cover
Contact Name
Markus T. Lasut
Contact Email
lasut.markus@unsrat.ac.id
Phone
+6285298070889
Journal Mail Official
jurnal.asm@unsrat.ac.id
Editorial Address
Jurnal Aquatic Science & Management, Gedung A Lantai 1, Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi, Jln. Kampus UNSRAT Bahu, Manado 95115, INDONESIA
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT
ISSN : 23374403     EISSN : 23375000     DOI : https://doi.org/10.35800/jasm.v10i1.37485
Journal of AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT publishes scientific articles of original research based on in-depth scientific study in the field of aquatic science and management, covering aspects of limnology, oceanography, aquatic ecotoxicology, geomorphology, fisheries, and coastal management, as well as interactions among them.
Articles 139 Documents
Coral reef condition in several dive points around Bunaken Island, North Sulawesi Towoliu, Robert
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Edisi Khusus 2 (2014): Oktober
Publisher : Graduate Program of Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.0.0.2014.7306

Abstract

In order to know the coral reef conditions at several diving points around Bunaken Island, three dive locations (Ron’s point, Lekuan, and Tawara) were chosen as representative locations receiving pressures from snorkeling and SCUBA diving activities, while  core zone was representative of location for  no diving and fishing activities.  Results showed that location with diving activities had live coral cover  ranging from 16.89% to 45.78% at 3 and 10m depths, with condition range of bad to moderate, while the location for no diving and fishing activities (core zone) had live coral cover of 55.03% at 3m and 58.15% at 10m, respectively,  with good condition category.  The present study indicated that the diving activities have affected the coral reef condition, so that a sustainable integrated management system is needed to use the marine ecotourism potency without degrading the coral reef condition in Bunaken Island. Untuk mengetahui kondisi terumbu karang di beberapa lokasi penyelaman di Pulau Bunaken, tiga lokasi penyelaman(Ron’s point, Lekuan, dan Tawara) dipilih mewakili lokasi dengan tekanan aktivitas penyelaman snorkeling maupun SCUBA, sedangkan satu lokasi lainnya yaitu zona inti dipilih mewakili lokasi tanpa aktivitas penyelaman maupun aktivitas penangkapan ikan.  Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa lokasi dengan tekanan aktivitas penyelaman memiliki prosentase tutupan karang batu/hidup berkisar antara 16,89% - 45,78% pada kedalaman 3 dan 10m, dengan kategori kondisi terumbu karang buruk sampai cukup, sedangkan pada lokasi yang tidak memiliki aktivitas penyelaman memiliki prosentase tutupan karang batu/hidup sebesar 53,03% pada 3m dan 58,15% pada 10m dengan kategori kondisi terumbu karang adalah baik.  Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa aktivitas penyelaman snorkeling maupun SCUBA berdampak pada kondisi terumbu karang di Pulau Bunaken, sehingga sangat diperlukan system pengelolaan yang terpadu dan berkesinambungan dalam memanfaatkan secara maksimal potensi ekowisata bahari tanpa merusak ekosistem terumbu karang di Pulau Bunaken.
Management strategies for dive sites in Bunaken Island (North Sulawesi, Indonesia), based on stakeholder’s perceptions Kamagi, Jongky W.A.; Schaduw, Joshian N.W.; Lasut, Markus T.
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 4, No 2 (2016): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.4.2.2016.14449

