cover
Contact Name
Jurnal Etnohistori
Contact Email
etnohistori@unkhair.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
arlinahmadjid@unkhair.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota ternate,
Maluku utara
INDONESIA
ETNOHISTORI: Jurnal Kebudayaan dan Kesejarahan
Published by Universitas Khairun
ISSN : 24601055     EISSN : -     DOI : -
Jurnal ETNOHISTORI adalah publikasi ilmiah yang diterbitkan dengan tujuan turut serta mengembangkan ilmu Antropologi dan ilmu Sejarah di Indonesia. Karena itu, Redaksi Jurnal ETNOHISTORI menerima karangan dalam kedua ranah disiplin ilmu tersebut. Karangan dapat bersifat ulasan teoritis, refleksi metode, ataupun hasil penelitian lapangan.
Arjuna Subject : -
Articles 95 Documents
METODE SWOT DALAM PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMUKIMAN TEPI AIR BERBASIS PENGETAHUAN LOKAL DAN PARTISIPATIF DI DESA DARUBA KABUPATEN MOROTAI Arlinah Madjid; Khadijah Sultan
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.622 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v4i2.1005

Abstract

Desa Daruba telah mengalami pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup pesat dalam satu dekade terakhir. Dengan posisinya sebagai pusat kota Kabupaten Morotai, pertumbuhan jumlah manusia di desa tersebut juga diikuti pertumbuhan pembangunan baik bersifat rumah tinggal, tempat usaha, maupun infrastruktur publik. Kondisi ini setidaknya menimbulkan beberapa persoalan permukiman yakni semakin sempitnya lahan tinggal yang menjadikan ruang gerak warga dalam kawasan Desa Daruba menjadi menyempit, bahkan cenderung menghilangkan ruang publik (melting pot). Pembangunan pemukiman juga tidak mengindahkan tata mukim dan tata lingkungan yang baik dan bersih. Hal tersebut menjadikan kawasan tepi air dalam Desa Daruba dapat dengan segera berubah menjadi sebuah kawasan yang kumuh. Dengan menggunakan analisis SWOT, tulisan ini memaparkan hasil penelitian pendahuluan berbasis kearifan lokal dalam merancang program pengembangan perumahan dan pemukiman. Pemerintah melalui Balai Penelitian dan Pengembangan Pemukiman Wilayah 3 Makassar bersama akademisi dan stakeholder lokal berembuk bersama masyarakat dalam merencanakan sebuah model pengembangan. Dengan menempatkan partisipasi masyarakat sebagai sumber utama dalam melakukan kajian perencanaan, diharapkan program dapat sesuai dan tepat guna untuk keberlanjutan penataan kawasan tepi air di Desa Daruba, Kabupaten Morotai. Kata kunci: Pemukiman Tepi Air, Desa Daruba, Partisipasi Masyarakat
KESULTANAN TERNATE PADA ERA PEMERINTAHAN SOEKARNO (1945-1968) Rustam Hasim
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.895 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v5i2.1122

Abstract

Proklamasi kemerdekaan RI 1945, secara politik bagi Kesultanan Ternate merupakan awal keruntuhan pranata feodalisme dengan lahirnya negara baru (negara kesatuan RI) tentu menjadi ancaman supermasi politik dan ekonomi mereka. Peran dan kedudukan  kaum elite yang otonom di Kesultanan Ternate  yang telah berabad-abad dinikmati, mendapat tantangan dengan dibangunnya ideologi  negara kesatuan yang mengedepankan basis loyalitas pada negara dengan dilakukannya pemisahan antara jabatan-jabatan publik dalam format politik modern dengan kekuasaan tradisional. Dengan demikian seorang sultan tidak secara otomatis menjadi gubernur maupun bupati, melainkan dipilih melalui kontestasi melalui partai politik atau jabatan-jabatan dalam birokrasi bukan lagi suatu yang melekat secara geneologis melainkan harus didasarkan atas kompotensi tertentu. Dalam menghadapi perubahan tersebut, solusi yang ditempuh oleh Kesultanan Ternate adalah berdiri atau bergabung dalam logika kekuasaan Soekarno dengan melibatkan diri dalam berbagai percaturan politik nasional, ataukah mengambil sikap berbeda dengan mengikuti konsep negara yang digagas oleh van Mook pada awal kemerdekaan RI. Perbedaan persepsi mengenai bentuk dan sistem pemerintahan Indonesia  pasca kemerdekaan yang akan menggantikan bentuk dan sistem pemerintahan kolonial Hindia Belanda  merepresentasikan kedua kubu yang berbeda.  Pandangan kaum nasionalis meyakini  bahwa  keutuhan Negara Indonesia tergantung pada kuatnya kontrol pusat, sedangkan pandangan Iskandar Djabir Syah (Sultan Ternate), justru berangapan bahwa Indonesia akan tampil sebagai negara demokratis yang egaliter, dengan  memberikan otonomi yang cukup luas kepada provinsi-provinsi yang ada (khususnya kawasan Timur Indonesia).Kata Kunci : Sejarah Politik, Kesultanan Ternate dan   Pemerintahan Soekarno
DINAMIKA SOSIAL-POLITIK KESULTANAN JAILOLO ( 2002 – 2017 ) Mustafa Mansur; Rusli Said
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.706 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v5i2.1137

