Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Komersialisasi Pupuk Kandang Dalam Prespektif Hukum Islam Alfin, Aidil; Rezi, Muhamad
Jurnal Mahkamah : Kajian Ilmu Hukum dan Hukum Islam Vol. 4 No. 2 December (2019)
Publisher : Institut Agama Islam Ma'arif NU (IAIMNU) Metro Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25217/jm.v4i2.449

Abstract

Komersialisasi (Jual beli) pupuk kandang menjadi salah satu masalah yang diperselisihkan status hukumnya di kalangan Ulama. Ulama Hanafiyah membolehkan pemanfaatan dan jual beli pupuk kandang sekalipun hukumnya najis. Ulama syafi’iyah menganggap makruh menggunakan pupuk kandang karena najis, dan tidak membolehkannya menjadikan pupuk kandang sebagai objek jual beli, tapi boleh dengan akad pengguguran hak. Ulama Malikkiyah dan Hanabilah membolehkan pemanfaatan dan penjualan pupuk kandang yang berasal dari hewan yang halal dan mengharamkan untuk hewan yang haram dimakan. Dalam tataran implementatif, keluar dari khilaf adalah hal yang lebih baik. Maka menggunakan akad ijarah ‘ala al-manfaah (upah mengupah) merupakan jalan keluar yang dapat ditempuh.
PEMAHAMAN HADIS-HADIS RUKYAT HILAL DAN RELASINYA DENGAN REALITA ISBÂT RAMADHAN DI INDONESIA Rezi, Muhamad
Alhurriyah Vol 1 No 1 (2016): Januari - Juni 2016
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/alhurriyah.v1i1.484

Abstract

It has become customary that every Muslim anywhere in the world are obliged to fast during Ramadan. One of the annual problems that always appear at the Ramadan is the determination of the beginning and end of Ramadan by sighting the moon. On the orders of the Prophet Muhammad, the determination of Ramadan should be done at the end of the month of Sha'ban. The beginning and end of Ramadan is determined by the appearance of the crescent moon. Such activity is known by rukyat hilal. In its history, the Prophet explained that the methodology of the determination of the beginning and end of Ramadan is sighting the crescent moon with eyes. If sight is obstructed by natural phenomena such as cloud cover, the day of the month of Sha'ban accomplished to 30 days. Contemporary, classic visual method has been carried out with the use of modern tools. Problems often arise because of differences in the understanding the passages of sunnah related to this. Some considered that the hilal rukyat commanded by the Prophet Muhammad is rukyat fi'liyyah while others considered that it is more accurate to use rukyat 'Ilmiyyah with the arithmetic method of calculation (hisab). In Indonesia, the different interpretation and understanding that always makes a difference in executing the fasting and Idul Fitri.
MEROKOK DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM (Studi Nash-Nash Antara Haram Dan Makruh) Rezi, Muhamad; Sasmiarti, Sasmiarti
Alhurriyah Vol 3 No 1 (2018): Januari-Juni 2018
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/alhurriyah.v3i1.534

Abstract

Rokok pada awalnya berupa tembakau yang dibakar dan dihisap melalui sebuah pipa. Kegiatan ini awalnya dilakukan pada saat berkumpulnya beberapa suku untuk mempererat hubungan antar suku yang berbeda. Di Indonesia, merokok sudah menjadi hal yang biasa secara turun temurun. Pada artikel ini, penulis akan mencoba untuk mengkaji hukum tentang merokok. Karena fenomena yang kita saksikan saat ini dirasa sudah cukup untuk membuktikan bahwa rokok sudah menjadi kebutuhan sebagian masyarakat indonesia saat ini dan ada juga yang memakainya sebagai sampingan saja. Berangkat dari berbagai dalil yang telah dipaparkan sebelumnya baik dari Alquran maupun Hadis serta beberapa pendapat Ulama tentang dalil-dalil tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa hukum merokok bersifat kasuistis. Adakalanya dapat dikatakan haram dan adakalanya bersifat makruh tanzih.
Synthesizing Islam with Local Values: The Philosophy of Minangkabau Speech Kato nan Ampek and the Qur’an Rezi, Muhamad; Raya, Ahmad Thib; Hariyadi, Muhammad; Ibrahim , Mohamed Akhiruddin; Kirin, Arwansyah
RUSYDIAH: Jurnal Pemikiran Islam Vol. 6 No. 1 (2025)
Publisher : STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35961/rsd.v6i1.2388

Abstract

This article examines the possibility of synthesizing substantively two different components, namely the Qur'an and the local wisdom of Nusantara, Indonesia. In this case, Kato nan Ampek is a philosophy of speech acts in Minangkabau. There are four Kato: Mandaki, Manurun, Malereng, and Mandata. Each of the Kato nan Ampek is used according to the speech partner. This research was conducted qualitatively with a synthesis approach. It was found that Kato Mandaki, in substance and use, is by the principles of Qawlan Karîma; Kato Manurun, in substance, can be synthesized with Qawlan Sadîda, and the principle of the practice of Kato Manurun should be based on the principle of Qawlan Sadîda; and with Kato Malereng, in practice, it should also be based on the principle of Qawlan Balîgha; as well as Kato Manurun, its use should also be based on the principle of Qawlan Layyina.