Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

ASPEK RITUAL DAN SOSIAL DALAM TIPOLOGI PERILAKU KEBERAGAMAAN MASYARAKAT Yudi Arianto; Rinwanto
Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam Vol 13 No 1 (2019): Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam
Publisher : Program Studi PAI, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51675/jt.v13i1.54

Abstract

Agama Islam merupakan agama yang kāffah, tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (vertical), amalan amalan yang berhubugan dengan ibadah atau sering dikenal dengan istilah aspek ritual, kebutuhan rohani seseorang seperti shalat, puasa, zakat, secara tidak langsung akan mendatangkan ketenangan dan kedamaian dalam jiwa.Akan tetapi juga mengatur pola hubungan antar sesama manusia (Horizontal), atau sering di kenal dengan istilah muamalah (aspek social) yang menekankan sikap toleran terhadap sesama makhluk, mengatur bagaimana pentingnya berbuat baik dan menempatkan diri pada posisi semestinya dalam berinteraksi dengan sesama,terpenuhinya aspek mu’amalah menjadi sangat penting bukan hanya sebagai pelengkap unsur ubudiyah, akan tetapi karena ia merupakan manifestasi dari kebenaraan ritual ubudiyyah, nilai-nilai yang terserap dari ritual ibadah selanjutnya akan bertransformasi dan bersinergi dengan aktifitas mu’amalah seseorang, yang tercermin dalam sikap yang luhur serta budi pekerti yang baik.Namun dalam realitas perjalan kehidupan masyarakat, dalam tataran perjalanannya sering terjadi ketidak seimbangan antara aspek ritual dan sosial, ritual ubudiyyah bagus akan tetapi aspek sosial (mu’amalahnya) kuarang bagus ataupun sebaliknya, yang akan berimplikasi pada kesenjangan hidup, kesenjangan antara aspek lahir dan batin yang selanjutnya akan menggiring pada tataran apatis terhadap sikap bermasyarakat. Dari problem inilah yang menjadi objek kajian penulis dan di cari titik jelas, a). apa pengertian Ibadah dan mu’amalah,?, bagaimana hubungan ibadah dan mu’amalah?, bagaimana perbedaan aspek ibadah dan mu’amalah?, bagaimana purifikasi dalam ibadah (ritual) dan modernisasi dalam social (mua’malah) berdasarkan prinsip-prinsip atau asas aspek ibadah dan mu’amlah?, bagaimana peranan nalar dalam bidang ibadah dan bidang social. Setelah di adakan kajian yang sedemikian serius penulis menyimpulkan,ibadah mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (vertical) sedang muamalah adalah transaksi pola hubungan antar sesama manusia (Horizontal),hubungan ibadah dan muamalah adalah akomudatif , aspek ibadah mengutamakan kepentingan Individu dalam bidang Ibadah kepada Tuhannya, sedangkan aspek muamalah mengutamakan kepentingan sosial dalam bidang mu’amalah, modernisasi, dalam arti meliputi segala macam bentuk mu’amalah diizinkan oleh shari’ah Islam, selama tidak bertentangan dengan prinsip dan jiwa shari’ah Islam itu sendiri,peran nalar dalam bidang ibadah tidak bisa ikut andil berperan karna dalam ibadah terkandung nilai-nilai ta’abbudi/ ghairu ma’qulati al-ma’nairasional,Sedangkan bidang sosial (mu’amalah) bersifat ta’aquly/ ma’qulati al-ma’na rasional. Dari kedua aspek antara aspek ritual (ibadah) dan sosial (mu’amalah) tersebut, agama Islam sangat memperhatikan kesejahteraan manusia di dunia maupun di akhirat kelak. Islam mengandung tuntunan untuk menjalani kehidupan secara proporsional, yang apabila manusia mematuhi rambu rambu yang di perintah dan dilarang oleh syara’ maka akan memperoleh kehidupan yang layak di dunia dan di akhirat.
MEMAHAMI KONSEP NIAT DALAM BERIBADAH HINGGA ISTITHA’AH HAJI DALAM STUDI FIQH Rinwanto; Shofiyullahul Kahfi
Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam Vol 13 No 2 (2019): Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam
Publisher : Program Studi PAI, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51675/jt.v13i2.59

