cover
Contact Name
Muhammad Ikhwan Rizki
Contact Email
ikhwanrizki@unlam.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jps@unlam.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota banjarmasin,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Pharmascience
ISSN : 23555386     EISSN : 24609560     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Pharmascience memuat naskah hasil penelitian dan artikel review bidang kefarmasian. Naskah dapat berasal dari mahasiswa, dosen, peneliti, dan lembaga riset. Setiap naskah yang diterima redaksi Jurnal Pharmascience akan ditelaah oleh Mitra Bebestari dan Anggota Redaksi. Jurnal Pharmascience terbit 2 (dua) kali dalam setahun yaitu Februari dan Oktober. Redaksi menerima pemesanan Jurnal Pharmascience untuk berlangganan atau pembelian setiap terbitan.
Arjuna Subject : -
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Pharmascience" : 15 Documents clear
Formulasi Pasta Gigi Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus sp.) dan Daun Mint (Mentha piperita L.) Serta Aktivitas Terhadap Bakteri Streptococcus mutans Widyastuti Widyastuti; Hanifah Rifnola Fantari; Vevia Risa Putri; Intania Pertiwi
Jurnal Pharmascience Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v6i2.7357

Abstract

ABSTRAK Kulit jeruk merupakan limbah yang terbuang yang kurang dimanfaatkan, tetapi mempunyai aktivitas sebagai antibakteri. Minyak yang berasal dari daun mint banyak digunakan sebagai penyegar mulut. Kombinasi kedua tanaman ini belum banyak diformulasi dalam bentuk sediaan pasta gigi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan formula pasta gigi yang mengandung ekstrak kulit jeruk dan ekstrak daun mint yang mempunyai aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans sebagai penyebab plak pada gigi. Metode ekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak yang diperoleh dilakukan skrining fitokimia dan selanjutnya di formulasi dalam bentuk pasta gigi dengan membandingkan jumlah kedua ekstrak dengan basis yang sama. Aktivitas antibakteri sediaan pasta gigi menggunakan metode difusi dengan cara cetak lobang. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak kulit jeruk mempunyai rendemen sebesar 8,27% dan mengandung metabolit sekunder senyawa fenolik dan flavonoid sedangkan ekstrak daun mint memiliki rendemen sebesar 4,53% dan mengandung metabolit sekunder senyawa fenolik dan flavonoid. Kedua ekstrak dapat di formulasi dalam bentuk sediaan pasta gigi dan stabil dalam penyimpanan. Semua formula memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan menunjukkan perbedaan yang signifikan pada p<0,05. Formula pasta gigi yang memberikan daya hambat terbesar terdapat pada FII yang mengandung ekstrak daun mint 10%. Kata kunci: kulit jeruk, daun mint, formulasi, pasta gigi, Streptococcus mutans  ABSTRACT Orange peels are wasted waste that is underutilized, but has antibacterial activity. Oil derived from mint leaves is widely used as a mouth freshener. The combination of these two plants has not been much formulated in the form of toothpaste preparations. The purpose of this study was to obtain a toothpaste formula containing extracts of orange peel and mint leaves extract which has the activity of inhibiting the growth of Streptococcus mutans bacteria as a cause of plaque on teeth. Extraction method by maceration using 96% ethanol solvent. The extract obtained was subjected to phytochemical screening and then formulated in the form of toothpaste by comparing the amount of both extracts on the same basis. Antibacterial activity of toothpaste preparations using the diffusion method in print hole. The results showed that orange peel extract had a yield of 8.27% and contained secondary metabolites of phenolic compounds and flavonoids while mint leaves extract had a yield of 4.53% and contained secondary metabolites of phenolic compounds and flavonoids. Both extracts can be formulated in toothpaste dosage forms and are stable in storage. All formulas had a inhibitory effect on the growth of Streptococcus mutans and showed a significant difference at p <0.05. Toothpaste formula that provides the higher inhibition is found in FII which contains 10% mint leaf extract. Keyword: orange peels, mint leaves, formulation, toothpaste, Streptococcus mutan
Formulasi Masker Peel Off Ekstrak Etanol Batang Saluang Belum Sebagai Antioksidan Rezqi Handayani; Nurul Qamariah
Jurnal Pharmascience Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v6i2.7352

