cover
Contact Name
Jurnal Etnohistori
Contact Email
etnohistori@unkhair.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
arlinahmadjid@unkhair.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota ternate,
Maluku utara
INDONESIA
ETNOHISTORI: Jurnal Kebudayaan dan Kesejarahan
Published by Universitas Khairun
ISSN : 24601055     EISSN : -     DOI : -
Jurnal ETNOHISTORI adalah publikasi ilmiah yang diterbitkan dengan tujuan turut serta mengembangkan ilmu Antropologi dan ilmu Sejarah di Indonesia. Karena itu, Redaksi Jurnal ETNOHISTORI menerima karangan dalam kedua ranah disiplin ilmu tersebut. Karangan dapat bersifat ulasan teoritis, refleksi metode, ataupun hasil penelitian lapangan.
Arjuna Subject : -
Articles 95 Documents
BABAD CENDEK: Simbol Persatuan dan Konsensus Historis Eks Buruh Perkebunan Kolonial Belanda di Bali Barat I Putu Hendra Mas Martayana
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.721 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v4i1.921

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk melihat Babad Cendek sebagai hasil pengalaman yang digunakan dalam merekatkan persahabatan sosial eks buruh perkebunan Kolonial Belanda yang multietnis dan multiagama di Bali Barat. Wujudnya ditunjukkan oleh perilaku sosial masyarakat yang mencerminkan kesadaran tentang toleransi dan keberagaman. Keberadaannya adalah titik puncak dari kekitaan adanya kesamaan tujuan dan cita-cita di masa depan. Kehadirannya dipahami sebagai kenyataan sosial bahwa integrasi sosial yang tengah berlangsung bukanlah sebuah takdir yang diterima begitu saja, melainkan hasil yang diraih melalui perjuangan dan kerja keras.Kata kunci : Babad Cendek, Persatuan, Konsensus, Eks Buruh Perkebunan, Bali Barat
KAWIN LARI TETAPI DIRESTUI: Studi Tentang Tradisi Takko-takko Mata Pada Masyarakat Batak Angkola-Mandailing Azhar Riyadi S
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.561 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v4i1.922

Abstract

Studi ini mengulas tentang perkawinan lari yang mendapat restu pada masyarakat Batak Angkola-Mandailing, yang dalam istilah masyarakatnya disebut sebagai takko-takko mata. Permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini adalah bagaimana tradisi takko-takko mata dapat berjalan dan bagaimana peran dari kelembagaan adat yakni hatobangon. Tulisan ini merupakan hasil dari suatu penelitian deskriptif dan dianalisis secara kualitatif, peneliti tinggal (live in) bersama masyarakat dusun Napa Sigadung Laut agar dapat mengumpulkan data secara optimal. Studi ini memperlihatkan bahwa dalam dunia yang terbuka dimana pemilihan jodoh juga lebih terbuka ternyata masih belum sepenuhnya berlaku dalam sistem sosial orang Batak Angkola-Mandailing, sehingga kawin lari berpura-pura merupakan suatu alternatif dalam menyelesaikan persoalan biaya (ekonomi) dan persoalan yang menyangkut harga diri dan nama baik keluarga. Peran kelembagaan adat (hatobangon) masih dapat dikatakan kuat di tengah determinannya sistem pemerintahan modern.Kata Kunci: Marlojong; Takko-takko Mata; Angkola-Mandailing
FOSO dan BOBOSO: Ikhtiar Masyarakat Ternate Merawat Peradaban Fachmi Alhadar; Rudi S. Tawari
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.667 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v4i1.917

