Syarif, Akhmad Saputra
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH TURN-BASED STRATEGY GAME TERHADAP KEMAMPUAN MANAJEMEN ORGANISASI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR Syarif, Akhmad Saputra; Aprianti, Riswa Endang; M, Ulfah Hani
JURNAL NALAR PENDIDIKAN Vol 5, No 1 (2017): JURNAL NALAR PENDIDIKAN
Publisher : Lembaga Penelitian Mahasiswa Penalaran UNM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.709 KB) | DOI: 10.26858/jnp.v5i1.3279

Abstract

Turn-Based Strategy Game ini diharapkan dapat melatih mahasiswa mengembangkan kemampuan manajerialnya dengan menempatkan mahasiswa pada kondisi – kondisi yang menuntut mahasiswa  untuk bekerja secara efektif.  Dalam penelitian ini peneliti menggunakan game clash of clan. Clash of clan merupakan sebuah game strategi yang bercerita tentang pertarungan antar clan dimasalalu. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektifitas “Turn-Based Strategy Game” menjadi solusi peningkatan manajerial mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar . Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar yang berusia 18-22 tahun sebanyak 30 orang. Hasil dari penelitian ini yakni tidak ada pengaruh Turn-Based Strategy game terhadap kemampuan manajemen organisasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi UNM.Kata kunci:Kemampuan, Manajemen organisasi, Turn-Based Strategy Game
AKSI KOLEKTIF PADA GERAKAN SOSIAL: SEBUAH PERSPEKTIF PSIKOLOGI Syarif, Akhmad Saputra; Halida, Rizka
Psyche: Jurnal Psikologi Vol 7, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36269/psyche.v7i1.2783

Abstract

Penelitian ini berusaha untuk menutupi banyak kekurangan pada tinjauan perkembangan studi aksi kolektif. Sejak 2007, tidak banyak studi terutama di Indonesia yang memberikan gambaran masif tentang aksi kolektif. Padahal pada tahun-tahun setelahnya kehidupan manusia mengalami perkembangan yang pesat, terutama dengan keberadaan dunia maya. Aksi kolektif di keseharian juga mengalami perkembangan seperti munculnya digital activism, orang-orang lebih menyukai berdonasi dibandingkan aksi protes atau para pria berkelompok untuk mendukung feminimisme. Perubahan aksi kolektif baik secara kuantitatif dan kualitatif ini perlu ditunjang dengan studi yang membahas perkembangan aksi kolektif dalam berbagai perspektif. Penelitian ini menggunakan metodologi systematic literature review (SLR). Jangkauan studi yang sangat luas dari 1984 sampai 2024 menawarkan wawasan historis sekaligus kontemporer tentang evolusi aksi kolektif. Hasil yang ditemukan mencakup definisi aksi kolektif yang selama ini dipakai oleh Wright et al., (1990) tidak dianggap cukup mampu untuk menjelaskan perubahan aksi kolektif saat ini. Selain itu, antesenden  dari aksi kolektif mengalami perkembangan bukan saja relative deprivation yang selama ini banyak dipercayai. Pengukuran aksi kolektif memerlukan pertimbangan lebih lanjut agar dapat mewakili berbagai ideologi. Individu dimungkinkan tidak melakukan aksi kolektif bukan karena tidak tergerak oleh muatan yang dibawanya namun lebih ketidaksesuaian dengan bentuk dari aksi kolektif tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap literatur aksi kolektif, terutama di era modern yang semakin kompleks dan terhubung secara global.
Trauma pascakelahiran juga terjadi pada ayah? Syarif, Akhmad Saputra; Hudiyana, Joevarian
Jurnal Psikologi Sosial Vol 23 No 2 (2025): Agustus
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jps.2025.13

Abstract

Banyak studi memfokuskan pada trauma pascakelahiran yang dialami oleh Ibu. Akan tetapi posisi Ayah yang juga rentang terhadap trauma serupa seakan tidak banyak mendapat perhatian yang semestinya. Penelitian ini mencoba untuk mengangkat tema Ayah dengan trauma pascakelahiran menggunakan dua studi. Studi pertama ingin membuktikan klaim penulis bahwa terdapat perbedaan persepsi dan sikap prososial terhadap Ayah (Vs. Ibu) yang mengalami trauma pasca kelahiran. Ayah dihipotesiskan akan lebih sedikit mendapatkan bantuan dari pada Ibu dengan kondisi yang sama, serta penulis juga mengasumsikan hegemonic masculinity sebagai alasan dibalik fenomena tersebut. Sementara pada studi dua, penulis ingin memastikan kembali klaim tersebut, dan mengusulkan pendekatan human nature sebagai solusi dalam meningkatkan persepsi dan sikap utuk menolong Ayah dengan trauma pascakelahiran. Studi satu melibatkan 67 partisipan, dan pada studi dua melibatkan 215 partisipan. Desain penelitian eksperimen digunakan serta penulis juga memanfaatkan uji analisis independent t-test (studi 1) dan mixed anova (studi 2). Hasil penelitian ini menguatkan asumsi penulis bahwa hegemonic masculinity memiliki peran yang kuat terhadap persepsi yang timbul bahwa Ibu dengan trauma pascakelahiran lebih layak mendapatkan bantuan, dibandingkan dengan Ayah dengan trauma pascakelahiran. Serta tidak ditemukan perbedaan pada setiap kelompok human nature (human is good vs. evil vs. neither good nor evil) pada persepsi dan sikap menolong. Kata kunci: hegemonic masculinity, ayah dengan trauma pascakelahiran
Development and validation of the parasocial relationships with religious figures scale Dewanti, Yunita; Ifthiharfi, Ratu; Hamka, Muhammad Ahyar; Ruciswandaru, Ratriastu; Syarif, Akhmad Saputra; Seniati, Ali Nina Liche
INSPIRA: Indonesian Journal of Psychological Research Vol 6 No 1 (2025): Vol. 6 No. 1 June 2025
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/inspira.v6i1.11011

Abstract

The current study aimed to develop and validate the Parasocial Relationships with Religious Figures (PSR-R) scale, a multidimensional instrument designed to assess individuals' parasocial relationships with their idolized religious figures. A total of 301 participants aged 18–29 were recruited using convenience sampling, representing six religious groups in Indonesia. The scale development process involved item generation, expert evaluation, and confirmatory factor analysis to establish the structural validity of the scale. The final 25-item PSR-R scale demonstrated robust model fit (CFI = .908, RMSEA = .062, and SRMR = .607), capturing four dimensions: interest in, knowledge of, identification with, and interaction with. Internal consistency was high (? = .922), with dimension-level reliabilities ranging from .711 to .855 and significant intercorrelations among its four dimensions, supporting its validity as a multidimensional construct. Convergent validity was supported by a significant positive correlation with a measure of celebrity worship (r = .544, p < .001), suggesting that shared psychological processes underlie parasocial relationships across different domains. These findings support the PSR-R scale as a reliable and valid instrument for assessing parasocial relationships in religious contexts. By introducing a validated measurement tool, this study provides a foundation for further exploration of parasocial relationships with religious figures and their psychological implications. The scale offers theoretical and applied value for examining the psychological impact of mediated religious engagement. Future research should assess the cross-cultural generalizability of this approach, its role in identity development, and its potential applications in religious education, counseling, and mental health settings.