Abstract

ABSTRAK Salah satu tumbuhan yang mempunyai manfaat yang besar terutama sebagai antikosidan adalah Saluang Belum.Tumbuhan ini merupakan Tumbuhan Hutan Berkhasiat Obat (THBO) asal Kalimantan Tengah yang secara empiris digunakan oleh masyarakat Dayak terutama pada daerah Kabupaten Katingan sebagai obat awet muda. Hasil uji identifikasi simpisia Batang Saluang Belum menunjukkan hasil positif pada uji senyawa kimia tanin dan saponin. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti bermaksud untuk mengembangkan produk masker peel off dari ekstrak etanol batang saluang belum yang dapat meningkatkan nilai ekonomi dari THBO. Terdapat 4 (empat) formulasi masker peel off ekstrak etanol batang saluang belum yang berbeda konsentrasi, mulai dari 0%; 1%; 5%; dan 15%. Dari keempat formula masker peel off ekstrak etanol batang Saluang belum yang dihasilkan, formula 1 merupakan formulasi terbaik berdasarkan hasil uji fisik yang dilakukan.  Kata Kunci : Antioksidan, Masker peel off, Saluang Belum  ABSTRACT One of the plants that has great benefits as antioxidant is Saluang Belum. This plant is Medicinal Forest Plants from Central Kalimantan which used by Dayak community, especially in the Katingan Regency area as a youthful medicine. The results of the chemical compound identification test of Batang Saluang Belum have shown positive results on the test of tannin and saponin. Based on this, the research conducted to develop skin mask products from ethanol extracts of Saluang Belum stems which can increase the economic value of medicinal forest plants. There are 4 (four) peel off mask formulations of ethanol extracts of saluang stem which have different concentrations, starting from 0%; 1%; 5%; and 15%. Of the four peel off mask formulas of ethanol extract of Saluang stem that have not been produced, formula 1 is the best formulation based on the results of physical tests conducted. Keywords: Antioxidants, Peel Masks, Saluang Belum
Perbandingan Pemberian Madu Lokal Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum) dan Madu Impor Bunga Manuka (Leptospermum scoparium) Secara Topikal Terhadap Penyembuhan Luka Sayat Pada Mencit Putih (Mus musculus) Nikita Tenritojang Mustafa; Dini Kurnia Ikliptikawati; Abdul Wahid Jamaluddin
Jurnal Pharmascience Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v6i2.7347