Abstract

Artikel ini membahas tentang foso dan boboso, salah satu ekspresi kebudayaan pada masyarakat Ternate. Tradisi ini bentuk larangan. Foso bagi masyarakat Ternate memiliki tingkatan yang lebih berat dari pada boboso. Sampai saat ini, bentuk larangan ini masih kuat di tengah-tengah masyarakat. Situasi ini mengisyaratkan bahwa setakat foso dan boboso masih sangat fungsional sehingga ini tetap dipertahankan untuk kepentingan kehidupan mereka. Dengan menggunakan metodologi kualitatif, penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa boboso dan foso adalah kecanggian berpikir masyarakat Ternate dan Maluku Utara secara umum. Jauh sebelum masyarakat mengenal hukum positif dan ajaran-ajaran keagamaan, boboso dan foso muncul sebagai respon masyarakat terhadap berbagai pengalaman yang telah dilalui. Tradisi ini menjadi ikhtiar keadaban masyarakat dalam proses humanisasi dan menata berbagai interaksi manusia (sosial dan ekologi). Selain itu, artikel ini juga mengungkapkan bahwa eksistensi boboso dan foso masih tetap berlangsung karena ditemukan bahwa pola transmisi  masihberjalan dengan baik. Prosesnya berlangsung sangat alamiah karena tradisi ini meskipun mengandalkan kelisanan tetapi tidak bersifat pertunjukkan. Pewarisan berjalan dengan cara yang ringan karena tradisi ini pada saat digunakan tidak membutuhkan keahlian tertentu. Sejauh mendengarkan boboso atau foso dari orang lain maka sejauh itu pula pengetahuan tentang boboso dan foso didapat. Kata Kunci: Foso, Boboso, Nilai, Makna, Masyarakat Ternate
TAUKE, JURAGAN, BANDOL : Relasi Patron-Klien dan Transformasi Sosial dalam Organisasi Perdagangan Tembakau di Madura Khotim Ubaidillah; Latif Kusairi
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.508 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v4i1.918

Abstract

Artikel ini ingin mengulas transformasi sosial beserta kompleksitas yang dialami oleh berbagai klasifikasi pedagang dalam dunia tembakau di Madura. Tembakau bagi masyarakat Madura meskipun sifatnya hanya musiman, dan dalam beberapa tahun terakhir harganya sangat tidak menentu – kadang bagus kadang juga anjlok akan tetapi menjadi faktor ekonomi penting. Dalam perdagangan dan pertanian temabakau Madura itu, tulisan ini lebih mencermati jaringan sosial di kalangan para pelaku melalui kajin pustaka. Ditemukan bahwa dalam dunia perdagangan tembakau di Madura, peranan penting yang menghubungkan hasil perkebunan tembakau penduduk Madura dengan pihak pabrikan adalah tauke, juragan, dan bandol. Tauke merepresentasikan pihak pabrik rokok, yang notabene dikuasai oleh orang-orang keturunan Cina, sedangkan juragan dan bandol lebih berperan sebagai ‘pedagang perantara’ dengan berbagai segmentasinya. Dalam praktik perdagangan yang dilakukan, ada pola relasional yang dibangun, baik antara tauke dengan juragan, maupun antara juragan dengan bandol. Kedua pola relasi ini memiliki unsur yang kurang lebih sama meski levelnya berbeda. Juragan sangat tergantung pada modal yang dimiliki oleh tauke, dimana modal tersebut ia gunakan untuk diberikan kepada bandol sebagai modal juga dalam membeli tembakau dari para petani secara langsung maupun melalui pedagang perantara yang lain. Relasi termasuk dengan berbagai konsekuensinya melahirkan pola yang disebut patron-klien.Kata Kunci: Transformasi sosial, Perdagangan tembakau, Madura 
TOBELO MANYAWA: Drama Politik Kesultanan Ternate Abad Ke IX-XX Irfan Ahmad
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.027 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v4i1.919

