cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota cirebon,
Jawa barat
INDONESIA
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis
ISSN : 23030453     EISSN : 24429872     DOI : -
Core Subject : Education,
Diya al-Afkar adalah jurnal ilmiah yang memfokuskan studi al-Quran dan al-Hadis. Jurnal ini menyajikan karangan ilmiah berupa kajian ilmu-ilmu al-Quran dan al-Hadis, penafsiran/pemahaman al-Quran dan al-Hadis, hasil penelitian baik penelitian pustaka maupun penelitian lapangan yang terkait tentang al-Quran atau al-Hadis, dan/atau tinjauan buku. Jurnal ini diterbitkan secara berkala dua kali dalam setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 227 Documents
TAFSIR KEBAHAGIAAN (Studi tentang Makna Kebahagiaan Dalam Al-Qur’an Perspektif Tafsir ) Junaedi, Didi
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/sqh.v6i02.3465

Abstract

Artikel ini memfokuskan kajian tentang tafsir makna kebahagiaan dalam Al-Qur’an. Dari hasil kajian penulis, disimpulkan bahwa al-Qur’an menggunakan term yang berbeda untuk menggambarkan kebahagiaan. Term sa‘ida  dengan beragam derivasinya menunjukkan kebahagiaan di akhirat. Sedangkan term aflaha dengan beragam derivasinya menunjukkan proses untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Al-Qur’an juga membedakan antara kesenangan atau kenikmatan (al-farh, mata‘) dengan kebahagiaan (al-Falah, al-Sa‘adah ). Dari hasil kajian penulis menunjukkan bahwa Al-Qur’an membedakan makna kesenangan dengan kebahagiaan. Kebahagiaan tidak sekadar memenuhi hasrat atau keinginan nafsu semata, tetapi juga memperhatikan dua aspek penting dalam diri kita, yaitu afektif (emosi) dan kognitif (logika). Kebahagiaan yang sesungguhnya dapat tercapai jika kita tetap mematuhi aturan serta norma-norma moral yang berlaku. Kebahagiaan (happiness, al-sa‘adah) berbeda dengan kesenangan (pleasure, al-farh,al- surur).
METODOLOGI PENELITIAN HADIS DALAM PERSPEKTIF PEMIKIRAN NAWIR YUSLEM Qomarullah, Muhammad
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/sqh.v6i02.3470

Abstract

Nawir Yuslem merupakan ilmuan yang banyak menggeluti berbagai dimensi keilmuan, baik dalam hukum Islam maupun hadis. Berlatar pendidikan dari barat keilmuannya pun sangat dipengaruhi pemikir-pemikir orientalis. Tapi, penanaman tradisi keilmuan dan keislaman yang kuat masyarakat Minang, maka akulturasi keilmuan tersebut menjadikan pemikirannya terhadap studi keislaman menjadi menarik. Terlihat dari cara ia menggabungkan istilah dalam Ilmu Hadis dan teori semiotik sebagai tawaran baru dalam penelitian hadis dalam bukunya yang berjudul: “Metodologi Penelitian Hadis.”
KONTRIBUSI TERJEMAH AL-QUR’AN TERHADAP WACANA ISLAM MODERAT DI INDONESIA: Studi Atas Terjemah Ayat-ayat Tentang Kerukunan Umat Beragama Adib, Adib
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/sqh.v6i02.3466

Abstract

Memasuki era pasca milenial yang ditandai dengan semakin tidak terkendalinya arus informasi, soal kerukunan antar umat beragama semakin menghadapi tantangan yang kuat. Bagi umat Islam Indonesia, basis-basis kerukunan sesungguhnya telah tertuang dalam Alquran. Akan tetapi pemahaman atas Kitab Suci ini lebih banyak mereka peroleh melalui karya-karya terjemah. Tidak kurang dari 20 karya terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Indonesia maupun bahasa daerah telah beredar sejak awal abad kedua puluh. Kenyataannya, kontroversi terkait makna berbagai ayat dalam terjemahan sulit dihindari dan dapat memicu persoalan kerukunan umat beragama, bahkan cenderung berseberangan dengan wacana Islam moderat yang menjadi ciri Islam di negeri ini. Artikel ini menelaah beberapa kaya terjemah Alquran dalam menerjemahkan ayat-ayat yang terkait dengan kerukunan umat beragama serta  kontribusi karya-karya terjemah Alquran tersebut terhadap wacana Islam moderat dan kerukunan umat beragama di Indonesia.
DUALITAS MAKNA SHADHDHAH DALAM NOMENKLATUR QIRA‘AT: Sejarah dan Perkembangannya dalam Qira‘at Shadhdhah Jannah, Miftahul
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/sqh.v6i02.3471

