Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Umbi Hati Tanah (Angiotepris Sp.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Susi Novaryatiin; Rezqi Handayani; Rizqi Chairunnisa
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol 3 No 2 (2018): Jurnal Surya Medika
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.736 KB) | DOI: 10.33084/jsm.v3i2.93

Abstract

Tumbuhan Hati Tanah adalah salah satu tumbuhan obat yang memiliki manfaat sebagai obat tradisional dan digunakan oleh masyarakat Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan cara pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol umbi Hati Tanah pada konsentrasi 1%, 5%, 10%, dan 15% dengan metode Kirby-Bauer yaitu metode difusi dengan menggunakan kertas cakram (disc) sedangkan proses ekstraksi dilakukan dengan metode sokhletasi dan pelarut etanol 96%. Pengukuran zona hambat ini dilakukan dengan cara mengambil garis horizontal pada zona bening di sekitar disc menggunakan jangka sorong. Rata-rata hasil pengukuran zona hambat ekstrak etanol umbi Hati Tanah pada konsentrasi 1%, 5%, 10%, dan 15% berturut-turut 15,63 ± 0,15 mm, 16,97 ± 0,20 mm, 25,43 ± 0,20 mm, dan 28,40 ± 0,20 mm. Sedangkan rata-rata zona hambat pada kontrol positif yaitu Tetrasiklin dengan konsentrasi 1%, 5%, 10%, dan 15% secara berurut yaitu 12,93 ± 0,15 mm, 16,07 ± 0,15 mm, 16,83 ± 0,35 mm, dan 22,07 ± 0,25 mm. Berdasarkan Clinical Laboratory Standart Institute (CLSI), hasil zona hambat antibiotik yang diujikan pada konsentrasi 1% dikategorikan resistant, konsentrasi 5% dan 10% dikategorikan intermediate, dan konsentrasi 15% dikategorikan susceptible. sedangkan zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak etanol umbi Hati Tanah pada konsentrasi 1% dan 5% dapat dikategorikan intermediate sedangkan pada konsentrasi 10% dan 15% dapat diinterpretasikan ke dalam kategori susceptible. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol umbi Hati Tanah berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan interval konsentrasi yang lebih tinggi.
Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.) terhadap Escherichia coli Rezqi Handayani; Gabrile Natasia
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol 3 No 2 (2018): Jurnal Surya Medika
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.228 KB) | DOI: 10.33084/jsm.v3i2.98

Abstract

Berdasarkan data empiris masyarakat Puruk Cahu, daun Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.) mempunyai khasiat dan dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit diare. Salah satu bakteri yang menjadi pemicu diare adalah bakteri Escherichia coli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan daya hambat ekstrak daun Sangkareho yang digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati diare yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli serta untuk konsenstrasi ekstrak daun Sangkareho yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah ekstraksi daun Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.) dan uji daya hambat ekstrak etanol daun Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah ekstrak daun Sangkareho menunjukkan bahwa tidak ada respon hambatan terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Antibiotik Cotrimoxazole sebagai kontrol positif mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada semua konsentrasi. Rata-rata diameter zona hambat Cotromoksazole pada konsentrasi 1% sebesar 7,7 mm, pada konsentrasi 5% sebesar 16,3 mm, pada konsentrasi 10% sebesar 18,4 mm, dan pada konsentrasi 15% sebesar 20,6 mm. Sedangkan untuk diameter zona hambat ekstrak daun Sangkareho pada semua konsentrasi di dapatkan 0 mm.
Potensi Tumbuhan Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.F.) Bedd.) asal Kalimantan Tengah sebagai Afrodisiaka Fahruni Fahruni; Rezqi Handayani; Susi Novaryatiin
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol 3 No 2 (2018): Jurnal Surya Medika
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.874 KB) | DOI: 10.33084/jsm.v3i2.114