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Strategi pengelolaan untuk daerah penyelaman berdasarkan persepsi stakeholder di Pulau Bunaken, Sulawesi Utara, Indonesia Bunaken Island is one of the island located in the Bunaken National Park, North Sulawesi, Indonesia. Most of the diving activities are in the waters of Bunaken Island, in which the management involves stakeholders (public, tourists, policy makers, NGOs, and academia). This study used questionnaires as a research instrument to obtain primary data, while secondary data were used as a complement to formulate an alternative strategy, using SWOT analysis. Based on the stakeholders’ perception, dive site management strategies covered research development on environmental issues, regulation availability, carrying capacity and information, community empowerment in addressing environmental problems, coordination among stakeholders for institutional issues and the environment, and improvement of service managing institutions in terms of organizational management and risk management. The study recommended the need for a clear management strategy, the necessity of doing research for regional development strategies/ locations for both diving and other potentials, the need of good marketing strategy, and the need for tourism activities diversification. Pulau bunaken merupakan salah satu pulau yang berada di dalam Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara, Indonesia. Sebagian besar aktivitas penyelaman berada di Pulau Bunaken di mana dalam pengelolaannya melibatkan stakeholder (masyarakat, wisatawan, pengambil kebijakan, LSM, dan akademisi). Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat pengumpul data primer; data sekunder dikumpulkan sebagai pelengkap untuk merumuskan alternatif strategi, menggunakan analisis SWOT. Hasil analisis menunjukkan, secara umum, bahwa strategi pengelolaan daerah penyelaman, berdasarkan persepsi stakeholder, meliputi: pengembangan penelitian untuk isu-isu lingkungan; ketersediaan regulasi, pengelolaan pengunjung (daya dukung) dan informasi; pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi masalah lingkungan; koordinasi antar stakeholder untuk isu-isu kelembagaan dan lingkungan; dan peningkatan pelayanan lembaga pengelola dalam hal manajemen organisasi maupun manajemen resiko. Penelitian ini merekomendasikan perlu adanya strategi pengelolaan yang jelas, perlu dilakukan penelitian untuk strategi pengembangan daerah/lokasi untuk objek wisata baik wisata selam maupun wisata lainnya, perlu strategi pemasaran yang baik, dan perlu diversifikasi aktivitas kegiatan pariwisata.
Community structure of mangrove at Marine Tourism Park of Kupang Bay, East Nusa Tenggara Bessie, Donny M; Schaduw, Joshian N; Reppie, Emil; Lasut, Markus T
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Edisi Khusus 1 (2013): Mei
Publisher : Graduate Program of Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.0.0.2013.2270

Abstract

Mangrove gives major contributions to fishery production; however, due to an increasing demand of space for human activities, mangrove area is changed to many forms, such as settlement, industry, and recreation; beside lack of data and information available (biophysics, socio-economic, and culture). These may cause economical and ecological conflicts. This condition is currently happened in Marine Tourism Park of Kupang Bay (MTPKB). Accordingly, this study aims to analyze community structure of mangrove at MTPKB using survey method to observe mangrove vegetation and exploitation impact by community. In this study, 16 species of 9 families were found with categorized density from “rare” (20 individual/hectare) to “dense” (5.450 individual/hectare). The ecosystem was found has low diversity; it was due to high dominant index. Rhyzophora apiculata and Sonneratia alba were found two species which have big role in the marine park© Mangrove memberikan kontribusi yang besar terhadap produksi perikanan; namun, oleh karena kebutuhan manusia yang semakin meningkat, daerah mangrove dirubah menjadi daerah pemukiman, industri, dan rekreasi; di samping kurangnya data dan informasi yang tersedia. Hal ini dapat menimbulkan konflik secara ekonomi dan ekologi. Kondisi ini sedang terjadi di Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang (TWALTK). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan di mana bertujuan menganalisis struktur komunitas mangrove di TWALTK dengan menggunakan metode survei untuk melakukan pengamatan terhadap vegetasi mangrove dan aktifitas masyarakat dalam memanfaatkannya. Dalam penelitian ini ditemukan 16 jenis mangrove dari 9 famili dengan kerapatan terkategori dari ‘jarang’ (20 pohon/hektar) hingga ‘padat’ (5.450 pohon/hektar). Keanekaragaman ekosistem tersebut rendah karena tingginya nilai dominasi. Jenis Rhyzophora apiculata dan Sonneratia alba merupakan jenis yang memberikan pengaruh besar terhadap komunitas mangrove di taman wisata alam laut tersebut©
Alternative strategy for management of ecotourism in Bunaken Island, Bunaken National Park, North Sulawesi, Indonesia Rompas, Margresye D.; Kusen, Janny D.; Lasut, Markus T.
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 3, No 2 (2015): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.3.2.2015.14048

