cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota cirebon,
Jawa barat
INDONESIA
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis
ISSN : 23030453     EISSN : 24429872     DOI : -
Core Subject : Education,
Diya al-Afkar adalah jurnal ilmiah yang memfokuskan studi al-Quran dan al-Hadis. Jurnal ini menyajikan karangan ilmiah berupa kajian ilmu-ilmu al-Quran dan al-Hadis, penafsiran/pemahaman al-Quran dan al-Hadis, hasil penelitian baik penelitian pustaka maupun penelitian lapangan yang terkait tentang al-Quran atau al-Hadis, dan/atau tinjauan buku. Jurnal ini diterbitkan secara berkala dua kali dalam setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 227 Documents
HADIS-HADIS DA’IF PUASA RAMADAN DALAM TAFSIR AL-DUR AL-MANTHUR KARYA AL-SUYUTI Nurafifah, Afif; Hartati, Hartati; Umayah, Umayah
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 5, No 02 (2017): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.482 KB) | DOI: 10.24235/sqh.v5i02.3774

Abstract

Tafsir al-Dur al-Manthur satu-satunya tafsir bi al-Ma’thur yang masih murni riwayat. Pada umumnya, tafsir bi al-Ma’thur terkadang mencantumkan pula hadis-hadis lemah dalam tafsirannya. Puasa mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan ibadah lain. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas ke-da’if-an hadis mengenai puasa Ramadan dalam Tafsir al-Dur al-Manthur dan bagaimana penggunaan hadis da’if menurut pandangan al-Suyuti dan muhaddithin.
ALQURAN KALAMULLAH MUKJIZAT TERBESAR RASULULLAH SAW Kholid, R. Idham
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 5, No 01 (2017): Juni
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.482 KB) | DOI: 10.24235/sqh.v5i01.3765

Abstract

Alquran merupakan mukjizat Nabi Muhammad Saw. yang berfungsi untuk melegitimasi kerasulannya. Akal manusia belum bisa menerima kedudukannya sebagai Rasul tanpa membawa bukti kerasulannya dari Allah yang berupa mukjizat. Karena itu, setiap Rasul mempunyai mukjizat sebagai tanda kenabian dan risalahnya. Tanpa mukjizat itu, niscaya manusia tidak akan beriman pada mereka. Meskipun tingginya akhlak Rasul maupun pentingnya pesan yang dibawanya, atau tingginya intelektualitas, atau kedudukannya, masih belum cukup untuk menyatakan kerasulannya kepada manusia. Alquran bukan buku ketuhanan, bukan pula buku hukum, melainkan buku petunjuk bagi manusia. Otentisitas Alquran dijaga oleh Allah Swt. sejak pertama diwahyukan kepada Nabi Muhammad hingga akhir zaman. Oleh karena itu, Alquran tidak mengalami penyimpangan, perubahan dan keterputusan sanad seperti terjadi pada kitab-kitab terdahulu.
DUALITAS MAKNA SHADHDHAH DALAM NOMENKLATUR QIRA‘AT: Sejarah dan Perkembangannya dalam Qira‘at Shadhdhah Miftahul Jannah
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1003.928 KB) | DOI: 10.24235/diyaafkar.v6i02.3789

Abstract

This paper examines the history of qiraat, especially qiraat syāzzah. Qiraat syāzzah allegedly arose during the Caliph of Usmān along with the presence of muṣḥaf 'usmānī. However, when there is no syāzzah term itself. Newly in the time of Ibn Mujahid, the term syāzzah is well established in the qiraat discipline as opposed to qira'at sab'ah. From this, questions arise, what is the term used before the time of Ibn Mujahid? How does or how to identify qiraat syāzzah? How do the scholars respond to the term syāzzah popularized by Ibn Mujahid? Therefore, this study is significant not only to see the wealth of the opinion of the Ulama, but to indicate the existence of the continue and change in the area of qiraat syāzzah thinking. The diversity of opinions conveys the shift in the use of the term syāzzah of quantity into quality, which originates from the least reading being da'if.
ANALISIS SANAD DAN MATAN HADIS TENTANG KEUTAMAAN BULAN RAMADAN (DIBELENGGUNYA SETAN-SETAN) Asari, Aas; Muthi'ah, Anisatun; Faqih Hasyim, Ahmad
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 5, No 02 (2017): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.482 KB) | DOI: 10.24235/sqh.v5i02.3779

