Nurpratiwi, Hany
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Membangun karakter mahasiswa Indonesia melalui pendidikan moral Nurpratiwi, Hany
JIPSINDO Vol. 8 No. 1 (2021): JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jipsindo.v8i1.38954

Abstract

Karakter dan moral mahasiswa perlu ditumbuhkan dengan maksimal, sehingga mahasiswa tidak hanya unggul dibidang akademik, tapi juga unggul dibidang non akademik untuk menunjang identitas diri ditengah globalisasi. Oleh karenanya bagaimana menumbuhkan karakter yang mulia bagi mahasiswa Indonesia merupakan hal terpenting yang harus segera dilakukan. Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh gagasan atau strategi menumbuhkan karakter mulia di kalangan mahasiswa Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kajian pustaka yaitu mengumpulkan dan menganalisis sumber dan fakta dari literature seperti buku, jurnal, makalah dan tesis. Pengumpulan data dilaksanakan dengan Teknik membaca baik membaca semantic maupun simbolik. Hasil penelitian menemukan bahwa pendidikan karakter di lingkungan pendidikan tinggi tetap harus dilaksanakan untuk memperkuat dan menyemaikan karakter mulia di kalangan mahasiswa. Dosen memiliki peran dalam pengembangan karakter dan moral mahasiswa. Melalui keteladanan yang diajarkan dosen di lingkungan akademik, mahasiswa akan melakukan proses imitasi dan cenderung menjadikan dosen sebagai role model dalam bertindak.Building the character of Indonesian students through moral educationThe character and morals of students need to be developed to the maximum so that students are not only superior in academics, but also in non-academic fields to support their identity in the midst of globalization. Therefore, how to cultivate noble character for Indonesian students is the most important thing that must be done immediately. Through this research, it is hoped that ideas or strategies will be obtained to foster noble character among Indonesian students. The research was conducted using a literature review, namely collecting and analyzing sources and facts from literature such as books, journals, papers, and theses. Data collection was carried out with reading techniques both semantic and symbolic reading. The results of the study found that character education in the higher education environment must still be carried out to strengthen and nurture noble character among students. Lecturers have a role in developing student character and morale. Through exemplary teachings by lecturers in an academic environment, students will carry out an imitation process and tend to make lecturers role models in acting.
Historical Exploration: Soerakarta Walking Tour as a Platform to Foster Historical Awareness of BSLady Solo Nurpratiwi, Hany; Amir, Nor Zana Binti Mohd; Mumpuni, Restu Ayu; Rusdini, Siti Ekowati
Journal of Educational Social Studies Vol. 14 No. 1 (2025)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jess.v14i1.24520

Abstract

The historical exploration program, initiated through a collaboration between BSLady Solo and Soerakarta Walking Tour, serve as a transformative model for integrating cultural heritage education with community engagement. Aimed at exchanging historical awareness among urban women's fashion communities, the program immerses participants in Solo's historical landscape while deepening their understanding of batik as cultural and philosophical artifact. Through guided exploration and narrative based learning, participants not only discover the craftsmanship that shapes Solo's identity. This initiative demonstrates how culturally immersive and participatory methods can bridge generational gaps, promote local wisdom and stimulate cultural continuity in rapidly modernizing society. The program underscores the potential of creative heritage collaborations in fostering a sustainable appreciation of local identity and in cultivating a sense of collective pride in cultural traditions. 
Fashion, Sustainability, and  Tourism: How Soerakarta Walking Tour Engages Muslim Community in Green Tourism Mumpuni, Restu Ayu; Nurpratiwi, Hany; Rusdini, Siti Ekowati; Sinaga, Syahrul Syah
Forum Ilmu Sosial Vol. 52 No. 1 (2025): June 2025
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/fis.v52i1.19966

Abstract

The Soerakarta Walking Tour (SWT) is an innovative urban tourism initiative that integrates cultural preservation, environmental sustainability, and inclusivity. This study examines how SWT's promotes green tourism through a mixed-methods approach, combining quantitative surveys and qualitative interviews with participants. The quantitative findings reveal high levels of participant satisfaction, including understanding green tourism principles and satisfaction with cultural storytelling. Qualitative data complement these results, highlighting participants’ appreciation for Muslim-friendly facilities, opportunities for cultural learning, and the promotion of local economic and environmental sustainability. The study applies the frameworks of Integrated Marketing Communication (IMC) and Social Marketing to analyze how SWT delivers consistent and engaging messages while fostering behavioral change. The findings show that SWT successfully inspires participants to adopt sustainable practices, though some variability in the visibility of green tourism principles suggests room for improvement.
Pelatihan Pembuatan Bahan Ajar untuk Menghindari Anakronisme Sejarah di MGMP Kabupaten Semarang Wijayati, Putri Agus; Pratiwi, Ardela Iga; Nurpratiwi, Hany
Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol 4 No 4 (2024): JPMI - Agustus 2024
Publisher : CV Infinite Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52436/1.jpmi.2763

