Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

RAGAM BAHASA DAN UNGKAPAN TRADISIONAL MELALUI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL KAMPUNG NAGA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLINGUISTIK SEBAGAI MATERI AJAR BAHASA INDONESIA DI SMA Asteka, Pipik; Sutrisna, Deden; Lasari, Nirma
Diglosia : Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Kesusastraan Indonesia Vol 7, No 2 (2023): Agustus
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/diglosia.v7i2.5314

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggali nilai-nilai kearifan lokal Kampung Naga melalui ragam bahasa dan ungkapan tradisonal sebagai materi ajar Bahasa Indonesia di SMA. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif melalui wawancara dan observasi terhadap masyarakat Kampung Naga untuk mengidentifikasi ragam bahasa dan ungkapan tradisional yang mencerminkan nilai-nilai kearifan budaya lokal serta aktualisasi dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, data tersebut dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ragam bahasa dan ungkapan tradisional yang digunakan oleh masyarakat Kampung Naga memiliki nilai-nilai kearifan lokal dalam hal sopan santun dan menghormati orang lain, nilai keakraban dan kebersamaan. Nilai-nilai bersyukur, berbagi, solidaritas, menjaga hubungan baik, menerima takdir dengan ikhlas, dan hidup sederhana. Nilai-nilai tersebut juga tercermin dalam realitas kehidupan sehari-hari masyarakat Kampung Naga, seperti gotong royong dalam membantu satu sama lain, membagikan hasil panen dan hidup dengan sederhana. Oleh karena itu, ragam bahasa dan ungkapan tradisional yang ada di Kampung Naga dapat dijadikan materi ajar Bahasa Indonesia di SMA untuk memperkenalkan nilai-nilai kearifan budaya lokal kepada siswa. Hal ini diharapkan dapat membantu siswa memahami dan menghargai budaya lokal serta meningkatkan kesadaran mereka terhadap pentingnya melestarikan kearifan budaya lokal di Indonesia.Kata kunci : Nilai-nilai kearifan budaya lokal, ragam bahasa, ungkapan tradisional, sosiolinguistik, bahan ajar SMA.
ANALISIS PEYORASI DAN AMELIORASI DALAM CERITA RAKYAT BARIDIN SURATMINAH Pamungkas, Trian; Asteka, Pipik
Diglosia : Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Kesusastraan Indonesia Vol 8, No 2 (2024): Agustus
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/diglosia.v8i2.5988

Abstract

Penelitian ini mengkaji fenomena peyorasi dan ameliorasi dalam cerita rakyat “Baridin dan Ratmina,” dengan fokus pada perubahan makna dan penilaian terhadap karakter dan elemen cerita dalam konteks sosial dan budaya. Peyorasi, yang merujuk pada proses penurunan nilai atau kualitas yang melekat pada suatu entitas. Sedangkan ameliorasi yaitu proses peningkatan atau perbaikan makna atau penilaian, diteliti untuk memahami bagaimana karakter dalam cerita rakyat ini dipersepsikan dari waktu ke waktu. Cerita rakyat “Baridin dan Ratmina” merupakan salah satu karya sastra lisan yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan norma sosial masyarakatnya. Analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode analisis wacana dan teori perubahan makna dalam studi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan persepsi terhadap karakter dan elemen cerita mencerminkan dinamika sosial serta perubahan nilai-nilai budaya masyarakat yang mengisahkan cerita ini. Proses peyorasi dan ameliorasi ini tidak hanya memberikan wawasan tentang perubahan dalam cara masyarakat melihat cerita rakyat tetapi juga tentang bagaimana cerita rakyat itu sendiri berfungsi sebagai medium untuk penyesuaian nilai-nilai budaya.Kata kunci: Peyorasi, Ameliorasi, Cerita Rakyat This research examines the phenomenon of pejoration and amelioration in the folk tale "Baridin and Ratmina," with a focus on changes in meaning and assessment of characters and story elements in social and cultural contexts. Pejoration, which refers to the process of reducing the inherent value or quality of an entity. Meanwhile, amelioration, namely the process of increasing or correcting meaning or assessment, is researched to understand how the characters in this folklore are perceived from time to time. The folktale "Baridin and Ratmina" is a work of oral literature that reflects the cultural values and social norms of the community. The analysis was carried out using discourse analysis methods and the theory of meaning change in literary studies. The research results show that changes in perceptions of the characters and story elements reflect social dynamics and changes in the cultural values of the society that tells this story. This process of pejoration and amelioration not only provides insight into changes in the way society views folklore but also into how folklore itself functions as a medium for adapting cultural values.Keywords: Pejoration, Amelioration, Folklore
Representasi Gender Dalam Cerita Anak: Kajian Sastra Feminis Risma Khairun Nisya; Ima Siti Rahmawati; Pipik Asteka; Yoyo Zakaria Ansori
Journal of Multidisciplinary Research and Development Vol. 1 No. 1 (2024)
Publisher : Papanda Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56916/jmrd.v1i1.621