Abstract

Kesultanan Jailolo merupakan salah satu dari empat pilar pranata tradisional Maluku yang dikenal dengan Moloku Kie Raha. Kesultanan ini telah dianeksasi oleh Kesultanan Ternate sejak 1620, dan dibangkitkan kembali oleh Sultan Nuku dari Tidore pada 1796.  Sejak 1825, Kesultanan Jailolo ini pernah berkedudukan di Pulau Seram hingga dibubarkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada 1832. Sejak saat itu, tidak lagi berkedudukan seorang sultan baik di Jailolo Halmahera maupun di Seram. Pada 2002, Kesultanan Jailolo dihidupkan kembali untuk melengkapi kesempurnaan Moloku Kie Raha. Namun, kehadiran Kesultanan Jailolo dari 2002 hingga 2017, mengalami kontroversi berkaiatan dengan hubungan geneologis sultan yang menyebabkan Kesultanan Jailolo berada pada pusaran politik internal. Penelitian ini membahas bagaiamana pusaran politik itu membentuk dinamika sosial-politik dari 2002 sampai 2017. Hasilnya menunjukkan bahwa dinamika sosial-politik tersebut telah melahirkan terbentuknya dua kelompok masyarakat adat di Jailolo sebagai pendukungnya dalam  membangun solidaritas emosional dan sosial untuk mempertahankan legitimasi yang mereka yakini sebagai kebenaran.  Terdapat setidaknya empat orang sultan pada 2002 sampai 2017 yang masing-masing mengklaim memiliki hubungan geneologis dengan sultan-sultan Jailolo terdahulu. Dinamika tersebut menggambarkan  fenomena yang relatif sama dengan dinamika politik pada masa kolonial. Kata Kunci : Jailolo, sultan, dinamika sosial-politik
NILAI DAN EKSISTENSI PERMAINAN TRADISIONAL DI TERNATE Farida Maricar; Rudi S. Tawari
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.696 KB) | DOI: 10.33387/jeh.v5i2.1138

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan nilai dan makna yang terdapat pada permainan tradisional di Ternate. Bagaimana nilai itu berperan terhadap pemertahanan permainan tradisional dan berbagai faktor yang ditengarai sebagai penyebab melemahnya permainan tradsional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Ternate, terdapat puluhan permainan tradisional. Dari puluhan itu, penelitian ini menemukan bahwa permainan yang masih dipraktikkan kurang lebih hanya tujuh permainan tradisional dan sudah jarang dimainkan. Dilihat dari aspek nilai, permainan-permainan tradisional di Ternate mengandung berbagai nilai, di antaranya adalah nilai kerja sama, kejujuran, sportivitas, dan tanggung jawab. Dalam kaitannya dengan pemertahanan, ternyata nilai-nilai ini tidak terlalu berperan. Faktanya, dari puluhan permainan itu, yang tersisa kurang lebih tujuh permainan tradisional. Pola pewarisan yang berlangsung saat ini adalah pewarisan aktif. Proses ini berjalan dengan mengandalkan lingkunga sebagai tumpuan eksistensi. Dengan demikian, ketika lingkungan bermain berubah maka permainan juga ikut berubah. Permainan tradisional tidak lagi digandrungi karena permainan modern hadir dalam beragam pilihan. Atas dasar itu, maka pewarisan alamiah tidak bisa lagi diandalkan. Jika ini dibiarkan maka permainan  tradisional yang tersisa dimungkinkan dapat mengalami hal yang sama seperti permainan tradisonal lainnya yang lebih dulu punah. Kata kunci: Ternate, Permainan Tradisional, Nilai, Pewarisan  
MODEL HARMONISASI ORANG TIDORE UNTUK PENGUATAN MASYARAKAT MULTIKULTURAL Andi Sumar Karman; Safrudin Abdulrahman; Tasrifin .; Nurlinah .
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.674 KB) | DOI: 10.33387/etnohistori.v6i2.1351