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Strategi alternatif untuk pengelolaan wisata bahari di Pulau Bunaken, Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara, Indonesia The coral reefs of Bunaken Island is one of the attractions of the dive tourism, which has a diversity of marine life and the uniqueness of the objects for divers. To maintain its sustainability, it is necessary to study alternative management strategies of the reefs. This study aimed to describe and evaluate the current conditions in the management of marine tourism in Bunaken Island through formal and informal institutional analysis, and formulate alternative strategies as one of the priority strategies in the management of marine tourism of Bunaken Island. Alternative management strategies were analyzed using SWOT, while collecting data was carried out through field surveys using a questionnaire for visitors, communities, and stakeholder or industry-related tourism. Results of the study recommended that an alternative strategy for the management of Bunaken Island attractions should include: 1) increasing the active participation and involvement of local communities in the management of marine tourism destinations; 2) address the problem of garbage and cleanliness of the area; and 3) optimize the promotion of Bunaken Island adequately as the best maritime destination in the world. Terumbu karang di Pulau Bunaken merupakan salah satu objek wisata selam yang terkenal, di mana memiliki keanekaragaman biota laut dan keunikan panorama obyek penyelamannya. Untuk menjaga kelestariannya, maka perlu dikaji alternatif strategi pengelolaannya agar keberadaannya sebagai salah satu destinasi wisata yang penting bisa berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi kondisi terkini dalam pengelolaan wisata baharí di Pulau Bunaken secara formal dan nonformal institusional; dan menyusun alternatif strategi sebagai salah satu prioritas strategi pengelolaan wisata baharí di Pulau Bunaken. Alternatif strategi pengelolaan dianalisis menggunakan SWOT, sedangkan pengambilan data melalui survei lapangan dengan menggunakan kuesioner pada pengunjung, masyarakat, dan stakeholder atau industri pariwisata terkait. Hasil penelitian merekomendasikan bahwa alternatif kebijakan untuk pengelolaan objek wisata di Pulau Bunaken meliputi: 1) meningkatkan peran aktif dan pelibatan masyarakat setempat dalam pengelolaan destinasi wisata bahari; 2) mengatasi masalah sampah dan kebersihan kawasan; dan 3) mengoptimalkan kembali promosi Pulau Bunaken secara memadai sebagai destinasi wisata bahari terbaik di dunia.
Analysis of production factors that affect the productivity of tuna handliners based in Bitung Oceanic Fishing Port Pontoh, Peggy; Luasunaung, Alfred; Reppie, Emil
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 7, No 1 (2019): APRIL
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.7.1.2019.24994

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Analisis faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas kapal tunahand lineyang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera BitungTuna hand lines have been used widely by fishermen in the waters of Sulawesi Sea and Moluccas Sea, to catch big pelagic species with small fishing boats (2-10 GT). Although the gear’s design has evolved over centuries, there is still potential for improving its catching efficiency and selectivity. However, theproduction factors that affect the productivityare still not known. Theresearch aimed to study several production factors that affectthe productivity of tuna hand liner based in Bitung Oceanic Fisheries Port; andto determine the most influential production factors on productivity of tuna hand liner. This research was conducted from June to November 2017 in Bitung Oceanic Fishing Portthrough applyinga descriptive method based on case study; and the data were analyzed by using multiple linear regression production function. It was found that production factors that may affect the productivity of the tuna hand liner consist of boat size (GT), engine power (PK), amount of fuel (l), number of crew (person) and number of trips (days). The result of partial analysis shows that the most influential production factor to tuna hand liner productivity is the amount of fuel usage.Pancing ulur tuna telah digunakan secara luas oleh nelayan di perairan Laut Sulawesi dan laut Maluku, untuk menangkap ikan pelagis besar dengan kapal-kapal ukuran kecil (2 – 10 GT. Walaupun konstruksinya telah berkembang sejak lama, tetapi masih memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi penangkapan dan selektivitasnya. Namun belum diketahui factor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produktivitasnya. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk mempelajari beberapa factor produksi yang mempengaruhi produktivitas kapal-kapal tuna hand line (THL) yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung; dan menentukan factor produksi yang paling berpengaruh terhadap produktivitas kapal THL.Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai November 2017 di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung; dikerjakan dengan metode deskriptif yang didasarkan pada study kasus; dan data dianalisis dengan menggunakan fungsi produksi regresi linier berganda.Faktor-faktor produksi yang dapat mempengaruhi produktivitas kapal THL terdiri dari ukuran kapal (GT), kekuatan mesin (PK), jumlah bahan bakar (l), jumlah anak buah kapal (orang) dan jumlah trip (hari). Hasil analisis parsial menunjukan bahwa faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap produktivitas kapal THL adalah jumlah penggunaan bahan bakar minyak.
Utilization of land reclamation in Manado City Pamikiran, Vivi A; Mamuaya, Gybert E; Wantasen, Adnan
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 1 (2013): April
Publisher : Graduate Program of Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.1.2013.1973