Abstract

Tulisan ini bermaksud mengkaji kesejarahan qiraat, khususnya qiraat syāzzah. Qiraat syāzzah disinyalir muncul pada masa Khalifah Usmān bersamaan dengan adanya muṣḥaf ‘usmānī. Kendati demikian, ketika itu belum ada istilah syāzzah itu sendiri. Baru pada masa Ibn Mujahid, istilah syāzzah mapan digunakan dalam disiplin ilmu qiraat sebagai lawan dari qiraat sab’ah. Dari hal ini, muncul pertanyaan, apa istilah yang digunakan sebelum masa Ibn Mujahid? Bagaimana wujud atau cara mengidentifikasi qiraat syāzzah? Bagaimana para ulama merespon istilah syāzzah yang dipopulerkan Ibn Mujahid? Oleh karena itu, kajian ini signifikan tidak hanya untuk melihat kekayaan pendapat Ulama, namun menandakan adanya contiu and cange dalam wilayah pemikiran qiraat syāzzah. Keragaman pendapat mengerucut pada adanya pergeseran dalam penggunaan istilah syāzzah yang bersifat kuantitas menjadi kualitas, yang berawal dari sedikitnya yang membaca menjadi da’if.
PEMAHAMAN TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL LARANGAN MENAFSIRKAN AL-QURAN DENGAN AL RA‘Y Muthiah, Anisatun
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/sqh.v6i02.3467

Abstract

Berbicara tentang hadis, pasti akan sampai pada permasalahan bahwa tidak semua hadis berkedudukan Qat’iy al-Wurud ada sebagian yang bersifat Zanniy al-Wurud sehingga hadis perlu dieliti kembali roisinalitasnya. Karya ini mengkaji matan hadis larangan menafsirkan al-Qur’an dengan ra’y  dan penelitian matan ini tidak bisa terlepas dari penelitian sanad hadisnya. Pada hadis larangan menafsirkan al-Qur’an dengan ra’y sanad hadisnya berkeudukan hasan. Sedangkan hadis-hadisnya yang terkait secara langsung hanya terdapat pada Sunan al-Turmuzi, Sunan Abu Dawud dan Musnad Ahmad bin Hanbal. Sedangkan tentang makna al-Ra’y yang dikehendaki dalam hadis tersebut adalah penafsiran yanga hanya didasarkan pada nalar semata dengan tidak memperhatikan riwayat atau kaedah-kaedah atau pengetahuan yang terkait atau tidak selaras dengan prinsip-prinsip syar’i adalah sesuatu yang sangat berbeda antara menafsirkan al-Qur’an dengan ra’yu (bi al-Ra’y) dengan tafsir bi al-Ra’yu yang dalam penefsirannya didominasi oleh akal namun tetap dalam bingkai syar`i.
MEMAHAMI HADIS MISOGINIS DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PRODUKTIF HANS GADAMER Mohammad Muhtador
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (833.413 KB) | DOI: 10.24235/diyaafkar.v6i02.3787

Abstract

This paper examines misogynistic hadith by using hermeneutical Hans Gadamer. The spread of misogynistic hadith in Islamic literature has had a negative impact on the existence of women in private and public areas, where the traditions are understood in textual-patrial ways that benefit men. In this region, new readings are needed to explore the meaning of humanity as Prophet Muhammad was sent for moral change. The hermeneutic theory is used to find hidden values behind the text and understanding. This study is a literature study that explores data from the literature to find a picture in reading misogynistic hadiths. So that it can be concluded that hermeneutics is used to break the gap in understanding misogynistic hadith, misogynistic hadith is the result of the Prophet's interaction with the context in his time and misogynistic hadith is still open to interpreted various approaches and theories that allow finding the moral values contained in it.
SETAN DALAM ALQURAN (STUDI KRITIS TENTANG MAKNA SETAN PERSPEKTIF TAFSIR ANWAR Al-TANZIL WA ASRAR AL-TA’WIL) Aziz, Ahmad Khoerudin
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 5, No 02 (2017): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.482 KB) | DOI: 10.24235/sqh.v5i02.3781

