Kulit singkong merupakan pembalut umbi songkong setelah kulit luar, bagian kulit luar tipis berwarna merah muda dan pada bagian dalamnya berwarna putih. Kulit singkong selalu dibuang kelingkungan dari UMKM Akopa. Tidak disadari bahwa kulit singkong terdapat kandungan karbon (C) sebesar 59,31%, hydrogen (H) sebesar 9,78%, oksigen (O) sebesar 28,74%, nitrogen (N) sebesar 2,06%, sulfur (S) sebesar 0,11% dan air (H2O) sebesar 11,4%. Berdasarkan kandungan dari kulit singkong diatas maka masih dapat dimanfaatkan menjadi produk olahan lain seperti makanan ringan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, salah satunya yaitu menjadi kripik singkong. Memang terlihat sederhana apabila melihat proses pengolahan kulit singkong menjadi kripik salah satu penerapan ilmu produksi bersih dari pemanfaatan limbah singkong. Peserta selain dilatih membuat kripik singkong juga diberikan pengetahuan tentang kandungan kulit singkong serta cara menjaga kelestarian lingkungan. Hasil pelatihan yaitu diketahui nilai tambah ekonomi dari pengolahan kulit singkong menjadi kripik sebesar Rp 137.000,- dari 6 kg kulit singkong basah, rasa kripik singkong yang disukai adalah rasa pedas sebesar 52%. Meningkat pengetahuan peserta tentang kandungan sianida dalam kulit singkong sebesar 20% menjadi 80% dan mengetahui cara menghilangkan kandungan sianida kulit singkong sebesar 24% menjadi 76% dari jumlah peserta sebanyak 25 (dua puluh lima orang). UMKM sejatinya menigkatkan perekonomian dari masyarakat sekitar selain itu juga dapat meminimalisir sampah buangan (kulit singkong) untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi hijau di Indonesia. _____________ Cassava skin is a dressing for cassava tubers after the outer skin, the thin outer skin is pink and the inside is white. Cassava skin is always thrown into the environment from UKM Akopa. Even though cassava peel still contains carbon (C) of 59.31%, hydrogen (H) of 9.78%, oxygen (O) of 28.74%, nitrogen (N) of 2.06%, sulfur (S) of 0.11% and water (H2O) of 11.4%. Based on the content of the cassava peel above, it can still be used to make other processed products such as snacks which have high economic value, one of which is cassava chips. The process of processing cassava peels into chips does seem simple, one of the applications of clean production science from the utilization of cassava waste. Apart from being trained in making cassava chips, participants were also given knowledge about the content of cassava peels and how to preserve the environment. The result of the training is that it is known that the economic added value of processing cassava skins into chips is Rp. 137,000.- from 6 kg of wet cassava skins, the preferred taste of cassava chips is spicy by 52%. Increasing participants' knowledge about the cyanide content in cassava peels by 20% to 80% and knowing how to remove the cyanide on cassava peels by 24% to 76% of the total number of participants of 25 (twenty five people). UMKM actually improve the economy of the surrounding community while also minimizing waste (cassava peels) to increase the added value of the green economy in Indonesia.