Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Peran Ganda Suami Setelah Istri Menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) dalam Keluarga: Studi Kasus di Kalijaga Lombok Timur Sa'adah, Sa'adah
Jurnal Humanitas: Katalisator Perubahan dan Inovator Pendidikan Vol 5 No 2 (2019): Jurnal Humanitas: Katalisator Perubahan dan Inovator Pendidikan
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/jhm.v5i2.3725

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang perempuan menjadi TKW, untuk mengetahui peran ganda suami yang ditinggal istri pergi ke luar negeri, dan untuk mengetahui kehidupan sosial ekonomi keluarga perempuan yang pergi keluar negeri. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, studi pustaka dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penilitian menunjukkan bahwa keputusan seorang istri menjadi seorang TKW memberikan dampak bagi seorang suami baik dari segi status maupun fungsi, serta perannya dalam keluarga. Beban pekerjaan yang ditanggung semakin bertambah berat terutama dalam mengurus pekerjaan rumah tangga dan mengurus kebutuhan anak, hal ini disebabkan karena suami hanya fokus bekerja mencari nafkah di luar rumah sedangkan untuk urusan pekerjaan rumah tangga dan mengurus kebutuhan biasanya dilakukan oleh istri. Adapun efek peran ganda suami adalah kurangnya waktu luang bersama anak dan masyarakat dalam melakukan kegiatan sosial masyarakat.
Telaah Obligasi Dalam Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Hafidzi, Anwar; Sa'adah, Sa'adah; Luthfi, Fuad
CBJIS: Cross-Border Journal of Islamic Studies Vol. 3 No. 1 (2021): Juli
Publisher : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAI Sultan Muhammad Syafiuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37567/cbjis.v3i1.708

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini ingin mereview tentang penggunaan dan fungsi obligasi serta surat berharga berjangka dalam tinjauan hukum ekonomi Syariah. Peneliti melihat ada celah yang datang dari praktik ini dalam penggunaan Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah meliputi mudharabah, musyarakah, salam, istisna, dan ijarah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini kajian pustaka terhadap review artikel tentang obligasi dan surat berharga berjangka. Penelitian ini membuktikan bahwa Pendapatan (hasil) yang diperoleh pemegang obligasi syariah sesuai akad yang digunakan. Pemindahan kepemilikan obligasi syariah juga mengikuti akad-akad yang digunakan. Perbedaan obligasi syariah dan obligasi konvensional adalah penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga. Kata kunci: Obligsi,syariah, surat berharga, hukum, ekonomi ABSTRACT This study wants to review the use and function of bonds in a review of Islamic economic law. we see that there is a gap that comes from this practice in the use of Akad that can be used in the issuance of Islamic bonds including mudharabah, musharakah, salam, istisna, and ijarah. The method used in this study is a literature review of review articles on bonds and futures securities. This study proves that the income (yield) obtained by Islamic bondholders is by the contract used. The transfer of ownership of Islamic bonds also follows the contracts used. The difference between Islamic bonds and conventional bonds is the use of the concept of reward and profit sharing instead of interest. Keywords: bonds, sharia, securities, law, economy
Review Of Islamic Law Regarding Beliefs About The Hereditary Tradition Of Providing 41 Kinds Of Wadai/Cakes In The Month Of Safar Rusdiyah, Rusdiyah; Nurhidayah, Nurhidayah; Aziza, Shilva Nur Aziza; Al Jinan, Muhamad Fatih Al Jinan; Sa'adah, Sa'adah
Indonesian Journal of Islamic Jurisprudence, Economic and Legal Theory Vol. 1 No. 2 (2023): The Development of Islamic Law and Culture in Indonesia
Publisher : Sharia Journal and Education Center Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62976/ijijel.v1i2.22

Abstract

This research relates to the belief in the hereditary tradition of providing 41 kinds of wadai or cakes in the month of Safar which is still practiced by some Banjar people. The 41 kinds of wadai or cakes are one of the culinary specialties of Banjarmasin, South Kalimantan. The provision of 41 kinds of wadai or cakes is done in the month of Safar because people still believe that Safar is a month full of bad luck. The 41 kinds of wadai are held to ask for protection and keep people away from various misfortunes or calamities. The method used in this research is a field research method that still occurs in Banjar society and a qualitative approach with literature study, which refers to the literature on the issues studied. Wadai or 41 kinds of cake is one of the requirements for various traditional events in Banjar society, one of which is the tradition of providing this wadai in the month of Safar which is believed to provide protection for the community. This study also aims to determine the view of Islamic law regarding the belief in the hereditary tradition of providing 41 kinds of wadai in the month of safar.
Konsep Radha’ah: Jumlah Persusuan Yang Menjadikan Mahram Menurut Para Ulama Aina, Nadhrah; Rusdiyah, Rusdiyah; Sa'adah, Sa'adah
Indonesian Journal of Islamic Jurisprudence, Economic and Legal Theory Vol. 1 No. 4 (2023): Islamic Law, Religious Court System, and Judicial Decisions in Indonesia
Publisher : Sharia Journal and Education Center Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62976/ijijel.v1i4.344