Abstract

Artikel ini membahas tentang model harmonisasi masyarakat multikultural berbasis identitas lokal Kesultanan Tidore dalam kerangka integrasi antar etnik di Maluku Utara. Dengan latar kebangkitan identitas masyarakat Tidore dalam konteks masa kini, berbagai praktik budaya telah dikembangkan masyarakat dan kesultanan Tidore dalam menguatkan identitas mereka. Komunitas budaya berperan sebagai agen kebangkitan identitas ke-Tidore-an di Maluku Utara. Tahapan dalam merumuskan model yakni melakukan proses pengumpulan, Focus Group Discussion (FGD) bersama stakeholder (informan, komunitas adat, pemerintah dan tokoh masyarakat/agama/pemuda), dan merumuskan model. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa nilai-nilai multikultural menjadi landasan dalam setiap aktivitas individual dan kolektif orang Tidore. Hal ini berlaku dalam sistem kepemimpinan tradisional (sultan dan perangkat kesultanan) dan modern (wali kota dan struktur pemerintahan paling bawah). Nilai-nilai multikulturalisme dalam aspek politik dan organisasi masyarakat Tidore dapat dilihat dalam hal penghargaan pada perbedaan, kesederajatan, persamaan, penghargaan pada demokrasi, hak azasi, dan solidaritas. Lembaga-lembaga politik lokal (formal/modern dan informal/tradisional) menjalankan fungsi dan tugasnya di atas nilai-nilai multikulturalisme tersebut. Model harmonisasi masyarakat multikultural yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan memberikan dukungan untuk regulasi kebijakan sosial yang selanjutnya disampaikan kepada pemerintah dan stakeholders lainnya. Model ini menjadi dasar perubahan dan perbaikan kebijakan sosial terutama berkaitan dengan harmonisasi masyarakat multikultural. Kata Kunci: Model harmonisasi, Orang Tidore, Multikultur
AKTUALISASI KEARIFAN LOKAL RAJA SANG NAUALUH DAMANIK DALAM PEMBANGUNAN KOTA PEMATANGSIANTAR Hisarma Saragih
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.409 KB) | DOI: 10.33387/etnohistori.v6i1.1324

Abstract

Kearifan lokal adalah hal yang fundamental diketahui, difahami dan digunakan oleh pemangku kepentingan dalam menjalankan program pembangunan pada wilayah dan atau daerah tertentu sehingga memperoleh dukungan dari masyarakat pendukungnya, dan pada gilirannya akan tercapai kesejahteraan masyarakat sebagaimana tujuan pembangunan itu.  Tulisan ini mencoba menjelaskan filosofi seorang tokoh dan pemimpin bernama Sang Naualuh Damanik (1888-1906), raja ke-14 Kerajaan Siantar dalam membangun daerahnya pada zamannya sehingga beroleh kemakmuran. Kini wilayah itu adalah Kota Pematangsiantar. Permasalahan penelitian ini adalah apa dan bagaimana kearifan lokal yang digunakan Raja Sang Naualuh Damanik (1888-1906) dalam pembangunan daerahnya? Bagaimana etos kerja warga, dan aparat pemerintah dalam mensejahterakan warganya? Penelitian ini didasarkan atas pendekatan sosiologis-historis pembangunan, dan bertujuan menjelaskan pengalaman Raja Sang Naualuh Damanik, dalam memotivasi jiwa warganya pada masa lalu, dan diharapkan dapat menjadi alternatif filosofi warga Kota Pematangsiantar bahwa kearifan lokal tersebut masih aktual. Dengan semakin kompleksnya penduduk Kota Pematangsiantar berupa masuknya para migrant dari berbagai etnik lokal dan non lokal sehingga menjadi multi etnik dan multi kultur, kesadaran akan kearifan lokal setempat menjadi pilihan utama secara filosofi dalam nafas pembangunan, dan diperlukannya kesadaran akan para migrant untuk mengetahui, memahami, dan menghormati berupa melaksanakannya sehingga tercipta suasana yang harmoni, sebab salah satu syarat pembangunan adalah adanya suasana masyarakat yang kondusif dan harmonis. Kata kunci : Aktual, kearifan lokal, Sang Nawaluh Damanik, Pembangunan Kota
DINAMIKA IDENTITAS ETNIS SIMALUNGUN DAN PEMBANGUNAN DI KOTA PEMATANG SIANTAR Hisarma Saragih
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.344 KB) | DOI: 10.33387/etnohistori.v5i2.1325

