Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

ISOLASI SENYAWA AKTIF DAUN MIMBA (Azadiracha indica A. Juss) TERHADAP Streptococcus mutans Fitriah, Rahmayanti
PARMACEUTICAL AND TRADITIONAL MEDICINE Vol 2, No 1 (2018): PARMACEUTICAL AND TRADITIONAL MEDICINE
Publisher : Politeknik Medica Farma Husada Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berdasarkan hasil penelitian pengujian aktivitas antibakteri ekstrak n-heksana, etil asetat dan etanol daun mimba ( Azadirachta indica a. juss ) terhadap Streptococcus mutans dengan konsentrasi masing-masing pelarut yaitu               100 mg/100 mL, 50 mg/100 mL dan 25 mg/100 mL menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana, etil asetat dan etanol 95% dari daun mimba memberikan aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans. Ekstrak n-heksana memberikan aktivitas antibakteri tertinggi pada konsentrasi 100 mg/ 100 mL dengan daya hambat 18,70 mm terhadap Streptococcus mutans. Untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam ekstrak n-heksana maka dilakukan pengujian kromatografi lapis tipis. Dari uji KLT dihasilkan dua noda yaitu X1 (Rf : 0,7) dan X2 (Rf : 0,6). Hasil pemisahan KLT diuji aktivitas antibakteri dengan Metode Sumur (Hole Method). Isolat aktif (X2) yang ditunjukkan pada kromatogram dipisahkan dengan KLT Preparatif, lalu dilakukan uji kemurnian  dengan KLT 2 arah dan diidentifikasi dengan spektrofotometer UV dan Infra Merah (IM). Hasil pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan adanya isolat aktif (X2) dengan Rf = 0,6 yang memberikan flouresensi biru hijau dibawah sinar UV 366 nm dan menunjukkan daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa isolat X2 dalam metanol memberikan serapan pada panjang gelombang 272 nm dan 331 nm pada spektrum UV. Hasil spektrofotometri Infra Merah (IM) isolat X2 menunjukkan pita serapan pada bilangan gelombang 3350.1 cm-1 yang menunjukkan gugus OH, bilangan gelombang 2974.0 cm-1 2891.1 cm-1  menunjukkan Ar-H dan C=C-H, bilangan gelombang 1649.0 cm-1 menunjukkan C=O, serta bilangan gelombang           1382.9 cm-1; 1454.2 cm-1 yang menunjukkan lentur C-H. Dari hasil identifikasi dan karakterisasi menunjukkan bahwa isolat X2 termasuk golongan senyawa flavonol.
PENGARUH IKLAN OBAT FLU DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU SWAMEDIKASI Mardiati, Nurul; Islamiyah, Robiatul; Fitriah, Rahmayanti
Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia Vol 3 No 1 (2021): Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia
Publisher : APDFI (Asosiasi Pendidikan Diploma Farmasi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33759/jrki.v3i1.103