Abstract

Abstract This paper explores the concept of Radha'ah, a practice of breastfeeding recognized by Islamic scholars. Radha'ah refers to the act of nursing that establishes a mahram relationship between the nursing mother and the nursed individual. The discussion involves the perspectives and assessments of prominent Islamic scholars regarding the legitimacy and relevance of this concept within the framework of Sharia. The research delves into the legal foundations and hadiths that discuss Radha'ah, exploring the scholars' understanding and interpretations that either support or oppose it. Analysis of this concept involves an understanding of the conditions that must be met for a mahram relationship to be established through the practice of Radha'ah. The study also highlights the historical and cultural contexts shaping scholars' perceptions of this practice. Furthermore, this paper investigates the practical implications of Radha'ah in the everyday lives of Muslims. In discussing this aspect, attention is given to how the understanding of Radha'ah contributes to a broader comprehension of Islamic family dynamics and societal norms. Keywords: Radha’ah, hadits, Mahram ABSTRAK Mengulas konsep Radha'ah, sebuah praktek persusuan yang mendapatkan pengakuan dari para ulama Islam. Radha'ah merujuk pada tindakan menyusui yang dapat menjadikan dua individu yang terlibat sebagai mahram. Diskusi melibatkan pandangan dan penilaian para ulama terkemuka dalam Islam terhadap keabsahan dan relevansi konsep ini dalam konteks syariah. Penelitian ini mendalam ke dalam landasan hukum dan hadis yang membahas Radha'ah, mengeksplorasi pemahaman dan interpretasi ulama yang memperkuat atau menentangnya. Analisis terhadap konsep ini melibatkan pemahaman tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi agar hubungan mahram dapat terbentuk melalui praktik Radha'ah. Penelitian ini juga menyoroti konteks historis dan budaya yang membentuk pemahaman para ulama terkait dengan praktik ini. Selain itu, makalah ini menggali implikasi praktis Radha'ah dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Dalam membahas hal ini, diperhatikan bagaimana pemahaman terhadap Radha'ah dapat memberikan kontribusi dalam pemahaman keluarga dan masyarakat Islam secara lebih luas. Kata Kunci : Radha’ah, hadis, Mahram
Hukum Attakhattî (Melangkahi Pundak Jamaah) Ketika Khutbah Hari Jum’at Menurut Perspektif Mazhab Hanafi Dan Mazhab Syafi’i Ismail, Ismail; Sa'adah, Sa'adah; Muttaqin, Zainal
Indonesian Journal of Islamic Jurisprudence, Economic and Legal Theory Vol. 2 No. 4 (2024): This volume covers topics such as women's rights, inheritance law, crime preven
Publisher : Sharia Journal and Education Center Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62976/ijijel.v2i3.711

Abstract

Abstract Friday is a special day for Muslims, explained by Ibn Kathir as a day of gathering. On this day, the Friday prayer (Salat al-Jumu'ah) is performed, consisting of two obligatory units (rak'ahs) following two sermons (khutbahs), with specific conditions and pillars that must be met for the prayer to be valid according to Islamic law. One important aspect discussed in the context of Friday prayer is the prohibition of "attakhatti," which refers to stepping over the shoulders of worshipers during the sermon. This act is viewed differently by the Hanafi and Shafi'i schools of thought. The Hanafi school considers the act to be forbidden (haram) as it occurs during the sermon and has the potential to disturb other worshipers. In contrast, the Shafi'i school views attakhatti as merely disliked (makruh), though both agree that it disrupts the congregation. This study uses a normative legal research method with a descriptive and comparative approach, analyzing Islamic law books and fiqh texts from various schools of thought. The results reveal that the difference of opinion between the Hanafi and Shafi'i schools regarding attakhatti stems from divergent interpretations of the evidence (dalil). This highlights the variations in Islamic legal interpretation, particularly concerning actions that disrupt the performance of the Friday prayer. Keywords: Friday prayer, khutbah, attakhatti, Hanafi school, Shafi'i school, Islamic law Abstrak Hari Jum'at merupakan hari istimewa bagi umat Islam, yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir sebagai hari berkumpul. Pada hari ini dilaksanakan ibadah salat Jumat, yaitu salat wajib dua rakaat yang dilaksanakan setelah dua khutbah, dengan syarat dan rukun yang harus dipenuhi agar sah menurut syariat Islam. Salah satu aspek penting yang dibahas dalam konteks salat Jumat adalah larangan melakukan perbuatan "attakhatti" atau melangkahi pundak jamaah saat khutbah. Perbuatan ini memiliki pandangan berbeda dalam mazhab Hanafi dan Syafi'i. Mazhab Hanafi menganggap perbuatan tersebut haram, karena dilakukan saat khutbah berlangsung dan berpotensi mengganggu jamaah lain. Sementara itu, mazhab Syafi'i memandang attakhatti sebagai makruh, meskipun keduanya sependapat bahwa perbuatan ini bisa mengganggu jamaah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan deskriptif dan komparatif, mengkaji buku-buku hukum Islam dan kitab-kitab fiqih dari berbagai mazhab sebagai bahan analisis. Dari hasil penelitian, perbedaan pendapat antara mazhab Hanafi dan Syafi'i terkait attakhatti disebabkan oleh perbedaan dalam memahami dalil-dalil yang digunakan oleh masing-masing mazhab. Hal ini menunjukkan adanya variasi dalam interpretasi hukum Islam, khususnya terkait tindakan yang dianggap mengganggu pelaksanaan ibadah salat Jumat. Kata kunci: Salat Jumat, khutbah, attakhatti, mazhab Hanafi, mazhab Syafi'i, hukum Islam