Abstract

Penelitian ini membahas dinamika identitas etnis Simalungun dalam proses pembangunan di Kota Pematangsiantar. Kota ini adalah kota yang pluralis dengan jumlah penduduk tahun 2016, berjumlah 249 505 jiwa dari berbagai etnis dan sub etnis : Simalungun, Toba, Karo, Mandailing, Pakpak, Angkola, Jawa, Melayu, etnis Tionghoa, India, Eropah, dan lainnya. Di kota ini juga ditemukan Agama Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha, aliran kepercayaan dan lainnya. Kota ini dikenal dengan kota yang paling toleran di Indonesia, kota yang damai dan kota yang berbudaya. Permasalahan mengapa muncul aksi protes oleh etnis Simalungun ? Bagaimana dinamika Identitas etnis Simalungun di kota Pematang Siantar?  Apakah identitas etnis Simalungun masih mendapat posisi yang pas dalam pelaksanaan pembangunan di kota Pematangsiantar? Dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara, referensi, dan pengamatan langsung dapat dijelaskan secara historis, sosiologis, antropologis proses  pembangunan  dengan dinamikanya. Penelitian ini berkesimpulan muncul aksi protes oleh etnis Simalungun kepada pemerintah (walikota) Pematangsiantar, disebabkan ketidak puasan akan berbagai kebijakan pemerintah terutama dalam bidang budaya, yang dianggap telah melecehkan budaya dan etnis Simalungun. Dinamika Identitas etnis Simalungun ditunjukkan dengan semakin banyaknya elemen Simalungun, dan juga non Simalungun yang ikut bersimpati terhadap aksi protes dan tuntutan orang Simalungun. Identitas etnis Simalungun disinyalir tidak mendapat posisi, perlakuan dan keterlibatan yang serasi dalam pelaksanaan pembangunan di kota Pematangsiantar. Kata kunci : dinamika, identitas, etnis, simalungun, kota Pematangsiantar
PENERAPAN EKSTRAKULIKULER SENI RUPA TERHADAP KEMAMPUAN MENDESAIN BATIK MAHASISWA PGSD UNIVERSITAS JAMBI Alirmansyah .; Destrinelli .; Faizal Chan; Gina Sonia; Devina Ayu Mahardini; Diyah Fitriana Dewi; Ovix Saputra
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/etnohistori.v6i2.1515

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa PGSD Universitas Jambi dalam mendesain batik. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan subjek mahasiswa PGSD Universitas Jambi dan dosen pembimbing ekstrakulikuler seni rupa. Objek dalam penelitian ini yaitu Penerapan ekstrakulikuler seni rupa terhadap kemampuan mendesain batik. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Untuk uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Kegiatan ekstrakulikuler mendesain batik yang telah dilaksanakan di PGSD Universitas Jambi memiliki peran terhadap kemampuan mendesain batik sehingga mahasiswa mampu menghasilkan berbagai karyanya berupa desain batik. Kemampuan mendesain batik yang diajarkan oleh dosen pembimbing seni rupa dapat membuat mahasiswa mengeluarkan imajinasinya, berkreasi, mengembangkan kreativitas, berkarya, bakat, serta mengungkapkan perasaannya dan dituangkannya melalui desain batik.Kata kunci: ekstrakulikuler, mendesain batik, mahasiswa
PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS KHAIRUN Arlinah Madjid; Rahma Do Subuh
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/etnohistori.v6i2.2429

