Majalengka merupakan salahsatu kabupaten yang berada di wilayah 3 Cirebon Jawa Barat. Berbatasan dengan wilayah Cirebon yang berbahasa Jawa “Cerbonan” dan kabupaten Indramayu yang berbahasa Jawa Indramayu, di wilayah bagian selatan kabupaten Majalengka berbatasan langsung dengan kabupaten Tasikmalaya, Garut, Ciamis yang merupakan wilayah Sunda Priangan. Letak geografis tersebut menjadikan kabupaten Majalengka memiliki beragam dialek bahasa dan juga kearifan lokal yang bervariatif. Pengaruh bahasa Sunda dan Bahasa Jawa secara signifikan menambah khazanah kearifan lokal yang ada di kabupaten Majalengka, selain itu pengaruh sejarah kebudayaan juga memiliki urgensi penting dalam perkembangan dan pemertahanan kearifan lokal di kabupaten Majalengka. Artikel ini membahas mengenai kearifan lokal yang ada di kabupaten Majalengka, perkembangan kearifan lokal dideskripsikan berdasarkan paparan dari informan utama dari masing-masing kecamatan yang dijadikan partisipan penelitian. Selain itu, dideskripsikan pula mengenai pemertahanan kearifan lokal kabupaten Majalengka dalam menghadapi arus globalisasi yang berdampak pada degradasi budaya. Salahsatu hal yang dapat dilakukan dalam pemertahanan kearifan lokal adalah mengintegrasikan kearifan lokal Majalengka sebagai materi ajar mata kuliah Sosiolinguistik.Kata kunci: kearifan lokal, Majalengka, materi ajar, mata kuliah, Sosiolinguistik Majalengka is one of the regencies located in area 3 Cirebon, West Java. It is bordered by Cirebon, which speaks Javanese "Cerbonan" and regency of Indramayu which speaks Javanese Indramayu, in the southern part of Majalengka district, it is directly adjacent to Tasikmalaya, Garut, Ciamis districts which are the Sunda Priangan region. This geographical location makes Majalengka district have various dialects of the language and also varied local wisdom. The influence of Sundanese and Javanese languages significantly adds to the treasure of local wisdom in Majalengka district, besides that the influence of cultural history also has an important urgency in the development and maintenance of local wisdom in Majalengka district. This article discusses local wisdom that exists in Majalengka district, the development of local wisdom is described based on the exposure of the main informants from each district who were the research participants. In addition, it also describes the preservation of local wisdom of Majalengka district in facing the flow of globalization which has an impact on cultural degradation. One of the things that can be done in maintaining local wisdom is integrating local wisdom of Majalengka as teaching material in Sociolinguistics courses.Keywords: local wisdom, Majalengka, teaching materials, courses, sociolinguistics