Abstract

Reclamation activities conducted in the Bay of Manado, at the seaward side on Pierre Tendean Street (Boulevard), has changed the face of the city of Manado including the coastal area. The purpose of this study was to determine whether the realization of reclamation activities seen were as planned. The second purpose was to determine the appropriate policy strategy to ensure that the utilization of reclaimed land can be optimal. The data was collected through observation to compare actual conditions with the original plan. For policy options, SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) analysis was used. The study revealed that there are changes from the original plan, such as the extent of the area was originally planned 1185 m2, but the actual area was 781.305 m2. Based on the results of the SWOT analysis, the most appropriate policy option adopted is to optimize the role of land reclamation as one economic driving force in the city of Manado. These include the completion of a number of legal problems in reclamation© Kegiatan reklamasi yang telah dilakukan di Teluk Manado, memanjang dari Utara ke Selatan Kota Manado ke arah laut telah merubah wajah Kota Manado termasuk di dalamnya tata ruang dan pemanfaatan lahan yang baru di wilayah pesisir. Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mengkaji realisasi aktual dari kegiatan reklamasi apakah sesuai dengan peruntukannya, menentukan strategi kebijakan yang tepat dari pemanfaatan lahan reklamasi agar dilakukan dengan optimal dan ramah lingkungan. Pengumpulan data telah dilakukan secara deskriptif melalui observasi dan pengamatan lapangan untuk membandingkan kondisi aktual dengan rencana semula. Sebagai pilihan penentuan kebijakan penelitian, data dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Hasil penelitian mengungkap bahwa adanya perubahan pemanfaatan dari rencana awal luasan kurang lebih 1.185.000 m2, menjadi luasan yang terealisasi sampai saat penelitian dilakukan mencapai luas kurang lebih 781.305 m2. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa kebijakan Pemerintah Kota Manado harus konsisten dalam menetapkan perijinan, dengan tidak merubah fungsi lahan dan lingkungan pesisir. Dampak positif yang ditimbulkan dalam rangka mengoptimalisasi pemanfaatan lahan reklamasi sebagai salah satu lokasi yang dapat meningkatkan perekonomi dan pendapatan daerah, penyerapan tenaga kerja di Kota Manado. Kebijakan perubahan fungsi dan penambahan luas lokasi yang tidak sesuai dengan perencanaan awal dapat berdampak pada masalah hukum di wilayah pesisir©
Analysis for mangrove ecosystem management priority using Analysis Hierarchy Process (AHP) in Sorong City, West Papua, Indonesia Tabalessy, Roger R; Wantasen, Adnan S; Schaduw, Joshian N.W.
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 2 (2013): Oktober
Publisher : Graduate Program of Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.2.2013.7285

