Haq, Pendais
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PERUBAHAN MAKNA DAN NILAI FITU KABINTINGIA DALAM PROSES PERKAWINAN ADAT MUNA (STUDI DI KECAMATAN KABAWO KABUPATEN MUNA) hasran, Hasran; Jamiludin, H.; Haq, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.71 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v1i1.7366

Abstract

ABSTRAKFokus dan tujuan penelitian ini diarahkan pada tiga hal yaitu (1) makna dan nilai–nilai fitu kabintingi dalam proses perkawinan masyarakat Muna, (2) Perubahan yang terjadi pada Fitu Kabintingi dalam Proses Perkawinan Masyarakat Muna, (3) Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan pada fitu kabintigi dalam proses perkawinan pada masyarakat Muna.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin yang terdiri dari 3 (Tiga) tahapan yakni (1) Heuristik: pengumpulan data melalui studi dokumen, pengamatan, wawancara dan penelitian kepustakaan; (2) verifikasi (Kritik Sumber) yakni penelitian terhadap keotentikan dan keabsahan data yang terdiri dari kritik ekstern dan kritik intern, (3) Historiografi (penulisan sejarah) yang terdiri atas: a) penafsiran (interpretasi), b) penjelasan (eksplanasi), c) penyajian (ekspose). Sedangkan kajian pustaka yang ditampilakan sesuai dengan penelitian ini memut konsep (1) Konsep Kebudayaan, (2) Konsep Nilai, (3) Konsep Makna dan Simbolik Kebudayaan, (4) Konsep sistem perkawinan dalam masyarakat Muna, (5) Prosedur dan tata cara perkawinan adat angka mata dalam masyarakat Muna, (6) Penelitian terdahulu.Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa Pertama, Kabintigi disebut juga bingkisan atau seserahan, sedangkan proses penyerahkan bingkisan atau kabintingi tersebut disebut dengan “kabintingia”. Karena tuju paket seserahan maka disebutlah “fitu kabintingia” yang terdiri kantaburi, paniwi, Lolino ghawi, Kaokanuha dan Kafoatoha, Adhati balano (sara-sara), matano kenta, kakawi, dan kafosulino katulu. Kedua, Perubahan yang terjadi pada fitu kabintingi dalam proses perkawinan masyarakat Muna sebenarnya hanya pada tataran alat dan metode saja misalnya pada zaman dahulu kabintingi ini ditempatkan pada talang yang berbentuk persegi panjang, seiring perkembangan zaman semua itu telah berubah yang sekarang ini fitu kabintingi telah tempatkan pada sebuah piring, selain itu uga bentuk perubahan lain walaupun tidak merubah subtansi (makna) Ketiga, Faktor yang menyebabkan perubahan tersebut karena faktor internal dan faktor eksternal. faktor internal yang terdiri dari; (a) Pengaruh perilaku masyarakat dan (b) Perubahan penduduk. Kemudian faktor eksternal yaitu; (a) Pengaruh pola hidup modern, (b) Pengaruh social dan Kebudayaan, dan (c) Adanya percampuran suku dan perkawinan campuran. Kata Kunci: Perubahan, Makna dan Nilai, dan Fitu Kabintingia
PENERAPAN MEDIA PETA KONSEP SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMAN 1 WATOPUTE Rahmania, Rahmania; M., Aswati; Haq, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.514 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v1i1.7351