Abstract

ABSTRAK Luka merupakan trauma fisik mengakibatkan kulit terbuka. Luka merupakan jalur masuk bagi mikroorganisme dari luar penyebab infeksi. Dahulu madu dimanfaatkan untuk mengobati luka bakar dan luka sayat. Madu memiliki keunggulan yakni memiliki hidrogen peroksida, eugenol dan methylglyoxal yang merupakan antibiotik yang unggul. Penelitian ini dilakukan dengan uji ekperimental. Hewan coba dibagi dalam 4 kelompok. Setiap kelompok diberikan perlakukan antara lain: dengan pemberian madu lokal, madu impor, dan salep povidone iodine (kontrol positif), dan kelompok kontrol negatif tanpa perlakuan. Dilanjutkan pemantauan dan pencatatan untuk proses penyembuhan tiap kelompok. Hal ini diukur dengan indikator antara lain: luas luka, kelembaban luka, warna, serta perubahan keropeng. Pada penelitian ini ditemukan bahwa dengan pemberian madu mempercepat proses penyembuhan luka dibandingkan dengan pemberian air dan povidone iodine (p<0,05). Selain itu ditemukan madu lokal memberikan efek penyembuhan luka yang lebih cepat dibandingkan madu impor. Pemberian madu memberikan efek yang lebih baik terhadap penyembuhan luka. Dibandingkan dengan pemberian salep Povidone iodine dan tanpa perlakuan.Kata kunci : Madu Bunga Cengkeh, Madu Bunga Manuka, Waktu penyebuhan, Warna Luka, Kelembaban. ABSTRACT Wound is a physical trauma causes discontinuity, Leads physiological dysfunction. Wound is an entry point for microorganisms from outside as source of infection. In the past, honey was used to treat burns and cuts. Honey is a natural ingredient as a moist wound-dressings. Besides that, honey contain hydrogen peroxide, eugenol, and methylglyoxal which is a superior antibiotic. This research was carried out by experimental test. The experimental animals were divided into 4 groups, each group consisted of 6 animals. Each group is treated, among others; by giving local honey, imported honey, povidone iodine (positive control), and negative control group without a treatment. Continued monitoring and recording for the healing process of each group. Statistical analysis is performed by calculation of frequency distribution and Independent-t, Anova, and regression analysis to determine the relationship between each variable. Statistical test results are significant if the value of p <0.05. This research found that addition of honeyaccelerated the wound healing process compared to the administration of water and povidone iodine (p <0.05). This is measured by indicators including; wide wounds, moisture wounds, colour change, and scab changes. By giving honey the perfect wound healing process begins on the 11th day until the 13th day. Besides that, local honey is found to provide healing effects that are faster than imported honey. Giving honey provides a better effect on wound healing. compared with Povidone iodine and without a treatment Keywords: Clove Flower Honey, Manuka Flower Honey, Time of Wasting, Colour of Wound, Moisture
Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat Generik di Kelurahan Keraton Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar Rahmayanti Fitriah; Mahriani Mahriani; Ika Maulida Nurrahma
Jurnal Pharmascience Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v6i2.7358

Abstract

ABSTRAK Obat generik adalah obat yang penamaannya didasarkan pada kandungan zat aktif tertentu dalam suatu obat dan tidak menggunakan merk dagang. Persepsi pasien terhadap obat generik di masa penerapan JKN ini dinilai oleh banyak pengamat masih buruk, salah satunya yang menyatakan bahwa masih ada persepsi yang salah tentang obat generik, yaitu obat generik dianggap sebagai obat murah sehingga mutunya diragukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat terhadap obat generik di Kelurahan Keraton Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan melalui lembar kuesioner, dengan sampel yang dipilih menggunakan metode Stratified Random Sampling. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui uji kuesioner kepada 100 responden untuk menilai gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat generik. Dari total sampel dijumpai bahwa 45 orang (45%) responden memiliki tingkat pengetahuan dengan katagori “sedang”. Kepada para pembuat kebijakan kesehatan diharapkan terus meningkatkan sosialisasi obat generik. Kepada pelayanan kesehatan, agar dapat meningkatkan kinerja dalam penyuluhan program promosi obat generik di daerah. Kata Kunci :  Obat Generik, Masyarakat, Tingkat Pengetahuanl  ABSTRACT             Generic drugs are drugs that are named after the activecontained, and not using a trademark. The community’s perception of generic drugs during the JKN application was deemed unsavory by many observers, generic drugs are considered as cheap medicine with doubtable quality. This study aims to determine the level of public knowledge about generic drugs in Kelurahan Keraton Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar South Borneo Indonesia. This research is a descriptive researchusing a cross sectional design. The data were collected through a questionnaire, with the sampled selection using Stratified Random Sampling method. Based on the results of the research conducted by the questioning 100 respondents to obtain the level of public knowledge about generic drugs. Of the total sample found, (45%) respondents (45%) has a knowledge level with the category "medium". To health policy makers to continue to increase the socialization of generic drugs. To health services, to improve education programs in the promotion of generic programs in the region. Keywords : Generic Drugs, Society, Level of Knowledge
Efek Sitotoksik Ekstrak Etanolik Ocimum basilicum, L. Pada Sel Kanker Payudara Devi Nisa Hidayati; Ibrahim Arifin; Fatimatuz Zahroh; Lina Wahyuni
Jurnal Pharmascience Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v6i2.7353