Abstract

Fiqih menawarkan sebuah jawaban yang beragam terhadap berbagai fenomena kehidupan masyarakat baik dalam peribadatan maupun dalam muamalah. Menurut Syekh Zainudin Al-Malibari di dalam kitab Mandhûmatu Hidâyatil Adzkiyâ’ ilâ Tharîqil Auliyâ’, di mana kitab ini diberi penjelasan oleh Sayid Bakri Al-Makki dalam kitab Kifâyatul Atqiyâ’ wa Minhâjul Awliyâ’, bahwa ada 3 (tiga) ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap orang Muslim dengan kewajiban fardlu ‘ain. Ketiga ilmu itu adalah ilmu yang menjadikan ibadah menjadi sah, ilmu yang mengesahkan aqidah, dan ilmu yang menjadikan hati bersih. Dalam kitab itu Al-Malibari menuturkan: وعقيدة ومزكي القلب اصقلا وتعلمن علما يصحح طاعــة واعمل بها تحصل نجاة واعتلا هذا الثلاثة فرض عين فاعرفن Pelajarilah ilmu yang mengesahkan ketaatan mengesahkan aqidah serta mensucikan hati Ketiganya ini fardlu ain hukumnya, ketahuilah amalkanlah, maka terwujud keselamatan dan kehormatan Inilah tiga ilmu yang setiap orang Islam wajib mempelajarinya. Ilmu yang menjadikan sahnya ibadah kepada Allah adalah ilmu fiqih yang membahas tentang bagaimana semestinya seorang Muslim beribadah kepada Allah. Sebagai contoh, setiap Muslim wajib mempelajari ilmu tentang bagaimana caranya shalat yang benar dan baik. Juga ia wajib mempelajari berbagai ilmu yang berkaitan dengan keabsahan shalat, seperti caranya bagaimanakah niat dalam beribadah, tata cara dan sarana yang digunakan untuk bersuci, cara mensucikan berbagai macam najis, bertayamum, beristinja dan lain sebagainya. Seorang Muslim juga wajib mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ibadah-ibadah lain seperti puasa, zakat, haji dan lain sebagainya. Ilmu-ilmu ini fardlu ain hukumnya untuk dipelajari mengingat amalan seseorang yang tidak didasari dengan ilmu maka amalan yang dilakukannya itu menjadi batal, tak diterima. Sebagaimana dituturkan Ibnu Ruslan dalam kitab Zubad: وكل من بغير علم يعمل أعماله مردودة لا تقبل Setiap orang yang beramal tanpa ilmu Maka amalnya tertolak, tak diterima Tulisan ini disusun dengan menggunakan metode kepustakaan.Yaitu dengan membaca, memahami, dan menyimpulkan data-data yang dikumpulkan dari sumber-sumber yang bisa diakses.
Pendampingan Jama’ah Yasinta dan Pengajian Nurul Hidayah melalui Mauidloh Hasanah untuk Mengubah Mindset Konservatif Warga Desa Jegulo Kecamatan Soko Kabupaten Tuban Rinwanto Rinwanto; Malia Fransisca
Jurnal Abdimas Berdaya : Jurnal Pembelajaran, Pemberdayaan dan Pengabdian Masyarakat Vol 3, No 02 (2020): Jurnal Abdimas Berdaya
Publisher : Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/jab.v3i02.61

Abstract

YASINTA dan Pengajian Nurul Hidayah merupakan organisasi keagamaan yang rutin dilakukan oleh warga Desa Jegulo Kecamatan Soko Kabupaten Tuban tiap satu minggu sekali. Mayoritas jama’ah YASINTA dan Pengajian Nurul Hidayah adalah warga Desa Jegulo RT. 14 yang sudah berusia di atas 45 tahun. Hal ini berdampak pada pelaksanaan kegiatan rutin tersebut hanya sebatas melanjutkan aktifitas warisan warga terdahulu, tanpa adanya pemikiran-pemikiran untuk mengadakan kegiatan baru yang inovatif dan inspiratif. Oleh karena itu, peneliti menganggap perlu adanya pendampingan supaya kegiatan rutinan tersebut lebih bermakna. Penelitian pengabdian ini menggunakan metode PRA (Participatory Rural Appraisal) dengan pendekatan mauidloh hasanah. Dalam hal ini, peneliti bekerja sama dengan beberapa pengurus YASINTA dan Pengajian Nurul Hidayah untuk mengagendakan kegiatan yang mampu menambah wawasan keagamaan warga Desa Jegulo dengan mengundang orang yang ahli dalam bidangnya yaitu kyai atau ustadh untuk memberikan taushiyah setiap satu minggu sekali. Hasil dari penelitian pengabdian ini adalah setelah adanya stimulus keagamaan melalui mauidloh hasanah, 75% warga Desa Jegulo mengubah mindsetnya menjadi lebih baik. Warga Desa Jegulo RT. 14 berlomba-lomba dalam kebaikan seperti semangat bergotong royong, bersikap lebih terbuka dan memiliki wawasan yang luas juga modern.
Ihdad Suami Perspektif Maslahah Mursalah Yudi Arianto; Muhammad Za’im Muhibbulloh; Rinwanto
The Indonesian Journal of Islamic Law and Civil Law Vol 3 No 1 (2022): April
Publisher : Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51675/jaksya.v3i1.196