Abstract

The necessity of traditional medicine is efficacious as aphrodisiac increasing every year. The Dayak community believes that Kelakai roots have efficacy as an aphrodisiac drug, but no studies were conducted relating to the efficacy of the Kelakai roots. Traditional medicinal products are efficacious as aphrodisiac have a hormone-like effect, usually contain active ingredients that have estrogenic properties among other things, progesterone, androgenic, adaptogenic, and ketogenic. Materials that are androgenic or adaptogenic nature helps maintain and restore stamina. This research was aimed to determine the content of the active compound on the Kelakai roots that efficacious as an aphrodisiac and to determine the profile of Thin Layer Chromatography (TLC) of active compound contained in Kelakai roots. This study used the identification method of chemical compounds such as starches and aleurone, tannins, catechols, flavonoids, alkaloids, saponins, and steroids for simplicia powder and ethanol extract of Kelakai roots. The extraction of Kelakai roots done by soxhletation and TLC used to identify a specific chemical compound. The result showed that Kelakai Roots contain active compounds potentially aphrodisiac namely alkaloids and saponin. While the TLC profile obtained is the presence of stains on the appearance of a non-polar eluent (Chloroform: Ethyl Acetate) with a ratio of 7: 3, 8: 2, 9: 4 with each Rf value is 0.70 cm (7: 3), 0.94 cm (8: 2) and 0.94 cm (9: 4). This research reported for the first time the potential of Kelakai roots as an aphrodisiac. Thus, further work will focus on the study of the pharmacological effects of Kelakai roots.
Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Batang Tumbuhan Saluang Belum Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Nurul Qamariah; Rezqi Handayani; Andika Friskila
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Surya Medika
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (821.252 KB) | DOI: 10.33084/jsm.v4i1.168

Abstract

One of the medicinal plants used by the people of Katingan Regency, Central Kalimantan Province is the Saluang Belum stem, which empirically used as an aphrodisiac to increase stamina, sexual and fertility of male, and as an antioxidant. The purpose of this study was to find out the inhibition and to know which concentration of ethanol extract of Saluang Belum stem which had been able to inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria. This research uses an experimental method with a laboratory approach. The results of the inhibitory zone of ethanol extract of Saluang Belum stem at a concentration of 0.5% was 26.7 ± 2.76 mm, at a concentration of 1% was 21.6 ± 2.20 mm, at a concentration of 5% was 20.5 ± 0, 90 mm, at 10% concentration was 21.2 ± 1.11 mm, at 15% concentration was 23.2 ± 0.23 mm, and at 20% concentration was 25.5 ± 0.36 mm. Conclusions from this study were that the MIC (Minimum Inhibitory Concentration) obtained at 0.5% concentration of ethanol extract Batang Saluang Belum was able to inhibit the Staphylococcus aureus bacteria.
Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Akar Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. F.) Bedd.) terhadap Bakteri Escherichia coli Rezqi Handayani; Heni Rusmita
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol 2 No 2 (2017): Jurnal Surya Medika
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.899 KB) | DOI: 10.33084/jsm.v2i2.356

Abstract

Kekayaan alam hutan tropis Indonesia menyimpan berbagai tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat dan dihuni oleh berbagai suku dengan pengetahuan pengobatan tradisional yang berbeda. Indonesia memiliki lebih dari 1.000 jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat dan sekitar 300 jenis yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Salah satu tumbuhan khas Kalimantan yang berkhasiat sebagai obat tradisional adalah Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.). Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) merupakan tumbuhan yang lazim dikonsumsi oleh masyarakat sehari-sehari sebagai sayuran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Handayani et al. (2016) tentang Potensi Tumbuhan Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) sebagai Afrodisiaka, kandungan kimia/zat aktif pada simplisia dan ekstrak etanol akar Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) adalah alkaloid, saponin dan tanin. Alkaloid, saponin dan tanin merupakan senyawa metabolit sekunder yang dapat ditemukan di dalam tanaman dan diketahui dapat memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Kegiatan penelitian yang dilakukan dimulai dengan pembuatan ekstrak etanol akar Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) dengan metode ekstraksi sokletasi dan uji daya hambat ekstrak etanol akar Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan metode penanaman kertas cakram (paper disc) Kirby-Bauer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan daya hambat ekstrak etanol akar Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli serta untuk mengetahui konsentrasi ekstrak etanol akar Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Hasil penelitian rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol akar Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) terhadap bakteri Escherichia coli baik pada konsentrasi 1%, 5%, 10%, dan 15% yaitu 0 mm, yang artinya ekstrak etanol akar Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.) tidak mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Anak-Anak Tingkat Sekolah Dasar di Desa Tabore Kecamatan Mentangai Kalimantan Tengah Rezqi Handayani; Susi Novaryatiin; Syahrida Dian Ardhany
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol 2 No 1 (2016): Jurnal Surya Medika
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.644 KB) | DOI: 10.33084/jsm.v2i1.363