Abstract

ABSTRAK Fokus penelitian ini mengacu pada beberapa permasalahan dasar yaitu (1) Apakah Penerapan Media Peta Konsep dalam pembelajaran sejarah di Kelas XI IPS 1 SMAN 1 Watopute dapat meningkatkan efektifitas Mengajar guru? (2) Apakah Penerapan media Peta Konsep dalam pembelajaran sejarah dikelas  XI IPS 1 SMAN Watopute dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa? (3) Apakah penerapan Media Peta Konsep dalam Pembelajaran Sejarah dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XI. IPS 1 SMAN 1 Watopute?Penelitian telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2016 di kelas XI IPS1 SMA Negeri 1 Watopute yang telah dilaksanakan dengan prosedur penelitian (a) perencanaan (b) pelaksanaan tindakan (c) observasi dan evaluasi (d) refleksi. Dilakukan dalam dua siklus tiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan yang penjabarannya 2 kali pertemuan untuk tatap muka pembelajaran atau pemberian perlakuan dan 1 kali pertemuan ke-tiga untuk tes hasil belajar. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMAN 1 Watopute yang berjumlah 30 orang.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Penggunaan media peta konsep dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Watopute dapat meningkatkan efektifitas mengajar guru dimana pada siklus I hanya mencapai 71,42% dan pada siklus II mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu mencapai 100%. (2) Penggunaan media peta konsep dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1SMAN 1 Watopute dapat meningkatkan aktivitas  belajar siswa, dimana pada siklus I hanya mencapai 66,66% sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu mencapai 100%. (3) penggunaan media peta konsep  hasil belajar siswa dikelas XI IPS 1 SMAN 1 Watopute mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilaksanakan pada siklus I siswa yang tuntas  18 0rang (60%) sedangkan yang tidak tuntas 12 orang (40%). Pada siklus II siswa tuntas meningkat menjadi 27 orang (90%) dan yang tidak tuntas 3 orang (10%).
PERKEMBANGAN PENGOLAHAN SAGU DI DESA KIAEA KECAMATAN PALANGGA KABUPATEN KONAWE SELATAN (1995-2014) Rispan, Rispan; M., Aswati; Haq, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.044 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v1i1.7368

Abstract

ABSTRAKUlasan dan Fokus penelitian ini mengacu pada permasalahan (1) apa yang  melatarbelakangi pengolahan sagu di Desa  Kiaea (2) Bagaimana proses pengolahan sagu di Desa  Kiaea (3) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perkembangan pengolahan sagu di Desa  Kiaea (4) Bagaimana  akibat perkembangan pengolahan sagu terhadap kehidupan masyarakat pengolah sagu di Desa  Kiaea.Metode yang digunakan dalam Hasil Penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin yang terdiri dari (1) Heuristik (Pengumpulan Sumber), (2) Kritik Sumber (kritik internal dan eksternal), dan (3) Historiografi (Penulisan) yang terdiri dari (Interpretasi, Eksplanasi, dan Ekspose). Kajian pustaka dalam Penelitian ini menggunakan Konsep Perkembangan, Konsep Masyarakat Petani, Konsep Sagu, Konsep Sosial Ekonomi, dan Konsep Distribusi, Produksi, dan Konsumsi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Latar belakang pengolahan sagu di Desa Kiaea Kecamatan Palangga Kabupaten Konawe Selatan adalah: pertama karena sagu merupakan makanan pokok sebagian masyarakat Tolaki selain beras, kedua sagu merupakan salah satu sistem mata pencaharian masyarakat Desa Kiaea yang berlangsung secara turun temurun (tradisi), ketiga sumber daya dan potensi lahan yang memadai sangat menunjang untuk usaha tersebut, keempat mengolah sagu tidak butuh modal banyak, dan kelima sebagai sumber pendapatan ekonomi bagi keluarga pengolah sagu. (2) Proses pengolahan sagu di Desa Kiaea terdiri dari dua tahap yakni proses pengolahan sagu secara tradisional (manual) alat-alatnya terdiri dari: Suli (betel), Saku (alat untuk monokok), Tambu-Tambu (timba), Sandu (sendok), Basu ndinggawu (alat pengangkut sagu), Landaka, (tempat menyaring ampas-ampas sagu),  dan sistem pengolahan sagu secara modern (menggunakan mesin). (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pengolahan sagu di Desa Kiaea terdiri dari dua faktor yaitu: Faktor teknologi disebabkan oleh adanya proses sebuah transformasi yang terjadi dalam pengolahan sagu yakni perubahan dari sistem tradisional menjadi sistem modern (mesin).  Dan faktor ekonomi  disebabkan oleh adanya Peranan modal dalam pengembangan usaha sagu. Karena hasil akhir dari pengolahan sagu adalah sumber pendapatan bagi masyarakat pengolah sagu. (4) Akibat perkembangan pengolahan sagu di Desa Kiaea terdiri dari tiga antara lain: Dibidang sosial dan ekonomi dapat terpenuhi kebutuhan primer keluarga Dibidang budaya terjadi perubahan budaya dalam aspek pengolahan, dan Dibidang pendidikan dan kesehatan dapat terpenuhi dengan perkembangan berupa penggunaan alat modern/mesin dalam pengolahan sagu. Kata Kunci: Sagu, Sejarah dan Orang Tolaki
SEJARAH PENDIDIKAN FORMAL DI KELURAHAN LAKONEA KECAMATAN KULISUSU KABUPATEN BUTON UTARA (1983-2015) Muchlis, Muchlis; Darnawati, Hj.; Haq, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.995 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v1i1.7352