Abstract

Ihdad dalam istilah fikih yaitu masa berkabung bagi seorang istri yang ditinggal mati suaminya dengan cara meninggalkan berhias atau wewangian, serta bertujuan sebagai simbol berduka cita dan menghindari fitnah. Dari keterangan di atas, bisa difahami bahwa yang wajib berkabung ialah istri yang ditinggal mati oleh suaminya. Namun dalam Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa suami yang ditinggal mati oleh istrinya juga melakukan berkabung. Hal tersebut tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 170 ayat 2. Hal ini menarik untuk ditela’ah penulis menggunakan analisis maslahah mursalah guna mencari nilai kemaslahatan dari adanya pasal tersebut. Sehingga dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti adalah, pertama, bagaimana konsep ihdad bagi suami dalam kompilasi hukum Islam, kedua, bagaimana syara’ dalam hal ini fikih merumuskan konsep ihdad itu sendiri. Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah, pertrama, untuk mengetahui konsep ihdad bagi suami dalam kompilasi hukum Islam. Kedua, mengetahui syara’ dalam hal ini fikih dalam rumusannya terkait konsep ihdad. Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah penelitian kepustakaan yaitu studi yang semua bahannya dari buku bacaan. Dalam menganalisis data kepustakaan menggunakan content analisis, induktif, yakni meneliti secara dalam bahan kepustakaan, kemudian menggambarkan tentang ihdad secara umum kemudian ditarik sebuah kesimpulan yang khusus tentang suami ber-ihdad dalam Kompilasi Hukum Islam.
Etika Komunikasi dalam Media Sosial Sesuai Tuntutan Al-Qur an Rinwanto Rinwanto; Hidayatus Sholihah; Nurul Hakim; Mufid Syakhlani
Journal of Communication Studies Vol 1 No 01 (2021): JCS: Journal of Communication Studies
Publisher : Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (935.368 KB) | DOI: 10.37680/jcs.v1i01.721

Abstract

Abstract This paper discusses the phenomenon of the development of communication tools in the ancient era until it has grown rapidly until now. Many uncovered stories that are not true from people who are not responsible, either from certain groups or from personal interests. Communication from social media is very dangerous if it is not accompanied by proper ethics in communicating, especially in social media. AS-Syaukani, for example, defines the keyword al-bayan as the ability to communicate. Besides that, in the al-quran there is another keyword, namely qoul. The commands to say in the al-quran and hadith are an indication of the obligation for Muslims to apply the nature of honesty and correct speech which in the concept of al-quran is known as qaulan sadidan.
Respecting Elders and Community Norms: Understanding the Adat Prohibition on 'Nikah Malem Songo Geblake Mbah Rinwanto Rinwanto; Nurul Hakim; Farida Isroani; Yudi Arianto
Indonesian Journal of Cultural and Community Development Vol 14 No 1 (2023): March
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21070/ijccd.v14i1.870

Abstract

This study aims to explore the prohibition of "nikah malem songo geblake mbah" in the Jegulo Soko Tuban community, which is an adat (customary) prohibition outside of Islamic law. Using a normative-fiqhiyyah and sociological approach, the study found that the prohibition of "nikah malem songo geblake mbah" is based on sadd al-dhari'ah, as it is believed to potentially cause harm and disrespect to elders, and goes against community norms. The research also identified various factors contributing to the prohibition. In terms of Islamic law, the study concludes that "nikah malem songo geblake mbah" is prohibited, as it goes against the principles of kemaslahatan (public interest) and may cause harm. Therefore, it is recommended that the community continues to uphold the prohibition to maintain social harmony and respect for cultural norms.Highlights: The prohibition of 'nikah malem songo geblake mbah' is an adat rule outside of Islamic law. The prohibition is based on the principles of sadd al-dhari'ah and may cause harm and disrespect to elders. Upholding the prohibition is necessary to maintain social harmony and respect for cultural norms.
Urgensi Wali Adhal Studi Komparasi Perspektif Kompilasi Hukum Islam dan Fikih Rinwanto Rinwanto; Yudi Arianto; Masruchan Masruchan
The Indonesian Journal of Islamic Law and Civil Law Vol 4 No 1 (2023): April
Publisher : Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51675/jaksya.v4i1.402