Abstract

Kesadaran akan pentingnya kebersihan dan kesehatan harus ditanamkan sejak dini. Membiasakan hidup bersih dan sehat dapat dilakukan oleh semua orang tidak terkecuali oleh anak-anak kecil. Membiasakan hidup bersih dan sehat dapat kita mulai dari hal-hal kecil seperti membiasakan untuk cuci tangan sebelum melakukan kegiatan terutama sebelum makan, membiasakan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut, membiasakan untuk selalu membuang sampah pada tempatnya, dan membiasakan untuk menjaga kebersihan di lingkungan rumah masing-masing. Dari hal-hal kecil tersebut kita dapat memulai untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan yang baik sehingga terhindar dari berbagai macam penyakit. Sasaran dari pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah anak-anak usia sekolah dasar yang ada di Desa Tabore Kecamatan Mentangai Kalimantan Tengah.Pelaksana dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah dosen dan mahasiswa Program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Kegiatan yang dilakukan diantaranya penyampaian materi mengenai cara mencuci tangan dan sikat gigi yang baik dan benar. Pada materi disampaikan dampak atau penyakit yang akan diderita anak-anak bila tidak mencuci tangan dan sikat gigi mereka dengan baik dan benar. Pada saat penyampaian anak-anak diajak untuk terlibat langsung dalam mempraktekkan cara cuci tangan dan sikat gigi yang baik dan benar. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini dapat dinyatakan berhasil karena adanya respons yang sangat baik dan antusiasme yang tinggi dari anak-anak dan warga Desa Tabore. Disadari pentingnya kegiatan ini dan dampak yang dapat ditimbulkan di masa depan, maka diharapkan kegiatan penyuluhan ini dapat dilanjutkan di desa-desa pedalaman lainnya apabila ada permintaan dari masyarakat dan kebutuhan di lapangan.
Pemanfaatan Tumbuhan Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam) Asal Kalimantan Tengah sebagai Obat Tradisional Nurul Qamariah; Rezqi Handayani; Akhmad Khadafi
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol 2 No 1 (2016): Jurnal Surya Medika
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.098 KB) | DOI: 10.33084/jsm.v2i1.364

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa aktif atau metabolit skeunder yang dapat berkhasiat sebagai obat dan untuk mengetahui profil Kromatografi Lapis Tipis senyawa aktif yang terkandung dalam daun Sankareho. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah identifikasi senyawa kimia atau metabolit sekunder yaitu pati dan aleuron, tanin, katekol, flavonoid, alkaloid, saponin, dan steroid. Ekstraksi daun Sangkareho dilakukan dengan menggunakan metode perkolasi, kemudian ekstrak yang didapat difraksinasi untuk mendapatkan fraksi senyawa kimia sesuai dengan tingkat kepolaran (kloroform: etil acetat: n-butanol). Dari hasil fraksinasi dilakukan Kromatografi Lapis Tipis untuk melihat profil senyawa kimia secara KLT dengan menggunakan eluen polar dan non polar. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa daun Sangkareho(Callicarpa longifolia Lam) mengandung komponen senyawa kimia atau metabolid sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, tanin dan steroid. Hasil fraksinasi didapatkan fraksi kloroform dan fraksi etil asetat. Dan dari hasil profil KLT ekstrak etanol, fraksi kloroform dan fraksi etil asetat daun Sangkareho menunjukkan hasil yang baik pada eluen non polar (n-heksan : etil asetat) dengan perbandingan 8:2; 7:3; dan 6:4 serta didapat nilai Rf yang bervariasi untuk tiap-tiap perbandingan eluen. Hasil uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menunjukkan bahwa eluen non polar dapat digunakan sebagai sistem pelarut pada penelitian selanjutnya yakni dalam analisis kromatografi lanjutan seperti kromatografi kolom maupun kromatografi cair kinerja tinggi yang mengarah ke tahap isolasi senyawa kimia.
Uji Daya Hambat Ekstrak Metanol dan Fraksi Rimpang Lengkuas Merah (Alipinia purpuruta K Schoum) terhadap Bakteri Escherichia Coli Rezqi Handayani
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol 1 No 2 (2016): Jurnal Surya Medika
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.881 KB) | DOI: 10.33084/jsm.v1i2.393