Abstract

In months Ramadan, all people struggle to keep their fasting. The governments also really pay attention to fasting activity in months Ramadan. The public phenomenon has been doing the sin in months Ramadan is the problem that should to watch. What are the people in the world doing the sin because of only devil temptation? Or are there the other factors that make the people dong the sin? The goals of this research is to obtain the data of hadis accurately about the superiority in months Ramadan (the devils handcuffed) by this hadis, is the hadist can be a hujjah or not?. After doing this research by using qualitative approach, literature method, and descriptive, also using the sanad and matan criticism theory, it can be concluded that the hadis of the months Ramadan superiority about the devils handcuff is able to the new knowledge. The hadis that explain about the superiority of months Ramadan (the devils handcuffed) the entire narrated strip based on the quality of this hadis initially include in the criteria of Sahih hadis, except the hadis that narrated by Imam Al-Nasa’i on the fourth sanad schema included in the da’if category because broken the sanad from Ubaidillah, Ya’qub, Ibrahim, Ibnu Ishaq, Ibnu Shihab, and Ibnu Abi Anas which should from Ibnu Abi Anas to Abu Anas, in this sanad strip directly to Abu Hurairah. Besides, there is a friend to jarh claimed that as suduq yudallis by Ibnu Hajar is Muhammad bin Ishaq. Although there is broke sanad strip, but this hadis reinforced with the other hadis strip such as narrated strip of Imam An-Nasai and other mukharij in order to degree of the hadis raise become sahih li ghairihi hadis. Meanwhile, based on the quantitiy this hadis included into ahad gharib hadis that initially affected by only one person to narrate, he is Abu Hurairah. But, quantity of the hadis is change become ahad gharib hadis because every narrator thabaqah increased. The meaning of hadis about the superiority of months Ramadan (the devils handcuffed) has two real meanings. The hadis interpreted obviously that the devils really handcuffed obviously. Second meaning is majazi which the meaning is only analogy the devils are not handcuffed, but the devils cannot disturb people that doing the fasting.
CADAR PERSPEKTIF MUFASIR Interpretasi Mufasir Salaf Hingga Muta’akhirin Terhadap Ayat 59 Surah al-Ahzab Rahman, Haidir
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 5, No 01 (2017): Juni
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.482 KB) | DOI: 10.24235/sqh.v5i01.3770

Abstract

Polemik cadar akhir-akhir ini menjadi buah perbincangan yang hangat untuk dikaji. Prilaku bercadar dinilai sebagai simbol bagi pemahaman Islam yang radikal. Anggapan ini menimbulkan  respon negatif dari beberapa pihak yang kontra terhadap prilaku bercadar. Respon negatif ini di satu sisi telah mencederai kebebasan individu dalam melaksanakan ajaran agama Islam. Tulisan ini mencoba mangkaji prilaku bercadar dari sudut pandang ilmu tafsir. Pada kajian ini akan diungkap pendapat para mufasir sejak era salaf hingga era muta’akhirin. Bagaimana pandangan mereka terhadap aktifitas menutup wajah dengan cadar bagi wanita muslimah. Fokus kajian akan diarahkan pada interpretasi ayat 59 surah al-Ahzab sebagai landasan hukum bagi aturan berbusana wanita muslimah. Temuan dalam kajian ini menunjukkan bahwa mayoritas mufasir menginterpretasikan ayat 59 surah al-Ahzab sebagai perintah menutup wajah bagi wanita muslimah. Interpretasi mereka menunjukkan bahwa prilaku bercadar adalah prilaku yang bernilai positif dan bukan bagian dari ciri pemahaman radikal.
KONTRIBUSI TERJEMAH AL-QUR’AN TERHADAP WACANA ISLAM MODERAT DI INDONESIA: Studi Atas Terjemah Ayat-ayat Tentang Kerukunan Umat Beragama Adib Adib
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.221 KB) | DOI: 10.24235/diyaafkar.v6i02.3784

Abstract

Entering the post-millennial era marked by increasingly uncontrolled flow of information, the question of harmony between religious people increasingly faces strong challenges. For Indonesian Muslims, the bases of harmony have actually been contained in the Qur'an. However, they gain more understanding of the Scriptures through translated works. No fewer than 20 Al-Qur'an translation works in Indonesian and regional languages have circulated since the beginning of the twentieth century. In fact, the controversy regarding the meaning of various verses in translation is difficult to avoid and can trigger problems of religious harmony, even tending to be contrary to the discourse of moderate Islam which is characteristic of Islam in this country. This article examines some of the rich translations of the Koran in translating verses related to religious harmony as well as contributing to the translation of the Qur'an's work on the discourse of moderate Islam and religious harmony in Indonesia.
MAKNA ZAUJ DALAM TAFSIR KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA (ANALISIS STRUKTURALISME LINGUISTIK) Alfiyah, Laela; Maimun, Muhammad; Muthi’ah, Anisatun
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 5, No 02 (2017): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.482 KB) | DOI: 10.24235/sqh.v5i02.3775