Abstract

The high prevalence of flu and the easy availability of drugs in the market and at relatively affordable prices are one of the driving forces for self-medicating by the community. In addition, increasingly sophisticated technological advances make it easy for people to get information, one of which is drug advertisements on television that can influence consumer behavior in the selection of drugs used in self-medication. This research was conducted with the aim of knowing the effect of cold medicine advertisements on television on self-medication behavior in the community of Karang Intan District. This research method is a descriptive observational study with a cross sectional design. The sampling technique was carried out using non-random sampling method, namely accidental sampling, and the number of respondents was 100 people. The data collected comes from questionnaire data, which is filled in by respondents accompanied by researchers. Descriptive data analysis was performed by using the chi square test. The results showed that the effect of cold medicine advertisements on television on self-medicated behavior in the community of Karang Intan District has a significant p value of 0.000. The conclusion is that the advertisement of cold medicine on television has an influence on self-medication behavior in the community of Karang Intan District.
EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT DENGAN STANDAR PELAYANAN MEDIS SEBAGAI PENGENDALI PADA PENYAKIT LOW BACK PAIN Rahmayanti Fitriah
Jurnal Insan Farmasi Indonesia Vol 2 No 1 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rational use of medicines is one step to get good health services. Rational use of medicines can be identified, one of which begins with rational medicine prescribing. The Indicator that can be used to measure medicine use rationally are by using WHO medicine prescribing indicators (1993) and Medical Service Standards to control medicine use. Low Back Pain is one of the most common diseases in outpatients in Panembahan Senopati General Hospital Bantul. This study used an observational method with a descriptive analytic case study design, using quantitative and qualitative data. The results obtained in Low Back Pain based on WHO prescription indicators (1993) obtained the following results: the average drug items used per prescription sheet were 2.66 items, the percentage of prescription drugs written with generic names was 74.3%, percentage prescription of antibiotics 1.7%, percentage of injection prescription 72.7%, percentage of drug prescription according to hospital formulary 88.2%, percentage of drugs according to DOEN 18.5%, percentage of prescription according to medical service standards 71%, percentage of psychotropic prescribing 12,7%, and the percentage of systemic steroid prescription was 6.3%.
Formulation and Optimization of Bisoprolol Fumarate Orally Fast Dissolving Film with Combination of HPMC E15 and Maltodextrin as Matrix Polymers Aristha Novyra Putri; Rahmayanti Fitriah
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Suppl. 2, No. 1 (2019)
Publisher : Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (595.48 KB) | DOI: 10.24198/ijpst.v1i1.19150

Abstract

Bisoprolol fumarate is a drug belonging β blockers group, and specifically is selective β1 adrenergic receptor blocker, a class medicines used primarily in cardiovascular diseases. The drug has 9-12 hrs half life (t1/2) and shows bioavailability of more than 80%1. An orally fast dissolving film dosage form with drug in mouth are absorbed through buccal/oral mucosa in to systemic circulation avoiding first pass metabolism2. The study aimed to made of orally fast dissolving film bisoprolol fumarate by solvent casting method with combination of HPMC E15 and maltodextrin as matrix. Factorial design 23was applied to optimize the formula of orally fast dissolving film bisoprolol fumarate by varying level of polymer, it was HPMC E15 300 – 600 mg, maltodextrin 50 – 150 mg, and PEG400 50 – 90 mg. The optimum formula was determined by superimposed contour plot from various parameters: physical properties of orally fast dissolving film bisoprolol fumarate such as thickness, folding endurance, surface pH, in vitro disintegration, hidration study, and drug release for 300 second using Design Expert ® program. The study result showed that physical properties of 8 formulas such as organoleptic test were transparent, homogeny, and smooth in both of side; thickness 0.062 – 0.132 mm; weight variation 50.85 – 70.60 mg; folding endurance 987 – 2012; surface pH 6.69 – 6.99; disintegration (drop method) 18.33 – 20.76 sec; disintegration (petridish method) 27.63 – 30.41 sec; in vitro dissolution for 300 sec was 94.35 – 98.99%; and swelling index up to 30 second was 146.63 – 173.34%. Based on superimposed contour plot Design Expert® from factor response of folding endurance, surface pH, in vitro disintegration drop method, in vitro disintegration petridish method, swelling index, dan DE300with a statistically significant finding requires a P-value of 0.05 were obtained optimum formulas for the area in the range of HPMC E15 509.88 mg; Maltodextrin 108.63 mg; and PEG400 50 mg with the value of desirability 0.519.Key Words: bisoprolol fumarate, orally fast dissolving film, factorial design
Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat Generik di Kelurahan Keraton Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar Rahmayanti Fitriah; Mahriani Mahriani; Ika Maulida Nurrahma
Jurnal Pharmascience Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v6i2.7358