Abstract

Keberadaan seorang wali dalam aqad nikah adalah suatu yang mesti dan tidak sah aqad perkawinan yang tidak dilakukan oleh wali. Wali ditempatkan sebagai rukun dalam perkawinan. Dalam aqad perkawinan wali berkedudukan sebagai orang yang bertindak atas nama mempelai perempuan dan dapat pula sebagai orang yang diminta persetujuannya untuk kelangsungan perkawinan tersebut. Dari penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian wali yang dimaksud secara umum adalah seseorang yang karena kedudukannya berwenang untuk bertindak terhadap dan atas nama orang lain. Artinya dalam perkawinan wali itu adalah seorang yang bertindak atas nama mempelai perempuan dalam suatu aqad nikah. Perempuan mana saja yang kawin tanpa izin walinya, perkawinannya adalah batal. Namun dalam perjalanan parktiknya di masyarakat seiring dengan berkembangnya gaya hidup dan pola hidup masyarakat maka banyak pula masalah yang timbul yang berkaitan dengan wali, seperti wali tidak bersedia mengawinkan anak perepuannya dengan tanpa alasan yang dapat diterima padahal si perempuan sudah meminta untuk dinikahkan dengan calon suami yang sekufu, tetapi kenyataannya wali enggan untuk menikahkan anak perempuanya dengan alasan yang belum tentu dapat diterima. maka wali tersebut dinamakan wali ‘ad}al, dan dalam hal ini perempuan tersebut berhak mengajukan perkaranya kepada hakim. Berdasarkan realita tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih jelas, bagaimana perspektif KHI dan fiqih sebagai acuan hukum dalam Islam tentang wali adal ?. Dengan berlandas pada jalur field research dan membandingkan dengan data kepustakaan literature library, sedangkan untuk menganalisa data, penulis mengunakan analisa secara kualitatif deskriptif. Setelah diadakan penelitian yang sedemikian serius dengan metode dan kerangka berpikir tersebut diatas, pada ending of research peneliti menyimpulkan, Pespektif Fiqih madhhab sha>fii, ma>liki dan KHI pasal 23 ayat 1 dan 2, adalah sebagai berikut, menurut madhhab sha>fii dan ma>liki ketika seorang perempuan meminta dinikahakan dengan calon suami yang sekufu maka wali wajib mengabulkanya sedangkan menurut madhhab hanafi wali berhak menolak jika maharnya kurang dari mahar mithil. jika terjadi ‘ad}al maka hak perwalian berpindah ke tangaan hakim, didalam KHI pasal 23 ayat 1 juga dijelaskan jika terjadi ‘ad}al maka hak perwalian pindah kepada wali hakim, sedangkan menurut madhhab h}ambali pindah kepada wali ab’ad dan didalam KHI pasal 23 ayat 2 dijelaskan wali hakim baru dapat bertindak setelah adanya putusan dari pengadilaan agama.
KEDUDUKAN WALI DAN SAKSI DALAM PERKAWINAN PERSPEKTIF ULAMA EMPAT MAZHAB (MALIKI, HANAFI, SHAFI’I DAN HANBALI) Rinwanto Rinwanto; Yudi Arianto
Al Maqashidi : Jurnal Hukum Islam Nusantara Vol. 3 No. 1 (2020): AL MAQASHIDI: Jurnal Hukum Islam Nusantara
Publisher : UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1166.393 KB) | DOI: 10.32665/almaqashidi.v3i1.862