Abstract

ABSTRAK Pengobatan kanker menggunakan bahan alam terus dikembangkan. Salah satu tanaman yang memiliki efek sitotoksik Ocimum basilicum, L. tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas sitotoksik dari ekstrak etanol Ocimum basilicum (EEOB) terhadap sel kanker payudara T47D dan MCF7. Ocimum basilicum diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Pengujian aktivitas sitotoksik menggunakan metode MTT assay dengan  seri konsentrasi EEOB 1000; 500; 250; 125; 62.5; 31,25 µg/mL. Hasil uji aktivitas sitotoksik EEOB memperlihatkan nilai IC50 pada sel T47D dan MCF-7 sebesar 399.86 µg/ml dan 387.76 µg/ml. Kata Kunci—Sitotoksik, Ocinum basilicum L., T47D, MCF-7  ABSTRACT             Cancer treatment using natural ingredients continues to be developed. One of the plants that is proven to have cytotoxic activity is basil leaves (Ocimum basilicum, L.). This study aims to determine the cytotoxic activity of ethanol extract of basil leaves (EEBL) on T47D and MCF-7 breast cancer cells. Basil leaves were extracted using maceration  with ethanol 70%. The cytotoxic test was perfomed using MTT assay with various EEBL concentrations: 1000; 500; 250; 125; 62.5; 31,25 µg/mL. The results showed that IC50 of cytotoxic activity in T47D and MCF-7 was 399.86 µg/ml and 387.76 µg/ml respectively. Keywords—Cytotoxic, Ocinum basilicum L., T47D, MCF-7
Efek Hepatoprotektor Ekstrak Etanol Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) Pada Tikus Yang Diinduksi Doksorubisin Junvidya Heroweti; Ibrahim Arifin; Nurul Arlin Hidayati; Rizki Suciantika
Jurnal Pharmascience Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v6i2.7348

Abstract

ABSTRAK Doksorubisin adalah agen kemoterapi yang mempunyai efek samping hepatotoksik dengan cara pembentukan radikal bebas. Daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) memiliki potensi untuk mencegah efek hepatotoksik akibat penggunaan doksorubisin. Penelitian bertujian untuk membuktikan potensi Ekstrak Etanol Daun Kenikir (EEDK) sebagai hepatoprotektor pada tikus yang diinduksi doksorubisin. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan randomized matched post only control group design. Sebanyak 25 ekor tikus galur wistar dibagi menjadi 5 kelompok secara acak. Kelompok I, control normal diberi asupan aquadest, kelompok II kontrol hepatotoksik diberikan doksorubisin dosis 5 mg/KgBB. Kelompok III, IV dan V merupakan kelompok perlakuan EEDK dengan dosis berturut-turut 250,500, dan 1000 mg/kgBB dengan doksorubisin dosis 5 mg/kgBB. Pemberian doksorubisin dilakukan pada hari ke-1, ke-5,ke-9 dan hari ke-13 secara intraperitonial (ip) dan pemberian EEDK dilakukan 1 kali sehari selama 14 hari secara peroral (po). SEluruh hewan uji diambil darahnya pada hari ke-15. Kadar SGOT dan SGPT dievaluasi untuk melihat adanya kerusakan hati. Data kadar SGOT dianalisis dengan one way anova, sedangkan data kadar SGPT dianalisis menggunakan Kruskall-wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa doksorubisin dapat menyebabkan hepatotoksik ditandai dengan peningkatan kadar SGOT dan SGPT. Ekstrak etanol daun kenikir mampu memberikan efek hepatoprotektor yang signifikan (p≤0,05) pada tikus yang diinduksi doksorubisin ditunjukkan dengan penurunan kadar SGOT dan SGPT. Kata Kunci: doksorubisin, daun kenikir, hepatoprotektor, SGOT, SGPT  ABSTRACT Doxorubicin is a chemotherapeutic agent has hepatotoxic side effects through the formation of free radicals. Marigold leaves (Cosmos caudatus Kunth.) has the potential to prevent hepatotoxic effects caused by the use of doxorubicin. This study aims to prove the potential of Ethanol Extract of Marigold Leaves (EEDK) as a hepatoprotector in doxorubicin-induced rats. This study was an experimental study with a randomized matched post test only control group design. 25 wistar male rats were divided into 5 groups randomly. Group I as normal control was given aquadest intake, group II as hepatotoxic control was given doxorubicin dose 5 mg/Kg BW, group III, IV and V was EEDK treatment group dose 250, 500 and 1000 mg/Kg BW and doxorubicin dose 5 mg/Kg BW. Doxorubicin was given on day 1, 5, 9 and 13intraperitoneal (i.p) and EEDK was given once a day for 14 days orally (p.o). All blood samples were taken on the 15th day. SGOT and SGPT levels were evaluated to see liver damage. SGOT level data were analyzed statistically by One Way Anova, while SGPT level data were analyzed using Kruskall-Wallis. The results showed that doxorubicin-induced hepatotoxity characterized by increased SGOT and SGPT levels. Ethanol extract of marigold leaves can provide hepatoprotector effect significantly (p≤0.05) in doxorubicin-induced rats indicate by decreased SGOT and SGPT levels. Keywords: doxorubicin, marigold leaves, hepatoprotector, SGOT, SGPT
Korelasi Karakteristik Individu Terhadap Tingkat Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Havizur Rahman; Helmi Arifin; Arina Widya Murni
Jurnal Pharmascience Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v6i2.7354