Abstract

ABSTRAK Obat generik adalah obat yang penamaannya didasarkan pada kandungan zat aktif tertentu dalam suatu obat dan tidak menggunakan merk dagang. Persepsi pasien terhadap obat generik di masa penerapan JKN ini dinilai oleh banyak pengamat masih buruk, salah satunya yang menyatakan bahwa masih ada persepsi yang salah tentang obat generik, yaitu obat generik dianggap sebagai obat murah sehingga mutunya diragukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat terhadap obat generik di Kelurahan Keraton Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan melalui lembar kuesioner, dengan sampel yang dipilih menggunakan metode Stratified Random Sampling. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui uji kuesioner kepada 100 responden untuk menilai gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat generik. Dari total sampel dijumpai bahwa 45 orang (45%) responden memiliki tingkat pengetahuan dengan katagori “sedang”. Kepada para pembuat kebijakan kesehatan diharapkan terus meningkatkan sosialisasi obat generik. Kepada pelayanan kesehatan, agar dapat meningkatkan kinerja dalam penyuluhan program promosi obat generik di daerah. Kata Kunci :  Obat Generik, Masyarakat, Tingkat Pengetahuanl  ABSTRACT             Generic drugs are drugs that are named after the activecontained, and not using a trademark. The community’s perception of generic drugs during the JKN application was deemed unsavory by many observers, generic drugs are considered as cheap medicine with doubtable quality. This study aims to determine the level of public knowledge about generic drugs in Kelurahan Keraton Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar South Borneo Indonesia. This research is a descriptive researchusing a cross sectional design. The data were collected through a questionnaire, with the sampled selection using Stratified Random Sampling method. Based on the results of the research conducted by the questioning 100 respondents to obtain the level of public knowledge about generic drugs. Of the total sample found, (45%) respondents (45%) has a knowledge level with the category "medium". To health policy makers to continue to increase the socialization of generic drugs. To health services, to improve education programs in the promotion of generic programs in the region. Keywords : Generic Drugs, Society, Level of Knowledge
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pemanfaatan Kalakai (Stenochlaena palustris (Burm. F) Bedd.) sebagai Antioksidan Alami pada Kelompok Ibu-Ibu PKK di Kelurahan Palam, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru Ratna Restapaty; Dyera Forestryana; Hafiz Ramadhan; Revita Saputri; ‪Satrio Wibowo Rahmatullah‬; Rahmayanti Fitriah
PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 6 No 6 (2021): PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/pengabdianmu.v6i6.2835

Abstract

Prevention of the spread of Covid-19 is an essential effort when there are still highly favorable rates & deaths. The provision of education to prevent the spread of Covid-19 is always carried out with community awareness-based programs to maintain immunity. Community service by utilizing kalakai as a natural antioxidant becomes one of the alternatives to support the government. Kalakai (Stenochlaena palustris (Burm. F) Bedd.)) is a nail plant that is one of the plants with antioxidants typical of Kalimantan whose history is used as traditional medicine. This potential can be utilized and applied through the empowerment of the community of Palam Village, Cempaka Subdistrict, where many Kalakai plants grow wild. The problems found include lack of information and lack of skills of citizens in food processing based on Kalakai plants, especially in terms of food processing with high antioxidants in the form of counseling to the PKK mothers group Palam Cempaka-Banjarbaru Village. The activity method is the extension of educational provision, namely the theory of antioxidants and the potential of Kalakai, and the direct demonstration/practice of making syrups, teas, and kalakai candy. Residents expect to develop processed food products into UMKM, especially of Palam village, as a business opportunity to improve people's living standards.
KESESUAIAN PERESEPAN OBAT BPJS BERDASARKAN FORMULARIUM NASIONAL DAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT DI RSD IDAMAN BANJARBARU Rahmayanti Fitriah
Media Informasi Vol 16, No 1 (2020): Media Informasi
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37160/bmi.v16i1.397