Abstract

Kemampuan guru membuat detail pembabakan waktu atau periodesasi sejarah Indonesia masa kolonial perlu diperkuat guna menghindari anakronisme. Kompetensi pengetahuan guru harus terus diupgrade untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang kontekstual. Di samping itu, pada era perkembangan teknologi ini, kompetensi guru sejarah sebagai pendidik yang profesional juga dituntut untuk dapat menyajikan pembelajaran dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. Pembelajaran menggunakan metode dan media ajar terbarukan sesuai perkembangan kurikulum serta membuat bahan ajar yang inovatif dan kreatif akan mampu membawa hasil pembelajaran yang maksimal. Pelatihan pembuatan bahan ajar di MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) sejarah di kabupaten Semarang, Jawa Tengah bertujuan untuk mengoptimalkan bahan ajar di sekolah yang disesuaikan dengan kurikulum dan perkembangan teknologi. Selain itu juga untuk penguatan pemahaman guru terhadap periodesasi sejarah Indonesia guna menghindari anakronisme sejarah. Metode yang dilaksanakan antara lain persiapan, pembentukan tim pengembangan bahan ajar, merancang media ajar berupa video, pelaksanaan kegiatan serta pemantauan dan evaluasi kegiatan. Hasil dari kegiatan pengabdian ini ialah mampu menguatkan pemahaman peserta untuk menghindari anakronisme dalam menyampaikan materi sejarah Indonesia masa kolonial. Video pembelajaran sejarah yang dilengkapi unsur audio visual meliputi teks, gambar dan musik dapat membantu siswa untuk belajar sejarah Indonesia masa kolonial secara kronologis dan menarik.
The National Heroes in the Indonesian History Curriculum Pramono, Suwito Eko; Ahmad, Tsabit Azinar; Utama, Nanda Julian; Atno, Atno; Kurniawan, Ganda Febri; Nurpratiwi, Hany; Plangsorn, Boonrat
Paramita: Historical Studies Journal Vol 34, No 2 (2024): Disaster and Disease in History
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v34i2.42419

Abstract

Abstract: Indonesia has plenty of national heroes. In education, they have the potential as a medium for transmitting values and character education. From 1959 to 2023, the president awarded the title of hero to 206 people. This number will continue to increase every year. However, the contribution of learning about national heroes has not been studied in depth. Therefore, this paper aims to analyze how national heroes' mapping in history class and the heroes' position in the Indonesian History curriculum. This paper also examines the internalization of heroic values and obstacles encountered in historical learning. Data was collected on policies related to hero titles, curriculum documents, history textbooks, and learning cases about national heroes in Semarang City. The results showed that historical learning in the Indonesian curriculum accommodated the teaching of heroes. Some material addressed the role of the hero explicitly. However, not all heroes were conveyed in the lesson. Overproduction of heroes was counterproductive to students' recognition of the value of heroism. On the one hand, the role of local heroes had not been optimally reviewed. As a result, history learning was stuck on the term "learning about heroes." History learning has not entirely made students "learn from heroes" or "learn to be heroes." Abstrak: Indonesia memiliki banyak pahlawan nasional. Dalam dunia pendidikan, mereka memiliki potensi sebagai media transmisi nilai-nilai dan pendidikan karakter. Sejak tahun 1959 hingga 2023, presiden telah menganugerahkan gelar pahlawan kepada 206 orang. Jumlah tersebut akan terus bertambah setiap tahunnya. Namun, kontribusi pembelajaran tentang pahlawan nasional belum dikaji secara mendalam. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pemetaan pahlawan nasional dalam pelajaran sejarah dan kedudukan pahlawan dalam kurikulum Sejarah Indonesia. Tulisan ini juga mengkaji internalisasi nilai-nilai kepahlawanan dan kendala yang ditemui dalam pembelajaran sejarah. Data yang dikumpulkan berupa kebijakan terkait gelar pahlawan, dokumen kurikulum, buku teks sejarah, dan kasus pembelajaran tentang pahlawan nasional di Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah di Indonesia dalam kurikulum (K13) dan Kurikulum Merdeka (KM) telah mengakomodir pengajaran tentang pahlawan. Beberapa materi membahas peran pahlawan secara eksplisit. Namun, tidak semua pahlawan tersampaikan dalam pembelajaran. Overproduksi pahlawan justru kontraproduktif terhadap pengenalan siswa terhadap nilai kepahlawanan. Di satu sisi, peran pahlawan lokal belum dikaji secara optimal. Akibatnya, pembelajaran sejarah hanya terpaku pada istilah "belajar tentang pahlawan". Pembelajaran sejarah belum sepenuhnya membuat siswa "belajar dari pahlawan" atau "belajar menjadi pahlawan".