Abstract

Sastra anak memiliki peran penting dalam membentuk pemahaman anak-anak tentang dunia di sekitar mereka. Cerita anak dapat menjadi salah satu media dalam memberikan pemahaman kepada anak mengenai peran gender di masyarakat. Representasi gender dalam sastra anak adalah cara penggambaran dan penyampaian peran, karakteristik, dan identitas gender dalam buku-buku dan cerita yang ditujukan untuk anak-anak. Representasi gender dalam sastra anak memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan pemahaman anak tentang gender, peran sosial dan konsep diri. Buku-buku cerita anak atau film anak bisa mencerminkan penilaian tentang peran gender dan memungkinkan anak-anak untuk lebih memahami keragaman identitas gender. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi gender dalam cerita anak melalui pendekatan feminis. Feminisme anak adalah cabang dari gerakan feminis yang fokus pada hak-hak, isu-isu, dan pengalaman anak perempuan. Dalam penelitian ini mengkaji tokoh perempuan anak dalam film anak berjudul Moana mengenai pengalaman dan peran sosialnya.
Politeness in language in the undak usuk basa as a local wisdom of the Sundanese people Asteka, Pipik; Nisya, Risma Khairun; Rahmawati, Ima Siti
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol. 10 No. 2 (2024): October
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/kembara.v10i2.36031

Abstract

The accelerated progression of globalization and modernization has precipitated a decline in the significance accorded to local wisdom, a hallmark of their ancestral legacy. This phenomenon is particularly evident among high school students, who, as the younger generation, are increasingly drawn to foreign cultures, thereby exhibiting a diminution of interest in their own regional traditions and values. The erosion of local wisdom values among high school students is of particular concern, as these values represent a crucial component of the nation's cultural heritage, the preservation of which is of paramount importance. This article analyzes language politeness in Undak Usuk Basa as Local Wisdom of the Sundanese Community, with the research object being high school students who belong to the Sundanese language community in the Majalengka and Kuningan districts.This research uses a qualitative descriptive research method, and the results show that language proficiency in the usuk basa acts among high school students has been degraded. This decline is evidenced by a noticeable shift in the characteristics of Sundanese individuals, who are traditionally known for their amiable, compassionate, amicable, and courteous dispositions. This transformation is particularly concerning, as it occurs among the next generation, representing the future of local wisdom and Indonesian culture.The findings of this study reveal that high school students exhibit a decline in politeness, as evidenced by their less than courteous language use. This suggests that the use of basa steps in language politeness may serve as a reflection of a person's refinement, characterized by the qualities and characteristics of Sundanese society.
Pengaruh Model RADEC Berbantuan Media Kahoot Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Afila, Nurul; Cahyaningsih, Ujiati; Asteka, Pipik
Buletin Ilmiah Pendidikan Vol. 3 No. 2 (2024)
Publisher : Papanda Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56916/bip.v3i2.975

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep siswa kelas V di SDN Cigasong I tahun ajaran 2024/2025. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh model RADEC berbantuan media kahoot terhadap pemahaman konsep siswa di kelas V. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan sampel siswa kelas VA sebanyak 22 siswa sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VB sebanyak 22 siswa sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data pada penelitian melalui tes pemahaman konsep siswa. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data pretest dan posttest kelas eksperimen. Hasil analisis dengan Uji Independent Sample T-test menunjukan nilai signifikansi sebesar 0.001 yang lebih kecil dari batas nilai signifikansi yaitu 0.05. Kesimpulan dari hasil analisis bahwa pemahaman konsep siswa lebih baik dengan menggunakan model RADEC berbantuan media kahoot.
Sosialisasi Penggunaan Bahasa Indonesia Tulis Pada Kelompok Remaja di Desa Cijurey Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka Asteka, Pipik
SANISKALA : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2023)
Publisher : FKIP Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/jsk.v1i2.8352

Abstract

Berbagai kebudayaan bisa saling menyatu karena ada salah satu aspek yang mampu mengikatnya yaitu bahasa. Finoechiaro (1964: 8) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem simbol vokal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu atau orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu, berkomunikasi atau berinteraksi. Adapun rumusan masalah dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut Bagaimanakah konsep sosialisasi penggunaan bahasa Indonesia tulis pada kalangan remaja di desa Cijurey Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka dan bagaimanakah pelaksanaan sosialisasi penggunaan bahasa Indonesia tulis pada kalangan remaja di desa Cijurey Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka.
Analisis Warna Lokal Sunda dalam Kumpulan Cerpen “Dua Orang Dukun dan Cerita Pendek Sunda Lainnya” Karya Ajip Rosidi Pipik Asteka; Deden Sutrisna
Deiksis : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 7 No 2 (2020): DEIKSIS: JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Publisher : Universitas Swadaya Gunung Jati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33603/deiksis.v7i2.2761