Abstract

Perkawinan merupakan Sunnah Allah yang sudah diketahui secara umum dan berlaku didunia ini pada semua makhluk Allah baik manusia, jin, hewan, begitu juga tumbuhtumbuhan. Perkawinan merupakan salah satu cara yang dipilih oleh Allah sebagai jalan untuk memperbanyak diri (berkembang biak), dan meneruskan hidupnya. Tujuannya untuk saling memuaskan satu sama lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera yang sakinah mawaddah warohmah. Untuk mewujudakan tujuan tersebut maka terdapat rukun-rukun perkawinan, yaitu mempelai laki-laki, mempelai perempuan, wali, dua orang saksi dan ijab qobul. Terdapat perbedaan yang sangat mencolok dikalangan para ulama mazhab empat dua rukun perkawinan, yaitu: wali dan dua orang saksi. Ulama mazhab empat ada yang memasukkan dalam rukun dan ada yang tidak memasukkan sebagai rukun; ada yang mengatakan sebagai syarat sah dan ada juga yang mengatakan hanya sebagai pelengkap saja. Berangkat dari latar belakang tersebut, maka terdapat sebuah pertanyaan, bagaimana kedudukan wali dan saksi dalam perkawinan menurut empat mazhab?. Menjawab pertanyaan tersebut, jumhur ulama berpendapat, bahwa wali dan saksi merupakan salah satu rukun perkawinan dan menjadi tolak ukur sahnya perkawinan; akan tetapi ulama Hanafiyyah membatasi wali untuk perempuan yang sudah dewasa dan sehat akalnya dapat melangsungkan sendiri akad perkawinannya tanpa adanya wali, karena di-qiyas-kan dengan janda. Ulama Hanafiyyah mengatakan wali hanya sebagai pelengkap saja. Adapun ulama Malikiyyah menempatkan saksi pada hukum sunnah, akan tetapi mewajibkan mendatangkan wali ketika akan melakukan hubungan intim.
Sinkretisme Dalam Tradisi Buchu Kendit Ditinjau Dari Pendidikan Islam Kumaidi Kumaidi; Rinwanto Rinwanto; Farida Isroani; Nurlaela Nurlaela
Sustainable Jurnal Kajian Mutu Pendidikan Vol 6 No 1 (2023): Sustainable
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu, IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32923/kjmp.v6i1.3635

Abstract

Penilitian ini memiliki tujuan untuk menjelaskan struktur luar dan struktur dalam serta mendeskripsikan perwujudan singkretisme yang ada pada tradisi Bucu Kendit di Desa Karanglo, Kecamatan Kerek, Tuban. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural dengan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data mengunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan: 1) tradisi bucu kendhit memiliki struktur luar (surface structure) meliputi: a) pra upacara dan kompenen penyusun; b) proses pelaksanaan, dan c) ubarampe, sedangkan struktur dalam tradisi Bucu Kendhit (deep structure) meliputi: : a) kepercayaan masyarakat terhadap tradisi Bucu Kendhit; b) adanya fungsi tradisi Bucu Kendhit yang teridiri dari fungsi sosial dan fungsi religi; c) makna filosofi tradisi Bucu Kendhit yang terdiri dari makna kebendaan, makna perilaku, dan makna ucapan atau ujaran; 2) tradisi Bucu Kendhit di Desa Karanglo, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban memiliki tradisi slametan sebagai perwujudan sinkretisme yang mengandung tiga unsur yaitu: unsur Hindu, unsur Jawa, dan unsur Islam.
Meningkatkan Kewaspadaan Masyarakat Dengan Pola Hidup Sehat Melalui Pencegahan Covid 19 Desa Maibit Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban Hosaini; Rinwanto; Syarifah, Amilatus; Khoiriyah, Siti; sholihah, Maratus
DEDICATION: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2021): 21 Oktober 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Bondowoso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61595/dedication.v1i2.277

Abstract

COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus korona, Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) orang dapat tertular COVID-19 dari orang lain yang memiliki virus. Penyakit ini dapat menyebar dari orang ke orang melalui tetesan kecil dari hidung atau mulut yang menyebar saat penderita COVID-19 batuk atau mengeluarkan napas. Tetesan ini mendarat pada objek dan permukaan di sekitar orang tersebut. Namun ada cara untuk mencegah penularan virus corona tersebut, seperti dengan cara melakukan pola hidup sehat, tidak cukup sulit untuk menerapkan pola hidup sehat, namun di tengah kondisi saat ini belum semua masyarakat dapat menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya pada masyarakat Desa Maibit Kecamtan Rengel Kabupaten Tuban sebagian masyarakat desa masih minim dalam memahami adanya virus corona tersebut apalagi dalam pencegahannya. Hal sangat membahayakan masyarakat jika tidak adanya kegiatan sosialisasi dan kesadaran masyarakat dalam penanganan covid 19. Oleh karena itu, peneliti menganggap perlu adanya pendampingan supaya masyarakat dapat memahami dan menerapkan pola hidup sehat dalam upaya untuk pencegahan covid 19. Penelitian pengabdian ini menggunakan metode PRA (Participatory Rural Appraisal. Dalam hal ini, peneliti bekerja sama dengan perangkat Desa Maibit. Hasil dari penelitian pengabdian ini adalah setelah adanya kegiatan pencegahan covid-19 mampu meningkatkan kewaspadaan masyarakat yang semula rendah kesadaran terhadap bahaya covid-19 menjadi sadar dengan menerapkan pola hidup sehat.