Abstract

ABSTRAK Pasien dengan penyakit kronis memiliki kecendrungan mengalami depresi, salah satunya pada pasien gagal ginjal kronis. Tujuan: mengetahui korelasi antara karakteristik pasien gagal ginjal kronis dengan terjadinya depresi. Metode penelitian: cross sectional menggunakan data primer, dengan teknik pengambilan data judgment sampling, pengukuran tingkat depresi menggunakan Beck Depression Inventory-II (BDI- II) dan data dianalisis menggunakan uji korelasi kendall’s tau-b. Hasil: karakteristik umur (sig=0.057), tingkat Pendidikan (sig=0.246), status (sig=0.484), jaminan kesehatan (sig=0.957) dan lama menjalani tindakan hemodialisis (sig=0,396) tidak memiliki hubungan dengan terjadinya depresi sedangkan karaktersitik yang memiliki hubungan dengan terjadinya depresi yaitu jenis kelamin (sig=0.028), pekerjaan (sig= 0.001) dan tindakan hemodialisa (sig= 0.05) dengan korelasi cukup kuat. Kesimpulan: beberapa karakteristik pasien yaitu jenis kelamin, pekerjaan dan tindakan hemodialisa memiliki korelasi yang cukup kuat terhadap timbulnya depresi pada pasien gagal ginjal kronis. Kata Kunci— korelasi, karaktersitik, depresi  ABSTRACT Patients with chronic diseases have a tendency to experience depression, one of them is in patients with chronic kidney failure. Objective: to determine the correlation between the characteristics of patients with chronic kidney failure with depression. Research methods: cross sectional using primary data, with judgment sampling data collection techniques, measurement of depression levels using the Beck Depression Inventory-II (BDI-II) and data analyzed using the Kendall's tau-b correlation test. Results: age characteristics (sig = 0.057), education (sig = 0.246), status (sig = 0.484), health insurance (sig = 0.957) and length of time undergoing hemodialysis (sig = 0.396) have no relationship with the occurrence of depression while the characteristics of depression which has a relationship with the occurrence of depression, namely gender (sig = 0.028), work (sig = 0.001) and hemodialysis (sig = 0.05) with a strong enough correlation. Conclusion: some of the characteristics of patients namely sex, occupation and hemodialysis have a strong correlation to the onset of depression in patients with chronic kidney failure. Keywords — correlation, characteristics, depression
Perbandingan Aktivitas Analgetik Infusa dan Ekstrak Etanol Umbi Akar Tawas Ut (Ampelocissus rubiginosa Lauterb.) Khoerul Anwar; Muhammad Riswandi; Nurlely Nurlely
Jurnal Pharmascience Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v6i2.7349