Abstract

Indonesia’s mangrove forest is decreasing. Factors affecting this condition are excessive utilization for livelihood and market demand without considering its sustainability for the future. As a result, mangrove forest degrades year by year. The present study aimed to analyse which stakeholder is the priority for mangrove ecosystem management in the city of Sorong, West Papua, Indonesia, and which factors are the priority for sustainable management. Primary data were collected using questionnaire with interview technique and were analysed using Expert Choice 11 software. The result showed that local government was the stakeholder possessing major priority in management which was supported by others (community and NGO), and the ecological factor was the priority in management, while the economic, social, and institutionalfactors were the supporting factors for sustainability. Luas hutan mangrove di Indonesia sedang mengalami penurunan. Faktor yang mempengaruhi kondisi ini, yaitu pemanfaatannya secara berlebihan untuk memenuhi kebutuhanan hidup maupun permintaan pasar tanpa mempertimbangkan keberlanjutannya di masa depan. Sebagai akibatnya tutupan hutan mangrove semakin berkurang dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan menganalisis stakeholder manakah yang menjadi prioritas dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Kota Sorong, Papua Barat, Indonesia, dan faktor manakah yang menjadi prioritas dalam pengelolaan secara berkelanjutan. Data primer dikumpulkan menggunakan angket dengan teknik wawancara, dan kemudian dianalisis menggunakan software Expert Choice 11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stakeholder Pemda merupakan prioritas utama dalam pengelolaan ekosistem mangrove dan ditopang oleh stakeholder lainnya (Masyarakat dan LSM), dan faktor prioritas dalam pengelolaan adalah ekologi, sedangkan faktor ekonomi, sosial, dan kelembagaan merupakan faktor pendukung untuk terciptanya pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan.
Photosynthesis and the role of plastids (kleptoplastids) in Sacoglossa (Heterobranchia, Gastropoda): a short review Wägele, Heike
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 3, No 1 (2015): April
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.3.1.2015.12431

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Fotosintesis dan peran plastida [kleptoplastids] pada Sacoglossa [Heterobranchia, Gastropoda]: tinjauan singkat. In this manuscript I will give a short summary of our knowledge on photosyn-thesis in the enigmatic gastropod group Sacoglossa. Members of this group are able to sequester chloroplasts from their food algae (mainly Chlorophyta) and store them for weeks and months and it was assumed for a long time that they can use chloroplasts in a similar way as plants do. Only few sacoglossan species are able to perform photosynthesis for months, others are less effective or are not able at all. The processes involved are investigated now for a few years, but are still not clear. However we know now that many factors contribute to this enigmatic biological system. These include extrinsic (environment, origin and properties of the nutrition and the plastids) and intrinsic factors of slugs and algae (behaviour, physiological and anatomical properties). Plastids are not maintained by genes that might have originated by a horizontal gene transfer (HGT) from the algal genome into the slug genome, as was hypothesized for many years. We therefore have to focus our research now on other factors to understand what actually contributes to this unique metazoan phenomenon which is not yet understood. In this review, some of these new approaches are summarized. Dalam tulisan ini saya akan memberikan ringkasan singkat tentang fotosintesis pada gastropoda kelompok misterius Sacoglossa. Organisme anggota dari kelompok ini mampu menyerap kloroplas dari alga makanan mereka (terutama Chlorophyta) dan menyimpannya selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, sehingga telah diasumsikan bahwa mereka dapat menggunakan kloroplas dengan cara yang sama seperti tanaman. Hanya sedikit spesies sacoglossan dapat melakukan fotosintesis selama berbulan-bulan, yang lain kurang efektif atau tidak mampu sama sekali. Proses yang terlibat diselidiki sekarang selama beberapa tahun, namun masih belum jelas. Namun kita tahu sekarang bahwa banyak faktor yang berkontribusi terhadap sistem biologis misterius ini. Ini termasuk ekstrinsik (lingkungan, asal dan sifat gizi dan plastida) dan faktor intrinsik siput dan ganggang (perilaku, fisiologis dan sifat anatomis). Plastida tidak dikelola oleh gen yang mungkin berasal oleh transfer gen horizontal (HGT) dari genom alga ke dalam genom slug, seperti yang dihipotesiskan selama bertahun-tahun. Oleh karena itu kita harus fokus penelitian kami sekarang pada faktor-faktor lain untuk memahami apa yang sebenarnya memberikan kontribusi terhadap fenomena ini metazoan unik yang belum dipahami. Dalam ulasan ini, beberapa pendekatan baru dirangkum.
Physical characteristics of eddible film from carrageenan with liquid smoke addition Moga, Tomy; Montotolalu, Roike I; Berhimpon, Sigfried; Mentang, Feny
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 6, No 1 (2018): April
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.6.1.2018.24811