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini menfokuskan perhatian pada tiga permasalahan utama yaitu (1) Apa latar belakang  terbentuknya pendidikan formal di Kelurahan Lakonea Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara? (2) Bagaimana perkembangan pendidikan formal di Kelurahan Lakonea Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara? (3) Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat pendidikan formal di Kelurahan Lakonea Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara serta apa manfaat adanya pendidikan formal bagi masyarakat Lakonea?Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah sesuai dengan yang ditulis oleh Kuntowijoyo. Adapun tata kerja dalam metode sejarah tersebut adalah: (a) Pemilihan Topik (b) Heuristik yaitu pengumpulan data (c) Verifikasi atau kritik sejarah yaitu penilaian terhadap keabsahan data (d) Interpretasi atau penafsiran yaitu data yang sudah dikritik selanjutnya ditafsirkan untuk memberikan penjelasan sesuai dengan masalah yang diteliti (e) Historiografi yaitu penulisan dan penyusunan sejarah.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Latar belakang pendidikan formal di Kelurahan Lakonea Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara yakni munculnya Kesadaran masyarakat setempat yang bekerja sama dengan pemerintah setempat dan pemerintah pusat untuk mengenyam pendidikan formal di Kelurahan Lakonea (2) Perkembangan pendidikan formal di Kelurahan Lakonea Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara sudah mengalami kemajuan. Hal ini dapat diketahui berdasarkan perkembangan pendidikan SDN I Lakonea (1983), SDN I Banu-Banua (1997), SMP Satap Banu-Banua Jaya (2011), dan TK Harapan Bunda (2012). (3) Faktor pendukung perkembangan pendidikan formal di Kelurahan Lakonea Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara adalah adanya pengetahuan dan kesadaran kepala keluarga, Adanya bimbingan, pengajaran, dan pendidikan orang tua yang baik kepada anaknya, Adanya pengelolaan pembelajaran yang baik oleh guru kepada peserta didik. Sedangkan faktor penghambat perkembangan pendidikan formal di Kelurahan Lakonea jauhnya jarak tempuh antara rumah peserta didik dengan lingkungan pendidikan, kurangnya transportasi, rusaknya jalanan umum, akses pada sekolah menengah atas yaitu SMA/SMK masih terbatas, semuanya merupakan faktor penghambat atas belum berkembangnya tingkat pendidikan masyarakat di tempat ini.                                                                      Kata Kunci: Sejarah, Faktor pendukung, Pendidikan Formal
PERUBAHAN POLA ASUH ANAK PADA KELUARGA PETANI TAMBAK DI DESA TEPPOE KECAMATAN POLEANG TIMUR KABUPATEN BOMBANA SEBELUM DAN SESUDAH REFORMASI TAHUN 1998 Ramayanti, Aulia; Hadara, Ali; Haq, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.839 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v1i1.7359