Abstract

Fenomena berpasangan belakangan marak di Indonesia. Dimulai dari trend couple di media sosial, permasalahan rumah tangga dalam film Wanita Berkalung Sorban, hingga jumlah kenaikan angka KDRT di Indonesia. Alquran menyebutkan kata zauj dalam 68 ayat, tersebar dalam 43 surah, dengan bentuk kata yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam kata zauj dalam Alquran yang diterjemahkan dan ditafsirkan oleh Kementerian Agama RI, serta memberikan gambaran kemanfaatan analisis teori strukturalisme linguistik dalam terjemah dan tafsir ayat-ayat yang mengandung kata zauj.
PEMIMPIN IDEAL DALAM PERSPEKTIF HADIS Muthi’ah, Anisatun
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 5, No 01 (2017): Juni
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.482 KB) | DOI: 10.24235/sqh.v5i01.3766

Abstract

Pemimpin ideal dalam anjuran islam seharusnya sekaligus berarti penolong, karena pemimpin bertugas melindungi orang-orang yang dipimpinnya dan berusaha menolong serta menyelamatkan mereka saat kesulitan dan bencana menimpa, karena pemimpinlah yang bertanggung jawab atas segala hal yang ada dan yang terjadi dalam wilayahnya serta ihwal orang-orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin dipilih adalah untuk memimpin anggota kelompoknya untuk dapat mewujudkan tujuan bersama.
METODOLOGI PENELITIAN HADIS DALAM APERSPEKTIF PEMIKIRAN NAWIR YUSLEM Muhammad Qomarullah
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (662.331 KB) | DOI: 10.24235/diyaafkar.v6i02.3788

Abstract

Nawir Yuslem is a scientist who wrestles with various scientific dimensions, both in Islamic law and hadith. With an educational background from the western sciences, it was also influenced by orientalist thinkers. But, planting a strong scientific tradition and Islam in the Minang community, the scientific acculturation made his thoughts on Islamic studies interesting. It can be seen from the way he combines terms in Hadith and semiotic theory as new offerings in hadith research in his book entitled "Hadith Research Methodology."
BIOLOGI DALAM ALQURAN PERSPEKTIF SAINS Maksum, Amin Maulana; Mohd Yusoff, Mohd Yakub Zulkifli; Ibrahim, Mohamed Akhiruddin; Aziz, Azniwati Abdul; Hud Yahya, Abu Bakar Bin
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 5, No 02 (2017): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.482 KB) | DOI: 10.24235/sqh.v5i02.3780

Abstract

Adalah Alquran sebagai sebuah kitab yang diutuskan oleh Allah s.w.t sudah pasti mempunyai banyak keunikan. Ia mencakupi keistimewaan dalam pelbagai disiplin ilmu yang bermanfaat untuk kegunaan manusia. Antaranya ialah ilmu biologi yang mengkaji struktur, fungsi, pertumbuhan, asal, evolusi dan taburan benda hidup. Secara umumnya sains biologi terbahagi kepada beberapa bidang antaranya anatomi, biofizik, biogeografi, biokimia, biologi laut,biologi molekul, biologi sel, botani, bioteknologi, fisiologi, mikrobiologi, paleontologi, patologi, virologi dan zoologi. Dalam Alquran terdapat beberapa tanda secara tidak langsung yang menunjukkan kaitan beberapa bidang dalam bidang ilmu biologi ini. Penerokaan sains moden terhadapnya telah berjaya menyingkap keunikan beberapa isu yang telah dinyatakan dalam kitab suci ini dari perspektif sains. Kajian ini menampilkan beberapa contoh ayat Alquran yang dilihat penjelasannya dari sudut beberapa bidang biologi yang telah dinyatakan. Ayat berkenaan diterjemahkan kemudian diulas berdasarkan penemuan dari kajian sains yang dilakukan oleh penyelidik. Hasil dari kajian menunjukkan bahawa terdapat banyak ayat yang telah diwahyukan oleh Allah s.w.t ini memberi isyarat terhadap keunikan banyak bidang dalam ilmu biologi, setelah dilakukan kajian dan pemerhatian oleh penyelidik zaman moden.

Page 8 of 23 | Total Record : 227