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Karakteristik fisik edible filmdarikaraginan dengan penambahan asap cair Packaging materials food which are multifunctional and safe for consumers and the environment is thefocus of today’sfood packaging studies. Edible films that are made from carrageenan is one form of primary packaging for food. The physical properties of the packaging has become an important component to be consideredin choosing packaging. Thestudywasconducted to determine the effect of carrageenan concentration on the physical properties of solubility, thickness, tensile strength, percentage of elongation and water vapor transmission rate. The result showed that edible film processed fromcarrageenan with different concentrations have different physical properties. The higher the concentration of carrageenan used in the manufacture of edible film, the stronger the solubilityof the edible film, the stronger the attractiveness, andthe thicker and more resistant. Vapor transmission rateis getting lower, or in other word the ability to withstand wateris high.Kemasan bahan pangan yang multifungsi dan aman bagi konsumen dan lingkungan menjadi fokus kajian kemasan bahan pangan saat ini. Edible filmdari bahan karaginan merupakan salah satu bentuk kemasan primer bagi bahan pangan. Sifat fisik kemasan menjadi komponen penting yang dipertimbangkan dalam memilih kemasan. Penelitian inidilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi karaginan terhadap sifat fisik kelarutan, ketebalan, kuat tarik, persentasi perpanjangan putus dan laju transmisi uap air. Hasilnya diperolehedible filmyang diproses dari karaginan dengan konsentrasi yang berbeda memiliki sifat fisik yang berbeda. Semakin tinggi  konsentrasi karaginan yang digunakan di dalam pembuatan edible film, maka edible filmyang dihasilkan semakin tinggi kelarutannya, semakin kuat daya tariknya, semakin tebal dan semakin tahan serta laju transmisi uapnya makin rendah atau kemampuan menahan airnya tinggi.
Community structure of nudibranchs (Gastropoda) at Coastal Waters of Waleo Village (Mollucas Sea) and Kalasey Village (Manado Bay, Sulawesi Sea) Purba, Aprillawati; Kusen, Janny D; Mamangkey, N Gustaf F
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 1 (2013): April
Publisher : Graduate Program of Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.1.2013.1964

Abstract

Nudibranchia are mollusks without a shell. They are simultaneous hermaphrodites and are carnivores while some of them are cannibals. Nudibranchia are frequent occupants and foraging on coral reefs. The study was conducted at two locations, namely Waleo Village Waters representing the waters of Mollucas and Sulawesi Sea was represented by Kalasey Village. The difference in the location of the two waters is expected to affect the existence of community structures. The present study includes diversity, richness, evenness, dominance and similarity. A line transect was used to collect data. We found 84 individuals from both study sites representing 8 species of Nudibranchia, which fall into 4 genera and 3 families namely, Pteraeolididae, Phyllidiidae, and Chromodorididae. The most common family was the Phyllidiidae. The similarity value at both locations was 54.5%© Penelitian tentang struktur komunitas gastropoda nudibranchia telah dilakukan di dua lokasi yaitu Desa Waleo (Laut Maluku) dan Desa Kalasey (Laut Sulawesi). Struktur komunitas yang dikaji meliputi studi keanekaragaman, kekayaan, kemerataan, dominansi dan kesamaan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah line transect. Hasil penelitian menunjukkan, dari kedua lokasi, ditemukan 84 individu yang terdiri dari 8 jenis yang masuk dalam 4 genera dan 3 famili (Pteraeolididae, Phyllidiidae, dan Chromodorididae). Famili Phyllidiidae adalah yang paling umum ditemukan. Nilai kesamaan di kedua lokasi adalah 54,5%©

Page 7 of 14 | Total Record : 139