Abstract

ABSTRAKPenelitian dilakukan dengan mengambil tema “Perubahan Pola Asuh Anak pada Keluarga Petani Tambak di Desa Teppoe Kecamatan Poleang Timur Kabupaten Bombana Sebelum dan Sesudah Reformasi Tahun 1998”. Dengan permasalahan utama adalah untuk melihat perbedaan pola asuh anak khususnya pada keluarga petani tambak antara sebelum dan setelah reformasi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Teppoe Kecamatan Poleang Timur Kabupaten Bombana. Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang ditulis oleh Helius Sjamsudin (2007: 85), bahwa tata kerja penelitian sejarah terdiri dari tiga tahapan, yaitu: 1) Heuristik (Pengumpulan sumber), 2) Kritik Sumber, dan 3) Historiografi.Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa: (1) Pola asuh anak yang diterapkan pada keluarga petani tambak di Desa Teppoe Kecamatan Poleang Timur Kabupaten Bombana sebelum reformasi tahun 1998 ialah pola asuh yang bersifat otoriter (otoritative) dan pemanjaan (permisif). Dimana orang tua cenderung memaksakan kepada anak untuk disiplin, cenderung memberikan perintah dan larangan kepada anak, dan mengharuskan anak untuk mematuhi peraturan-peraturan yang dibuat oleh orang tua. Ini merupakan ciri dari pola asuh yang otoriter. Selain itu sebagian orang tua juga cenderung memanjakan anak dan memberikan semua yang diinginkan oleh anaknya (pola asuh permisif). (2) Pola asuh yang diterapkan pada keluarga petani tambak di Desa Teppoe Kecamatan Poleang Timur Kabupaten Bombana sesudah reformasi tahun 1998 ialah pola asuh yang bersifat demokratis (authoritative). Dimana orang tua di sini memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapat, ada komunikasi yang baik antara orang tua dan  anak, memberi perintah dan larangan kepada anak disertai alasan di balik larangan tersebut, serta tidak mengekang keinginan anak. (3) Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan pola asuh anak terdiri atas dua, yaitu (a) faktor intern, antara lain usia anak, jenis kelamin anak, kepribadian orang tua dan kepribadian anak. (b) faktor ekstern, antara lain budaya, pengetahuan orang tua, adanya UU Perlindungan Anak, latar pengasuh, lingkungan, dan perkembangan teknologi. Kata Kunci: Pola Asuh Anak, Sebelum dan setelah Reformasi, dan Petani Tambak
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI KECAMATAN RANOMEETO KABUPATEN KONAWE SELATAN (KONSEL) Marhini, La Ode; Haq, Pendais; La Ode, Dinda; Rihu, Agus
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v6i2.18693

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kerukunan antar umat beragama dan peran tokoh-tokoh agama dalam merawat kerukunan antar umat beragama di desa Langgea. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori struktural fungsional Talcot Parson yang disebut AGIL (Adaptation, Goal, Integration dan Latency). Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Terdapat tiga bentuk kerukunan antar umat beragama yaitu toleransi, kerjasama dan kesetaraan agama di Desa Langgea, (2) Terdapat lima peran  tokoh agama dalam merawat kerukunan antar umat beragama di Desa Langgea yaitu (1) menjadikan rumah-rumah ibadah sebagai tempat untuk menanamkan benih perdamaian dan pendidikan kebhinekaan, (2) menghindari tema-tema khutbah yang dapat menimbulkan konflik antar agama, (3) Menepis isu-isu konflik agama di daerah lain dengan memberikan informasi yang berimbang, (4) Menyelesaikan masalah yang ada dengan mengabaikan identitas agama dan (5) Melakukan dialog antar tokoh beragama.                  Â