Abstract

ABSTRAK Umbi akar tawas ut (Ampelocissus rubiginosa Lauterb.) secara empiris digunakan untuk mengurangi nyeri. Masyarakat menggunakannya dengan cara meminum air seduhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan aktivitas analgetik dari infusa dan ekstrak etanol umbi akar A. Rubiginosa. Uji analgetik dilakukan menggunakan metode geliat (Writhing test) dengan pembanding parasetamol. Tiga puluh ekor mencit dibagi 6 kelompok masing-masing 5 ekor per kelompok. Kelompok I kontrol positif (parasetamol 65,25 mg/kgBB), kelompok II kontrol negatif (Na-CMC), kelompok III infusa A. rubiginosa 25 ml/kgBB, dan kelompok IV ekstrak etanol A. rubuginosa 500 mg/kgBB. Sesudah diberi perlakuan secara per oral sesuai kelompoknya, 30 menit kemudian diinduksi dengan asam asetat secara intraperitoneal. Jumlah geliat dihitung setiap 5 menit setelah pemberian larutan asam asetat 1% dengan selama 1 jam. Hasil penelitian menunjukkan persen proteksi pemberian parasetamol 65,25 mg/kgBB, infusa A. rubiginosa 65,25 mg/kgBB dan ekstrak etanol A. rubiginosa 500 mg/kgBB secara berurutan adalah 76,04; 87,41 dan 63,77%. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa infusa umbi akar A. rubiginosa memiliki aktivitas analgetik yang kuat. Kata kunci: Ampelocissus rubiginosa Lauterb., analgetik, infusa, ekstrak etanol  ABSTRACT Tuberous root of tawas ut (Ampelocissus rubiginosa Lauterb.) empirically used to reduce pain. People use it by drinking boiled water of A. rubiginosa coarse powder. This study aims to determine the comparison of analgesic activity of infusion and ethanol extract of A. rubiginosa tuberous root. Analgesic test was performed using a stretching method (Writhing test) with paracetamol as comparison. Thirty mice were divided into 6 groups of 5 individuals per group. Group I was positive control (paracetamol 65.25 mg / kgBW), negative control group II (Na-CMC), group III A. rubiginosa infusion 25 ml / kgBW, and group IV ethanol extract A. rubiginosa 500 mg / kgBW. After being treated orally according to the group, 30 minutes later induced with acetate acid intraperitoneally. The amount of stretching was calculated every 5 minutes after giving 1% acetic acid solution for 1 hour. The results showed percent protection of paracetamol 65.25 mg / kgBB, A. rubiginosa infusion 65.25 mg / kgBB and ethanol extract A. rubiginosa 500 mg / kgBB was 76.04; 87.41 and 63.77% respectively. From the research it can be concluded that A. rubiginosa root tuber infusion has a strong analgesic activity. Keyword: Ampelocissus rubiginosa Lauterb., analgetic, infusa, ethanol extract
Rambusa (Passiflora foetida L) vs. Free Radicals: In Vitro Study with DPPH Method Dewi Sari Mulia; Evi Mulyani; Muhammad Ikhwan Rizki; Mohammad Rizki Fadhil Pratama
Jurnal Pharmascience Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v6i2.7344