Abstract

Ketidaksesuaian peresepan obat BPJS berdasarkan Formularium Nasional dan Formularium Rumah Sakit sering terjadi. Hal ini menyebabkan adanya keluhan pasien, terutama pasien yang merupakan golongan masyarakat ke bawah atau kurang mampu, sedangkan bagi rumah sakit hal tersebut tentu akan mempengaruhi mutu pelayanan bagi pasien BPJS. Penelitian dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru untuk mengukur persentase kesesuaian resep dengan formularium nasional dan formularium rumah sakit. Jenis penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif evaluatif non analitik. Pendekatan pengambilan data secara retrospektif. Populasi penelitian adalah seluruh resep yang ditulis dokter poli penyakit dalam untuk pasien BPJS kecuali resep racikan pada bulan April sampai Juni 2018.  Data  diambil dengan teknik proporsional random sampling dengan tingkat kesalahan 10%, didapatkan sampel sebanyak 100 lembar resep. Analisis data menggunakan rumus persentase kesesuaian peresepan obat BPJS dengan formularium nasional dan formularium rumah sakit.  Hasil penelitian diperoleh kesesuaian peresepan obat BPJS  berdasarkan Formularium Nasional sebanyak 68 lembar resep atau 68,35%, dan yang tidak sesuai sebanyak 32 lembar resep atau 31,65%, kesesuaian peresepan obat BPJS berdasarkan Formularium Rumah Sakit sebanyak 87 lembar resep atau 86,11% dan yang tidak sesuai sebanyak 13 lembar resep atau 13,89%.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK NHEKSANA, ETIL ASETAT DAN ETANOL DAUN MIMBA ( Azadirachta indica A. JUSS ) TERHADAP Streptococcus mutans Rahmayanti Fitriah
BORNEO JOURNAL OF PHARMASCIENTECH Vol 1 No 2 (2017): Borneo Journal of Pharmascientech
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK NHEKSANA, ETIL ASETAT DAN ETANOL DAUN MIMBA ( Azadirachta indica A. JUSS ) TERHADAP Streptococcus mutans TEST OF ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF N-HEKSANA EXTRACT, ETIL ACETATE AND ETANOL LEAF MIMBA (Azadirachta indica A. JUSS) TO Streptococcus mutans Rahmayanti Fitriah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Jl. Kelapa Sawit 8 Bumi Berkat Kel. Sungai Besar Banjarbaru Email : rahmayanti.fitriah@yahoo.com ABSTRAK Azadirachta indica A. Juss yang dikenal dengan nama tanaman mimba merupakan salah satu tanaman obat yang telah banyak dimanfaatkan secara luas sebagai obat tradisional. Telah dilaporkan bahwa ekstrak air daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) dengan berbagai konsentrasi mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans. Berdasarkan laporan tersebut maka penelitian ini dilanjutkan dengan menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol 95% dengan konsentrasi masing-masing 100 mg/100 mL, 50 mg/100 mL dan 25 mg/100 mL. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan Soxhlet. Pengujian aktivitas antibakteri daun mimba terhadap Streptococcus mutans dilakukan dengan metode sumur (Hole Method). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana, etil asetat dan etanol 95 % dari daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans. Ekstrak n-heksana memberikan aktivitas antibakteri tertinggi pada konsentrasi 100 mg/100 mL dengan daya hambat 18,70 mm terhadap Streptococcusmutans. Kata kunci : Daun mimba (Azadirachta indica A. Juss), aktivitas antibakteri, metode sumur (Hole Method).
ANALISIS WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RACIKAN DAN NON RACIKAN DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT SUAKA INSAN BANJARMASIN ANALYSIS OF WAITING TIME FOR CONCOTION AND NON CONCOTION PRESCRIPTION SERVICES IN OUTPATIENT UNIT PHARMACEUTICAL INSTALLATION HOSPITALS SUAKA INSAN BANJARMASIN Rahmayanti Fitriah; Gracia Therecella Anabella Role Sinaga; Nurul Mardiati
BORNEO JOURNAL OF PHARMASCIENTECH Vol 3 No 1 (2019): Borneo Journal of Pharmascientech
