Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Gambaran Lama Merokok Terhadap Indeks Massa Tubuh (Imt) Dan Penyakit Paru Di Rspbah Bandar Lampung Saputri, Eka Cisilia; Ladyani, Festy; Triswanti, Nia; Lyanda, Apri
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 10 (2024): Volume 11 Nomor 10
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i10.17059

Abstract

Berdasarkan data dari Kemenkes RI pada tahun 2021, terjadi penambahan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang, yaitu dari 60,3 juta pada 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada 2021 walaupun prevalensi merokok di Indonesia mengalami penurunan dari 1,8% menjadi 1,6% (Kemenkes RI, 2022). World Health Organization (WHO) dalam Global Status Report on Noncommunicable Diseases menyebutkan PPOK yang merupakan penyakit paru-paru kronis, sebagai penyakit pernapasan yang termasuk dalam empat besar penyakit tidak menular, dimana memiliki angka kematian yang tinggi yaitu sebesar 74% bersama penyakit jantung, stroke, kanker, dan diabetes mellitus (WHO, 2022). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan data sekunder yang menggambarkan usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), lama nya merokok, dan adakah penyakit paru atau tidak di RSPBAH Bandar Lampung.  Desain penelitian cross sectional yang merupakan metode penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara variabel dependen dan independent yang diteliti, secara pengumpulan data yang diambil secara sekaligus pada waktu yang sama. Hasil Penelitian diketahui hasil penelitian, karakteristik usia paling banyak usia >45 tahun 56 responden (74,7 %), berjenis kelamin laki – laki 56 responden (74,7%). indeks massa tubuh (IMT) kurus 55 responden (73,3%), menderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) 45 responden (60%). Lama merokok > 10 tahun 34 responden (45,3%), dan termasuk perokok berat (>20 batang perhari) 22 responden (29,3%). Kesimpulan gambaran karakteristik pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, lama merokok, indeks massa tubuh (IMT) dan penyakit paru di RSPBAH Bandar Lampung tahun 2024.
Pengaruh Pemberian Salmeterol-Flutikason Terhadap Kualitas Hidup Pasien Pasca Tuberkulosis Latief, Adhi Nugroho; Dilangga, Pad; Berawi, Khairun Nisa; Messah, Anse Diana Valentiene; Soemarwoto, Retno Ariza S.; Herdato, M. Junus Didiek; Lyanda, Apri; Kusumajati, Pusparini; Gozali, Achmad
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 6 (2025): Volume 12 Nomor 6
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i6.20152

Abstract

Pasien TB yang telah diobati kemungkinan akan tetap mengalami keluhan gejala pernapasan jangka panjang akibat komplikasi dari pasca TB yang memperburuk kualitas hidup. Penelitian Tae Hoon dkk, pemberian indakaterol inhalasi selama 8 minggu pada pasien pasca tuberkulosis yang mengalami sequele dan menyebabkan obstruksi mengalami perbaikan VEP1 sebesar 81,3mL. Tetapi belum ada penelitian yang menggunakan kombinasi bronkodilator dengan kortikosteroid pada pasien pasca tuberkulosis. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Penelitian ini menggunakan metode randomized controlled trial dengan pola uji klinis tahap 2 Kohort Prospektif., untuk menganalisis pengaruh pemberian salmeterol-flutikason terhadap kualitas hidup pasien pasca tuberkulosis. Sebanyak 30 pasien pasca tuberkulosis berumur 18-85 tahun yang dipilih secara acak. Kemudian pasien akan diberikan penjelasan mengenai prosedur dan meminta inform consent dilakukan pemeriksaan dan perlakuan uji. Pasien kemudian diberikan form kuesioner untuk mengisi secara mandiri dengan panduan. Pasien ditimbang berat badan, diukur tinggi badan, dilakukan pemeriksaan saturasi oksigen, spirometri dan pemeriksaan foto toraks.  Pasien pasca tuberkulosis diberikan obat salmeterol-flutikason DPI dosis 250 mcg/50 mcg. Pasien menggunakan obat uji selama 3 bulan sebanyak 1 dosis hisapan. Setelah 3 bulan pasien akan di lakukan kembali tes jalan 6 menit, dilakukan pemeriksaan saturasi oksigen, spirometri dan pemeriksaan foto toraks. Terdapat pengaruh pemberian salmeterol-flutikason terhadap kualitas hidup pasien pasca tuberkulosis.
Hubungan Kadar D-Dimer Dan Jenis Histopatologi Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil Terhadap Respons Kemoterapi Berdasarkan Recist 1.1 Firdaus, Elman Dani; Infianto, Andreas; Windarti, Indri; Soemarwoto, Retno Ariza S; Ekawati, Diyan; Sinaga, Fransisca T.Y.; Hendarto, Gatot Sudiro; Lyanda, Apri; Kusumajati, Pusparini; Ajipurnomo, Adhari
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 7 (2025): Volume 12 Nomor 7
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i7.20247