Abstract

ABSTRAK             Rambusa (Passiflora foetida L) adalah tumbuhan obat yang banyak terdapat di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Kalimantan Tengah. Beberapa bagian tumbuhan dari rambusa diketahui memiliki aktivitas antioksidan termasuk di bagian daunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari daun rambusa yang berasal dari Kalimantan Tengah. Metode yang digunakan adalah metode 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) yang diukur serapannya dengan Spektrofotometer UV Vis. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai IC50 dari ekstrak etanol daun rambusa senilai 93,269 μg/mL. Meskipun nilai IC50 yang diperoleh lebih rendah dibandingkan senyawa antioksidan standar seperti kuersetin, nilai IC50 dari ekstrak etanol daun rambusa asal Kalimantan Tengah masih lebih tinggi dibandingkan daun rambusa yang diperoleh dari daerah lain Kata Kunci—antioksidan, DPPH, Kalimantan Tengah, Passiflora foetida, rambusa  ABSTRACT Rambusa (Passiflora foetida L) is a medicinal plant that is widely found in various regions in Indonesia, including in Central Kalimantan. Some parts of the plant of rambusa are known to have antioxidant activities including in the leaves. This study aims to determine the antioxidant activity of rambusa leaves from Central Kalimantan. The method used was 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) method which was measured by UV Vis spectrophotometer. The results obtained showed IC50 values of ethanol extract of rambusa leaves worth 93.269 μg/mL. Although the IC50 values obtained were lower than the standard antioxidant compounds such as quercetin, the IC50 value of the ethanol extract of the leaves of rambusa from Central Kalimantan was still higher than that of the rambusa leaves obtained from other regions or some other medicinal plant extracts. Keywords— antioxidants, DPPH, Central Kalimantan, Passiflora foetida, rambusa
Faktor yang Menentukan Pengetahuan Akhir Pasien tentang Obat di Puskesmas Diesty Anita Nugraheni; Prisca Widiyanti; Chaifah Salim Assaidi; Cendana Handayani Hariyadi; Kristina Dewi Pratiwi
Jurnal Pharmascience Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v6i2.7355

Abstract

ABSTRAK Proses pemberian informasi yang memuaskan antara pasien dan apoteker merupakan hal yang penting dalam penggunaan obat secara rasional oleh pasien dan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor baik dispensing time, karakteristik pasien dan petugas kesehatan. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menentukan pengetahuan akhir pasien tentang obat di Puskesmas. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional yang dilakukan dengan metode cross-sectional. Populasi adalah pasien atau keluarga pasien yang mendapatkan obat di Unit Farmasi empat Puskesmas Kabupaten Sleman. Sampel dipilih menggunakan teknik systematic sampling. Sumber data primer yaitu menghitung dispensing time dan wawancara terstruktur. Data dianalisis menggunakan uji regresi linier dan crosstab. Faktor-faktor yang diteliti sebagai penentu pengetahuan akhir pasien tentang obat di Puskesmas yaitu waktu penyerahan obat (dispensing time), jenis petugas kesehatan yang menyerahkan obat, jenis kelamin, usia, pendidikan, suku bangsa, status pernikahan, pekerjaan, pendapatan, bahasa sehari-hari, dan area tinggal. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang menentukan tingkat pengetahuan akhir pasien adalah jenis petugas kesehatan, usia, pendidikan, pendapatan, bahasa sehari-hari, dan area tinggal pasien yaitu dengan nilai p<0,1 pada analisis regresi linier. Kesimpulan penelitian yaitu tingkat pengetahuan pasien terkait obat di Puskesmas dapat digambarkan dengan persamaan regresi Y= 2,236 + 0,223 jenis petugas kesehatan - 0,338 usia + 0,231 pendidikan – 0,103 pendapatan – 0,115 bahasa – 0,403 area tinggal. Kata kunci: dispensing time, faktor, pengetahuan obat, puskesmas, sosiodemografi.  ABSTRACT The process of providing satisfactory information between patients and pharmacists was important in rational of drugs use and greatly influenced by many factors such as dispensing time, patient characteristics and health care workers. The objective of the study was to analyze the factors related to the patient's medication exit knowledge at primary health care. This research was an observational study conducted with cross-sectional method. The population werw patients or their families who get medication at pharmacy unit of four primary health care in the Sleman district. Samples were selected using systematic sampling techniques. The primary data source were observe dispensing time and structured interviews. Data were analyzed using linear regression and crosstab tests. The factors studied as determinants of the patient's medication exit knowledge at the primary health center were dispensing time, the health worker who dispensing drugs, sex, age, education, ethnicity, marital status, occupation, income,  language, and area of residence. The factors that determine patient’s medication exit knowledge were the type of health worker, age, education, income, language, and area of residence. The conclusion of the study is the patient’s medication exit knowledge at primary health center can be described by the regression equation Y = 2.236 + 0.223 types of health workers - 0.338 ages + 0.231 education - 0.103 income - 0.115 languages - 0.403 residence area. Keywords: dispensing time, factor, medication knowledge, primary health care, sociodemographic

Page 1 of 2 | Total Record : 15