Abstract

Abstrak. Warna lokal adalah warisan leluhur yang didasarkan pada hasil pengamatan terhadap alam dan lingkungan sekitar. Warisan ini amat disayangkan jika tidak diketahui oleh generasi muda. Oleh karena itu, melalui sastra diharapkan siswa bisa mengetahui warna lokal yang ada di daerahnya bahkan warna lokal yang ada di daerah lain sehingga mereka bisa menjadi manusia yang bijak. Penelitian ini mencoba menyajikan warna lokal Sunda sebagai bahan ajar apresiasi sastra bermuatan karakter di kelas XI SMA. Pemilihan warna lokal Sunda adalah sebagai alternatif bahan ajar yang menumbuhkan kesadaran pentingnya identitas lokal dalam mempelajari sastra karena dari identitas lokal itu akan muncul karakter yang membangun mental siswa. Penelitian ini akan mendeskripsikan warna lokal Sunda yang muncul dalam kumpulan cerpen Dua Orang Dukun dan Cerita Pendek Sunda Lainnya ditinjau dari lima sikap, yaitu religius, kepribadian, sosial, kekeluargaan, dan lingkungan.Kata kunci : warna lokal sunda,  kumpulan cerpen, dua orang dukun dan cerita                      pendek sunda lainnya.
Kajian Pragmatik: Pola Kesantunan Berbahasa Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X di SMKN 1 Palasah Asteka, Pipik; Sutrisna, Deden
Jurnal Educatio FKIP UNMA Vol. 8 No. 4 (2022): October-December
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/educatio.v8i4.3203

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola kesantunan berbahasa antara guru dan peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X di SMKN 1 Palasah berdasarkan kajian pragmatik. Fokus utama penelitian ini adalah bentuk-bentuk maksim kesantunan menurut Leech, yaitu maksim kearifan, kemurahan hati, pujian, kerendahan hati, kesetujuan, dan kesimpatian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subjek penelitian meliputi tiga orang guru dan peserta didik dari tiga kelas berbeda pada jurusan TKJT, Akuntansi, dan TKRO. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis wacana pragmatik terhadap tuturan-tuturan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru cenderung menggunakan bentuk-bentuk maksim kesantunan secara konsisten, terutama maksim kearifan, kesetujuan, dan kesimpatian. Guru memperlihatkan sikap empatik, sopan, serta memberikan pujian dan arahan dengan cara yang membangun. Sementara itu, peserta didik memperlihatkan variasi dalam penggunaan maksim, dengan dominasi pada maksim kerendahan hati dan pujian. Meski demikian, masih ditemukan penggunaan bahasa tidak santun oleh sebagian peserta didik. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan pola kesantunan tersebut antara lain adalah latar belakang sosial budaya, kebiasaan berbahasa di lingkungan non-formal, dan peran guru sebagai model komunikasi. Selain itu, analisis juga menunjukkan adanya tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi dalam praktik interaksi di kelas yang mencerminkan nilai-nilai pragmatik dan etika komunikasi dalam pembelajaran.
Discursive Practices in Teachers' Lesson Plan Documents: A Critical Discourse Analysis Study of Pedagogy and Ideology in Learning HERDIAWAN, RAMA DWIKA; Nurhidayah, Yayah; Asteka, Pipik; Pamungkas, Trian; Agustin, Hilda Muthia
Journal of English Education and Teaching Vol. 9 No. 2 (2025): Journal of English Education and Teaching
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jeet.9.2.356-373

Abstract

This study examines English lesson plans as outlined by high school educators in the country of Indonesia in relation to the plans’ language as it concerns the key components of Critical Discourse Analysis (CDA). The research takes on a qualitative approach using Critical Discourse Analysis (CDA) to look into the teaching and ideological aspects embedded in lesson plans of Indonesian EFL teachers. Unlike the lesson plans of other countries, Indonesian lesson plans are not devoid of ideologies. They contain the contrasting ideologies of student autonomy and openness, multicultural teaching, and modern methods and tools of teaching. Including Project Based Learning (PBL), Social Emotional Learning (SEL), and Culturally Responsive (CRT) teaching demonstrates more inclusiveness and flexibility Then there is the Profil Pelajar Pancasila and the Pancasila state ideology which is sheer ethical and nationalist moralism blended with everyday teaching. The use of Multimodal and other forms of assessment shows the targets set are for the learners to demonstrate critical, collaborative, and digital skills. The inquiry has established how through the analysis of documentary evidence and accounts of interviews, teachers construct and interpret the language of professional theory. The findings hence contribute to knowledge in that the formulation of lesson plans is not purely mechanical, rather, it is an arena where beliefs are contested and agency is exercised in the EFL context.