Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hubungan Kadar D-Dimer Dan Jenis Histopatologi Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil Terhadap Respons Kemoterapi Berdasarkan Recist 1.1 Firdaus, Elman Dani; Infianto, Andreas; Windarti, Indri; Soemarwoto, Retno Ariza S; Ekawati, Diyan; Sinaga, Fransisca T.Y.; Hendarto, Gatot Sudiro; Lyanda, Apri; Kusumajati, Pusparini; Ajipurnomo, Adhari
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 7 (2025): Volume 12 Nomor 7
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i7.20247

Abstract

Kanker paru tetap menjadi penyebab utama kematian terkait kanker secara global, terutama pada pria di Indonesia. Sekitar 80 % kasus  didiagnosis sebagai Kanker Paru Bukan Sel Kecil (KPKBSK), terutama Adenokarsinoma dan Karsinoma Sel Skuamosa. Kadar D-Dimer yang meningkat, yang menunjukkan keadaan hiperkoagulasi, dapat menjadi penanda potensial untuk memprediksi hasil pengobatan dan prognosis keseluruhan.  Metode: Dalam penelitian ini, 61 pasien KPKBSK yang menjalani tiga siklus kemoterapi lini pertama dilibatkan. Sebelum pengobatan, kadar D-Dimer diukur, dan jenis histopatologi ditentukan melalui pemeriksaan patologi anatomi. Respons kemoterapi dinilai menggunakan RECIST 1.1. Distribusi respons: Partial Response (27,9 %), Stable Disease (19,7 %), dan Progressive Disease (52,5 %). Terdapat perbedaan signifikan secara statistik dalam kadar D-Dimer antar kelompok tersebut (p = 0,001). Kelompok Partial Response memiliki median kadar D-Dimer 1.229 ng/mL (Mean Rank = 18,32), kelompok Stable Disease menunjukkan mean 1.335,67 ng/mL (SD = 624,30; Mean Rank = 21,13), dan kelompok Progressive Disease memiliki median 2.586 ng/mL (Mean Rank = 41,44). Kadar D-Dimer ≥1.654 ng/mL secara signifikan terkait dengan peningkatan risiko Progressive Disease, dengan sensitivitas 78,1 % dan spesifisitas 76 %. Subtipe histopatologi (Adenokarsinoma vs. Karsinoma Sel Skuamosa) tidak berkorelasi signifikan dengan respons kemoterapi (p = 0,717). Kadar D-Dimer berkorelasi dengan respons kemoterapi pada pasien KPKBSK, menunjukkan potensi penggunaannya sebagai prediktor, sedangkan jenis histopatologi tidak memengaruhi hasil terapi.
Anak dengan Tuberkulosis (TB) Paru Kasus Baru Terkonfirmasi Bakteriologis dengan Riwayat Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang Menjalani Pengobatan Antiretroviral (ARV) Soemarwoto, Retno Ariza S; Afryan, I Made; Nareswari, Shinta; Sinaga, Fransisca; Saputra, Oktadoni; Herliyana, Lina; Hidayat, Hidayat
Medula Vol 14 No 10 (2025): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v14i10.1423

Abstract

Tuberculosis (TB) in children with Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a complex clinical challenge due to the synergistic interaction between these two diseases, which mutually worsen the patient's clinical condition. HIV decreases immunity, thus increasing the risk of TB infection, while TB accelerates HIV progressivity. TB-HIV co-infection is a major cause of morbidity and mortality, especially in children with undetected M. Tuberculosis infection. By 2022, an estimated 710,000 HIV patients will develop TB, of which 187,000 will die. This article aims to provide an update on the management of pulmonary TB in children with HIV who are routinely on antiretroviral (ARV) treatment. The discussion covers the definition, epidemiology, etiology, disease progression, pathogenesis, diagnosis, supporting investigations, and management of TB-HIV. The diagnosis of TB in children with HIV is often difficult due to non-specific clinical manifestations and limitations of diagnostic tests. Therefore, early detection through comprehensive testing is essential. TB-HIV management requires a multidisciplinary approach, including appropriate TB treatment and integrated ARV administration. Intensive monitoring is also required to prevent complications, such as drug resistance or adverse effects of therapy. In conclusion, this article emphasizes the importance of a holistic approach in evaluating and managing pulmonary TB in children with HIV, including interprofessional collaboration, family education, and preventive efforts to improve patients' quality of life and reduce mortality.
Pemberdayaan Siswa sebagai Peer Educator dalam Rangka Upaya Pencegahan Perilaku Merokok Siswa Sekolah Dasar Mustofa, Syazili; Wardani, Dyah Wulan Sumekar Rengganis; Muhartono, Muhartono; Soemarwoto, Retno Ariza S
JPM (Jurnal Pengabdian Masyarakat) Ruwa Jurai Vol. 5 No. 1 (2020): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT RUWA JURAI
Publisher : FK Unila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jpmrj.v5i1.2809

Abstract

Peningkatan jumlah perokok usia muda adalah masalah kesehatan besar yang dihadapi Indonesia karena jumlahnya semakin meningkat setiap tahun. Hal ini disebabkan pengaruh lingkungan seperti mengikuti tren, ingin terlihat mengesankan di depan teman sepermainan, dan kurangnya pengetahuan mengenai bahaya merokok. Perokok anak dan remaja rentan untuk terkena berbagai penyakit misalnya asma, infeksi saluran nafas dan penurunan fungsi paru. Berbagai penelitian menunjukkan remaja di Indonesia tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang bahaya perilaku merokok bagi kesehatan. Padahal, perilaku merokok dapat bermula pada periode ini. Peran teman sebaya sangat dibutuhkan anak remaja dalam memberikan informasi pengetahuan yang tepat dan memotivasi berperilaku hidup sehat. Target khusus kegiatan ini adalah meningkatkan kesehatan remaja melalui pemberdayaan siswa sebagai peer educator dalam rangka upaya pencegahan perilaku merokok siswa sekolah dasar di SDIT Baitul Jannah Bandar Lampung. Kegiatan ini berbentuk pendidikan pada masyarakat. Pendidikan kepada masyarakat dilakukan dengan mengadakan kursus konselor mengenai bahaya rokok terhadap kesehatan dan pencegahan perilaku merokok yang diadakan bagi siswa SDIT Baitul Jannah, Bandar Lampung. Setelah kegiatan ini selesai terjadi peningkatan bermakna pengetahuan siswa SDIT Baitul Jannah terhadap bahaya rokok dan pencegahan perilaku merokok, peningkatan keahlian komunikasi mereka sebagai konselor kesehatan dalam mencegah perilaku merokok pada teman sebaya mereka. Mengingat angka perokok muda semakin bertambah, kami menyarankan kepada dosen untuk fokus dalam menghadapi permasalahan ini dan mengembangkan berbagai metode pengabdian kepada masyarakat untuk menecegah perokok pada usia muda di Indonesia.Kata kunci: Bahaya merokok, konselor sebaya, pencegahan perilaku merokok, perokok muda,