwata, Thomas Eko
Medicina Vol 45 No 3 (2014): September 2014
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.668 KB)

Abstract

Perdarahan subaraknoid (PSA) merupakan keadaan darurat medik neurologi dengan morbiditas danmortalitas yang sangat tinggi. Penyebab tersering non-traumatik PSA adalah pecahnya berry (saccular)aneurysms. Gejala  klasik   PSA    adalah nyeri  kepala  akut    yang  sangat hebat  seringkali  disertaidengan penurunan kesadaran. Nyeri kepala ini digambarkan pasien sebagai nyeri yang sangat hebatyang tidak pernah dirasakan sebelumnya, seringkali disertai mual, muntah, dan kejang. Patofisiologinyeri kepala pada PSA diduga karena pecahnya pembuluh darah menyebabkan ekstravasasi darah kedalam ruang subaraknoid dengan  tekanan yang  tinggi yang mengakibatkan peningkatan  tekananintrakranial, kerusakan langsung pada jaringan lokal dan  adanya efek toksik oksi-hemoglobin dapatmenimbulkan iritasi meningen, vasospasme, dan perubahan kesadaran. Luaran PSA dapat diperbaikisecara dramatis dengan penanganan dini yang agresif, tepat dan professional. Manajemen PSA denganpemberian obat-obatan dan tindakan pembedahan. Pencegahan PSA dengan mengendalikan faktorrisiko dan komplikasi lain yang sering menyertai PSA. [MEDICINA 2014;45:165-170].