Abstract

Kanker paru tetap menjadi penyebab utama kematian terkait kanker secara global, terutama pada pria di Indonesia. Sekitar 80 % kasus  didiagnosis sebagai Kanker Paru Bukan Sel Kecil (KPKBSK), terutama Adenokarsinoma dan Karsinoma Sel Skuamosa. Kadar D-Dimer yang meningkat, yang menunjukkan keadaan hiperkoagulasi, dapat menjadi penanda potensial untuk memprediksi hasil pengobatan dan prognosis keseluruhan.  Metode: Dalam penelitian ini, 61 pasien KPKBSK yang menjalani tiga siklus kemoterapi lini pertama dilibatkan. Sebelum pengobatan, kadar D-Dimer diukur, dan jenis histopatologi ditentukan melalui pemeriksaan patologi anatomi. Respons kemoterapi dinilai menggunakan RECIST 1.1. Distribusi respons: Partial Response (27,9 %), Stable Disease (19,7 %), dan Progressive Disease (52,5 %). Terdapat perbedaan signifikan secara statistik dalam kadar D-Dimer antar kelompok tersebut (p = 0,001). Kelompok Partial Response memiliki median kadar D-Dimer 1.229 ng/mL (Mean Rank = 18,32), kelompok Stable Disease menunjukkan mean 1.335,67 ng/mL (SD = 624,30; Mean Rank = 21,13), dan kelompok Progressive Disease memiliki median 2.586 ng/mL (Mean Rank = 41,44). Kadar D-Dimer ≥1.654 ng/mL secara signifikan terkait dengan peningkatan risiko Progressive Disease, dengan sensitivitas 78,1 % dan spesifisitas 76 %. Subtipe histopatologi (Adenokarsinoma vs. Karsinoma Sel Skuamosa) tidak berkorelasi signifikan dengan respons kemoterapi (p = 0,717). Kadar D-Dimer berkorelasi dengan respons kemoterapi pada pasien KPKBSK, menunjukkan potensi penggunaannya sebagai prediktor, sedangkan jenis histopatologi tidak memengaruhi hasil terapi.
Analysis of Respondent Characteristics Regarding The Severity of Community-acquired Pneumonia Patients at Dr. H. Abdul Moeloek Hospital, Lampung. Sanjaya, Rizki Putra; Herdato, M. Junus Didiek; Ajipurnomo, Adhari; Herliyana, Lina; Dilangga, Pad; Soeprihatini, Retno Ariza; Lyanda, Apri; Hendarto, Gatot Sudiro; Sinaga, Fransisca Tarida Yuniar; Kusumajati, Pusparini
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 10, No 1 (2025): March
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30604/jika.v10i1.3096

Abstract

Community-acquired pneumonia (CAP) is a leading cause of morbidity and mortality worldwide, particularly among the elderly and immunocompromised patients. Various factors, including age, gender, bacterial pattern, comorbidities, and Pneumonia Severity Index (PSI) score, influence CAP severity. Understanding these characteristics is crucial for optimizing treatment strategies and predicting clinical outcomes. This descriptive-analytical cross-sectional study was conducted at Dr. H. Abdul Moeloek Hospital, Lampung, from December 2022 to January 2023. A total of 102 CAP patients were analyzed based on their age, gender, bacterial pattern, comorbidities, and PSI score. Data were processed using IBM SPSS 21.0, with Pearson correlation applied to assess relationships between variables. A statistically significant correlation was found between age and PSI score (p = 0.018), with a low-strength positive correlation (R = 0.234). This suggests that as age increases, CAP severity also increases (p = 0.011). However, no significant correlations were found between PSI score and gender, bacterial pattern, or diabetes mellitus. This study confirms that age is a significant factor influencing CAP severity, emphasizing the need for early screening and intervention in elderly patients. Although gender, bacterial pattern, and diabetes mellitus were not significantly correlated with CAP severity. 
PERANAN KURVA DISOSIASI KARBON DIOKSIDA PADA PROSES PERNAFASAN : KAJIAN PUSTAKA Rusmini, Hetti; Lyanda, Apri; Hendarto, Gatot Sudiro; wibowo, adityo; Saputra, Tetra Arya; Morfi, Chicy Widia; Azka, Laisa
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 8 (2025): Volume 12 Nomor 8
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i8.22216

Abstract

Karbon dioksida (CO₂) merupakan produk akhir metabolisme aerobik yang memiliki peran vital dalam fisiologi pernapasan dan keseimbangan asam-basa tubuh. Artikel tinjauan ini membahas mekanisme pertukaran CO₂ mulai dari difusi alveolar, transportasi dalam darah (terlarut, sebagai bikarbonat, dan terikat hemoglobin), hingga kurva disosiasi CO₂. Efek Bohr dan Haldane dijelaskan sebagai mekanisme adaptif yang mendukung efisiensi pengangkutan gas respirasi. Selain proses fisiologis normal, artikel ini juga mengulas kondisi patologis yang mengganggu pertukaran CO₂, seperti hipoventilasi, gangguan ventilasi-perfusi, dan difusi terbatas. Pemahaman yang mendalam mengenai dinamika CO₂ memiliki implikasi klinis penting, khususnya dalam penatalaksanaan penyakit seperti PPOK, asma, dan ARDS. Dengan pendekatan ilmiah yang humanis, artikel ini bertujuan memperkuat pemahaman tenaga medis dan pembaca umum terhadap peran esensial CO₂ dalam menjaga homeostasis dan kehidupan.