Abstract

Artikel ini membahas Masyarakat Tobelo Abad IX sampai apada abad XX. Kajian tersebut sangat penting dengan melihat sisi politik yang terjadi pada masyarakat Tobelo. Permasalahan pokok dalam artikel ini ketidak kontrolnya kesultanan Ternate atas wilayah kekuasaannya sehingga banyak penduduk Tobelo melakukan konversi ke agama Kristen dalam ruang Kesultanan Ternate yang berkultur Islam. Sumber-sumber yang digunakan meliputi sumber primer berupa arsip, dan sumber-sumber sekuder, artikel, buku, jurnal, dan lain-lain digunakan dalam penulisan ini. Artikel ini berkesimpulan bahwa kondidsi politik dan ekonomi yang memburuk membuat masyarakat Tobelo lebih memili konversi ke agama Kristen setelah penginjilan dilakukan. Dengan harapan terhindar dari berbagai persoalan politik dan ekonomi yang dialami oleh mereka.Kata Kunci: Orang Tobelo, Politik Kesultanan, Ternate
BUTULAN DAN JEPITAN SEBAGAI RUANG LIMINAL DALAM BUDAYA JAWA ISLAM DI PERKAMPUNGAN KAUMAN YOGJAKARTA Nadrah Muhammad
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.615 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v4i2.1006

Abstract

Artikel ini membahas tentang elemen ruang khas Kampung Kauman di Yogjakarta sebagai wujud pertemuan budaya Jawa dan Islam. Elemen khas tersebut adalah butulan dan jepitan yang memiliki bentuk, konfigurasi, dan fungsi sebagai penghubung antar rumah. Di masa sekarang, butulan dan jepitan telah jarang ditemui seiring perkembangan keruangan dan sosial budaya masyarakat Kauman. Dengan menggunakan metode grounded theory, data penelitian dianalisis dengan prosedur koding atau konseptualisasi data. Hal itu untuk mengungkapkan tatanan fisik, makna dan fungsi butulan – jepitan di Kampung Kauman. Hasil penelitian menemukan dua  tipe hubungan pada butulan yakni (1) butulan langsung, yaitu bukaan langsung ke bangunan tetangga, (2) butulan tidak langsung, yaitu melalui perantaraan jepitan. Sementara jepitan memiliki empat karakteristik yakni (1) jepitan berpintu buntu, (2) jepitan tertutup buntu, (3) jepitan terbuka buntu, dan (4) jepitan terbuka menerus. Pada akhirnya, butulan-jepitan secara konseptual dapat dianggap sebagai ruang liminal yang menggambarkan batas ambigu fisik dan non-fisik kepemilikan.Kata kunci: Kampung Kauman Yogyakarta, butulan, jepitan, ruang, liminal
PERAN DAN PEMBAGIAN KERJA KAUM PEREMPUAN PADA AKTIVITAS AGRIKULTUR MASYARAKAT PATRIAKAL MELANESIA:Studi Kasus Pertanian Padi Ladang Di Sahu Halmahera Pheres Sunu Widjayengrono
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.093 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v4i2.1010

Abstract

Artikel ini menunjukkan bagaimana peran kaum perempuan dan pembagian kerja dalam aktivitas pertanian swidden cultivation masyarakat Sahu. Meskipun pertanian padi ladang di Sahu merupakan pengaruh eksternal, mereka masih menggunakan pola budaya Melanesia pada pola pembagian kerja. Hubungan antara sistem kekerabatan dan pembagian kerja dalam pertanian padi ladang membuktikan sistem patriakal Melanesia yang tersembunyi di balik penampilan fisik non Melanesia dari orang Sahu. Kaum perempuan hadir dihampir seluruh aktivitas fisik dan kaum pria mendominasi aktivitas religius berkenaan dengan siklus pertanian padi. Kata Kunci: Sahu, Melanesia, perempuan, padi
REVITALISASI FUNGSI TRADISI LISAN DOLA BOLOLO DALAM MASYARAKAT TERNATE MODEREN Bakhtiar Majid
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.93 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v4i2.1002