Abstract

Jati diri setan masih menjadi suatu perhatian yang lebih di kalangan awam maupun kalangan akademisi. Definisi setan secara keumuman menjadi sebuah daya tarik untuk dikaji secara akademis. Alquran sedikit menyinggung kata setan dengan sosok mahluk yang misterius. Beberapa defisini setan dari kalangan ulama hampir menemui titik temu, yakni setan adalah makhluk yang mengindikasikan negatif atau bertolak belakang dengan ajaran Allah dan rasul-Nya. Penelitian ini mencoba mendeskripsikan kata setan dalam perspektif tafsir Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil sebuah karya Nasir al-Din Abi Sa’id ‘Abdillah bin ‘Umar bin Muhammad al-Shairazi al-Baidawi ulama yang lahir di Persia pada tahun 613 H dan wafat pada tahun 691 H/685 H dengan mengambil kata setan baik yang bermakna tunggal maupun plural kemudian dianalisis penafsirannya. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna setan, baik yang bermakna tunggal maupun plural perspektif imam al-Baidawi dalam tafsirnya Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil.
LIVING HADIS: TRADISI REBO WEKASAN DI PONDOK PESANTREN MQHS AL-KAMALIYAH BABAKAN CIWARINGIN CIREBON Nurjannah, Siti
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 5, No 01 (2017): Juni
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.482 KB) | DOI: 10.24235/sqh.v5i01.3772

Abstract

Tradisi rebo wekasan merupakan salah satu tradisi yang sampai saat ini masih dipraktikkan oleh masyarakat muslim Nusantara, baik yang berada di pulau Jawa maupun di luar Jawa. Tradisi rebo wekasan di Nusantara dipraktikkan dengan beragam ritual yang dijalankan, seperti: salat, berdoa, ziarah, mandi dan bersedekah. Namun keragaman ritual tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu agar pelakunya diberikan keselamatan dari segala macam bahaya dan malapetaka khususnya yang ada di bulan Safar. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap sejarah dan praktik ritual tradisi rebo wekasan serta menggali teks-teks keagamaan yang bersumber dari hadis Nabi yang merupakan pedoman atau pijakan Ya>si>n dan santri dalam melaksanakan tradisi rebo wekasan di Pondok Pesantren MQHS Al-Kamaliyah Babakan Ciwaringin Cirebon. Penelitian ini menggunakan teori living hadis, dengan pendekatan historis-teologis serta fenomenologi. Metode yang digunakan adalah kualitatif, dan teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi.
AL-SUNNAH DAN TAFSIR ALQURAN (Tinjauan tentang Fungsi dan Posisi al-Sunnah dalam Tafsir Alquran) MUSTOPA, MUSTOPA
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 5, No 01 (2017): Juni
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.482 KB) | DOI: 10.24235/sqh.v5i01.3764

Abstract

Para sahabat ketika Rasulullah Saw. masih hidup, apabila mereka menemukan persoalan terkait dengan Alquran mereka bertanya langsung kepada Rasulullah Saw., kemudian Rasulullah Saw. menjelaskannya untuk mereka. Posisi Rasulullah dalam hal ini sebagai penjelas Alquran dan posisi ini merupakan posisi dan fungsi al-Sunnah  dalam tafsir Alquran. Ada beberapa pendapat para ulama terkait penafsiran Rasulullah Saw. terhadap Alquran. Pertama, Rasulullah Saw. menjelaskan kandungan Alquran kepada sahabat-sahabatnya. Sebagaimana Ibnu Taymiyah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. wajib untuk mengajarkan kandungan Alquran kepada para sahabatnya. Kedua, Rasulullah Saw. hanya sedikit dalam menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya. Sebagaimana riwayat 'Aisyah bahwa Rasulullah Saw. tidak menafsirkan satu ayat pun dari Alquran kecuali sangat terbatas yaitu sesuai dengan apa yang diajarkan oleh malaikat Jibril.
INSPIRASI QUR’ANI; PARADIGMA HUBUNGAN ANTAR AGAMA Achmad Lutfi
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.437 KB) | DOI: 10.24235/diyaafkar.v6i02.3791

Abstract

The phenomenon of religious plurality has become a social fact that must be faced by modern society. Such a phenomenon for people who are not accustomed to and do not have experience in peaceful coexistence will certainly cause their own problems, forcing experts from various disciplines to formulate a solution or approach in response to these problems. This is mainly because the main function of religion actually lies in the answer to humanitarian problems. Harmonious relations between religious people are an urgent goal to be realized. So it is very important to find a meeting point so that we can live together in peace and harmony with each other. The Qur'an has signaled to mankind about inter-religious meeting points. In the Al-Qur'an there are verses that emphasize the principle of religious pluralism.

Page 6 of 23 | Total Record : 227