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas daya hambat ekstrak metanol dan fraksi rimpang lengkuas merah (Alipinia purpuruta K Schoum) terhadap pertumbuhan bakteri E.coli serta mengetahui perbandingan efektivitas daya hambat ekstrak metanol dan fraksi rimpang lengkuas merah (Alipinia purpuruta K Schoum) terhadap bakteri E.coli. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Mikrobiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah ekstraksi rimpang lengkuas merah, fraksinasi ekstrak etanol rimpang lengkuas merah dan uji daya hambat ekstrak etanol dan fraksi rimpang lengkuas merah terhadap pertumbuhan bakteri Escheria coli. Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah ekstrak etanol dan fraksi rimpang lengkuas merah mempunyai daya hambat pada pertumbuhan bakteri E. coli dengan kekuatan daya hambat pada kategori lemah dengan dibuktikan adanya zona hambat pada media uji.
Standardisasi Ekstrak Etanol Umbi Tawas Ut (Ampelocissus rubiginosa Lauterb.) asal Kalimantan Tengah Nurul Qamariah; Rezqi Handayani; Reni Wulandari
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol 5 No 1 (2019): Jurnal Surya Medika (JSM)
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.05 KB) | DOI: 10.33084/jsm.v5i1.953

Abstract

Standardization is the process of ensuring that the final product of the drug has a good quality value based on certain parameters that have been set. The purpose of this study was to describe the standardization of the ethanol extract of Tawas Ut tuber (Ampelocissus rubiginosa Lauterb.) From Central Kalimantan. This study uses a descriptive method with a laboratory approach that is divided into two parameters, namely specific and non-specific parameters. Specific parameters include extract identity, organoleptic examination and identification of chemical compounds, and non-specific parameters including total ash content, acid insoluble ash, specific gravity and microbial contamination. The results of specific standardization parameters, from the identity of the extract, obtained the name of the extract, the ethanol extract of Ut Tawas tuber, the Latin name of the plant (Ampelocissus rubiginosa Lauterb.), the plant parts used are tuber, and the Indonesian name of the plant is Tawas Ut, dark red, odourless and bitter and chelate taste, identification of chemical compounds showed that the extract positively contained alkaloids, flavonoids, saponins, and tannins. The results of non specific extract standardization parameters showed total ash content of 0.61 ± 10-4, acid insoluble ash content of 0.17% ± 10-3, density of 0.9151 mass/ volume ± 6x10-4, and testing microbial contamination, number of moulds and yeast there is no contamination which means the extract is not polluted and has fulfilled the requirements.
Analisis Pengaruh Penyimpanan terhadap Kadar Vitamin C pada Cabai Rawit (Capsicum frutuscens L) dan Cabai Merah Besar (Capsicum annum L) dengan Metode Spektrofotometri Rezqi Handayani; Nurul Qamariah; Tri Agung Rizky
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol 5 No 2 (2020): Jurnal Surya Medika (JSM)
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (674.53 KB) | DOI: 10.33084/jsm.v5i2.1296

Abstract

Chili is one of the fruits that contain vitamin C in a very large number. Vitamin C is one of the vitamins that is needed but cannot be synthesized in the body and has free radical antidote properties which will slow down the oxidation process that occurs in the body. One of the characteristics of vitamin C is a compound that is very easily oxidized due to the influence of heat, metal, and light so that in storage it needs special treatment to keep the levels low. One of the habits of the people in storing chili is in cold temperatures. This way trusted to maintain the condition of chili to always be fresh. But it is not yet known whether these conditions can guarantee vitamin C levels in them. Theoretically, the optimal storage for chili is at low temperatures between 2-15o C with humidity of 90-95% so that the chili remains fresh for ± 20 days. This research is to find out whether or not there is an influence between storage time on vitamin C levels in cayenne pepper and red. The research method used was quantitative analysis by measuring vitamin C levels in chili using a spectrophotometric instrument. The storage day indicator used in this study is the first, second, fourth and sixth day and the temperature used is 4oC. The results of the study for vitamin C levels in fresh cayenne pepper were 88.19 ± 1.39 mg/g, at two days storage was 82.04 ± 1.34 mg/g, at four days storage was 78.43 ± 1.02 mg/g and at six days storage was 78.17 ± 2.05 mg/g. The results of the study for vitamin C levels in fresh red chili were 81.54 ± 0.51 mg/g, at two days storage was 74.39 ± 0.89 mg/g, at four days storage was 42.49 ± 0.77 mg/g and at six days storage was 42.83 ± 0.17 mg/g. Based on research that has been done on cayenne pepper and large red chili it can be concluded, that with 4oC temperature in storage for 2 days, 4 days and 6 days in the refrigerator the levels of vitamin C are not well maintained.