Abstract

Tulisan ini menjabarkan fungsi-fungsi dari tradisi lisan masyarakat Ternate yang dikenal dengan istilah dola bololo. Sebagai bagian dari tradisi lisan, dola bololo merupakan bagian integral dari kebudayaan lokal. Ia telah menjadi warisan adat, kebiasaan, nilai, identitas dan simbol-simbol budaya lokal masyarakat Maluku Utara. Tradisi lisan ini memiliki beberapa fungsi yang dapat direvitalisasi untuk mengantisasipasi dampak negatif dari perubahan masyarakat moderen Ternate. Dengan menggunakan pendekatan hermeneutika, penulis melakukan telaah atas makna yang tersembunyi di dalam teks lalu menafsirkan sesuai fenomena budaya dalam masyarakat kesultanan Ternate. Pemahaman atas fungsi dola bololo dapat digunakan untuk revitalisasi tradisi dola bololo di kalangan masyarakat Ternate moderen saat ini. Kata Kunci: Dola bololo, revitalisasi, fungsi tradisi lisan, masyarakat Ternate
VITALITAS BAHASA TERNATE DI PULAU TERNATE Farida Maricar; Ety Duwila
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.347 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v4i2.1003

Abstract

Penelitian ini bermaksud mengungkapkan sejauh mana daya hidup bahasa Ternate saat ini yang secara tidak langsung berada di antara dua karakteristik, yakni bahasa Ternate hidup dalam konfigurasi masyarakat yang plural, dan berada pada masyarakat yang multilingual. Karakteristik tersebut ditengarai sebagai gejala atas keterancaman bahasa Ternate. Untuk itu, artikel ini menguraikan pola pemakaian bahasa Ternate dalam berbagai ranah dan mendeskripsikan realitas interaksi antara penutur bahasa Ternate dengan bahasa etnik lainnya yang berada dalam wilayah kota Ternate, serta melihat sikap etnik penutur bahasa Ternate dan etnik di luar itu. Dengan cara ini, gambaran atas daya tahan bahasa Ternate dapat terlihat. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, berbagai gejala sosial yang memengaruhi keterancaman bahasa Ternate dapat diuraikan dalam artikel ini. Hasil penelitian menunjukkan, kesehatan bahasa Ternate masuk dalam kategori mengkhawatirkan. Artinya, meskipun bahasa Ternate masih bertahan setakat ini tetapi sudah merisaukan karena Bahasa Ternate sebagai bahasa ibu yang sejatinya dipakai sebagai alat komunikasi utama dalam komunikasi sehari-hari, kini sudah tergantikan dengan Bahasa Melayu Ternate. Bahasa pertama yang diajarkan orang tua kepada anak adalah Bahasa Melayu Ternate. Akibatnya, bahasa ibu bagi anak-anak di Ternate adalah Bahasa Melayu Ternate. Selain itu, melemahnya Bahasa Ternate juga disebabkan oleh intensitas penggunaan yang mulai berkurang di berbagai ranah tutur.Kata kunci: Bahasa Ternate, Vitalitas Bahasa, Multilingual
ANTARA BAHASA ETNIK DAN BAHASA NASIONAL: Analisis Tindak Tutur Dalam Lingkungan Pelayanan Publik Di Kabupaten Maros Ratna -
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.601 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v4i2.1004

Abstract

Tulisan ini bertujuan mengungkapkan bahasa yang lebih dominan digunakan oleh pelayan publik dan faktor-faktor sosial penggunaan bahasa pada pelayanan publik di Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, dokumentasi, catat lapangan, kuesioner, dan wawancara. Teknik analisis data digunakan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif, berdasarkan ranah pemerintahan. Hasil penelitian menggambarkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia lebih dominan digunakan pada pelayanan publik di Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros. Selanjutnya, bahasa Makassar, bahasa campuran antara bahasa Indonesia ke bahasa etnik, dan penggunaan bahasa Bugis. Adapun faktor sosial yang berkaitan dengan penggunaan bahasa adalah usia, sedangkan faktor sosial jenis kelamin dan pendidikan tidak berhubungan. Meninjau fenomena in maka diharapkan para ahli bahasa dan pemerintahan lebih memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia maupun bahasa etnik melalui penyuluhan di berbagai instansi pemerintahan terutama di Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros.Kata Kunci: Bahasa Etnik, Bahasa Nasional, Tindak Tutur, Pelayanan Publik

Page 5 of 10 | Total Record : 95