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Waktu tunggu pelayanan resep adalah masa tenggang antara waktu dimulainya pasien menyerahkan resep sampai dengan pasien menerima obat. Waktu tunggu berpengaruh pada kualitas pelayanan dan kepuasan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit dengan jenis pelayanan farmasi yaitu kategori lama waktu tunggu pelayanan resep di Intalasi Farmasi Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin dan pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Waktu penelitian yaitu pada bulan April 2018. Dilakukan pengambilan data waktu tunggu pelayanan resep obat racikan dan non racikan kemudian melakukan analisis terhadap kesesuaian dengan standar pelayanan waktu tunggu di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin. Jumlah resep yang diteliti dalam penelitian ini sebanyak 181 resep dengan 90 resep racikan dan 91 resep non resep racikan. Waktu tunggu rata-rata obat racikan adalah 31 menit 46 detik sedangkan waktu tunggu rata-rata obat non racikan adalah 19 menit 02 detik. Hal tersebut belum sesuai dengan standar Surat Keputusan Nomor : 121A/DIR/SK/25-VI-2016 tentang Kebijakan Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin yang mengatakan bahwa waktu tunggu untuk resep racikan 15-30 menit dan resep non racikan 10-15 menit. Namun hasil penelitian ini sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kepmenkes RI No : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Kata Kunci : Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit , Waktu Tunggu, Resep Racikan, Resep Non Racikan ABSTRACT The waiting time for the drug service is the grace period for the patient to submit the prescription until receiving the drug. Waiting time has an effect on service quality and patient satisfaction. This study aims to analyze the Minimum Service Standards (SPM) of Hospitals with the types of pharmaceutical services in the old category of prescription service time in Pharmacy Outpatient Unit Installation in Banjarmasin Hospital and sample collection using purposive sampling method. The time of the study was in April 2018. Data was taken for waiting time for prescription services for concoction and non-concoction drugs and then carried out an analysis of the suitability of service standards for waiting time at the Banjarmasin Hospital of Suaka Insan. The number of recipes examined in this study were 181 recipes with 90 concoction recipes and 91 non-recipe concoction recipes. The average waiting time for concoction drugs is 31 minutes 46 seconds while the average waiting time for non concoction drugs is 19 minutes 02 seconds. This is not in accordance with the standard Decree Number: 121A / DIR/ SK / 25-VI-2016 concerning Pharmaceutical Services Policy of Banjarmasin Hospital of Suaka, which states that the waiting time for concoction recipes is 15-30 minutes and recipe for non-concoction is 10-15 minutes . But it is in accordance with the standards set by the Minister of Health of Republic of Indonesia No: 129 / Menkes / SK / II / 2008 concerning the Minimum Hospital Service Standards. Keywords: Minimum Hospital Service Standards, Waiting Times, Concoction Recipes, Non-concoction Recipes
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI KERJA DENGAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN DALAM PENATALAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA BANJARBARU Liana Fitriani Hasymi; Azmi Yunarti; Ratna Restapaty; Rahmayanti Fitriah
Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako) Vol. 8 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/htj.v8i2.527

Abstract

Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga mampu mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya yang produktif secara sosial dan ekonomi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis adanya hubungan antara pengetahun dan motivasi terhadap perilaku petugas kesehatan terhadap manajemen promosi kesehatan di puskesmas Banjarbaru. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan pendekatan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti menggunakan kuesioner dalam bentuk daftar cek atau check list yang di distribusikan kepada responden menggunakan google form. Cara pengukuran dilakukan dengan kuesioner dengan menggunakan skala Guttman untuk variabel pengetahuan dan skala Likert untuk variabel motivasi dan perilaku. Hasil uji statistika chi-squaremenunjukkan hubungan antara variabel motivasi dengan perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksanaan promosi kesehatan di puskesmas Banjarbaru. Motivasi dan pengetahuan yang baik, diharapkan memberikan kontribusi pada tingkat kinerja pelaksanaan promosi kesehatan. Sehingga, penatalaksanaan promosi kesehatan dapat berjalan sesuai standar dan petugas kesehatan mampu memberikan pelayanan kesehatan .