Abstract

Sarana komunikasi, berbagi informasi, memperoleh hiburan, mencurahkan isi hati dan mendatangkan keuntungan ekonomi adalah beberapa tujuan pemanfaatan media sosial di kalangan mahasiswa.  Sebanyak 150 mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Khairun disurvei untuk menemukan persentase pemanfaatan media sosial berdasarkan manfaat yang diperoleh. Hasil memperlihatkan bahwa 99,3% mahasiswa memanfaatkan media sosial sebagai sarana memperoleh informasi melalui tontonan, 96,6% memanfaatkan untuk komunikasi berbagi pesan, 94 % memperoleh hiburan dengan menonton dan membaca postingan orang lain, sementara manfaat ekonomi hanya 3,3%. Mahasiswa tercatat telah menggunakan media sosial sebelum memasuki perguruan tinggi. Mereka setidaknya memiliki lebih dari satu akun media sosial. Platform facebook (78%) menjadi pilihan terbanyak karena memiliki fitur messenger yang dapat digunakan tanpa biaya, whatsapp (44%) untuk berbagi pesan dalam file besar, instagram (34,6%) untuk aktualisasi diri dan hiburan, dan sisanya adalah pengguna twitter (20%) dan line (5,3%). Beberapa dampak penggunaan media sosial secara personal antara lain membangun hubungan sosial, meningkatkan minat terhadap aktivitas ekonomi, memberikan efek rileks melalui fungsi hiburan, sarana aktualisasi diri. Di sisi lain, penggunaan media sosial ini belum berpengaruh signifikan terhadap perkembangan kualitas akademik dengan penemuan rendahnya persentase aktivitas berbagi artikel dan unggah opini. Studi ini ingin menginformasikan kepada dosen, peneliti dan orang tua tentang penggunaan dan tujuan pemanfaatan media sosial oleh mahasiswa.Kata kunci: penggunaan media sosial, dampak media sosial, mahasiswa
MODEL PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BERBASIS BUDAYA LOKAL MELALUI PRAKTIK PENGAJARAN MATA PELAJARAN AGAMA TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KOTA TERNATE M.Ridha Ajam; Fachmi Alhadaar; andi sumar karman .
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/etnohistori.v6i2.2430

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan model pendidikan multikultural di Kota Ternate berbasis budaya lokal. Dengan menelusuri persiapan dan praktik pengajaran di sekolah dasar umum/negeri dan swasta (agama Islam dan kristen), nilai-nilai multikultural yang mendukung tumbuhnya sikap toleransi, kebersamaan, dan harmonisasi, menuju masyarakat kosmopolitan, dapat diidentifikasi dan dipahami. Budaya lokal yang berasal dari kebudayaan dan masyarakat Ternate juga diungkapkan dan diuraikan keterkaitannya dengan pendidikan agama di sekolah dan praktiknya di dalam masyarakat pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini dilakukan di Kota Ternate dengan menggunakan metode kualitatif. Lokasi penelitian mencakup sekolah dasar (SD) di Kota Ternate. Masing-masing sebanyak satu SD Negeri (Umum), dan masing-masing satu sekolah swasta yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam dan agama Kristen. Informan sebanyak 16 orang meliputi kalangan guru agama/kepala sekolah, siswa, tokoh masyarakat, dan tokoh agama Islam dan Kristen. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan (observation), wawancara mendalam (indepth interview), dan studi dokumen (literature study). Secara akademik, upaya mengungkap dan menjelaskan faktor sosiobudaya dalam proses pengajaran agama di sekolah diharapkan dapat berkontribusi bagi pengembangan keilmuan bidang sosiobudaya. Secara praktis, pengungkapan dan pemahaman terhadap gejala yang diteliti ini berkontribusi bagi pengelolaan masyarakat multikultural dan pelestarian budaya berdasarkan kearifan lokal masyarakat Ternate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pengajaran mata pelajaran agama pada SD di Kota Ternate dilakukan berdasarkan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Dalam praktiknya, guru agama atau pihak sekolah, selain mengacu kepada kurikulum nasional, guru atau pihak sekolah juga menambahkan mata pelajaran lain dalam bentuk ekstrakurikuler. Interaksi antara guru dan siswa, baik di dalam maupun di luar ruangan kelas, berlangsung intensif. Nilai-nilai budaya lokal dari kebudayaan masyarakat Ternate tampaknya telah dipraktikkan, meski masih perlu digalakkan lagi dan secara formal diintroduksi melalui pelajaran Muatan Lokal. Kata Kunci :Islam, Toleransi, Eksklusivisme Agama, Multikultural, Kearifan Lokal

Page 6 of 10 | Total Record : 95